OLEH :
Sebagai desa yang terintegrasi dengan Kota Banda Aceh, maka desa ini merupakan desa yang
yang mengandalkan pariwisata dalam memberdayakan potensi desa. Hal tersebut tentu se visi dengan
Kota Banda Aceh yang mengandalkan pariwisata sebagai pendapatan asli daerah (PAD). Maka tidak
mengherankan pengembangan pariwisata Kota Banda Aceh terus dikembangkan dan mendapatkan
perhatian serius dari pihak pemerintah kota. Kota Banda Aceh merupakan kota destinasi wisata bagi
para wisatawan lokal maupun manca Negara. Kota ini mampu menyungguhkan destinasi wisata
dengan karakter tersendiri. Hampir semua desa di Banda Aceh memiliki potensi kunjungan oleh
wisatawan, termasuk Desa Geuceu Komplek dengan berbagaimacam situs sejarah dan wisata kuliner.
Oleh sebab itu kota ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Destinasi yang cukup diminati
oleh wisatawan diantaranya Krueng Daroy, Taman Putroe Phang, Masjid Raya Baiturrahman, Makam
Syiah Kuala, dan Museum Aceh. Selain itu, Kota Banda Aceh juga mampu menyungguhkan wisata
tsunami. Pasca Aceh diterjang tsunami pada 26 Desember tahun 2004 silam, tsunami telah menjadi
tema penting dalam dunia pariwasata di Kota Banda Aceh dan Aceh pada umumnya. Sehingga tidak
sedikit para wisatawan ke Kota Banda Aceh untuk melihat langsung bagaimana sajian destinasi wisata
tsunami. Seperti kapal PLTD apung yang diseret tsunami sejauh lima kilo meter, kapal nelayan yang
tersangkut diatap rumah warga yang kini sudah dipugar menjadi destinasi wisata dan sebagai saksi
bisu bagaimana keganasan tsunami menghantam Aceh. Kemudian juga ada museum tsunami, yang
sebisa mungkin menyajikan sikowisata kepada pengunjung melalui tontonan foto, video dan ruang
doedrama untuk para wisatawan. Tsunami telah memberikan warna dan karakter tersendiri bagi
pariwisata Aceh. Maka tidak mengherankan pada saat peringatan tsunami Aceh kunjungan para
wisatawan meningkat drastis.
1
Selain tontonan benda (tingeble) seperti museum, dan bangunan bersejarah, parawisata Kota
Banda Aceh juga diwarnai oleh tontonan tak benda (Intingeble), yaitu tarian-tarian Aceh yang
merupakan antraksi budaya. Tarian Aceh memiliki karakter dan ciri khas yang unik. Salah satu
keunikan dan khas dari tarian Aceh adalah kecepatan dan kekompakan. Dua hal ini membuat tarian
Aceh mendapatkan panggung dan apresiasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain dua
keunikan di atas, tarian Aceh selalu bernafaskan Islam. Baik dari cara berpakaian para penari, gerakan
penari dan syair yang digunakan selalu beridentitaskan Aceh sebagai serambi mekkah. Semua jenis
tarian yang ada tersebut terintegrasi dengan setiap destinasi yang dimiliki oleh Kota Banda Aceh
sebagai bentuk sajian wisata untuk para tamu.
Beberapa seni tari yang sering ditampilkan untuk pengunjung diantaranya adalah tari saman.
Kesenian tradisional khas Aceh yang satu ini sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia maupun
dunia. Kemudian ada tarian ratoh jaroe, didong, tari likok pulo, rapai geleng, rapai grimpeng, sudati,
tari tarek pukat, semua tarian ini merupakan sajian antraksi budaya yang menyampaikan simbol dan
pesan tertentu untuk penonton. Misalnya tarian tarek pukat, tarian ini merupakan tarian yang
menarasikan bagaimana masyarakat Aceh adalah merupakan masyarakat pesisir, dimana laut
merupakan salah satu tempat masyarakat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya. Begitu juga dengan seudati, juga tarian yang menarasikan sibol masyarakat Aceh yang
ulet, kompak dan tidak mudah menyerah.
Sebagaimana disampaikan di atas, bahwa setelah tsunami menerjang Aceh, pariwisata Aceh telah
mendapatkan warna dan karakter baru. Artinya, pasca tsunami destinasi wisata Kota Banda Aceh
telah betambah, yaitu desteniasi yang bertemakan dengan tsunami. Namun, bertambahnya destinasi
wisata yang bertemakan tsnunami, ternyata tidak berbanding lurus terhadap bertambahnya tarian
Aceh yang bertemakan tsunami. Padahal tarian merupakan bagian yang terintegrasi dalam penyajian
wisata di Kota Banda Aceh kepada para wisatawan. Namun, sampai saat ini belum ada tarian Aceh
yang betemakan tsunami. Maka ini merupakan tantangan dan permasalahan yang harus dijawab dalam
pengembangan pariwisata Kota Banda Aceh yang lebih baik dan menarik bagi para wisatawan
tentunya. Maka oleh sebab itu, melalui Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa
(PHP2D) akan menggaskan program untuk menciptakan satu kreografer tarian yang memiliki tema
tari tsunami.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut maka program ini akan bermitra dengan Desa Geuceu
Komplek untuk mewujudkan kembali sanggar tari untuk melahirkan tarian-tarian yang dapat
mengaktualisasi tsunami Aceh sebagai karakter tari. Diharapkan tarian ini menjadi antraksi budaya
dan tontonan bagi wisatawan yang memiliki tema tsunami. Dengan demikian, penciptaan kreasi tari
baru ini dapat mengisi kekosongan antraksi budaya yang selama ini ada yang terasa hilang. Substansi
lain yang didapat tentu pengembangan Geceu Komplek sebagai desa wisata akan lebih optimal.
