Anda di halaman 1dari 27

TRANSFORM

ASI
KEWIRAUSA
HAAN

Disusun Oleh :

1. Yuni Riniwati Manurung (032017003)


2. Grace Yolanda Sembiring (032017011)
3. Amsarah Br. Munthe (032017016)
4. Elisabeth Christina Tumanggor (032017020)
5. Andi Novel Limbong (032017023)
6. Mei Anugerah Waruwu (032017028)
7. Puspita Juwita Duha (032017046)
8. Francine Angelica Van Bert Siregar(032017050)
9. Novia Ayu H. Sinaga (032017051)

Dosen Pembimbing : Ibu Amnita Anda Yanti Ginting S.kep., Ns. M.Kep
Mata Kuliah : Enterpreneurship

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kewirausahaan (entrepreneurhip) merupakan persoalan penting di dalam


perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Kemajuan atau
kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan dan
peranan dari kelompok wirausahawan ini (Rachbini, 2002). Peter Drucker (1993)
menyatakan bahwa seluruh proses perubahan ekonomi pada akhirnya tergantung
dari orang yang menyebabkan timbulnya perubahan tersebut yakni sang
“entrepreneur”. Kebanyakan perusahaan yang sedang tumbuh dan yang bersifat
inovatif menunjukan suatu jiwa (spirit) entrepreneur. Korporasikorporasi
berupaya untuk mendorong para manajer mereka menjadi orangorang yang
berjiwa entrepreneur, universitas-universitas sedang mengembangkan program-
program entrepreneurhip, dan para entrepreneur individual menimbulkan
perubahanperubahan dramatik dalam masyarakat (Putu, 2016)
Mereka yang menjadi wirausaha adalah orang-orang yang mengenal potensi
dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasi
usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Kewirausahaan merupakan kemampuan
kreatif dan inovatif, jeli melihat peluang dan selalu terbuka untuk setiap masukan
dan perubahan yang positif yang mampu membawa bisnis terus bertumbuh serta
memiliki nilai. Salah satu pendorong terciptanya inovasi selain perubahan dan
keharusan untuk beradaptasi adalah kesadaran akan adanya celah antara apa yang
ada dan apa yang seharunya ada, dan antara apa yang diinginkan oleh masyarakat
dengan apa yang sudah ditawarkan ataupun dilakukan oleh pemerintah, sektor
swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) (Saragih, 2017).
Penelitian mutakhir (Saeid Karimi et al 2016) menguatkan temuan (Fayolle &
Gailly, 2008) bahwa kewirausahaan itu pada dasarnya merupakan perilaku
disengaja dan direncanakan, yang dapat meningkatkan efisiensi ekonomi,
membawa inovasi ke pasar, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan
kualitas pekerjaan. Temuan tersebut menguatkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Shane dan Venkataraman, 2000). Selanjutnya temuan (Falkang
dan Alberti, 2000), yang diperkuat (Harris dan Gibson, 2008); (Henry, Hill dan
Leitch, 2005); (Kuratko, 2005) dan disempurnakan oleh (Kay, 2013) sampai pada
kesimpulan bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan instrumen efektif guna
menamakan atau menginternalisasikan tidak saja persepsi, tetapi juga efikasi diri,
intensi dan kompetensi berwirausaha (Rahmadani, 2018). Wirausaha merupakan
salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian, karena
bidang wirausaha mempunyai kebebasan dalam berkarya dan dapat
menumbuhkan sikap kemandirian. Jika seseorang mempunyai kemauan dan
keinginan serta siap untuk berwirausaha, berarti seseorang itu mampu
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, dan tidak perlu mengandalkan orang lain
maupun perusahaan lain untuk mendapatkan pekerjaan lagi (Anggraini, 2019).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa/I mampu memahami dan mengetahui transformasi
kewirausahaan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui definisi kewirausahaan.
b. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui Transformasi Dalam Melakukan
Kewirausahaan
c. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui manfaat dari berwirausaha.
d. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui faktor yang mendukung
kewirausahaan
e. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui Modal kewirausahaan
f. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui Hambatan berwirausaha.
g. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui Perilaku kewirausahaan
h. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui Komponen kewirausahaan
i. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui Keuntungan berwirausaha
j. Mahasiswa/I memahami dan mengetahui Karakteristik kewirausahaan
k. Mahasiswa/i memahami kiat menjadi nursepreneur

