Anda di halaman 1dari 4

SEMBAH HYANG

Dari mana kata "Sembahyang" ber asal,Apakah kata ini dari arab atau india.....?

Literasi kata "Sembahyang" membuktikan leluhur Nusantara terdahulu bukan dan tdk menganut
"Animisme dan Dinamisme"

Mari kita simak :

Belajar dari "Sejarah" adalah upaya melihat ke belakang untuk kemudian "Melompat" jauh ke
depan.....memandang ke belakang dengan "Bijak" melihat dgn jernih,tanpa membenturkan "Keyakinan"
yg ada pada masa lalu dan masa kini

"Interpretasi" pada masa lalu dapat berubah sebagai tanggapan terhadap "Bukti baru"

"Konsensus Lama",berdasarkan bukti yang terbatas...mungkin tidak lagi dianggap sah secara historis dlm
menjelaskan hal-hal khusus...sebab akibat,motivasi dan "Kepentingan"...

Leluhur Nusantara pada masa maju terdahulu sudah ber ke "Tuhanan", telah meyakini existensi adanya
yg "Maha"/ "TUHAN",dengan penyebutan berbeda di setiap daerah di Nusantara...

Bahwa ajaran asli Nusantara berlandas pada konsep dasar "Monotheisme"

● Ajaran Tolotang menyebut Tuhan Yang Maha Esa, Dewata Seuwa E

● Budaya Marapu menyebut,Mawulu Tau-Majii Tau ,Pencipta dan Pembuat Manusia atau Tuhan Yang
Maha Esa

● Tuhan dalam ajaran Kaharingan disebut "Yustu Ha Latalla", sedangkan di Kotawaringin Barat disebut
"Sanghyang Dewata"

● Parmalim Batak menyebut Tuhan,Debata Mulajadi Na Bolon,ber ibadat nya "Sombahiang" berdoa nya
"Tangiang"

● Budaya "Asmat" mengenal "Tuhan" juga "Surga" ,Ow Capinmi alam sekarang,Dampu ow Capinmi alam
persinggahan,Safar (surga),Suku Mee menyebut Tuhan "Ugatame"

● Flores Suku Soge,di Sikka orang Tana Ai mempercayai penguasa bumi dan langit yang menjaga alam
dan memberi kehidupan yaitu "Lera Wulan Tana Ekan"

● Timor-NTT,Tuhan Maha Tinggi Sang Pencipta disebut dengan "Uis Neno" dan "Uis Pah" dewa
bumi,Adat Liae,budaya Sabu Raijua Tuhan disebut "Deo Ama"
● Budaya Mentawai,Penguasa semesta yang paling tinggi dan memiliki kekuasaan yang tak terhingga
menyebut dengan "Ulau Manua"

● Di tanah Javadvipa terdahulu menyebut "Hyang Widhi Tunggal"

● Sumatra Tengah menyebut "Tuhan Nan Oso"

● Bali menyebut,Ida Sang Hyang Widhi Waça,Tak terbayangkan...tak terpikirkan,adalah.. Acintya..bukan


"Khrsna"

....dan prosesi ber "ibadahnya" ini...ter indentifikasi dengan literasi kata "Sembahyang"....Literasi kata
itu,terbentuk dari 2 suku kata "Sembah" dan kata "Hyang"

"Hyang"... adalah kata yang menunjukan pengertian pemahaman tentang yg Maha Mutlak adanya
"Tuhan"...Tuhan Yang Maha Esa... "Hyang Widhi Tunggal"

Leluhur Nusantara terdahulu telah memahami akan konsep pengertian dan pemahaman di atas ...
"Lebih dahulu".. sebelum lahir nya Tokoh Agung Luhur Mulia yang hidup pada tahun 560 - 480 SM di
India,Juga Agama Samawi

Bahkan I-Tshing juga sebelum nya mencatat "Svarnadvipa" adalah tempat di mana belajar tentang
Palsafah Utama Dasar "Dharma" yang menyebar ke India juga Tibet

● Fa-Huan 337 - 422 M

● Sung Yun 518-521 M

● Hieun-Tsang 602 - 664 M

● Hui Ning 664 M – 667 M

● I -Tsing 671 - 695 M

● Atiśa Dīpaṃkara Śrījñāna,tahun 1.013 M

Jauh 15 Abad sebelum Masehi di sini leluhur Beliau di bawah ini juga palsafah inilah yang di bawa tokoh
tokoh bernama ... Sanjaya,Sari puta,Svarnakesa,Svarnadvipi Dharmakirti ke India juga oleh Atisha ke
Tibet...dan tokoh terakhir ke wilayah Nusantara...Dapunta Hyang

"Svarnadvipa",Berpusat di lokasi "Matahari Tanpa Bayang" / Equinox ,sesuai catatan I-Tshing di sini
tersisa jejak rekam sumber Palsafah para Penyembah Hyang "Tuhan Esa"