Dipilihnya Desa Geceu komplek di dasarkan pada hasil survey yang menunjukkan bahwa,
desa ini potensial sekali untuk dapat dikembangkan tari kreasi. Pertama desa ini memiliki sumber
daya yang baik, yaitu memiliki bibit penari-penari desa. Meskipun menurut kepala desa sanggar desa
tidak lagi aktif seperti dulu, hal ini dikarenakan tidak ada regenerasi yang baik. Akan tetapi potensi
2
tersebut masih memiliki peluang besar untuk dikembangkan kembali. Potensi lain adalah desa ini
memiliki sarana dan prasarana latihan untuk sanggar yang cukup memadai. Selain potensi tersebut,
desa ini memiliki program kerja desa dalam mengembangakan desa wisata, sehingga setiap tahun
mendapatkan plot anggaran desa untuk pengembangan seni dan budaya desa.
B. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan utama yang dihadapi desa adalah, desa ini memiliki sanggar desa yang diberinama
sanggar sanggar pocut biheu. Satu tahun terahir, sanggar ini sedikit mengalami kevakuman. Penyebab
utamanya ada pada regenerasi penari, sehingga diperlukan pembenahan dalam mengkaderkan penari.
Permasalahan kedua, sejak tsunami melanda Aceh, tema wisata Aceh sangat kental dengan tema
tsunami. Namun sampai saat ini belum ada sanggar yang sudah melahirkan tari kreasi yang
menggambarkan tsunami sebagai antraksi budaya. Sehingga sungguhan wisata Aceh seperti ada
sesuatu yang hilang. Selain itu, pariwisata desa masih perlu dikampanyekan lebih massif lagi melalui
media informasi digital sebagai bentuk promosi desa wisata.
Dari permasalahan yang telah diidentifikasi, maka hal utama yang menjadi prioritas
pengembangan adalah membenah kembali sanggar desa sebagai pusat kegiatan pengembangan seni
dan budaya desa. Kemudian, merancang tari kreasi dengan tema tsunami sebagai bentuk solusi
terhadap kekosongan antraksi budaya yang mencerminkan peristiwa tsunami. Maka sanggar ini
diharapkan mampu untuk menjawab kekosongan terhadap tari kreasi tersebut. Terahir
mengkampanyekan desa wisata dengan melakukan pemanfaatan basis digital.
Dari hasil diskusi dengan pihak pemerintah desa, maka tim dari himpunan mahasiswa sejarah
bersepakat dengan pemerintah Desa Geuceu Komplek untuk membenah dan menjawab tantangan dari
tiga aspek permasalahan tersebut. Hal tersebut didasarkan pada petimbangan bahwa, Desa Geuceu
Komplek memiliki potensi menjadi desa wisata ungggulan. Dimana kemudian Banda Aceh sendiri
memiliki orientasi pengembangan wisata yang maju untuk setiap desa di wilayahnya.
C. TUJUAN
Tujuan utama dari pelaksanaan program PHP2D di Desa Geuceu Komplek adalah untuk
menjawab masalah yang telah diidentifikasi bersama. Diantaranya untuk menjawab masalah
kevakuman sanggar desa yang sudah satu tahun tidak aktif yang disebabkan oleh krisis kader sebagai
penari. Kemudian, tujuan utama dari pelakasanaan program PHP2D ini adalah untuk bisa melahirkan
inovasi di sanggar desa tersebut. Inovasi yang akan dicapai adalah adanya kreografer tari bertema
tsunami sebagai kreasi tari baru. Kemudian terahir adalah adanya berbagai macam fitur media
digitalisasi seperti IG, FB dan lainnya untuk mengkampanyekan desa wisata di Kota Banda Aceh.
Tujuan yang akan dicapai tersebut harus dapat terukur. Capaian pertama dengan tujuan
pembenahan sanggar yang vakum dapat diukur capaian tersebut dengan aktif kembali sanggar desa
yang sudah vakum selama satu tahun. Tujuan kedua adalah adanya inovasi dalam mengkreografer
seni tari. Capaian inovasi ini dapat diukur dengan adanya tari kreasi yang bertemakan tsunami. Tujuan
ketiga adalah mempromosikan desa wisata melalui media digital, capaian ini dapat diukur dari adanya
media sosial yang dikelola secara masif dalam mempromosikan desa.
