Anda di halaman 1dari 9

BioTrends Vol.10 No.

2 Tahun 2019

Teknik Kultur Sel Mamalia Tiga Dimensi (3D) dalam


Bioteknologi Kesehatan
Pekik Wiji Prasetyaningrum
dan Endah Puji Septisetyani
Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI
Kompleks Cibinong Science Center
Jl. Raya Jakarta Bogor KM 46, Cibinong, Kab. Bogor, Jawa Barat 16911
Tel. 021 – 8754587/ Fax. 021 8754588
Email: pekikwiji@gmail.com

diproduksi secara rutin sedangkan pada kultur 2D


Sel merupakan unit
seperti antikoagulan, suspensi, sel tersuspensi di
terkecil dari makhluk hidup.
hormon, vaksin, antibodi dalam media kultur dan
Sel, baik yang yang berasal
monoklonal, dan lain-lain. tidak melekat pada
dari organisme uniseluler
(Santosoet al.,2013). Selain permukaan culture flask atau
maupun multiseluler, dapat
itu aplikasi kultur sel culture dish. Kultur suspensi
dikultur secara in vitro dalam
mamalia juga memiliki peran pada skala besar pada
suatu medium tertentu
penting dalam penemuan umumnya memerlukan
dengan kondisi terkontrol
dan pengembangan obat penggoyangan dengan
yang sesuai untuk
baru serta kit diagnostik shaker agar sel mendapat
pertumbuhan sel tersebut.
penyakit khususnya sebagai aerasi secara merata.
Untuk sel yang berasal dari
model pengujian in vitro Pada sistem kultur 2D,
mamalia, teknik kultur sel
pada umumnya tidak terjadi
mamalia telah Kultur Sel 2 Dimensi interaksi antar sel-sel dan
dikembangkan untuk (2D) interaksi sel dengan
menumbuhkan sel-sel yang Kultur sel mamalia dapat lingkungan ekstraselular
berasal dari epitel, darah, ditumbuhkan secara yang menyerupai kondisi
ovarium, otak maupun konvensional pada kondisi 2 aslinya. Hal tersebut
bagian organ lainnya, dimensi (2D). Pada kultur sel menyebabkan terjadinya
termasuk sel dari jaringan 2D ini sel dikultur sebagai beberapa perubahan seperti
kanker. Pada umumnya, kultur sel melekat (adheren) perubahan morfologi sel
teknik kultur sel mamalia ini seperti misalnya sel epitelia, yang dapat mempengaruhi
memerlukan media khusus atau sebagai kultur sel fungsi sel seperti
dengan penambahan serum, suspensi seperti halnya sel kemampuan sekresi,
teknik aseptis dengan darah. Pemilihan signaling sel, dan struktur
penggunaan biosafety penggunaan metode yang organel yang ada didalam sel
cabinet, serta inkubator CO2 cocok disesuikan dengan itu sendiri. Selain itu, sel
untuk menumbuhkan sel. karakteristik dan morfologi yang tumbuh juga akan
Aplikasi dari kultur sel sel yang akan dikultur. Pada kehilangan polaritasnya
mamalia merupakan salah sistem kultur 2D adheren, sel sehingga akan berimbas
satu bagian penting dari tumbuh membentuk satu pada beberapa fenomena
perkembangan ilmu lapisan sel yang melekat seperti apoptosis sel
bioteknologi khususnya pada permukaan culture (Weaver et al., 2002). Sel
dalam menghasilkan produk flask atau culture dish yang ditumbuhkan dengan
biofarmasetika yang berhasil
9
BioTrends Vol.10 No.2 Tahun 2019