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Kewirausahaan


Kewirausahaan merupakan suatu proses dinamis untuk menciptakan nilai
tambah atas barang dan jasa serta kemakmuran. Peter F.Drucker (1994)
mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda. Thomas W. Zimmerer (1996;51) mengungkapkan bahwa
kewirausahaan merupakan proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan mencari peluang yang dihadapi setiap orang dalam
kehidupan seharihari. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan
tindakan inovatif demi terciptanya peluang (Saragih, 2017)
Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata
kewiraswastaan akhirakhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan.
Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya
memulai atau melaksanakan. Wiraswasta/wirausaha berasal dari kata: Wira:
utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif
Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya ditujukan pada orang-orang
yang dapat berdiri sendiri. Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai
orang-orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang,
pengusaha, dan orang-orang yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan
wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai usaha sendiri (Hadiyati,
2010)
Menurut KBBI wirausaha merupakan sebuah proses yang disebut creative
destruction untuk menghasilkan nilai tambah suatu produk .Wirausaha dikenal
dengan nama kewirausahaan yang merupakan suatu ilmu, seni yang mengelola
keterbatasan informasi, dana ,sumber daya guna mencapai tujuan hidup yaitu
mencari nafkah,berkarir sampai puncak. Untuk lebih jelas pengertian wirausaha
menurut Robert D Hisrich dan Michael P.Peter bahwa “Entrepreneur is one who
bring resources,labour, material,and other asset into combination that make their
value greater than .” yang artinya seorang wirausaha adalah orang yang dapat
mengelola sumber daya, tenaga kerja, bahan produksi dan lainnya untuk dibuat
menjadi produk yang lebih mempunyai nilai tambah. Ciri-ciri yang dimiliki oleh
wirausaha yaitu memiliki Kreativitas dan keberanian, Semangat dan kemauan,
Mampu dalam menganalisis yang tepat, Berani dalam menghadapi resiko,
Berjiwa kepemimpinan (Anggraini, 2019)
Wirausahawan memiliki risiko atas finansialnya sendiri atau finansial
orang lain yang dipercayakan kepadanya dalam memulai suatu. Ia juga berisiko
atas keteledoran dan kegagalan usahanya. Sebaliknya manajer lebih termotivasi
oleh tujuan yang dibebankan dan kompensasi (gaji dan benefit lainnya) yang akan
diterimanya. Seorang manajer tidak toleran terhadap sesuatu yang tidak pasti dan
membingungkan dan kurang berorientasi terhadap resiko dibandingkan dengan
wirausahawan. Manajer lebih memilih gaji dan posisi yang relatif aman dalam
bekerja. Wirausahawan lebih memiliki keahlian intuisi dalam mempertimbangkan
suatu kemungkinan atau kelayakan dan perasaan dalam mengajukan sesuatu
kepada orang lain. Dilain pihak, manajer memiliki keahlian yang rational dan
orientasi yag terperinci (rational and detailed-oriented skills) (Hadiyati, 2010)
Wirausaha merupakan pengambilan resiko untuk menjalankan sendiri
dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau
dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang
menjadi besar dan mandiri tidak bergantung kepada pemerintah atau pihak-pihak
lain dalam menghadapi segala tantangan persaingan. Inti dari kewirausahaan
adalah pengambilan resiko, menjalankan sendiri, memanfaatkan peluang-peluang,
menciptakan baru, pendekatan yang inovatif, dan mandiri (Hadiyati, 2010).