3
D. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM
Indikator keberhasilan dalam kegiatan PHP2D di Desa Geceu Komplek dengan judul “Strategi
Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis Kreasi Seni Tari Melalui Sanggar Pocut Biheu Di Desa
Geuceu Komplek Untuk Mendukung Daya Tarik Wisatawan Di Kota Banda Aceh”. Dapat dilihat dari
indikator perubahan pada perilaku masyarakat. Khususnya dari sebelum dilaksanakan program dan
sesudah dilaksanakan program. Adapun perubahan yang mendasar akan dilihat pada aspek
pengetahuan, sikap mental/kesadaran dan keterampilan. Aspek tersebut akan menjadi indikator utama
dalam mengukur keberhasilan program.
Sebelum pelaksanaan PHP2D, berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan pemerintah desa
dapat dilihat bahwa kesadaran masyarakat untuk mentrasnformasi desa menuju desa wisata masih
tergolong kurang. Cita-cita ini hanya ada pada pada tatanan pemerintah desa, sementara masyarakat
secara kolektif tidak memiliki motivasi ini. Berdasarkan diskusi dan observasi tidak adanya kesadaran
kolektif masyarakat untuk mewujudkan desa wisata dengan balutan budaya disebabkan karena tidak
ada pengetahuan terhadap pentingnya pengembangan budaya melalui sanggar desa. Begitu juga
ketrampilan, pihak desa belum memiliki ketrampilan yang mumpuni untuk membenah lembaga seni
dan budaya supaya menjadi sanggar seni yang dapat diandalkan dalam memberikan tontonan menarik
untuk para tamu yang datang. Diharapakan setelah pelaksanaan PHP2D, masyarakat akan memiliki
kesadaran kolektif terhadap pelestarian nilai budaya tari di tingkat desa sangat penting dilakukan. Di
samping sebagai sarana pendidikan budaya dan seni. Kegiatan pembinaan sanggar akan berdampak
pada pendapatan desa dan masyarakat desa melalui meningkatnya kunjungan para wisatawan untuk
menikmati persembahan tarian Aceh. Selain itu, setelah palaksanaan program PHP2D. Masyarakat
desa telah memiliki sanggar seni yang dikelola secara profesional, baik dalam meningkatkan
ketrampilan penari maupun dalam pengelolaan manajemen organisasi sanggar. Peningkatan
ketrampilan tentu akan dapat dinilai dari aspek kemampuan para penari dalam mempersembahkan
tari. Baik tari Aceh secara umum, maupun kemampuan sanggar dalam melahirkan tari kreasi betema
tsunami sebagai bentuk inovasi baru dalam dunia tari di Banda Aceh maupun Aceh secara umum.
Indikator lain, dapat diperbadingkan sebelum dan sesudah program berjalan adalah ada pada
aspek fisik. Aspek fisik yang dapat dilihat disini adalah aspek peningkatan ekonomi desa dan
masyarakat desa. Sebelum pelaksanaan program, kujungan para wisatana masih pada taraf landai,
kemudian kaula muda yang usia produktif tidak memiliki pendapatan. Namun setelah program
berjalan maka diharapkan akan meningkatnya kunjungan yang memberikan efek putaran uang kedesa
semakin tinggi. Baik dari wisatawan yang belanja maupun dari pihak yang mnyewa sanggar seni. Jika
ada yang menyewa sanggar seni, maka ini akan memberikan dampak terhadap pendepatan para pelaku
seni itu sendiri, yaitu para kaula muda desa setempat.
Indikator lain yang dapat diperbandingkan sebagai cerminan keberhasilan adalah ada pada
kerja sama atau kemitraan antar lembaga. Pada saat program akan dijalankan kemitraan yang
dibangun desa adalah hanya dengan lembaga mahasiswa dan Kampus Universitas Serambi Mekkah.
Ini memang sebuah kemajuan yang baik, dimana desa bisa mendapatkan manfaat dari hasil riset dan
pengabdian dari kampus, sementara dilain pihak kampus bisa melakukan pengabdian dan hilirisasi
hasil penelitian. Setelah program selesai, tentu menghasilkan output penting. Diantaranya lembaga
4
sanggar seni milik desa yang memiliki ketrampilan yang baik. Selain itu, sangar seni juga akan
memiliki tari kreografer baru sebagai kreasi tari betema tsunami. Ini merupakan produk budaya yang
penting untuk Kota Banda Aceh yang menempatkan pariwisata sebagai program strategisnya. Maka
dengan demikian, desa akan berpeluang untuk untuk mejalin MoU atau kerja sama dengan pihak
pemerintah kota, utamanya dengan Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh. Terjalinnya kerjama sama
desa dengan dinas terkait nantinya merupakan keberhasilan dan kemajuan yang cukup terukur untuk
desa yang berorintasi desa pariwisata.