sistem 2D juga akan menciptakan lingkungan akan membentuk satu


mengalami perubahan mikro in vivo (Gambar 1). lapisan sel sehingga setiap
ekspresi gen, topologi, dan Selain menggunakan matriks bagian sel akan terpapar
proses biokimia. Dengan sebagai scaffold, kultur 3D senyawa uji secara
adanya beberapa juga dapat dilakukan tanpa homogen. Sedangkan pada
kekurangan dari sistem menggunakan scaffold. Pada kultur sel 3D yang
kultur 2D, maka kondisi ini, digunakan membentuk bola, sel di
dikembangkanlah metode intervensi fisik untuk permukaan bola akan lebih
alternatif kultur sel 3D yang memaksa sel membentuk banyak terpapar senyawa uji
memiliki kemiripan lebih struktur 3D yang umumnya daripada sel yang berada di
tinggi dengan kondisi berbentuk bola (spheroid) lapisan bagian dalamnya. Hal
alamiah dari sel jika (Gambar 2). Meskipun ini akan mengakibatkan efek
dibandingkan dengan demikian, kultur 3D dengan sitotoksik yang lebih tinggi
metode kultur sel 2D menggunakan matriks dari senyawa uji pada kultur
(Kapałczyńskaet al., 2016). ekstraseluler lebih 2D daripada kultur 3D.
menggambarkan kondisi in Pengujian migrasi sel
Kultur Sel 3 Dimensi vivo jika dibandingkan kanker pada kultur 2D dan
(3D) dengan kultur 3D tanpa 3D akan memberikan
Meskipun kultur dua scaffold. Kekurangan dari perbedaan fenotipe yang
dimensi (2D) lebih banyak kultur 3D ini adalah teknik diamati. Pada kultur 2D, sel
digunakan terutama untuk yang lebih rumit serta biaya adheren akan bergerak pada
kultur sel secara rutin, saat yang lebih tinggi. Secara bidang datar secara
ini, metode kutur sel tiga umum, perbedaan kultur 2D mesenkimal dengan
dimensi (3D) sudah banyak dan 3D dapat dilihat pada bergantung pada
digunakan terutama untuk tabel I. lamellipodia yang
pengujian in vitro. Hal ini Contoh perbedaan hasil menyerupai kaki siput. Sel
dikarenakan teknik kultur sel pengujian ketika dilakukan tersebut akan memiliki
3D lebih dapat pada kondisi 2D dan 3D di polaritas sel yang berbeda
menggambarkan kondisi antaranya pada pengujian pada 2 kutub, pada bagian
jaringan dan mikroarsitektur sitotoksisitas senyawa depan sel yang membentuk
dari organ spesifik yang antikanker dan pengujian lamellipodia, dan bagian
sebenarnya (Huh D, 2011). migrasi sel. Uji sitotoksik belakang sel yang
Salah satu scaffold yang pada umumnya dilakukan menyerupai ekor. Pada
digunakan untuk kultur 3D secara 2D seperti halnya uji kultur 3D, sel yang diselimuti
adalah matriks ekstraseluler. MTT, dengan menumbuhkan oleh matriks, akan bergerak
Matriks ekstraseluler yang sel secara langung pada 96- ke segala arah, baik secara
digunakan ini, selain well plate. Pada Teknik 3D, mesenkimal atau amoeboid,
berperan sebagai penyangga sel yang ditanam diberi dengan mekanisme yang
fisik juga berperan sebagai perlakuan untuk membentuk lebih kompleks karena
sinyal ekstraseluler. Dengan spheroid, baik dengan cara melibatkan interaksi dengan
demikian, selain mendukung melapisi permukaan kultur matriks tersebut. Dalam hal
terbentuknya struktur 3D dengan agar dan diikuti ini, tentu saja uji migrasi
yang menyerupai kondisi in dengan sentrifugasi atau pada kondisi 3D lebih
vivo-nya, matriks dengan menggunakan mewakili kondisi in vivo-nya
ekstraseluler ini juga spheroid microplate yang daripada kondisi 2D.
berperan dalam sudah banyak tersedia di
pasaran. Kultur sel 2D hanya

10
BioTrends Vol.10 No.2 Tahun 2019

Gambar 1. Korelasi antara struktur 3D dengan kondisi in vivo-nya. Sel MDA-MB-231 yang
dikultur pada 30% matrigel setelah perlakuan TGF-β dan penurunan ekspresi PIAS pada
struktur 3D menunjukkan struktur 3D yang tidak terorganisasi sedangkan sel tanpa
perlakuan menunjukkan struktur 3D membulat. Struktur tidak terorganisasi tersebut
menunjukkan sifat invasif secara in vitro yang memiliki korelasi dengan potensi metastasis
secara in vivo.

Gambar 2. Perbedaan morfologi sel pada kultur 2D monolayer dan kultur 3D spheroid dari
beberapa sel line (sumber: Ravi M et al., 2015)

TEKNIK KULTUR SEL 3D dengan menggunakan yang dapat memfasilitasi


scaffold. Scaffold merupakan penyaluran oksigen, nutrisi
struktur penyangga atau dan transpor limbah yang
Kultur Dengan
rangka yang diciptakan pada merata, dengan demikian sel
Menggunakan Matriks
media pertumbuhan sel akan melekat pada jaringan
Penyangga(Scaffold)
pada sistem kultur sel 3D penyangga, membelah serta
Sebagaimana disebutkan dengan memanfaatkan bermigrasi pada dan melalui
pada bagian sebelumnya, matriks polimer. Scaffold struktur jaringan penyangga
kultur sel 3D dapat dilakukan berperan sebagai penyangga (Haycock J. W., 2011).