2.2 Transformasi Dalam Melakukan Kewirausahaan


Proses transformasi dalam melakukan kewirausahaan, ada 4 (empat) jenis
tahapan proses transformasi dalam entrepreneurship (Hendro, 2011) yaitu:
1. Transformasi pola pikir (mindset) dan paradigm (paradigm), yaitu
sebuah transformasi pemikiran, sikap, motif, semangat, dan karakter
yang lama untuk berubah menjadi seorang yang berpikiran sama
dengan seorang entrepreneur yang cerdas.
2. Transformasi cara berpikir yang lama untuk berubah dari kebiasaan
yang selalu menggunakan logika ke pola pikir kreatif dalam
menemukan inspirasi, ide, dan peluang bisnis. Cara berpikir yang
perlu ditransformasi adalah menghindari jebakan logika, berpikir
berbeda dengan orang(umum), menjadikan pengetahuan sebagai
‘perkakas’ dalam menemukan inspirasi melalui pola pikir yang kreatif
dan inovatif serta berpikir visioner
3. Transformasi entrepreneurial dari bersikap sebagai entrepreneur
(owner) menjadi manajer pengelola bisnis (intrapreneur atau
entrepreneurial organization) yang professional. Menjadi entrepreneur
yang berpikir sebagai pemilik, pendiri, dan penggagas sebuah bisnis
itu berbeda dengan intrapreneur yang bertindak sebagai pengelola,
manajer, pemimpin dan pelaksana strategi yang bertujuan untuk
mewujdukan visi dan misi pendiri bisnis.
4. Transformasi entrepreneurial dari pola pikir sebagai investor. Setelah
seorang pebisnis itu sukses, pola pikirnya berkembang ingin menjadi
seorang investor untuk mengembangkan bisnisnya melalui ekspansi
bisnis, membeli bisnis, franchise bisnis, dan meningkatkan nilai-nilai
perusahaan hingga mengarah pada peningkatan nilai asset riil yang
tinggi secara tangible dan itangible sehingga sebuah perusahaan tidak
dinilai dari asset riil tetapi telah berubah menjadi sebuath asset yang
tidak ternilai harganya (Ardiansyah, 2018)

2.3 Manfaat Dari Berwirausaha


Thomas W.Zimmerer et al (2005) merumuskan manfaat berwirauaha
sebagai berikut:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
2. Memberi peluang melakukan perubahan : Pebisnis menemukan cara
untuk mengombinasikan wujud kepedulian mereka terhadap berbagai
masalah ekonomi dan social dengan harapan akan menjalani kehidupan
yang lebih baik
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya : Memiliki
usaha sendiri memberikan kekuasaan, kebangkitan spiritual dan
membuat wirausaha mampu mengikuti minat atau hobinya sendiri.
4. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan
menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya (Saragih, 2017)