Di sektor kelembagaan lokal di internal desa, sebelum program berjalan tidak ada lembaga
yang memberikan konsentrasi penuh pada pemberdayaan anak-anak muda yang memiliki talenta di
dunia seni. Bahkan ada sanggar desa bisa menjadi vakum karena tidak dikelola oleh lemabaga khusus
yang membidangi bidang budaya, seni dan minat bakat. Tentu setelah program PHP2D dilaksanakan,
desa akan didorong untuk melahirkan lembaga baru untuk membidangi bidang budaya, seni dan minat
bakat. Sehingga potensi desa disektor seni akan dapat dikelola dengan baik. Dengan demikian anak -
anak muda yang merupakan bagian dari kelompok masyarakat dapat terbedaya secara minat dan bakat
dan juga terbedaya secara ekonomi. Karena pentas seni dapat dikomersilkan untuk dapat
mengahsilkan uang. Hal lain yang juga cukup penting, kesibukan anak muda dapat disalurkan ke hal
yang positif, dan ini cukup membantu mereka terhindar dari bahaya narkoba dan jenis-jenisnya.
Indikator lain keberhasilan program adalah, sebelumnya tidak ada komunikasi antar lebaga
lokal, maka setelah program PHP2D komunikasi dan koordinasi antar lembaga-lembaga lokal dapat
dilakukan secara baik. Salah satunya seperti penyewaan tim tari dari desa ini ke desa lain. Bahkan
bisa dilakukan kerja sama dengan pihak lembaga lokal lainnya untuk bisa tampil secara regular di saat
event lokal. Apakah itu ada kunjungan wisatawan lokal maunpun luar atau acara pesta perkawinan di
antar desa. Koordinasi dan komunikasi ini merupakan bagian dari strategi untuk menjamin
keberlanjutan program yang telah dilakukan supaya tidak berhenti ditahap ini semeta, melainkan
harus terus berkambang.
Program kerja yang bisa dikatakan baik dan berhasil adalah program yang memiliki
keberlanjuatan. Atau sstilah ini sering disebut dengan rencena kerja tindak lanjut (RKTL). RKTL ini
akan ada pasca PH2D dilaksanakan. Pihak mahasiswa akan mempersiapkan pendampingan khusus
terhadap sanggar dan pemerintah desa suapaya bisa melakukan atau mengkonsep rencana kerja
selanjutnya untuk menjamin keberlajutan program menuju lebih baik dan maju. Tanpa RKTL, maka
dapat dipastikan program tidak berjalan dengan baik, maka untuk itu PHP2D di desa Geuceu Komplek
dipastikan untuk mendampingi kelompok masyarakat sampai mampu dan bisa menyusun RKTL.
Maka dengan adanya RKTL, bisa dipastikan kelompok masyarakat telah ada rel untuk melanjutkan
program yang telah dibimbing dan dibina oleh para mahasiswa.
Terakhir indikator keberhasilan program adalah adanya iplementasi mata kuliah terhadap
program yang dilaksanakan. Program yang dilakasnakan oleh mahasiswa harus memiliki korelasi
yang kuat terhadap program. Program pembinaan desa pada sektor budaya melalui PHP2D dengan
judul “Strategi Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis Kreasi Seni Tari Melalui Sanggar Pocut
Biheu Di Desa Geuceu Komplek Untuk Mendukung Daya Tarik Wisatawan Di Kota Banda Aceh”.
5
Memiliki korelasi yang cukup kuat dengan beberapa mata kuliah. Mata kuliah yang memiliki korelasi
tersebut adalah pertama adat dan budaya aceh, kedua kewirausahan, ketiga wisata sejarah dan terahir
mata kuliah yang memiliki korelasi dengan program adalah mata kuliah pilihan di program studi yaitu
design dan cinematografi.
a. Luaran wajib
1. Manual/panduan aplikasi teknologi produk PHP2D; (SOP)
2. Profil dan poster hasil pelaksanaan program;
3. Video Kegiatan di publish di youtube chanel
4. Publikasi media sosial (IG, FB dan Twitter)
b. Luaran tambahan
1. Jurnal publikasi ilmiah pada Journal of Innovation and Entrepreneurship (JIK)
2. Publikasi media massa pada Serambi Indonesia.
3. MoU antar lembaga
F. MANFAAT
Program ini akan memberikan manfaat besar untuk desa sasaran kegiatan. Baik itu manfaat
ketika program sedang berlangsung, maupun ketika program sudah berlangsung. Manfaat pertama
dari sisi pendidikan, ketrampilan dan pelestarian budaya. Kedua secara ekonomi dan terahir secara
relasi public.
Manfaat pertama desa akan mendapatakan pendidikan kebudayaan untuk kelompok seni.
Dimana kelompok seni akan dilatih secara profesonal untuk dapat mengelola sanggar dengan baik
supaya terus aktif dan bekelanjutan. Kemudian kelompok masyarakat akan mendapatkan ketrampilan
secara teksnis dalam menari, sehingga dengan demikian juga akan melahirkan kelestarian budaya di
desa setempat. Selain itu, kelompok tari juga akan menerima pengetahuan dan ketrampilan khusus
dalam melakukan kreografer terhadap seni tari baru, yaitu tari kreasi yang betemakan tsunami.
