PENDAHULUAN
melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini masih belum
diketahui dengan jelas. Secara garis besar IBD terdiri dari tiga jenis, yaitu colitis
ulseratif (ulcerative colitis), penyakit crohn (crohn’s disease), dan bila sulit
Sampai saat ini belum diketahui etiologi IBD yang pasti maupun
diperkirakan bahwa proses patogenesis IBD diawali oleh adanya infeksi, toksin,
produk bakteri atau diet intralumen kolon, yang terjadi pada individu yang rentan
dan dipengaruhi oleh faktor genetik, defek imun, lingkungan, sehingga terjadi
kaskade proses inflamasi pada dinding usus. Manifestasi tersering dari IBD adalah
diare kronik yang disertai atau tanpa darah dan nyeri perut.1
dengan pengetahuan yang belum komplit tentang penegakan diagnosis pada crohn
pencernaan yang kronik sebagai gejala spesifik dari crohn diseases, pemeriksaan
USG dan CT Scan dengan media kontras oral dapat membantu untuk menentukan
diagnosis.
BAB II
PEMBAHASAN
disease dapat melibatkan setiap bagian dari saluran pencernaan dari mulut ke
anus, tetapi paling umum mempengaruhi usus halus dan kolon.(2,3) Crohn
berulang.2
B. Epidemiologi
Crohn disease adalah penyakit bedah yang umum utama dari usus kecil,
dengan kejadian tahunan dari 3-7 kasus per 100.000 populasi umum; kejadian
tertinggi terjadi di Amerika Utara dan Eropa Utara. Investigasi lebih lanjut
2
Crohn disease terutama menyerang orang dewasa muda pada dekade
kedua dan ketiga kehidupan. Namun, terdapat distribusi bimodal yang jelas
dengan puncak kedua yang jauh lebih kecil terjadi pada dekade keenam
(2,3)
kehidupan. Crohn disease lebih sering terjadi pada penduduk kota, dan
crohn disease sekitar dua kali lebih tinggi pada perokok daripada bukan
yang lebih baru telah menunjukkan tidak ada perbedaan.2 Crohn disease
cenderung bersifat familial dan paling sering terjadi pada.3 Meskipun crohn
disease jarang pada orang kulit hitam Afrika, orang kulit hitam di Amerika
Serikat memiliki angka yang mirip dengan kulit putih. Kelompok etnis
terjadinya crohn disease dibandingkan subyek kontrol dengan usia dan gender
yang sama. Terdapat hubungan kekeluargaan yang kuat terkait penyakit ini,
dengan risiko terjadinya crohn disease meningkat sekitar 30 kali lipat untuk
saudara kandung dan 14- 15 kali lipat untuk semua kerabat tingkat pertama.
C. Etiologi
3
faktor lingkungan dan makanan, merokok, dan faktor psikososial. Meskipun
1. Infeksi
potensial dari crohn disease, dua yang telah menerima perhatian adalah
crohn disease. Transplantasi jaringan dari pasien dengan crohn disease telah
2. Faktor imunologi
Perhatian telah difokuskan pada peran sitokin, seperti interleukin (IL) -1,
IL-2, IL-8, dan TNF-α, sebagai faktor yang berkontribusi dalam respon
disease dan mungkin dapat mewakili efek dari proses penyakit dan bukan
4
3. Faktor genetik
varian alel dari CARD15 / NOD2 memiliki risiko relatif 40 kali lipat untuk
tampaknya relatif spesifik untuk crohn disease dan tidak untuk kolitis
pada kromosom 12q (diamati lebih dalam ulcerative colitis) dan IBD3,
kromosom 6p. Diduga lokus IBD telah diidentifikasi pada kromosom 5q,
Bahkan dengan bukti kuat hubungan genetik untuk crohn disease, perlu
diulangi bahwa ada tingkat substansial konkordansi kurang dari 100% antara
dapat menjelaskan pola terjadinya. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa
5
D. Patofisiologi
Chorn disease merupakan salah satu jenis penyakit infamasi pada usus
(Inflammatory Bowel Disease - IBD) yang penyababnya hingga saat ini masih
hipotesis yang diterima saat ini, IBD dihasilkan oleh disregulasi respon sistem
terhadap patogen, yang berespon segera atau dalam beberapa jam pertama
setelah terpapar. Hal ini dianggap secara umum sebagai lini pertma pertahanan
dan termasuk beberapa barier fisiologis seperti kulit, dan mukosa saluran
bahan kimia dari antigen dibandingkan antigen spesifik itu sendiri. Sistem
imun yang didapat, berespon secara spesifik terhadap antigen. Antigen tersebut
diproses dan dikenali dan sel imun yang spesifik terhadap antigen tersebut
oleh sel dari sistem imun yang didapat (Gambar 2). Inflamasi kronik dapat
dihasilkan dari aktifitas efektor limfosit dan sitokin proinflamasi yang terlalu
agresif yang berdampak terhadap mekanisme kontrol. IBD dapat terjadi akibat
kegaglan primer dari limfosit dan sitokin seperti interleukin 10, dan
6
Gambar 2. Paradikma tradisional tentang patognesis IBD
(Presentasi antigen intraluminal kepada limfosit mukosa oleh APCs ) menuntun pada
pembangkitan respon efektor. Pada usus yang normal (kiri), inflamasi yang jelas
dicegah dengan mengontrol aktivasi sel T efektor mukosa (T eff) melalui dua
mekanisme berbeda. Pertama subpopulasi sel T reguator (T reg) pada sistem imun
mukosa menekan aktivitas sel T efektor melalui produksi interleukin 10 dan
transforming growth factor-β. Kedua, kontrol juga disediakan oleh apoptosis T eff
sehingga mencegah ekspansi berlebihan yang tidak diinginkan. Pada indifidu dengan
IBD, kedua mekanisme ini tampaknya kurang baik. Penyimpangan sinyal dari sitokin
regulator seperti transforming growth factor-β telah dinyatakan pada crohn disease)7
untuk mengalami apoptosis setelah aktivasi. Penyebab pasti dari fenomena ini
necrosis factor dan anti interleukin 12 untuk secara efisien mencegah dan
kembali jalur sel T efektor mukosa pada jalur apoptosis. Pada kedua skenario,
7
muncul bahwa pertahanan dalam sistem imun bawaan mungkin memainkan
Bukti peran sistem imun bawaan datang dari penemuan baru-baru ini yang
sel bakteri dan yang berikutnya akan memainkan peran penting dalam
melawan mikroba luminal, yang mempu memasuki lamina propria dan memicu
reaksi inflamasi. Data lain menyatakan bahwa NOD2 meregulasi respon imun
karena defek sistem imun saluran pencernaan dapat mendasari fase awal dari
sebuah IBD. Dalam konteks ini, kurangnya sekresi yang tepat dari pertahanan
8
Gambar 3. Usulan signifikansi fungsional mutasi NOD2 pada crohn disease
(Reseptor NOD intraseluler dan reseptor transmembran Toll-like (TLRs) merupakan
molekul penting untuk pengenalan patogen - berhubungan dengan pola molekuler,
aktivasi sistem imun bawaan dan mempertahankan homeostasis mukosa. Muramil
dipeptida, sebuah komponen dari dinding sel bakteri mengikat CARD15/NOD2, yang
kemudian mengaktivasi nuklear factor-KB (NF- KB). NOD2 diekspresikan dalam
makrofag (kanan) dan di sel paneth pada basis kripta intestinal (kiri). Sebuah epitelial
yang berorientasi pada pola kehilangan fungsi dapat berasosiasi dengan
ketidakmampuan untuk secara efektif membersihkan mikroorganisme intraluminal
sebagai hasil dari penurunan sekresi peptida antibakterial oleh sel paneth (kiri).