11
BioTrends Vol.10 No.2 Tahun 2019

Tabel I. Perbandingan metode kultur sel 2D vs 3D (diadaptasi dari Kapałczyńska et al., 2016)
Parameter 2D 3D
Waktu penumbuhan Menit-jam Jam-hari
sel dalam sistem
kultur
Kualitas kultur Kualitas performa tinggi, Kualitas performa dan
keterulangan yang baik, kultur keterulangan yang lebih buruk,
jangka panjang, mudah di susah untuk di interpretasikan,
interpretasikan, teknik lebih teknik kultur lebih rumit
sederhana
Pendekatan in vivo Tidak menggambarkan struktur Membentuk struktur 3D yang
asli jaringan atau massa tumor menyerupai kondisi in vivo
Interaksi antar sel Tidak ada interaksi antar sel dan Interaksi antar sel dan sel-
antar sel dengan lingkungan, lingkungan berlangsung dengan
sehingga tidak terbentuk baik, sehingga terbentuk
lingkungan mikro in vivo lingkungan mikro in vivo
Karakteristik sel Mengubah morfologi dan Morfologi sel dipertahankan,
fenotipe serta polaritas sel fenotipe dan polaritas sel lebih
beragam
Mekanisme merubah ekspresi gen, mRNA, Ekspresi gen, mRNA, topologi
molekular topologi dan biokimia sel dan biokimia sel seperti in vivo
Biaya Murah karena media dan reagen Lebih mahal karena
untuk pengujian banyak tersedia membutuhkan matriks untuk
secara komersial menciptakan kondisi kultur 3D

Scaffold dapat dibedakan ekstraselular (ECM). Matriks pada tissue engineering


ke dalam dua kategori. hidrogel ini berbentuk cair untuk membantu
Kategori pertama adalah in ketika berada pada kondisi rekonstruksi jaringan.
vitro 3D scaffold yang biasa dingin dan akan mengeras Scaffold jenis ini dapat
digunakan pada sistem membentuk gel pada suhu dibuat dari bahan polimer
kultur sel 3D untuk ruang atau suhu yang lebih alami seperti kolagen dan
keperluan eksperimental. tinggi. Gel dapat menyimpan kitosan, polimer sintetik
Contohnya ialah hydrogels nutrisi, sitokin dan faktor seperti polyglycolic acid
scaffold yang yaitu pertumbuhan (Ravi Met (PGA), logam titanium dan
scaffold/penyangga dengan al.,2015). Bahan hydrogel tantalium, dan komposit
bahan dasar gel dan dapat berasal dari (campuran antara polimer
merupakan jenis penyangga biopolimer alami seperti dengan keramik). Scaffold
yang paling banyak basement membrane matrix jenis ini umumnya dapat
digunakan untuk kultur sel (matrigel) maupun sintesis terdegradasi secara alami.
3D karena memiliki seperti halnya polietilen Kultur 3D dengan
kekakuan yang menyerupai glikol (PEG). Kategori kedua menggunakan scaffold dapat
jaringan dan secara yaitu biomedical engineering dilakukan menurut 3 teknik
sempurna meniru matriks scaffold yang digunakan yang berbeda, yaitu sel

12
BioTrends Vol.10 No.2 Tahun 2019

dikultur di atas scaffold, sel disebutkan terakhir inilah kemampuan proliferasi,


dikultur di bawah scaffold, yang lebih menggambarkan migrasi-invasi dan
atau sel disuspensikan ke lingkungan mikro in vitro. differensiasi sel untuk
dalam matriks penyangga Metode ini sangat cocok membentuk struktur
sehingga sel berada di dalam untuk mengamati organoid.
scaffold. Dari ketiga teknik karakteristik alamiah sel
tersebut, teknik yang seperti misalnya

Gambar 3. Kultur Sel 3D menggunakan scaffold, a) Interaksi sel dengan lingkungannya dalam
media kultur dengan scaffold; b) Mesenchymal stem cells (MSC) yang melekat pada fibrin
(sumber: a) Kapałczyńska et al., 2016; b) Kombe et al., 2019).