Manfaat ini akan diterima pada saat program sedang berlangsung. Sementara manfaat sesudah
program tentu desa akan tebuka relasi terhadap publik, seperti mengkempanyekan desa sebagai desa
wisata. Kemudian desa akan dibantu atau difasilitasi untuk dapat membangun kominikasi dan
koordinasi dengan lembaga lain untuk bisa saling bekerja sama yang bersifat saling diuntungkan.
Secara ekonomi tentu ini akan mendorong para pelaku UMKM di desa menjadi lebih hidup, hal ini
dikarenakan akan berdampak pada meningkatnya para tamu wisata lokal dan luar untuk berkunjung
ke desa. Hal ini tentu akan mebuat putaran uang di desa akan semakin tinggi.
6
mengherankan jika kota ini sangat konsen dengan konsep pariwisata. Bahkan pedapatan asli daerah
kota ini sangat mengandalkan sektor pariwisata. Dikarenakan Desa Geuceu komplek bagian integral
dari kota ini, maka desa Geuceu komplek juga menjadi desa yang berorientasi desa wisata pula.
Masyarakat Desa Geceu Komplek memiliki karakter masyarakat yang bisa dikatagorikan
sebagai masyarakat yang terbuka. Situasi ini terbentuk dari kebiasaan masyarakat yang hidup di kota
yang berbasis pariwisata yang selalu menerima tamu dari berbagai daerah. Secara umum masyarakat
desa ini memiliki modal besar dalam hal pengembangan desa, karena desa ini memiliki banyak
potensi desa yang bisa dikelola untuk meningkatkan kesejahteran bagi penduduk desa. Desa Geuceu
Komplek memiliki luas wilayah 47, 5 Ha. Jumlah Penduduk Gampong Geuceu Komplek mencapai
3.307 jiwa, dengan komposisi laki-laki 2.028 jiwa dan perempuan 1.279 jiwa, yang mencakup 737
Kepala Keluarga yang tersebar dalam 4 (empat) dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV.
Untuk kegiatan program PHP2D di desa Geuceu Komplek akan melibatkan berbagai
komponen desa sebagai pengarusutamaan partisipatif pemerintah desa dan masyarakat sebagai
sasaran utama program. Dimana program ini sendiri nantinya akan diteruskan oleh desa dan kelompok
masyarakat sebagai penerima manfaat dari pelaksanaan program. Jumlah peserta atau kelompok
masyarakat yang akan terlibat dalam program berjumalah sembilan orang, sembilan orang ini adalah
penari yang di rekrut oleh tim program bersama-sama dengan pemerintah desa setempat. Sembilan
orang ini akan menjadi ujung tombak utama dalam menentukan keberhasilan program. Maka oleh
sebab itu, dalam perekrutan sembilan orang penari akan direkrut oleh tim yang terdiri dari mahasiswa
selaku penggagas program dan pemerintah desa sebagai tuan rumah dan penerima manafaat program.
Perekrutan akan dilakukan dengan standar yang dibutuhkan untuk kriteria penari.
Dalam menjalankan program, secara umum akan melibatkan aparatur desa. Kemudian secara
khusus akan melibatkan aparatur desa yang memilki keterkaitan langsung dengan program. Aparatur
desa yang akan terlibat langsung dari praprogram hingga pelaksanaan program adalah pihak PKK,
yang diketuai oleh istri kepala desa. Aparatur desa yang akan memonitoring program langsung
diketuai oleh kepala desa yang dibantu oleh sekretaris desa dan para kasi serta para kaur desa. Jumlah
pihak PKK yang terlibat langsung dalam program berjumlah lima orang, diantaranya adalah ketua
PKK dan empat orang anggota. Maka secara keselurahan orang yang telibat secara langsung dalam
program yang berasal dari desa berjumalah empat belas orang. Selain pihak pemerintah desa dan tim
PKK, dalam program ini juga melibatkan tokoh desa dan cerdik pandai. Ketrlibatan tokoh masyarakat
ini untuk mendapatkan masukan dan saran dari kalangan tokoh. Tokoh yang terlibat berasal dari unsur
tuha peut (tua empat) yang berjumlah empat orang. Keberadaan para tokoh ini berfungsi sebagai
pembina di program.
7
Gambar I. Peta jarak desa dengan kampus
3. Permasalahan yang dihadapi
Desa Geuceu Komplek selaku desa mitra memiliki beberapa permasalahan dalam
mewujudkan desa wisata, khususnya dalam bidang pembinaan sanggar seni tari. Dari hasil diskusi
tim dengan pihak desa berhasil mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut. Permasalahan
pertama adalah sanggar tari desa sudah tidak aktif lagi. Salah satu penyebabnya krisis kader tari
dikarenakan tidak dilakukan pembinaan dengan baik. Kedua, lembaga sangar juga tidak dikelola
secara profesional sehingga membuat sanggar menjadi mati suri. Ketiga adalah kebutuhan tari kreasi
yang betemakan tsunami untuk membantu mewujudkan desa menjadi desa wisata yang di gandrungi
oleh pengunjung. Namun selama ini tidak pernah ada tari kreasi yang bertemakan tsunami, tidak
hanya di desa mitra bahkan dari hasil diskusi dengan desa di desa lain juga tidak ada inovasi baru
untuk menghasilkan tari kreasi baru dengan tema tsunami. Keempat, masih memerlukan kampanye
atau promosi secara massif, dan terstruktur di media digital untuk mempopulerkan desa dan sanggar
seni di desa mitra.