Sebagai kemungkinan lain, fungsi yang hilang dapat juga berakibat pada hilangnya
kemampuan NOD2 untuk melemahkan TLR-2 dalam makrofag, meningkatkan
aktivasi NF- KB dan produksi sitokin proinflamasi (kanan))7
disfungsi sel epitel dapat berkontribusi dan bahkan dapat menyebabkan defek
primer IBD. Sel epitel membuat barier selektif yang kuat antara tubuh dan
menyebabkan aktivasi yang tidak tepat dari sistem imun mukosa. Didalam
mukosa intestinal, terdapat kesatuan antara sel epitelium dan sel-sel sistem
imun. Sel epitelial dapat bertindak sebagai antigen presenting cell karena dapat
9
mengambil dan memproses antigen kemudian mempresentasikannya kepada
sel sistem imun, sejalan dengan aktivasi stimulus yang tepat. Penyimpangan
dari komunikasi ini berpotensi untuk memciptakan sinyal yang tidak tepat yang
banyak sitokin yang diperkirakan menjadi pusat patogenesis IBD seperti tumor
oleh sel-sel epitel merupakan bagian yang melengkapi disregulasi respon imun
Disfungsi dari sistem imun yang didapat pada crohn disease dan kolitis
TNF. Sedangkan kolitis ulseratif sering dilihat sebagai kondisi tipe Th-2 karena
hubungan yang jelas dengan interleukin 4 yang merupakan sitokin definitif dari
10
Gambar 4. Patogenesis IBD7
Penelitian yang dibuat untuk mencari tahu lebih jauh paradikma Th 1 dan
lebih baik tentang variabilitas yang terjadi dalam spektrum IBD. Data yang
ulseratif dan crohn disease mungkin dicerminkan dari jalur imunogenetik yang
berbeda. 7
Suatu model yang menyatukan peran mikroba lumen, fungsi epitel dan
dan yang didapat. Secara genetik, host yang rentan akan mengeluarkan TNF
11
meningkatkan permeabilitas tight junction, yang menyebabkan peningkatan
Tempat paling umum terjadinya Crohn disease adalah usus kecil dan usus
besar. Keterlibatan kedua usus besar dan kecil telah dicatat pada 55% pasien.
Tiga puluh persen dari pasien datang dengan penyakit usus kecil saja, dan pada
15%, penyakit muncul terbatas pada usus besar. Proses penyakit terputus-putus
dan segmental. Pada pasien dengan penyakit kolon, rektum sparing adalah
atau merah ungu muda, dengan daerah eksudat putih abu-abu tebal atau fibrosis
dari jaringan serosa. Daerah usus yang sakit terpisah oleh daerah yang secara
makroskopis tampak normal disebut skip area sering ditemukan. Temuan yang
bermakna dari Crohn disease adalah bungkusan lemak yang luas disebabkan
keras, dan elastis. Usus bagian proksimal yang tidak terlibat dapat berdilatasi
akibat obstruksi dari segmen yang sakit. Segmen yang terkena biasanya
menempel pada loop usus yang berdekatan atau pada organ lain, dengan fistula
interna biasa ditemukan pada daerah ini. Mesenterium segmen yang terkena
12
Gambar 5 . Gambaran patologis makroskopis crohn disease. A. Permukaan serosa
menggambarkan “fat wrapping” dan inflamasi yang luas. B. Spesimen yang
telah direseksi menggambarkan fibrosis bermakna dari dinding intestinal,
striktur dan inflamasi segmental mukosa2
lengkap. Ulkus dikarakteristikan secara linear dan dan dapat bergabung untuk
13
E. Diagnosis
1. Manifestasi Klinis
Crohn disease dapat terjadi pada berbagai usia, namun biasanya pasien
dengan crohn disease adalah dewasa muda pada dekade ke dua dan tiga
lama. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyreri perut yang intermiten
Namun, nyeri tersebut dapat lebih berat dan terlokalisasi serta dapat
terjadi kira-kira pada 85% pasien. Berbeda dengan koliitis ulseratif, pasien
dengan crohn disease secara khusus memiliki pergerakan usus yang lebih
sedikit, dan feses jarang mengandung mukus, pus, dan darah. Gejala
sistemik yang non spesifik termasuk demam ringan (muncul pada sepertiga
30% pasien. Gejala yang paling umum adalah lesi kulit, yang meliputi
Selain itu, amiloidosis, pankreatitis, dan sindrom nefrotik dapat terjadi pada
14
pasien ini. Gejala-gejala ini dapat mendahului, menyertai, atau muncul
2. Pemeriksaan Penunjang
15
Diagnosis crohn disease harus dipertimbangkan pada pasien dengan
episode nyeri perut berulang dan kronis, diare dan kehilangan berat badan.