Kultur Tanpa Menggunakan metode scaffold free, waktu ini digunakan plate yang di
Scaffold yang dibutuhkan dalam lapisi oleh polimer yang
pembentukan konstruksi sel dapat menurunkan tingkat
Untuk membentuk suatu
3D lebih cepat jika adhesi antara sel dengan
kultur sel 3D, dapat pula
dibandingkan dengan culture plate, sel yang
dilakukan tanpa
menggunakan metode tersuspensi kemudian di
menggunakan bahan
dengan scaffold karena sentrifugasi, sehingga
biomaterial padat sebagai
dengan metode ini membentuk agregat
pendukung terbentuknya
proliferasi dan migrasi sel spheroid (Breslin, S., &
spheroid. Dengan teknik ini,
bukan merupakan faktor O’Driscoll, L.,2013). Kategori
spheroid dapat terbentuk
dengan cepat, namun kurang yang penting dalam yang kedua ialah metode
pembentukan struktur 3D hanging-drop, pada metode
resisten (Larson B, 2015).
sel. Namun sel yang dapat ini digunakan tray (baki)
Kelebihan metode ini
dikultur dengan metode ini yang membantu
dibandingakn dengan
adalah sel yang memiliki mempertahankan media
metode kultur dengan
kemampuan ikatan agar tetap dalam bentuk
scaffold adalah dapat
intraselular yang kuat cekung, sehingga sel akan
mengembangkan suatu
(Alghuwainem,et al.,2019) terkumpul pada bagian
jaringan hidup hanya
cekung media hingga
berdasarkan kemampuan sel Ada tiga jenis metode kultur
membentuk spheroid.
dalam membetuk matriks sel 3D tanpa menggunakan
Metode kultur spheroid
dan arsitektur jaringan. scaffold, pertama metode
banyak diterapkan untuk
Dengan menggunakan force-floating, pada metode

13
BioTrends Vol.10 No.2 Tahun 2019

pengujian sitotoksisitas dari sederhana untuk wadah (Kwlm Jet al.,2003).


kandidat senyawa membentuk spheroid. Sel Metode ini dapat
antikanker. Kategori ketiga akan dikultur pada suatu diaplikasikan untuk produksi
ialah metode berdasarkan bioreaktor yang terus protein rekombinan pada sel
agitasi yang terjadi dalam diaduk, sehingga sel akan suspensi.
bioreaktor. Metode ini membentuk agregat dan
merupakan alternatif paling tidak akan menempel pada

Gambar 4. Metode kultur sel 3D tanpa scaffold (sumber: Breslin, S., & O’Driscoll, L. 2013)

APLIKASI TEKNIK metode pengujian pada Beberapa jenis lini sel (cell
KULTUR SEL 3D tahapan awal, sehingga line) yang dikultur dengan
dapat mengeliminasi sistem 3D menunjukan
senyawa yang tidak sensitivitas yang rendah
Penemuan Obat ( Drug
berkhasiat sedini mungkin terhadap agen antikanker
Discovery)
dan dapat meningkatkan jika dibandingkan sel yang
Pada tahun 2011 terdapat
efisiensi penggunaan dana. dikultur dengan sistem 2D
setidaknya 900 kandidat
Pengujian in vitro dengan (Dhiman, H. K., Ray, A. R.,
obat kanker yang sudah
menggunakan metode kultur Panda, A. K,. 2005). Selain
sampaipada tahap uji klinis
sel 3D, seperti halnya uji itu, terdapat suatu jenis cell
dibawah pengawasan
sitotoksik dan migrasi sel, line yang menunjukan efek
Federal Drug Administration
sangat berpotensi untuk yang berlawanan ketika
(FDA). Namun, hanya sekitar
mengatasi permasalahan dikultur pada system 2D dan
12 senyawa saja yang dapat
tersebut karena seperti yang 3D (Howes, 2007). Meskipun
diterima. Hasil tersebut
telah dijelaskan di atas demikian, terdapat juga sel
kurang efektif jika
bahwa sel yang dikultur yang menunjukkan fenotipe
dibandingkan dengan jumlah
dengan teknik 3D akan lebih yang serupa ketika dikultur
biaya yang dikeluarkan yakni
menyerupai kondisi pada system 2D dan 3D.
sekitar ratusan milyar dolar
pertumbuhan selsecara in Spheroid cell line A549 (sel
untuk tahap uji pre-klinis dan
vivo (Larson B., 2015). kanker paru) menunjukan
uji klinik. Oleh karena itu
ekspresi sekresi IL-6 dan IL-8
perlu adanya perbaikan
14
BioTrends Vol.10 No.2 Tahun 2019