4. Potensi yang dimiliki desa
Potensi pertama, desa memiliki anak-anak muda yang berusia produktif untuk dapat dibina
di sanggar seni. Potensi besar lainnya adalah, desa ini sudah pernah memiliki sanggar yang kini sudah
tidak aktif, sanggar desa yang sudah tidak aktif diberi nama sanggar pocut biheu. Sanggar ini masih
berpeluang besar untuk dibenah kembali untuk mejadi sanggar yang profesioanal karena didukung
oleh berbagai macam potensi. Potensi lainnya adalah, desa ini memiliki gedung desa sebagai sarana
latihan. Jika pembinaan dan pembenahan sudah bisa dilakukan maka untuk menghasilkan berbagai
tari kreasi cukup mungkin dilakukan.
Potensi lain yang juga cukup penting adalah antusias dan partisipasi pihak desa yang cukup
besar, baik pemerintah desa maupun kelompok masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari sambutan
dan kesedian pihak desa dalam berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah. Tentu diikuti dengan
komitmen desa yang menyatakan siap bekerja sama dan akan mendukung penuh dalam menjalankan
program nantinya hingga pada tahap evaluasi dan menjamin keberlanjutan program. Indikator ini
dapat dilihat dari peran aktif desa dalam mamasok data dan membantu dalam perencanaan program
8
yang kemudian dituangkan dalam bentuk proposal oleh tim. Tentu ini sudah menunjukkan bahwa
pihak desa telah mengambil peran dalam penyusunan perencanaan. Begitu juga pihak desa telah
menyatakan siap mengambil peran dalam memberi dukungan terhadap sanggar, yaitu dengan
menunjuk tim pkk yang akan terlibat langsung dengan tim mahasiswa dalam pengembangan sanggar.
Di sisi lain pihak desa bahkan siap mensupport berbagai kebutuhan dilapangan seperti minuman dan
lainya untuk kelancaran pembinaan sanggar. Peran monitoring dan evalusi juga dilakukan oleh para
tokoh desa yang juga akan memberikan masukan terhadap tim dalam menjalankan program. Secara
administrasi pihak desa memberikan tanggung jawab pembinanaan bersama ini kepada tim
penggerak PKK, namun seacara umum pihak desa cukup komit dalam mengambil tanggung jawab
bersama. Sehingga para tim mahasiswa siap mengiplementasikan keilmuannya dan menularkan
berbagai inovasi utuk meningkatkan kualitas lingkungan sosial wisata di Desa Geceu Komplek.
Gambar II. Para mahasiswa melakukan diskusi dengan pihak desa untuk
mengidentifikasi dan potensi desa secara bersama-sama
H. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan pemberdayaan kelompok sanggar seni dilaksanakan dengan metode
offline, artinya kegiatan dilakukan secara penuh dilapangan. Pengambilan keputusan terhadap
metode ini karena pertimbangan pelatihan tari tidak bisa dilakukan dengan sistem online. Keuputusan
ini diambil bersama antara pihak desa dan mahasiswa, tentu dengan komitemen tetap
mengedapankan protokol kesehatan sebagai bentuk komitmen tim dalam mendukung program
pemerintah guna memerangi visus korona. Hal lain yang menjadi dasar pengambilan keputusan
menggunakan metode offline karena kasus corona sudah mulai menurun bahkan sudah cendrung
kondusif semenjak program vaksinasi telah berjalan di Kota Banda Aceh.
9
1. Roadmap kegiatan
Roadmap diperlukan untuk menjelaskan bagaimana program berjalan. Tahap pertama yang
dilakukan oleh tim bersama-sama dengan pihak desa selaku penerima manfaat adalah
mengidentifikasi masalah dan potensi desa sebagai sasaran program. Dari hasil identifikasi
ditemukan bahwa desa memiliki masalah bahwa desa pernah memiliki sanggar yang sudah tidak aktif
lagi dikarena pengelolaan yang tidak baik. Kemudian juga diidentifikasi desa memiliki sdm dan
sarana prasarasan yang potensial. Setelah tahapan identifikasi masalah dan potensi, maka akan
dilanjutkan ke tahapan pelaksanaan program ke tahap pelaksanaan program. Tahap pertama
pembenahan sanggar desa secara manajemen dan pemetaan peluang desa wisata. Kedua perekrutan
kader penari desa dan menetapkan kurikulum pelatihan serta jadwal latihan. Ketiga, melakukan
kampanye desa wisata dengan konsep basis media digital. Ke empat, melakukan kreografer yang
menghasilkan tari kreasi bertema tsunami. Kemudian akan melahirkan hilirisasi atau output yaitu
adanya sanggar seni yang profesional dengan berbagai tarian Aceh dan tari kreasi tsunami berbasis
desa wisata. Berikut gambaran roadmap yang ditungkan kedalam gambar.