a. Laboratorium
ulcerative colitis pada pasien yang ASCA negatif / pANCA positif. Pada
dan peningkatan CRP terutana pada fase akut. Pada pemeriksaan feses
b. Radiologis
1) Foto Rongent
atau batu ginjal oksalat yang mungkin terjadi pada penderita Crohn’s
disease.2,10,11,12,13
16
penyakit. Pada pemeriksaan kontras ganda, Crohn’s disease tahap dini
lain oleh edema pada dinding usus dan pada pemeriksaan dengan
17
Gambar 9. Pemeriksaan small-bowel follow-through dengan fokus pada
ileum terminalis memperlihatkan ulserasi linear, longitudinal dan transversal
yang membentuk “cobblestone appearance”.2
2) CT Scan
18
membuatnya menjadi cara pencitraan yang penting. Hasil pencitraan
Ulserasi pada mukosa dapat terdeteksi pada potongan tipis CT. dapat
19
menimbulkan menghilangnya densitas pita linear jaringan lunak yang
mesenterium. 2,10,11,12,13
adanya hubungan fistula dengan usus atau, lebih jarang, timbul dari
20
CT Scan merupakan prosedur radiologis pilihan pertama pada pasien-
3) MRI
atau negatif yang diberikan baik secara oral atau melalui selang
21
mungkin tidak dapat men-toleransi pemberian sejumlah besar cairan
per oral. Jika terjadi distensi usus suboptimal, akan terjadi gangguan
22
Gambar 16. Pencitraan MRI pada pasien dengan Crohn’s disease
menunjukkan penebalan dinding colon kanan dengan peningkatan sinyal
intramural pada pencitraan T1-weighted. Hal ini dipercaya sebagai gambaran
adanya deposisi lemak intramural11
c. Endoskopi
menampilkan perubahan tipikal pada kolon jika terlibat atau ileum jika
23
dapat dilakukan pemeriksaan. Saat ini ada yang dikenal dengan kapsul
gram dengan ukuran diameter 11 mm, dan panjang 26 mm. Kapsul ini
berisikan chip kamera silikon, lensa dengan lengan fokal pendek, empat
white light-emitting, dan sumber iluminasi, dua batray oksida perak, dan
per detik. Kapsul endoskopi ini tidak bisa digunakan jika diketahui
membutuhkan operasi.10,11,13
d. Histopatologi
dalam kripta disebut abses kripta dan sering dikaitkan dengan kerusakan
kripta. Ulserasi umum terjadi pada crohn disease, dan mungkin ada
24
percabangan aneh dan tidak biasa orientasi satu sama lain (Gambar. )
metaplasia pseudopyloric.
Metaplasia sel Paneth juga dapat terjadi di usus besar kiri, di mana sel-sel
penyakit aktif atau daerah yang tidak terlibat dalam setiap lapisan
25
menandakan adanya sebagai crohn disease metastasis. Tidak adanya
F. Diagnosis Banding
lebih sering dan dapat menyebabkan ileitis. Ileitis distal akut dapat menjadi
manifestasi awal dari penyakit Crohn, tetapi mungkin juga tidak terkait, seperti
atau Yersinia). Pasien biasanya datang dengan gejala yang sama dengan pasien
apendisitis akut dengan onset mendadak nyeri kuadran kanan bawah, mual,
Dalam kebanyakan kasus, penyakit Crohn pada usus besar dapat dengan
mudah dibedakan dari kolitis ulserativa. Namun, pada 5% sampai 10% dari
mungkin lebih buruk di sisi kanan dari usus besar daripada di sisi kiri, dan
Meskipun kolitis ulserativa melibatkan mukosa usus besar, namun tidak meluas
26
jauh sampai ke dalam dinding usus, seperti halnya penyakit Crohn. Perdarahan
merupakan gejala yang lebih sering terjadi pada kolitis ulseratif. Keterlibatan
perianal dan fistula rektovaginal jarang terjadi pada kolitis ulceratif, tetapi
lebih sering pada penyakit Crohn. Gambaran lain dari endoskopi penyakit
Crohn adalah skip lesion, keterlibatan usus yang asimetris, dan cobblestone
mukosa.2,10
27
Megakolon toksik Sewaktu serangan akut Jarang
Kejadian keganasan Risiko tinggi Risiko sedang
Tatalaksana
28
Crohn disease juga dapat didiagnosis dengan apendisitis akibat nyeri akut pada
daerah perut kanan bawah. Penyakit lainnya yang menyerupai crohn disease
sindrome.2,10
G. Komplikasi
pasien dengan crohn disease, namun presentasinya jarang. Biasanya yang lebih
sering terbentuk fistula antara sisi yang mengalami perforasi dan organ yang
berdekatan seperti loop usus halus dan kolon, vesika urinaria, vagina, lambung,
dan kadang kulit, serta biasanya pada bagian laparatomi sebelumnya. Abses
yang terlokalisasi dapat terjadi di dekat sisi yang mengalami perforasi. Pasien
dengan crohn disease dapat mengalami megakolon toksik yang muncul dengan
pada usus kecil dan usus besar. Risiko relatif untuk adenokarsinoma pada usus
kecil pada crohn disease minimal 100 kali lipat lebih besar dibandingkan
subyek kontrol. Karsinoma ini biasanya muncul pada sisi yang mengalami
29
sakit kronis dan lebih sering terjadi pada ileum. Sebagian besar tidak terdeteksi
sampai stadium lanjut, dan prognosis buruk. Meskipun risiko relatif untuk
kanker usus kecil pada crohn disease cukup tinggi, risiko absolut masih kecil.