yang konsisten jika kondisi aslinya (Inamdar & kondisi alami organ, biaya
dibandingkan dengan sel Bronstein, 2011). Metode yang dibutuhkan lebih kecil
pada kondisi kultur kultur mikrofluid organ on dan meningkatkan efisiensi
monolayernya (2D) (kultur chip telah berhasil pengujian (Baudoin R et al.,
2D) (Bazou D, 2010). diaplikasikan dalam 2007).
mendesain sistem kapiler Kultur mikrofluid juga
Kultur Sel dalam Sistem alveolus dengan telah digunakan untuk
Mikrofluid (Organ-on-Chip) menggunakan polimer mendesain suatu model
Organ-on chip microfluid membrane yang penyakit yang menyerupai
adalah suatu teknologi memungkinkan terjadinya kondisi in vivo nya seperti
terbaru, dimana dilakukan perpindahan udara seperti Alzheimer (Lee & Park,
desain sistem yang pada kondisi asli paru-paru 2010), dan beberapa jenis
menyerupai sistem alamiah (Huh D, 2011). Metode ini kanker. Metode ini juga
yang ada pada organ aslinya juga telah berhasil digunakan digunakan mempelajari
dalam sebuah chip. Replikasi untuk menirukan beberapa kanker payudara, dimana sel
sistem organ dalam chip organ seperti liver epitel payudara manusia di
tersebut dilakukan melalui (Domansky K, et al., 2010), kultur bersama dengan sel
desain mikrostruktural, ginjal (Jang & Suh, 2010) dan fibroblast payudara manusia
mekanisme dinamis dan saluran pencernaan (Sung at untuk mempelajari transisi
fungsi biologi organ yang al., 2011) yang selanjutnya sel abnormal yang muncul
mirip dengan organ aslinya dimanfaatkan dalam pada saluran susu di
(Breslin, S., & O’Driscoll, L., penemuan dan pengujian payudara yang merupakan
2013). Penelitian dengan obat. Dalam aspek bentuk paling awal dari
sistem kultur 3D merupakan penemuan dan pengujian kanker payudara (Ductal
salah satu faktor penting obat, metode ini memiliki Carcinoma in situ (DCIS))
karena dalam teknologi ini beberapa kelebihan menjadi kanker payudara
dibutuhkan adanya interaksi dibandingkan dengan yang sudah menyebar
antar sel dan sel dengan metode konvensional seperti (invasive) (Sung et al., 2011).
lingkungan yang menyerupai lebih cepat, mirip dengan

Gambar 5. a) sistem mikrofluid; b) aplikasi metode mikrofluid yang menyerupai organ ginjal
(sumber: a) Breslin, S., & O’Driscoll, L., 2013; (b) Inamdar, N. K., & Borenstein, J. T., 2011).

