Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

West syndrome (WS) atau dikenal juga dengan atau infantile spasm (IS),
pertama kali dilaporkan oleh dr. William James West,1 merupakan penyakit
dengan trias spasme otot fleksor atau ekstensor, kelainan pada
elektroensefalogram (EEG) berupa hypsarrhythmia dan disabilitas intelektual.2
West syndrome merupakan penyakit yang terkait dengan usia, spasme umumnya
terjadi selama tahun pertama kehidupan dengan puncaknya antara 4 hingga 7
bulan. Sebanyak 90% kasus terjadi pada satu tahun awal kehidupan. Insiden WS
diperkirakan terjadi sekitar 2–5 / 10.000 bayi baru lahir. 3 WS terjadi pada anak-
anak dari semua kelompok etnis, dan anak laki-laki terpengaruh sedikit lebih
sering daripada anak perempuan dengan rasio 6:4.4

Konsensus dari AS tentang spasme infantil menyederhanakan kategorisasi


spasme infantil menjadi dua yaitu spasme infantil simtomatik, yaitu dan spasme
dengan perkembangan abnormal atau etiologi yang jelas, dan spasme infantil
kriptogenik, yaitu spasme dengan perkembangan yang normal dan tanpa etiologi
yang jelas atau terbukti.5 Terdapat berbagai etiologi yang mendasari spasme
infantil simtomatik dengan sebagian besar disebakan oleh kelainan genetik.

Melihat insidensi dan onset penyakit yang termasuk dini, diperlukan


pemahaman komprehensif pada west syndrome. Mekanisme yang mendasari
penyakit ini dikaitkan dengan produksi dan inhibisi hormon corticotropin-
releasing hormone (CRH). Evaluasi untuk menetukan diagnosis termasuk riwayat
penyakit yang menyeluruh, pemeriksaan fisik dan elektroensefalogram (EEG),
penting dalam diagnosis west syndrome. Setelah diagnosis ditegakkan, upaya
harus dibuat untuk menetapkan etiologi yang mendasari, karena hal ini secara
signifikan mempengaruhi keputusan pengobatan yang maksimal pada anak dan
prognosis yang lebih baik.

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

West syndrome pertama kali dilaporkan oleh dr. William James West
(1793–1848) yang terjadi pada putra sendiri James Edwin yang berusia 4 bulan
(1840–1860) pada tahun 1841. Sejak saat itu penyakit ini kemudian dikenal
sebagai "West syndrome" (WS) atau infantile spasm (IS) karena onset yang terjadi
saat masih bayi, dan kemudian dikenal juga dengan istilah epileptic spasms (ES),
karena gangguan tersebut mungkin dapat terjadi diluar masa kanak-kanak.1
Infantile spasm atau West syndrome, terdiri dari trias:

(I) Spasme fleksor atau ekstensor, sering melibatkan ekstremitas dan


kepala atau leher;
(II) Kelainan pada elektroensefalogram (EEG) berupa Hypsarrhythmia
yaitu gelombang multifokal kontinus dan gelombang lambat dengan
amplitudo besar;
(III) Disabilitas intelektual. 2

Seiring dengan bertambahnya umur maka spasme akan semakin


menghilang, biasanya menghilang seutuhnya pada tahun keempat atau kelima.6
Pasien dengan infantile spasm dikategorikan sebagai simtomatik infantile spasm,
kriptogenik infantile spasm atau idiopatik. Spasme infantile simtomatik memiliki
penyebab struktural, metabolik atau genetik dan terjadi pada anak-anak dengan
keterlambatan perkembangan sebelum onset spasme. Spasme infantil kriptogenik
kurang diketahui etiologinya, tetapi juga terdapat keterlambatan perkembangan
sebelumnya. Spasme infantil idiopatik terjadi pada pasien dengan perkembangan
yang normal sebelum timbulnya spasme dan tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi. Konsensus dari AS tentang spasme infantil menyederhanakan
kategorisasi spasme infantil menjadi dua yaitu:

a. Spasme infantil simtomatik, yaitu spasme infantil dengan perkembangan


abnormal dan / atau etiologi yang jelas untuk spasme infantil.
b. Spasme infantil kriptogenik, yaitu spasme dengan perkembangan yang
normal dan tanpa etiologi yang jelas atau terbukti.5