10
program memiliki tingkat akurasi yang tinggi terhadap kebutuhan masyarakat setempat.
Berdasarkan analisis tim dengan metode SWOT, memutuskan bahwa program pembinaan
sanggar seni untuk mendukung desa wisata menjadi program paling strategis di desa setempat.
Oleh karena itu, pengembangan sanggar seni merupakan program paling tepat dilaksanakan di
desa tersebut berdasarkan masalah, potensi dan kebutuhan desa.
11
Program PHP2D dilaksanakan dengan acuan perancanaan yang telah disepakati.
Semua program dilaksanakan dengan langkah yang terstruktur dan sisitematis berdasarkan
rencana sebagaimana yang telah di tuangkan ke dalam roadmap. Dengan tahapan pertama
adalah pembenahan sanggar desa secara manajemen. Sanggar yang sudah tidak aktif akan
diaktifkan kembali dengan menentukan pengurus baru yang dipilih bersama dimana
kemudian ditetapkan melalui surat keputusan kepala desa. Setalah tahapan ini selesai maka
kemudian akan dilajutkan ketahap perekrutan kader penari desa dan menerapkan kurikulum
pelatihan serta jadwal latihan sebagaimana kesepakatan bersama. Setelah teknis dasar tari
telah dikuasia, maka tim sanggar seni akan diarahkan untuk menghasilkan tari kreasi tsunami
yang merupakan inovasi baru yang wajib dihasilkan untuk mejawab kebutuhan. Terahir
mengkonsep media sosial yang popular untuk mengkampanyekan setiap kegiatan sanggar
sebagai promosi desa wisata. Media sosial akan dikelola secara terpusat dan terukur.
g. Penguatan dukungan desa terhadap pelaksanaan program
Dalam kegiatan rapat penyusunan program pemerintah desa menyatakan bahwa
program yang diangkat merupakan program yang dibutuhkan oleh desa. Bahkan program ini
penting untuk generasi muda dan penting untuk pelestarian niali-nilai budaya. Oleh karena itu,
pemerintah desa akan mengambil peran sebagai bentuk dukungan dalam menyukseskan
program. Salah satu dukungan pemerintah desa, pemerintah desa menunjuk tim PKK desa
untuk berkalaborasi dengan mahasisiwa untuk melakukan pembenahan dan pengembangan
terhadap sanggar seni desa. Keputasan ini merupakan tindakan dukungan besar desa dalam
menyukseskan program. Selain itu, pihak desa siap memenuhi kebutuhan non teknis jika
sewaktu waktu dibutuhkan dilapangan.
h. Langkah-langkah pembinaan khalayak sasaran
Untuk membina kelompok masyarakat sebagai sasaran utama dari dari program maka
diperlukan beberapa langkah-lnagkah penting untuk memastikan program berjalan
sebagaimana perencanaan. Pertama dilakukan persamaan persepsi dalam pencapaian program.
Kemudian memastikan perekrutan atau pemilihan anggota kelompok binaan sesuai dengan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Setalah semuanya terpenuhi, maka pembinaan akan
dilakukan sesuai dengan satandar oprasional prosudur pembinaan. Termasuk didalammnya
menyepakati aturan disiplin kelompok dalam menjalankan program. Terahir menjalankan
fungsi monitoring dan evalusi oleh tim, termasuk dilaksakan oleh pemerintah desa sebagai
institusi penerima manfaat nantinya.
i. Analisis tingkat keberhasilan program (evaluasi diri) berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan sebagai dasar untuk merintis jejaring kemitraan
Dalam setiap program layaknya harus dilakukan monitoring dan evaluasi (Monev).
Monev diperlukan sebagai alat untuk menganalisis tingkat keberhasilan program berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan. Monev dilakukan untuk mengetahui apakah program sudah
berjalan secara sistimatis dan sesuai dengan SOP. Jika ada program belum tercapai maka akan
didetek dimana ada kendala dalam menjalankan program. Evalusi diri akan dilakukan secara
berkala oleh pihak internal sanggar. Dalam hal ini hanya akan dilakukan oleh tim penggerak
saja tanpa melibatkan pimpinan desa. Keberhasilan program tetap akan diukur sejauh mana
12
program sudah berjalan dalam mencapai tujuan sesuai dengan target kerja sebagaimana
indikator keberhasilan. Keberhasilan program akan menjadi penentu dalam membuka jejaring
kemitraan baru dengan lembaga lokal lainnya. Keberhasilan program tentu akan dengan
sendirinya secara otomatis akan terbangun jejaring kerja baru. Ini disebabkan karena desa
telah memiliki komuditi budaya yang bisa dipasarkan baik untuk lembaga lokal atau event
tertentu.
j. Perintisan kemitraan dengan berbagai pihak sejak awal penting untuk direncanakan
Kemitraan antar lembaga menjadi barometer kemajuan sebuah lembaga, baik itu
dalam bentuk kerja sama atau kontrak kerja. Untuk itu, tim bersama dengan pihak desa telah
membicarakan lembaga-lembaga yang menjadi target kemitraan desa secara kelembagaan.