2.4 Faktor yang Mendukung Kewirausahaan


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Berwirausaha:
1. Faktor Sikap
a. Percaya diri
Menurut Bygrave (1994) menyatakan bahwa wirausahawan
(entrepreneur) adalah seseorang yang mampu melihat peluang dan
berusaha menciptakan cara untuk mendapatkan hasil dari peluang tersebut.
Sementara itu, Meng & Liang (1996) merangkum pandangan dan definisi
wirausaha dari beberapa ahli dan mendifinisikannya sebagai orang yang
memiliki karakteristik sebagai berikut kreatif, inovatif dan proaktif; berani
mengambil resiko; memiliki visi dan misi yang jelas; memiliki kebutuhan
berprestasi tinggi; tekun dan memiliki rasa tanggung-jawab yang tinggi;
percaya diri; serta bersemangat dan penuh antusias (Walipah, 2016)
b. Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang
yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif prestasi, berorientasi pada
laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan
kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan
memulai sesuatu. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang
kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi maka sukses
berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan
berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila
terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan
dan pengalaman mereka selama bertahun-tahun, dan pengembangannya
diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, dan semangat
berprestasi. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita
berusaha menyingkirkan prestise. Kita akan mampu bekerja keras, enerjik,
tanpa malu dilihat teman, asal yang kita kerjakan adalah halal (Walipah,
2016)
Geoffrey G. Meredith dalam Suryana, (2001) mengemukakan ciri-ciri
dan watak kewirausahaan yaitu Berorientasi pada tugas dan hasil yaitu :
(1). Memenuhi kebutuhan akan prestasi, (2). Orientasi pekerjaan berupa
laba, tekun dan tabah, tekad kerja keras. (3). Berinisiatif (Walipah, 2016)
c. Pengambilan Resiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil suatu resiko merupakan
salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Dalam situasi resiko dan
ketidakpastian inilah wirausaha mengambil keputusan yang mengandung
potensi kegagalan atau keberhasilan. Pilihan terhadap resiko ini sangat
bergantung pada:
Daya tarik setiap alternative
1). Siap untuk mengalami kerugian
2). Kemungkinan relatif untuk gagal atau sukses
3) Kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan oleh: Keyakinan
pada diri sendiri.
4) Kesediaan menggunakan kemampuan dalam mencarai peluang
5). dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan. Kemampuan
menilai situasi resiko secara realistis.
6). Wirausaha penuh resiko dan tantangan, seperti persaingan, harga
turun naik, barang tidak laku dan sebagainya. Namun semua
tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan. Oleh sebab
itu, pengambil resiko ditemukan pada orang-orang yang inovatif
dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku
kewirausahaan (Walipah, 2016)
Geoffrey G. Meredith dalam Suryana, (2001) mengemukakan ciri-ciri
dan watak kewirausahaan yaitu berani mengambil resiko yaitu Berani dan
mampu mengambil resiko kerja dan Menyukai pekerjaan yang menantang
d. Keorisinilan
Nilai inovatif, kreatif dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur
keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif
dan yakin dengan adanya cara ± cara baru yang lebih baik. Wirasasmita
(2003) ciri ± cirinya sebagai berikut :
(1). Tidak pernah puas dengan cara yang di lakukan saat ini, meskipun
cara tersebut cukup baik.
(2). Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya
(3). Selalu ingin tampil berbeda atau memanfaatkan perbedaan.
Maksud dari teori di atas adalah tidak hanya mengikuti orang lain,
tetapi memiliki pendapat sendiri dan terdapat kemampuan untuk
melaksanakan sesuatu (Walipah, 2016)
e. Berorientasi Masa Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
persfektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan
yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan
berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat
resiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan
tantangan demi pembaruan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan
membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah
ada saat ini. Oleh sebab itu ia selalu mempersiakannya dengan mencari
peluang. Untuk menghadapi pandangan jauh ke depan, seorang wirausaha
akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah-
langkah yang akan dilaksanakan (Walipah, 2016)
2. Faktor Kontekstual
a. Academic Support
Academic support Menurut Bandura dalam Alwisol, (2009)
dukungan akademik mengacu pada faktor-faktor yang berkaitan dengan
dukungan bagi seorang pelajar untuk mencapai dan menyelesaikan tugas-
tugas studi dengan target hasil dan waktu yang telah ditentukan. Pada
dunia akademik, terdapat PP No. 60 Tahun 1999, kebebasan akademik