2
Menurut klasifikasi International League Against Epilepsy (ILAE), spasme
infantil atau WS dikelompokkan dalam epilepsi ensefalopati di mana kelainan
spasme infantile ini dapat menyebabkan disfungsi otak progresif. Namun, dari
tahun ke tahun, telah terjadi perkembangan jumlah penelitian yang melaporkan
bahwa terjadinya spasme infantil tidak selalu dikaitkan dengan hipsaritmia dan /
atau keterlambatan mental, rentang usia onset spasme ini tidak terbatas pada tahun
pertama kehidupan.1

2.2 Epidemiologi

West syndrome merupakan penyakit yang terkait dengan usia, spasme


umumnya terjadi selama tahun pertama kehidupan dengan puncaknya antara 4
hingga 7 bulan. Beberapa kasus muncul hingga usia 14 tahun, sebagaimana
dilaporkan oleh di Internasional League Against Epilepsy (ILAE), yang
menyatakan bahwa kondisi ini tidak terbatas pada tahun pertama kehidupan anak.
Insiden WS diperkirakan terjadi sekitar 2–5 / 10.000 bayi baru lahir.3

Pada United States diperkirakan insidensi kasus berkisar antara 2.000


hingga 2.500 kasus baru per tahun. Sebanyak 90% kasus terjadi pada satu tahun
awal kehidupan. Usia puncak onset spasme adalah antara 3 hingga 7 bulan; onset
setelah 18 bulan jarang terjadi, meskipun onset spasme hingga usia 4 tahun telah
dilaporkan. Spasme biasanya berhenti pada usia 5 tahun, tetapi jenis spasme
lainnya dilaporkan pada sebanyak 60% anak dengan IS bahkan setelah spasme
tidak muncul lagi. WS terjadi pada anak-anak dari semua kelompok etnis, dan
anak laki-laki terpengaruh sedikit lebih sering daripada anak perempuan dengan
rasio 6:4.4

Bentuk WS Kriptogenik terjadi pada 10% sampai 40% anak dengan WS.
Etiologi dari WS simtomatik dapat prenatal, perinatal dan postnatal. Sekitar 50%
kasus memiliki penyebab prenatal, dengan penyakit etiologi yaitu malformasi
sistem saraf pusat, gangguan intrauterin, neurokutaneus sindrom seperti tuberous
sclerosis complex (TSC), gangguan metabolisme, atau sindrom genetik seperti
Down sindrom.4 National Infantile Spasms Consortium menyebutkan bahwa
penyebab pada WS simtomatik ditemukan terdiri dari 14.4% akibat kelainan
genetik, 10.0% akibat kelainan genetik-struktural, 10.8% akibat kelainan

3
struktural-bawaan, 22.4% akibat kelainan struktural yang didapat, 4.8% akibat
gangguan metabolik, dan 2% pada penyakit infeksius.7 Menurut United Kingdom
Infantile Spams Study (UKISS) penyebab paling umum dari spasme infantil
adalah ensefalopati hipoksia-iskemik (10%), anomali kromosom (8%),
malformasi (8%), stroke perinatal (8%), tuberous sclerosis complex (7%),
leukomalasia atau perdarahan periventrikular (5%).8

2.3 Etiologi

Pada bentuk spasme infantil kriptogenik tidak didapatkan adanya etiologi


mendasari yang jelas sedangkan pada spasme infantil simtomatik terdapat
beberapa etiologi yang mendasari yaitu:

a. Faktor Genetik

Kecenderungan genetik untuk menyebabkan IS meningkat jika


terdapat anggota keluarga yang terkena epilepsi. Kecenderungan genetik
dalam kasus IS juga terjadi pada anak kembar. Keterlibatan langsung gen
dalam etiologi IS dikaitkan dengan mutasi Aristaless-related homeobox
gene (ARX1) dan Cyclin-dependent Kinaselike 5 gene (CDKL5), keduanya
terletak di kromosom area Xp22, pada pasien dengan fenotipe malformasi
kompleks. Kedua gen ini sangat luas diekspresikan pada otak janin.9

Tabel 1. Kelainan genetik yang terkait dengan spasme infantil.1

Gen - Lokasi sitogenik


ARX - Xp21.3 WDR45 -Xp11.23 GPT2 -16q11.2
CDKL5 - Xp22.13 SLC1A4 -2p14 HUWE1 -Xp11.22
PAFAH1B1/LIS1 - 17p13.3 RARS2 6q15 KMT2D -12q13.12
DCX - Xq23 UBA5 -3q22.1 MYO18A -17q11.2
TUBA1A - 12q13.12 IARS2 -1q41 NOS3 -7q36.1
STXBP1- 9q34.11 PHACTR1 -6p24.1 RYR1 -19q13.2
KCNQ2 -20q13.33 ATP2A2 -12q24.11 RYR2 -1q43
SPTAN -9q34.11 CD99L2 -Xq28 RYR3 -15q13.3-q14
MAGI2 -7q21.11 CLCN6 -1p36.22 TAF1 -Xq13.1
GRIN2A -16p13.2 CYFIP1 -15q11.2 TECTA -11q23.3
FOXG1 -14q12 CYFIP2 -5q33.3 PURA -5q31.3
NSD1 -5q35.3 GNB1 -1p36.33
CALN1 -7q11.22 NEDD4 -15q21.3