Para penyembah nya terekam menjadi "Para Hyang" dan kadang di sebut "Para Hyang an" indentik dgn
"Pariangan" atau "Priangan"
"Pariangan" yang diberi arti baru tempat beriang-riang,padahal akar katanya adalah Para Hyang ,Para
Pemuja Hyang Suci "Tuhan"

"Hyang" adalah kata asli Nusantara,Leluhur nenek moyang kita kaum "Cakya/Saka/Arya" memakai
perlambang "Matahari" dengan symbol "Swastika" yang mengandung makna "Dharma" keharmonisan
universal serta keseimbangan....Perlambang "Matahari" sebagai sumber cahaya,5 warna Cahaya Utama
"Pancawarna" yang menjadi landasan filosofi kehidupan ajaran asli Nusantara tersimpan sempurna di
Bali,ini bukan dari india

Rincian nya :

● Cahaya Putih di timur disebut Purwa,tempat "Hyang Iswara"

● Cahaya Merah di selatan disebut Daksina,tempat "Hyang Brahma"

● Cahaya Kuning di barat disebut Pasima,tempat "Hyang Mahadewa"

● Cahaya Hitam di utara disebut Utara,tempat "Hyang Wisnu",.....Fahami sekali lagi ini bukan "Hindu
India" kapan dan siapa misionaris india yang datang ke Nusantara membawa istilah istilah diatas...?

Segala Warna Cahaya di pusat disebut "Madya" tempat "Hyang Siwa"/Sang Hyang Siwa,adalah
simbol "Pelebur" segala Cahaya/Warna....Siwa "Pelebur" cahaya telah disalah artikan menjadi Dewa
Perusak.....

Jejak rekam di bumi Svarnadvipa :

● "Samadi" ,Posisi tubuh duduk bersila terbaca menjadi "semadi" dalam istilah setempat di sebut "Tapo"
Tapa..menapak kan lebih tinggi lagi di sebut "Bethara",me "narak" kan org yg mumpuni masa pra islam
di sebut "Bathara Guru" para "Malim" atau "Shang Hyang Datu"

● "Bodhi" ,Pohon yg tumbuh di area suci, "Boddhisatva" menjadi "Budi",akar katanya adalah
Bodhi,menjadi suku "Bodi" trah dari keturunan "Bundo Dewi" dari ibu saat pra Islam

● "Caniago" asal kata dari dari "Candra Nago" adalah suami dari "Bundo Dewi" yang kemudian dari trah
ini menjadi persukuan Caniago pra Islam

● "Piliang",mendapat arti baru yaitu "Pilihan"....akar katanya adalah "Pili"/"Dharma" dan


"Hyang"/Tuhan, yang mencerminkan falsafah yg dianut masa terdahulu

● "Pita-Pang" menjadi "Pito-Pang" ini yang kemudian disebut "Patapang" adalah kata awal dara Pe -
Tapa - Ang atau Pe-Nopang
● "Sangkayan" diberi arti baru "sangkak ayam"....awal kata ini adalah dari kata "Sangha"/jemaah
"Hyang" /Tuhan,Para jama'ah penyembah Tuhan yg Esa

● "Sungai Hyang" menjadi Sungayang

● "Sri Suruwasa" menjadi Suruaso

● "Jambhu Dwipa" /tanah asal berubah menjadi "Jambu Lipo" dan diberi arti baru "Jan bu lupa"...asal
katanya adalah Jambhu Dwipa/Pulau Jambu

● "Kanva"/Kampar

● "Panchala"/Kapal Panchalang

Tempat dan nama nama di atas masih ada sampai saat ini di Svarnadvipa dan saat setelah Islam situs
situs nya banyak tidak terawat dan hancur,karena juga telah di "Labeling" bukan asli Nusantara oleh
penjajah yaitu "Hindu/Buddha"....fahami ini

"Situs Muara Takus", di Svarnadvipa pernah berdiri pusat belajar Palsafah Dasar Utama "Dharma" ...
yang kini masih tergambar di Borobudur dan tersimpan sempurna di Bali...ini yang mendasari lahirnya
ajaran Hindu,Buddha dan Jaina india,bukan Situs Muara Takus adalah pusat ajaran Buddha,juga
Palembang

.....Prosesi kontemplasi leluhur Nusantara ber ibadah ter indentifikasi dgn kata "Sembah Hyang"...ini
bukan Animisme/Dinamisme...atau Hindu ...kapan misionaris Hindu india datang masuk pelosok
Nusantara

........Jadi semua situs juga ajaran asli di Nusantara tdk berdasar pada salah satu dari 2 Agama lndia, tapi
yg kini masih tergambar di situs Borobudur juga terekam di Bali,Adalah yg mendasari tumbuhnya 3
Agama di sana..."Dharma"........

"Dharmic Original" Nusantara, The initial Philosophy of "Monotheism" / "Hyang Widhi Tunggal" Before
the "Samawi" Religion came.

Anda mungkin juga menyukai