15
BioTrends Vol.10 No.2 Tahun 2019

Produksi Protein Obat Development of a renal technologies, 12(4), 207-


Rekombinan microchip for in vitro 218.
Protein rekombinan distal tubule models. Egrie, J.C., Dwyer, E.,
seperti misalnya Biotechnology Progress, Browne, J.K., Hitz, A.,
erythropoietin diproduksi 23:1245-1253. Lykos, M.A. (2003):
dengan menggunakan sel Bazou, D. (2010): Darbepoetin alfa has a
mamalia untuk Biochemical properties of longer circulating half-life
mendapatkan profil encapsulated high-density and greater in vivo
glikosilasi yang identik 3-D HepG2 aggregates potency than
dengan protein aslinya (Egrie formed in an ultrasound recombinant human
et al (2003). Terkait dengan trap for application in erythropoietin. Exp
hal ini, sel CHO (Chinese hepatotoxicity studies: Hematol, 31(4):290-299.
hamster ovary) merupakan Biochemical responses of Haycock, J. W. (2011): 3D cell
salah satu sel mamalia yang encapsulated 3-D HepG2 culture: a review of
banyak digunakan untuk aggregates. Cell Biol. current approaches and
produksi protein Toxicol., 26 (2), 127-141 techniques. In 3D cell
rekombinan. Sel ini Breslin, S., & O’Driscoll, L. culture (pp. 1-15).
disuspensikan untuk (2013): Three-dimensional Humana Press.
mendapatkan densitas sel cell culture: the missing Howes, A. L., Chiang, G. G.,
yang tinggi di dalam link in drug Lang, E. S., Ho, C. B.,
bioreaktor untuk discovery. Drug discovery Powis, G., Vuori, K.,
meningkatkan produksi today, 18(5-6), 240-249. Abraham, R. T. (2007):
protein rekombinan. Aplikasi Dhiman, H. K.; Ray, A. R.; The phosphatidylinositol
sistem 3D pada bioreaktor Panda, A. K. (2005): 3-kinase inhibitor, PX-866,
adalah dengan penggunaan Three-dimensional is a potent inhibitor of
microcarrier untuk chitosan scaffold-based cancer cell motility and
imobilisasi sel untuk MCF-7 cell culture for the growth in three-
mencegah stress akibat determination of the dimensional cultures.
pengadukan (shear stress) cytotoxicity of tamoxifen. Mol. Cancer Ther., 6 (9),
yang dapat menyebabkan Biomaterials, 26 (9), 979- 2505-2514.
kematian sel (Hunter et 986 Huh, D., Hamilton, G. A., &
al.,2019). Domansky K, Inman W, Ingber, D. E. (2011): From
Serdy J, Dash A, Lim 3D cell culture to organs-
MHM, Griffith LG. on chips. Trends in cell
DAFTAR PUSTAKA (2010):Perfused multiwell biology, 21(12), 745-754.
Alghuwainem, A.,
plate for 3D liver tissue Hunter, M., Yuan, P.,
Alshareeda, A. T., &
engineering. Lab on a Vavilala, D., Fox, M.
Alsowayan, B. (2019):
Chip, 10:51-58. (2019):Optimization of
Scaffold-Free 3-D Cell
Edmondson, R., Broglie, J. J., Protein Expression in
Sheet Technique Bridges
Adcock, A. F., & Yang, L. Mammalian Cells. Current
the Gap between 2-D Cell
(2014): Three-dimensional Protocols in Protein
Culture and Animal
cell culture systems and Science, 95,e77. doi:
Models. International
their applications in drug 10.1002/cpps.77.
journal of molecular
discovery and cell-based Inamdar, N. K., & Borenstein,
sciences, 20(19), 4926.
biosensors. Assay and J. T. (2011): Microfluidic
Baudoin R, Griscom L,
drug development cell culture models for
Monge M, Legallais C,
tissue
Leclerc E. (2007):
16
BioTrends Vol.10 No.2 Tahun 2019

engineering. Current spheroids applicable to a advantages and


opinion in wide variety of cell applications. Journal of
biotechnology, 22(5), 681- types. Biotechnology and cellular
689. bioengineering, 83(2), physiology, 230(1), 16-26.
Jang K-J, Suh K-Y (2010): A 173-180.9064-8. Santoso Adi, et al.(2013):
multi-layer microfluidic Knight, A. (2007): Systematic Teknis dasar kultur sel
device for efficient culture reviews of animal mamalia dan aplikasi
and analysis of renal experiments demonstrate dalam bidang
tubular cells. Lab on a poor human clinical and farmasi.Modul pelatihan.
Chip, 10:36-42. toxicological utility. ATLA- Sung JH, Yu J, Luo D, Shuler
Kapałczyńska, M., Kolenda, Altern. Lab Anim., 35 (6), ML, March JC (2011):
T., Przybyła, W., 641-659 Microscale 3-D hydrogel
Zajączkowska, M., Kombe et al (2019): 3D cell scaffold for biomimetic
Teresiak, A., Filas, V., ... & culture and application. gastrointestinal (GI) tract
Lamperska, K. (2018): 2D https://www.elveflow.co model. Lab on a Chip,
and 3D cell cultures–a m/organs-on-chip/3d-cell- 11:389-392.
comparison of different culture-methods-and- Weaver, V.M. et al. (2002):
types of cancer cell applications-a-short- [beta]4 integrin-
cultures. Archives of review/#_ftn62) dependent formation of
medical science: Larson, B. (2015): 3D cell polarized
AMS, 14(4), 910. culture: A review of threedimensional
Kelm, J. M., Timmins, N. E., current architecture confers
Brown, C. J., Fussenegger, techniques. BioTek, 6, 1- resistance to apoptosis in
M., & Nielsen, L. K. 10. normal and malignant
(2003): Method for Ravi, M., Paramesh, V., mammary epithelium.
generation of Kaviya, S. R., Anuradha, E., Cancer Cell, 2, 205–216
homogeneous & Solomon, F. P. (2015):
multicellular tumor 3D cell culture systems:

17

Anda mungkin juga menyukai