4
Studi terbaru menunjukan, anak dengan spasme infantil memiliki
mikrodelesi pada 5q31.2-q31.3 yaitu area yang berisikan gen PURA
(purine-rich element binding protein A). Mutasi de novo pada gen PURA
bertanggung jawab atas gangguan perkembangan saraf (yang disebut
Sindrom PURA) yang ditandai dengan intelektual yang parah disabilitas,
epilepsi, kesulitan makan, dan hipotonia neonatal terkait dengan masalah
pernapasan dan gastrointestinal, kelainan mata, cacat endokrin, respon
terkejut yang berlebihan, mengantuk hiper, dan hipotermia.1

b. Gangguan struktural sistem saraf pusat

Kelainan struktural sistem saraf pusat yang menjadi penyebab paling


sering pada WS adalah lissencephaly, fokal kortikal displasia,
polymicrogyria, hydranencephaly, dan hemimegalencephaly adalah
beberapa contoh anomali sistem saraf pusat yang mendasari perkembangan
WS.1

c. Sindrom malformasi kompleks

Beberapa etiologi penyebab kelompok ini adalah Down syndrome,


Pallister-Killian syndrome (akibat tuk tetrasomi kromosom 12p dengan
manifestasi klinis yaitu pigmentasi kulit, alopecia bitemporal, serangan
epilepsi, dan disabilitas intelektual), dan Williams-Beuren syndromes
(terkait dengan mikrodelesi kromosom dengan manifestasi klinis wajah
yang khas, gangguan pada jantung, dan disabilitas intelektual.1

d. Gangguan metabolisme

Fenilketonuria (PKU) adalah kelainan metabolisme bawaan


disebabkan oleh mutasi gen yang mengkode enzim fenilalanin hidroksilase
(PAH), yang mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin dan
komponen lainnya. PKU ditandai dengan hipopigmentasi kulit,
keterlambatan perkembangan yang berat, dan kejang termasuk spasme
infantil. Penyebab metabolisme lain yaitu: glycine encephalopathy (akibat
gen GLDC dan GCST); DEND (developmental delay, epilepsy, neonatal
diabetes akibat gen KCNJ 11); methylmalonicaciduria (gen MUT), maple

5
syrup urine disease (akibat gen BCKDHA, BCKDHB, DBT, dan DLD) and
propionic acidemia (gen PCCA dan PCCB).1

e. Neurokutaneus sindrom (phacomatous)

WS mungkin menjadi salah satu manifestasi (paling awal) di beberapa


gangguan neurokutan atau phacomatosis. Dalam konteks ini, anak-anak
yang terkena biasanya menunjukkan asosiasi non-kasual dari gangguan kulit
bawaan (dan mata) dan kelainan struktural sistem saraf pusat (dan perifer)
(dan / atau tumor), dan manifestasi neurologis, sering dikaitkan dengan
keterlibatan sistemik.1

f. Tuberous sclerosis complex (TSC)

TSC adalah penyebab WS paling umum dari gangguan neurokutan.


Anak-anak yang terkena TSC sering (hingga> 90% kasus) datang dengan
jenis kejang yang berbeda. Mutasi gen TSC1 atau TSC2, melalui kompleks
hamartin / tuberin dan jalur mTOR, menyebabkan gangguan neuronal /
interneuronal, yang akan mengarah ke malformasi migrasi kortikal otak,
yang tercermin dari perkembangan tuberculum kortikal, anomali substansia
alba, nodul subependymal (dan astrositoma giant cell subependymal), serta
kista otak.1

g. Sturge-Weber syndrome

Malformasi pembuluh kapiler dari pembuluh darah wajah embrionik,


lapisan leptomeninges (termasuk saraf yang mendasari disarrays) dan
lapisan koroid mata adalah gambaran utama dari SWS. Spasme merupakan
manifestasi klinis yang paling sering terjadi termasuk WS.1