Diantaranya yang menjadi target kerja sama adalah dengan dinas pariwisata dan kebudayaan
Kota Banda Aceh. Kemudian sanggar desa juga akan didaftarkan ke taman budaya sebagai
sanggar aktif di Kota Banda Aceh, sehingga setiap ada even budaya sanggar pocut biheu akan
menjadi peserta aktif dalam even budaya. Selain itu, pihak desa juga mulai mensosialisasi ke
antar desa terkait dengan eksis kembali sanggar seni desa, sehingga ini menjadi pemantik
untuk melangkah ke jenjang kerja sama antar lembaga.
k. Penguatan jejaring koordinasi dan komunikasi antar kelembagaan local sebagai wadah
gotongroyong untuk keberlanjutan program
Penguatan jejaring dengan lintas lembaga untuk meningkatkan komunikasi dan
koordinasi antar lembaga local sangat penting, hal ini dikarenakan untuk mendukung
keberlanjutan program. Jejaring antar lembaga lokal merupakan simbiosis mutualisme.
Situasi ini perlu dipupuk dan dikuatkan sebagai modal dasar untuk mejamin keberlanjutan
program secara mandiri tapa tergantung pada lembaga pendamping. Jika jejaring komunikasi
telah terwujud, maka komersialisasi sanggar desa akan terjadi dengan sendirinya. Ini akan
memberikan ekonomi efek untuk sanggar dan masyarakat desa pada umumnya. Termasuk di
dalamnya pelaksanaan event budaya bersama, baik dengan lembaga lokal setingkat antar desa
maupun lembaga budaya milik pemerintah kota. Event budaya akan berpengaruh pada
perputaran uang di dalam masyarakat, dan ini akan memberikan dampak positiif terhadap
pelaku UMKM desa.
l. Monitoring dan Evaluasi berdasarkan indikator keberhasilan program
Monitoring adalah kegiatan pemantauam untuk memperoleh informasi secara terus-
menerus sehingga hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, disebutkan bahwa monitoring merupakan suatu kegiatan
mengamati secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan
tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil
pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan
selanjutnya yang diperlukan. Sementara Evaluasi yaitu kegiatan penilaian di akhir kegiatan
untuk melihat pencapaian dari program yang dijalankan. Sebagaimana dijelaskan diatas
bahwa, setiap kegiatan atau program memiliki target dan disertai standar keberhasilan sebagai
alat ukur. Indikator yang telah ditetapkan, merupakan standar yang digunakan dalam
melakukan evaluasi terhadap kegiatan.
13
m. Lokakarya hasil kegitan untuk diseminasi dan publikasi serta pelaporan kegitan
Kegiatan pengembangan sanggar seni desa ini akan diseminarkan sebagai bentuk loka
karya dan disiminasi dari kegiatan. Disiminasi ini direncakan akan dilakukan di kampus
sebagai lingkungan akademis. Dalam pelaksanaan lokakarya dan disiminasi akan diundang
para stakeholder. Diharapkan setalah dilakukan disiminasi ini akan memberikan pengetahuan
baru sebagai sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan dan budaya. Disiminasi dan loka karya
akan menjadi proses penyebaran inovasi dan informasi yang sudah dilakukan dan dikelola
dengan sistim difusi oleh para mahasiswa di dalam masyarakat.
Tahap laporan merupakan tahap akhir, laporan akan dibuat sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan dalam panduan pelaporan pada program holistik pembinaan dan
pemberdayaan desa. Kemudian dilakukan pemutakhiran data sasaran program dalam jangaka
2 bulan pasca program.
I. JADWAL KEGIATAN
2021
No Nama Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
1 Rapat Koordinasi pelaksanaan program sesuai perencanaan
2 Penetapan pengurus Sanggar melalui keputusan SK kades
3 Rapat Koordinasi pihak desa, TIM dan Pengelola sanggar
4 Penetapan kurikulum sanggar
5 Pengadaan alat dukung tari
6 Pengsahan SOP sanggar
7 Perekrutan kader tari desa
8 Penetapan jadwal dan tempat latihan
9 Latihan teknik dasar tari
10 Latihan gerakan dasar
11 Latihan pengelolaan suara dan nafas
12 Latihan kreografer
13 Menteapkan pola gerakan tari kreasi tsunami
14 Latihan rutin pemantapan
15 Pembuatan media digital
16 Pengelolaan sistem kampanye media digital
17 Membangun komunikasi antar lembaga
18 Monev Internal
19 Visitasi
20 Publikasi media sosial, media masa dan Jurnal Nasional
21 Lokakarya dan desiminasi
22 Penyusunan laporan kahir
23 Pemutakhiran data
J. RANCANGAN BIAYA
Jumlah anggaran yang dibutuhkan dalam program kegiatan PHP2D berjumlah Tiga Puluh
Sembilan Juta Dua Puluh Lima Ribu Rupiah (39,025,000). Detail Anggaran terlampir
K. LAMPIRAN-LAMPIRAN
14
Daftar Riwayat Kegiatan Himpinan Mahasiswa Sejarah Dua Tahun Terahir