kolorektal pada pasien dengan keterlibatan kolon dan durasi yang penyakit
yang panjang. Meskipun risiko kanker lebih rendah pada crohn disease
dibandingkam pada pasien dengan kolitis ulserativa yang luas, bukti terbaru
menunjukkan bahwa dengan durasi yang sama dan tingkat anatomi penyakit,
risiko kanker pada crohn disease dari usus besar sama besar seperti yang di
dari vulva dan kanal analis, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, mungkin
Penyakit perianal (fisura, fistula, striktur, atau abses) terjadi pada 25%
pasien dengan crohn disease yang terbatas pada usus kecil, 41% pada pasien
dengan ileocolitis, dan 48% dari pasien dengan keterlibatan kolon saja. Crohn
disease harus dicurigai pada setiap pasien dengan beberapa, fistula perianal
kronis. 2
H. Penatalaksanaan
Tidak ada obat untuk penyakit Crohn, sehingga kedua terapi baik medis dan
akut atau komplikasi dari penyakit. Obat yang telah menunjukkan keberhasilan
30
sulfasalazine, mesalamine), kortikosteroid, agen imunosupresif (misalnya,
1. Terapi medikamentosa
a. Aminosalisilat
obat yang paling sering diresepkan untuk penyakit Crohn. Gugus aktif
peroral dan telah terbukti secara acak pada percobaan bemanfaat pada
pasien dengan penyakit Crohn. Manfaat yang jelas dicatat pada pasien
dalam pengobatan penyakit Crohn yang terbatas pada usus kecil masih
usus kecil dan usus besar sedang dievaluasi. Uji klinis telah
31
b. Kortikosteroid
c. Antibiotik
32
jelas, dan efek samping dari antibiotik ini menghalangi penggunaan
d. Agen imunosupresif
toksisitas, obat ini telah terbukti relatif aman pada pasien penyakit
tetapi tidak pada remisi fistula pada pasien dengan penyakit Crohn
perianal.2,15,16
33
Crohn aktif, penyembuhan jaringan, dan remisi yang potensial. Sebuah
efektif pada pasien dengan penyakit Crohn tertentu dengan fistula, tidak
demielinasi lesi sistem saraf pusat, aktivasi multiple sclerosis laten, dan
kB, MAP kinase, dan PPARG) dalam studi terbatas, beberapa senyawa
34
recombinant humanized monoclonal antibody terhadap α4-integrin,
2. Terapi nutrisi
inflamasi usus, pasti ada peran sekunder untuk suplementasi gizi untuk
operasi. 2,15,16
3. Terapi Pembedahan
35
pasien dengan lama sakit lebih dari 20 tahun, probabilitas kumulatif
komplikasi hepatik.2
khusus ditujukan untuk komplikasi, dan hanya segmen usus yang terlibat
dalam proses komplikasi yang harus direseksi. Bahkan jika daerah yang
awal sejarah terapi bedah pada penyakit Crohn, ahli bedah cenderung
tidak ada remisi atau penyembuhan yang lebih baik dan menyebabkan
Oleh karena itu, pengobatan operatif dari komplikasi harus dibatasi pada
segmen usus yang terlibat dengan komplikasi, dan tidak ada yang upaya
36
harus dilakukan untuk mereseksi usus lebih meskipun penyakit jelas dapat
terlihat.2
ini tampaknya layak dan aman. Uji klinis acak diperlukan untuk menilai
a. Ileitis akut
bening. Kondisi ini, dikenal sebagai ileitis akut, Yang merupakan self-
limited disease. Ileitis akut bisa jadi merupakan manifestasi awal dari
37
inflamasi akut apendiks atau sekum, apendektomi tetap harus
b. Obstruksi
38
Gambar 20 . Reseksi ileum, ileosekal valve, caecum, dan kolon asendens,
pada chron disease pada ileum. Kontinuitas intestinal dikembalikan dengan