2.4 Patogenesis

Hipotesis Corticotropin-releasing hormone (CRH) menyebutkan bahwa


mekanisme umum dari semua etiologi west syndrome menyebabkan peningkatan
pelepasan mediatir aktivasi corticotropin-releasing hormone di otak, terutama
neuropeptida CRH di daerah limbik dan batang otak pada anak-anak dengan west

6
syndrome. Hormon adrenocorticotropic (ACTH) menekan sintesis CRH, dimana
hal ini menjelaskan efektifitas pengobatan hormonal pada WS.10

Studi Hewan model WS lainnya berfokus pada hipotesis kurangnya inhibisi


corticotropin-releasing hormone (CRH). Mekanisme yang dipostulatkan untuk
efektifitas vigabatrin dalam tatalaksana WS melalui efek sebagai inhibitor γ-
aminobutyric acid transaminase (GABA-T).11

2.5 Diagnosis

Evaluasi termasuk riwayat penyakit yang menyeluruh, pemeriksaan fisik


dan EEG, penting dalam diagnosis west syndrome. Setelah diagnosis ditegakkan,
upaya harus dibuat untuk menetapkan etiologi yang mendasari, karena hal ini
secara signifikan mempengaruhi keputusan pengobatan dan prognosis pasien.

a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik


Riwayat penyakit harus difokuskan pada awal mula onset spasme,
frekuensi, spasme cluster versus spasme tunggal, keterlambatan
perkembangan sebelum timbulnya spasme, riwayat keluarga dengan
kejadian serupa pada bayi, dan riwayat kelahiran dan kehamilan secara
menyeluruh. Episode spasme ini melibatkan fleksi leher, otot fleksor seluruh
tubuh, otot ekstensor atau kejang mioklonik campuran yang terjadi dalam
cluster berkali-kali sepanjang hari. Spasme cenderung lebih sering terjadi
ketika anak terbangun dari tidur atau saat akan tertidur. Orangtua dapat
diminta untuk membuat video saat spasme terjadi untuk ditunjukan pada
dokter.5
Manifestasi paling khas adalah spasme. Spasme adalah kontraksi otot
yang berlangsung selama 1-2 detik. Spasme lebih lambat dari myoclonic
jerk tetapi lebih cepat dari kejang tonik. Spasme dapat sinkron dengan EEG
dengan Gerakan anggukan kepala cepat atau dengan fleksi yang kuat pada
tubuh, lengan dan kaki.12
Klinis spasme terjadi secara tiba-tiba, kontraksi singkat yang diikuti
dengan kontraksi tonik berkelanjutan yang kurang intens tetapi terjadi
secara cluster. Spasme melibatkan otot leher, tubuh, serta ekstremitas atas
dan bawah. Selama spasme, arrest, berkeringat, dilatasi pupil, deviasi mata

7
dan / atau perubahan pola pernapasan dapat terjadi. Anak menangis atau
menjerit mungkin mendahului atau mengikuti fase iktal. Setelah spasme,
anak-anak mungkin menunjukkan iritabilitas atau hiporeaktivitas
sementara.9

Spasme ini harus dibedakan dengan subtle spasm. Peristiwa iktal yang
kurang umum, digambarkan sebagai subtle spasm, mungkin merupakan
klinis spasme yang terkait dengan pola EEG yang anomali atau peristiwa
yang dapat mendahului kejang epilepsi. Gerakan-gerakan ini termasuk
episode menguap, menggenggam, wajah meringis, gerakan mata terisolasi,
berkedip (observasi pribadi), dan aktifitas fokal motorik transien.9

b.Electroencephalogram (EEG)

Pada west syndrome akan muncul kelainan yang ditandai dari EEG.
Pada kasus idiopatik, gambaran EEG awal pada onset gejala yang baru,
dapat menunjukan hasil normal atau borderline. Dalam kasus ini diperlukan
EEG ulang setelah 7-10 hari. Temuan yang paling khas adalah yang disebut
dengan hypsarrhytmia (Gambar 1).

