2767973.pdf File
2767973.pdf File
Dengan Visi dan Misi tersebut, Go-Jek berharap dapat ikut menstabilkan perekonomian di
Indonesia kedepannya juga dapat membantu mewujudkan negara indonesia yang lebih bermartabat.
BAB II PEMBAHASAN
Analisis lima kekuatan Porter adalah suatu kerangka kerja untuk analisis industri dan pengembangan
strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michael Porter dari Sekolah Bisnis Universitas Harvard pada
tahun 1979. Menurutnya ada lima kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu
industri, yaitu:
(1) ancaman produk pengganti,
(2) ancaman pesaing,
(3) ancaman pendatang baru, (4) daya tawar pemasok, serta
(5) daya tawar konsumen.
Analisis ini dilakukan dengan kombinasi dengan analisis SWOT, sebagai berikut:
1. Strengths
Kekuatan dari dalam yang dimiliki oleh Go-jek adalah satu-satunya model alat transportasi
umum yang menawarkan berbagai macam kemudahan. Selain menyediakan jasa antar
jemput penumpang, Go-Jek juga menyediakan jasa lain yang cukup membantu seperti kurir
instan, dan personal shopping tercepat, selain itu keunggulan dari go-jek ini adalah
menggunakan layanan sms, telephon dan aplikasi mobile jadi penumpang tidak perlu
menghampiri tukang ojek cukup telephon atau mengirim pesan Go-jek akan menghampiri
anda.
2. Weakness
Kelemahan dari Go-jek ini adalah ketika pelanggan menggunakan layanan personal
shopping mungkin barang yang di inginkan kurang sesuai dengan yang di inginkan ketika
kurang lengkap menjelaskan barang apa yang ingin dibeli dan saat ini go-jek masih
menyediakan credit untuk pembelian barang tidak lebih dari satu juta rupiah.
3. Opportunities
Peluang yang yang dimiliki Go-jek ini adalah Go-jek dapat memperluas jangkauan nya
sampai ke kota-kota besar di indonesia bukan hanya di Jakarka karena dengan adanya Go-
jek Indonesia ini dapat juga membantu Tukang Ojek lainnya dalam hal beroperasi sehingga
struktur tranportasi umum di Indonesia menjadi lebih baik kedepannya.
4. Threats
Ancaman yang akan dihadapi go-jek saat ini adalah dari pengedara ojek konvensional dan
juga munculnya pesaing baru yang bergerak di bidang yang sama.
Selain persaingan dengan pengendara ojek konvensional, Go-jek bersaing dengan Grab-bike.
Kekuatan Grab Bike ini bisa merobohkan bisnis Gojak karena kekuatan yang tak kalah menggetarkan.
Yakni. Perusahaan yang sama dengan Gojek ini datang dari pengusaha Malaysia, dengan dukungan
modal hingga 2.5 triliun. Dengan dukungan dana nyaris tak terbatas itu, Grab Bike langsung
meletuskan amunisi peperangan. Mereka segera meluncurkan “predatory pricing war” yakni dengan
tarif promosi ojek Grab Bike seharga Rp 5.000,00 kemana saja yang lebih murah bila dibandingkan
dengan tarif promosi Gojek seharga Rp 10.000,00. Grab Bike juga memberikan upah ke pengojeknya
90% dari total order, sementara Gojek hanya 80%. Grab Bike juga memberikan program berangkat
umroh kepada pengojeknya yang berprestasi. Pricing war yang berkepanjangan pada akhirnya bisa
membuat keduanya menjadi bangkrut. Namun Gojek tetap memiliki kelebihan dalam variasi jasa
yang ditawarkan, brand awareness yang kuat dan member yang banyak karena eksistensi yang jauh
lebih lama dibandingkan para pesaingnya.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
www.Go-Jek.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Go-Jek
https://dailysocial.net/post/aplikasi-mobile-go-jek
Lupiyoadi, Rambat. 2013. Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kopetensi. Jakarta:Salemba
Empat, Hal. 8.