anastomosis end to end2
39
mempertahankan usus dan berhubungan dengan angka komplikasi dan
ususnya, dan pasien yang dengan reseksi akan membuat abses masuk
c. Fistula
dan biasanya terhadap usus kecil yang berdekatan, kolon, atau organ
40
lain disekitarnya (misalnya, kandung kemih). Adanya fistula
dan lebih mungkin untuk mengikuti reseksi atau drainase abses intra-
eksisi saluran fistula bersama dengan segmen usus yang sakit dan
lebih loop usus yang sakit yang berdekatan, segmen yang terlibat harus
seperti kandung kemih atau kolon, hanya segmen dari usus kecil yang
sakit dan saluran fistulous yang harus direseksi, dan defek pada organ
penyakit ini biasanya terbatas pada usus kecil. Namun, jika segmen
d. Perforasi Bebas
tapi tidak umum pada pasien dengan penyakit Crohn. Ketika ini terjadi,
41
kontaminasi minimal, anastomosis primer harus dilakukan. Jika terjadi
e. Perdarahan gastrointestinal
f. Komplikasi urologi
g. Kanker
Penatalaksanaan pasien ini adalah sama dengan pasien yang lain (yaitu,
42
reseksi kanker dengan margin yang tepat dan kelenjar getah bening
h. Penyakit kolorektal
terbatas pada kolon untuk orang-orang dengan penyakit pada usus kecil;
telah melaporkan bahwa 25% - 60% dari luka perineum terbuka 6 bulan
eksisi dengan penutupan sekunder. Kavitas yang besar atau sinus dapat
43
diisi menggunakan pedikel otot yang memiliki vaskularisasi yang baik
i. Penyakit perianal
fistula dan cukup sering terjadi pada pasien dengan penyakit Crohn,
luas pada abses atau fistula tidak diindikasikan, tetapi intervensi yang
stenosis anal dapat terjadi sebagai akibat dari peradangan kronis. Fistula
44
j. Penyakit duodenum
utama untuk operasi pada pasien ini adalah obstruksi duodenum yang
I. Prognosis
Operasi yang ditujukan pada penyakit Crohn tidak bersifat kuratif. Operasi
waktu 1 tahun dari operasi dan di 85% dalam kurun waktu 3 tahun. Sebagian
besar kekambuhan ini tidak menunjukkan gejala. Setelah reseksi pertama untuk
pada pasien yang penyakitnya dimulai sebelum usia 20 dan pada mereka yang
45
memiliki penyakit ini selama lebih dari 13 tahun. Studi tentang kelangsungan
hidup jangka panjang telah menyatakan bahwa pasien dengan penyakit Crohn
memiliki tingkat kematian yang sekitar dua sampai tiga kali lebih tinggi dari
46
DAFTAR PUSTAKA
10. Doherty GM. Current Diagnosis & Treatment Surgery. 13th Edition.
McGraw and Hill. 2010.
11. Williams N, Bulstrode CJK, O’Connell PR. Bailey and love’s short
practice of surgery.Taylor and Francis Group. 2013.
47
12. Klingensmith ME, Aziz A, Bharat A, Fox AC, Porembka MR. The
Washington manual of surgery, 6th Edition. Lippincott Williams &
Wilkins. 2012.
13. Garden OJ, Bradbury AW, Forsythe JLR, Parks RW. Principles and
practice of surgery 6th Edition. Elsevier Churchill Livingstone. 2012.
14. Sala E, Freeman Alan H, Lomas David J, Helmut Ringl. Radiology for
Surgeons in Clinical Practice. Springer. London. 2008.
15. Norton Jeffrey A, Barie Philip S, Bollinger Randal R, Surgery Basic
Sceince And Clinical Evidence. 2nd Edition. Springer. New York. 2008. p.
975
16. Bayless TM, Diehl AM. Advance therapy in gastroienterology and liver
disease. 5th Edition. Decker Inc. 2005.
48