Gambar 1. Hipsaritmia pada bayi laki-laki berumur delapan bulan yang


tertidur spontan. Gelombang lambat tak beraturan difus kontinu dengan
spike multifokal. Tidak adanya gambaran tidur normal.12

8
Hipsaritmia terdiri dari pola campuran dari gelombang lambat
tegangan tinggi bercampur dengan spike atau polyspikes dengan amplitude
besar dan asinkron. Kelainan ini terjadi secara konitnus atau hampir
kontinu. Beberapa bentuk hipsaritmia yang dimodifikasi telah dikaitkan
dengan kelainan fokal, interhemispheric asynchrony atau redaman
pelepasan secara berkala. Gelombang pola tidur normal tidak ada.
Terkadang spindle tidur mungkin dicatat. Gelombang ini biasanya muncul
kembali saat hasil terapi berhasil pada pasien. Pola hypsarrhythmic sangat
berguna dalam membedakan west syndrome dari serangan non epilepsi
lainnya.12

Gambaran EEG sangat mempengaruhi evaluasi diagnosis dari west


syndrome seperti digambarkan dalam alur diagnosis berikut:

Gambar 2. Algoritme diagnosis west syndrome.5

Selain pola hipsaritmia klasik dengan gelombang campuran yang tidak


teratur dengan gelombang tajam multifokal dan spike (aktivitas otak
interiktal) dan penurunan aktivitas background (peristiwa iktal), pola EEG
lainnya mungkin dapat diamati selama west syndrome pada anak. Pola EEG
ini berbeda dengan pola khas biasanya dan didefinisikan sebagai "atipikal"

9
atau "modified hypsarrhythmia” dan terdiri dari gambaran asimetris, focal
discharges, dan semi-periodic burst-suppression.1

Pola Hipsaritmia paling sering muncul pada fase 2/3 dari nonrapid
eye movement (non-REM) saat tidur, diikuti dengan bangun dan terjaga, dan
tidak terjadi atau sangat berkurang selama fase tidur REM. Pendekatan yang
direkomendasikan untuk evaluasi EEG, selama evaluasi diagnostik dan
selama tindak lanjut untuk menentukan efektivitas pengobatan, adalah 24
jam Video EEG pada pasien dengan rawat inap semalam, untuk merekam
hipersaritmia dan episode spasme. Hal ini akan memungkinkan
pengecualian gerakan lainnya yang mungkin mirip dengan IS dan
memungkinkan penyelidikan jenis kejang lain yang mungkin terjadi. Jika
hipsaritmia atau spasme tidak terjadi, maka pemeriksaan dilanjutkan di
rumah. Pemeriksaan EEG harus diulang dalam 1 minggu.

Gambar 3. Gambaran EEG modified hypsarrhythmia.1

Jika terjadi regresi perkembangan anak, EEG harus diulang lebih awal
dari 1 minggu. Jika video EEG rawat inap tidak tersedia, diperpanjang
Video EEG 4 jam hingga 8 jam saat periode bangun dan tidur dapat
dilakukan sebagai pasien rawat jalan dan khususnya penting untuk
melakukan EEG saat fase tidur non-REM. Begitu episode spasme dan EEG

10
hypsarrhythmic dapat didokumentasikan, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan etiologi dari west syndrome.2

c. Pencitraan
Pencitraan tidak diperlukan untuk menentukan diagnosis west
syndrome, tetapi merupakan metode paling penting untuk mengidentifikasi
etiologi dan / atau pengujian lebih lanjut pada west syndrome. Studi
pencitraan telah secara substansial meningkatkan pemahaman mengenai
etiologi WS. Ensefalopati iskemik hipoksik merupakan penyebab utama
dalam 30% kasus WS. Delayed myelination tampaknya merupakan etiologi
secara independen dan dapat muncul pada WS kriptogenik. Kejang maupun
status perkembangan anak tidak berkorelasi positif dengan temuan
pencitraan ini.12

MRI otak disarankan agar dilakukan sebelum memulai pengobatan


bila memungkinkan. Sebanyak 73% kasus WS dapat diidentifikasi
etiologinya melalui MRI. Computed tomography (CT) dianggap kurang
memadai untuk mengevaluasi sebagian besar penyebab spasme infantil. 5
Studi neuroimaging telah sering menunjukan lesi displastik kortikal. Namun
displasia kortikal mungkin tidak terbukti sampai mielinisasi lanjut dan
diferensiasi subtansia grisea-alba yang buruk menjadi terlihat. Karena alasan
inilah lesi displastik bisa jadi terdeteksi sebelumnya menggunakan PET-
scan dari metabolisme glukosa.12

d.Status kognitif

Keterlambatan perkembangan pada anak biasanya berat, namun


beberapa pasien dengan spasme infantil mungkin dapat memiliki profil
kognitif yang baik maupun secara parsial baik dan ini biasanya terjadi dalam
kasus WS yang termasuk dalam jenis "kriptogenetik". Retardasi psikomotor
bisa mendahului timbulnya spasme tetapi dapat terjadi pada saat yang sama
atau setelah onset spasme. Seringkali, keterlambatan perkembangan
mungkin tidak dinilai karena bisa jadi spasme hanya dalam bentuk subtle
spasm sehingga tidak dikenali, dan juga karena keterlambatan
perkembangan anak mungkin sulit untuk dinilai dengan baik pada bayi. Jeda

11
waktu antara kerusakan otak dan timbulnya spasme diperkirakan bervariasi
dari 6 minggu sampai 11 bulan.13 Berdasarkan semua alasan di atas,
keterlambatan perkembangan pada anak tidak lagi dianggap sebagai kriteria
diagnostik.

2.6 Tatalaksana

Terapi harus dimulai sesegera mungkin setelah mengidentifikasi spasme


pada bayi dengan cepat mengontrol kejang dan meningkatkan hasil jangka
panjang serta prognosis. Hormon adrenokortikotropik (ACTH), kortikosteroid dan
vigabatrin (VGB) adalah obat utama yang direkomendasikan pada pasien dengan
west syndrome.

a. ACTH

ACTH mungkin adalah lini pertama yang paling diterima secara universal
sebagai pengobatan spasme infantil. Menurut American Academy of Neurology
and Child Neurology Society respon pengobatan didefinisikan efektif bila terjadi
penghentian total spasme dan hilangnya pola hypsarrhytmic. ACTH dan
Vigabatrin sendiri dinilai efektif untuk menghentikan spasme dan menghilangkan
hypsarrhytmic. Lebih spesifik, penghentian kejang harus mencakup tidak adanya
kejang dalam waktu 14 hari setelah dimulainya pengobatan dan sekitar 28 hari
berturut-turut sejak spasme terakhir.14 Efek samping pemberian ACTH adalah
hipertensi, infeksi, iritabilitas dan peningkatan berat badan. 5 Dosis pemberian dan
cara pemberian ACTH dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pilihan terapi pada west syndrome.5


Rute Efek
Obat Dosis Durasi terapi
pemberian terapi
Lini pertama
ACTH 150 units/m2/hari IM 14 hari 14 hari lalu
tappering off
Prednisolon 8 mg/kg/hari atau PO 14 hari 14 hari lalu
e 40-60 mg/hari tappering off
Vigabatrin 50-150 mg/kg/hari PO 14 hari 6-9 bulan lalu
tappering off
Lini kedua

12
Rute Efek
Obat Dosis Durasi terapi
pemberian terapi
Diet 3:1-4:1 ratio PO 1-3 bulan Setidaknya 6
Ketogenik bulan
Topiramate 4-20 mg/kg/hari PO 1+ bulan Belum
diketahui
Zonisamide 4-20 mg/kg/HARI PO Lebih dari Belum
3 bulan diketahui
Pyridoxine 100 mg IV Segera Dosis tunggal
100-400 mg/hari PO 1-2 Seumur hidup
minggu

b. Vigabatrin

Vigabatrin adalah terapi lini pertama yang dianjurkan untuk pasien dengan
spasme infantil dan tuberous sklerosis, dengan beberapa penelitian menunjukkan
efikasinya lebih dari 90% pada pasien dengan tuberous sclerosis. Secara umum,
vigabatrin telah dianggap kurang efektif dibandingkan ACTH di populasi
pasienlain, meskipun begitu efek jangka panjang menunjukan hasil serupa dengan
ACTH.15 Efek samping penggunaan vigabatrin adalah berkurangnya lapang
pandang, retinopathy, iritabilitas dan dapat perubahan pada MRI pada bagian
thalamus, ganglia basalis, corpus callosum dan mesencephalon. 5 Anak-anak
dengan vigabatrin harus menjalani evaluasi oftalmik secara berkala dengan
evaluasi dasar saat memulai terapi (tidak lebih dari 4 minggu setelah memulai
pengobatan) dan pada setidaknya setiap 3 bulan saat dalam terapi, serta 3 sampai
6 bulan setelah penghentian pengobatan. Dosis pemberian dan cara pemberian
vigabatrin dapat dilihat pada tabel 2.

c. Kortikosteroid

Terdapat minat yang meningkat dalam penggunaan kortikosteroid dalam


pengobatan spasme infantil. Prednisolon menarik karena biayanya yang murah,
siap ketersediaan di banyak negara, kemudahan administrasi, dan bukti yang
berkembang bahwa kemanjurannya mungkin serupa dengan penggunaan ACTH
dan vigabatrin. Banyak studi yang menyebutkanbahwa prednisolone dapat

13
dijadikan sebagai terapi lini pertama spasme infantil.5 Dosis pemberian dan cara
pemberian dapat dilihat pada tabel 2.

Tatalaksana spasme infantil berdasarkan jenisnya

Spasme infantil simtomatik secara definitif difokuskan pada etiologi nya.


Berikut beberapa jenis etiologi dan terapi pilihannya:

Tabel 3. Pilihan terapi pada west syndrome simtomatik berdasarkan etiologi.2


Diagnosis Terapi spesifik
Pyridoxine-dependent seizures Piridoksin
Phenylketonuria Diet
Maple syrup urine disease Diet
Biotinidase deficiency Biotin
Menkes disease Copper histidinate
Hyperammonemia disorders Diet, tergantung kelainannya
Nonketotic hyperglycinuria Benzoate
Tumor Pembedahan
Arterial-venous malformation Pembedahan
Sturge-Weber syndrome Pembedahan jika medikasi gagal
Vigabatrin, ACTH (jika vigabatrin
Tuberous sclerosis complex
gagal), dan pembedahan jika medikasi
gagal
Cortical dysplasias: focal cortical
Reseksi kortikal jika medikasi gagal
dysplasias, hemimegalencephaly
Malformations of cortical
Pembedahan epilepsi
development

Algortime tatalaksana spasme infantil berdasarkan jenisnya disertai


dengan pemeriksaan EEG.

14
Gambar 4. Algoritme tatalaksana spasme infantil berdasarkan jenisnya.5

2.7 Prognosis

Hasil akhir pada west syndrome sangat bervariasi dan berkorelasi dengan
etiologinya. Dalam kasus kriptogenik prognosis secara signifikan lebih baik
daripada kasus bergejala. Anak-anak dengan riwayat neurologis normal dan
evaluasi awal sebelum timbulnya spasme memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan dengan anak dengan keterlambatan perkembangan atau status
neurologis abnormal. Episode spasme di bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki faktor prognostik yang buruk. Penghentian spasme dalam waktu singkat
dan normalisasi gambaran EEG memberikan prognosis yang lebih baik.12

Secara umum, hasil akhir dan prognosis west syndrome adalah buruk.
Keterlibatan masalah genetik dan struktural otak yang mendasari beberapa spasme
infantil kemungkinan menjadi predisposisi untuk perkembangan hasil yang buruk,
apa pun pengobatannya. Epilepsi terjadi pada hingga 50% pasien spasme infantil.
Autisme terjadi pada 15-33% pasien dengan spasme infantil dan insidensinya
lebih tinggi 70% pada penderita spasme infantil dengan tuberous sclerosis.

Perkembangan normal atau mendekati normal hanya terdapat pada 15-25%


pasien. Dalam 20-35 tahun masa follow up, hampir semu pasien dengan hasil
normal atau mendekati normal dapat memiliki pekerjaan. Sebanyak 17% pasien

15
memiliki IQ> 85. Hasil perkembangan yang lebih baik dicatat pada pasien tanpa
etiologi yang teridentifikasi (kriptogenik ) dan bahkan lebih baik pada mereka
yang diobati dengan terapi hormonal dengan vigabatrin. Penundaan pengobatan
yang singkat (<1 bulan) juga terkait dengan hasil yang lebih baik, khususnya di
antara pasien spasme infantil kriptogenik. Pasien spasme infantil kriptogenik
mungkin memiliki hasil yang normal atau mendekati normal hingga 54.3%,
sementara hanya 12.5% pasien spasme infantil simtomatik yang menunjukan hasil
akhir yang baik. Mortalitas setinggi 10% pada anak berusia 3 tahun dan 19% pada
anak usia 10 tahun. Terapi ACTH memiliki angka mortalitas terkait sebanyak
12%. Hampir semua pasien berhenti mengalami kejang pada usia 3 tahun.5

16
KESIMPULAN

West syndrome merupakan penyakit dengan trias spasme otot fleksor atau
ekstensor yang sering melibatkan ekstremitas dan kepala atau leher, kelainan pada
elektroensefalogram (EEG) berupa hypsarrhythmia dan disabilitas intelektual,
yang terjadi pada onset satu tahun kehidupan. Spasme infantil dibagi menjadi dua
yaitu spasme infantil simtomatik, yaitu dan spasme dengan perkembangan
abnormal atau etiologi yang jelas, dan spasme infantil kriptogenik, yaitu spasme
dengan perkembangan yang normal dan tanpa etiologi yang diketahui. Etiologi
yang mendasar dapat berupa akibat kelainan genetik, genetik-struktural,
struktural-bawaan, kelainan struktural yang didapat, dan akibat gangguan
metabolik.

Diagnosis west syndrome dilakukan dengan mengetahui riwayat penyakit,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan EEG dan pemeriksaan pencitraan. Riwayat
penyakit untuk mengetahui onset penyakit maupun kejadian yang terkait dengan
spasme, pemeriksaan fisik untuk mengetahui karakteristik spasme. Pemeriksaan
EEG merupakan pemeriksaan yang menentukan dengan gambaran khas yaitu
hypsarrhytmia. Pemeriksaan pencitraan berguna untuk mengetahui etiologi yang
mendasari.

Terapi harus dimulai sesegera mungkin setelah mengidentifikasi spasme


pada bayi dengan cepat mengontrol kejang dan meningkatkan hasil jangka
panjang. Hormon adrenokortikotropik (ACTH), kortikosteroid (prednisolone) dan
vigabatrin (VGB) adalah lini pertama yang direkomendasikan pada pasien dengan
west syndrome. Etiologi spasme infantil mempengaruhi hasil akhir dan prognosis
pasien. Spasme infantil simtomatik memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan kriptogenik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Pavone P, Polizzi A, Marino SD, Corsello G, Falsaperla R, Marino S, et al.


West syndrome: a comprehensive review. Neurol Sci. 2020;41(12):3547–
62.

2. Pellock JM, Hrachovy R, Shinnar S, Baram TZ, Bettis D, Dlugos DJ, et al.
Infantile spasms: a U.S. consensus report. Epilepsia. 2010
Oct;51(10):2175–89.

3. D’Alonzo R, Rigante D, Mencaroni E, Esposito S. West Syndrome: A


Review and Guide for Paediatricians. Clin Drug Investig. 2018;38(2):113–
24.

4. Wheless JW, Gibson PA, Rosbeck KL, Hardin M, O’Dell C, Whittemore


V, et al. Infantile spasms (West syndrome): Update and resources for
pediatricians and providers to share with parents. BMC Pediatr [Internet].
2012;12(1):1. Available from: ???

5. Nelson GR. Management of infantile spasms. Transl Pediatr.


2015;25(2):60–5.

6. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP, Prasad S. Adams & Victor Principles
of Neurology 11th ed. 11th ed. 2019.

7. Wirrell EC, Shellhaas RA, Joshi C, Keator C, Kumar S, Mitchell WG. How
should children with West syndrome be efficiently and accurately
investigated? Results from the National Infantile Spasms Consortium.
Epilepsia. 2015 Apr;56(4):617–25.

8. Osborne JP, Lux AL, Edwards SW, Hancock E, Johnson AL, Kennedy CR,
et al. The underlying etiology of infantile spasms (West syndrome):
information from the United Kingdom Infantile Spasms Study (UKISS) on
contemporary causes and their classification. Epilepsia. 2010
Oct;51(10):2168–74.

18
9. Pavone P, Striano P, Falsaperla R, Pavone L, Ruggieri M. Infantile spasms
syndrome, West syndrome and related phenotypes: What we know in 2013.
Brain Dev [Internet]. 2014;36(9):739–51. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.braindev.2013.10.008

10. Baram TZ. Models for infantile spasms: an arduous journey to the Holy
Grail.. Ann Neurol [Internet]. 2007 Feb;61(2):89–91. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17315207

11. Willmore LJ, Abelson MB, Ben-Menachem E, Pellock JM, Shields WD.
Vigabatrin: 2008 update. Epilepsia. 2009 Feb;50(2):163–73.

12. Fois A. Infantile spasms: Review of the literature and personal experience.
Ital J Pediatr. 2010;36(15):1–10.

13. Guggenheim MA, Frost JDJ, Hrachovy RA. Time interval from a brain
insult to the onset of infantile spasms. Pediatr Neurol. 2008 Jan;38(1):34–7.

14. Mackay MT, Weiss SK, Adams-Webber T, Ashwal S, Stephens D,


Ballaban-Gill K, et al. Practice parameter: medical treatment of infantile
spasms: report of the American Academy of Neurology and the Child
Neurology Society. Neurology. 2004 May;62(10):1668–81.

15. Go CY, Mackay MT, Weiss SK, Stephens D, Adams-Webber T, Ashwal S,


et al. Evidence-based guideline update: medical treatment of infantile
spasms. Report of the Guideline Development Subcommittee of the
American Academy of Neurology and the Practice Committee of the Child
Neurology Society. Neurology. 2012 Jun;78(24):1974–80.

19

Anda mungkin juga menyukai