merupakan kebebasan yang dimiliki oleh anggota sivitas akademika untuk
melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggungjawab
dan mandir, adanya peraturan tentang kebebasan akademik merupakan
implementasi bentuk dukungan akademik pada mahasiswa (Walipah,
2016)
b. Social Support
Social support adalah salah satu istilah untuk menerangkan
bagaimana hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental
atau kesehatan fisik pada individu. Baron & Byrne (2000) mendefinisikan
social support sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan
oleh teman-teman dan keluarga individu tersebut. Dukungan sosial
merupakan bantuan yang berasal dari orang yang memiliki hubungan
sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan. Bentuk dukungan
ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi yang
dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi,
diperhatikan dan bernilai (Walipah, 2016)
c. Environmental Support
Schneider dalam (Ellias & Loomis, 2000), menjelaskan bahwa
lingkungan dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup
sehat bagi pelajar bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat
keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan.Lebih lanjut dijelaskan
bahwa lingkungan tempat belajar merupakan lingkungan kedua setelah
lingkungan keluarga yang membentuk individu.Kegiatan kewirausahaan
juga dapat dijelaskan oleh pengaruh dari sekitar lingkungan bisnis. Para
ahli telah menekankan bahwa kebijakan pemerintah, karakteristik konteks
lokal (misalnya ketersediaan infrastruktur logistik, investor keuangan, dan
eksternalitas) dan lebih khusus mekanisme dukungan universitas
mempengaruhi kegiatan kewirausahaan (Morris & Lewis, 1995)
Environmental support adalah keadaan lingkungan yang baik dan teratur
dalam infrastruktur fisik, aset fisik perusahaan, laboratorium libang dan
hal-hal yang tidak berwujud (manusia, modal, rutinitas, sumber daya)
memiliki peranan dalam mendorong intensi berwirausaha (Niosi & Bas,
2001). Khususnya dukungan keuangan, seperti ketersediaan modal ventura
(Beck, Demirguc Kunt, & Maksimovic, 2005), dan layanan yang
mendukung kewirausahaan, seperti memberikan kesempatan pelatihan,
pinjaman infrastruktur, fisik dan persaingan rencana (Walipah, 2016)
2.5 Modal Kewirausahaan
Entrepreneur dalam menjalankan bisnisnya tidak lepas dari modal. Modal
tidak selamanya identik dengan uang ataupun barang (tangible). Sebuah ide sudah
termasuk modal yang luar biasa karena ide merupakan modal utama yang akan
membentuk dan mendukung modal lainnya (Saragih, 2017)
Beberapa modal yang termasuk ke dalam modal tidak berwujud
(intangible) antara lain :
1. Modal Intelektual
Modal Intelektual didefinisikan sebagai kombinasi dari
sumberdaya-sumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan yang
membolehkan organisasi mentransformasi sebuah bundelan material,
keuangan dan sumberdaya manusia dalam sebuah kecakapan sistem
untuk menciptakan stakeholder value (Cut Zurnali , 2008).
2. Modal Sosial dan Moral
Modal sosial dan moral yang dapat disebut sebagai suatu
integritas merupakan suatu hal penting yang membentuk sebuah citra
terhadap kepribadian Anda sebagai seorang wirausaha. Pada saat
menjalankan bisnis, ada etika wirausaha yang tidak boleh Anda
langgar.
3. Modal Mental
Mental wirausaha harus ditaman sejak dini. Karena modal
mental merupakan kesiapan sejak dini kemudian diwujudkan dalam
bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan.
Sebagai wirausaha, Anda harus berani menghadapi risiko. Risiko
disini berarti risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya sehingga hasil yang
akan dicapai akan proporsional terhadap risiko yang akan diambil. Anda harus
bisa belajar mengelola risiko dengan cara mentransfer berbagai risiko ke
pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok dan sebagainya
(Saragih, 2017).
2.6 Hambatan Berwirausaha
Beberapa hambatan yang pada umumnya sering terjadi ketika seseorang
sedang memulai sebuah bisnis berikut kendala-kendalanya :
a. Sulit untuk mendapatkan modal
Memang untuk menjalankan suatu bisnis tidak harus melulu
membutuhkan modal. Bisnis dropshipperan juga bisa dikatakan tanpa
memerlukan modal. Kita hanya perlu skill menjual. Namun bagaimanapun
sebagai pemula yang baru akan menjalankan bisnis. Saya justru lebih setuju
jika harus mengeluarkan modal untuk menjalankan bisnis. Tujuannya apa?
Agar ada semangat untuk mengejar profit. Saya katakan tidak mungkin
seorang wirausaha tidak membutuhkan profit. Jadi, jika serius untuk
berwirausaha, harus siap modal terlebih dahulu.
b. Ikut-ikutan dan akhirnya tidak fokus
Kebanyakan kasus “ikut-ikutan” ini adalah terjadi pada Mahasiswa
yang masih mempunyai jiwa semangat untuk berbisnis. Dan pada umumnya
suka mengikuti trend yang sedang berkembang. Ketika trend sudah mulai
pudar maka akan mencoba fokus untuk bisnis lainnya. Menjalankan sebuah
bisnis tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Harus fokus dan totalitas.
c. Mudah menyerah
Memulai sebuah usaha atau bisnis, sepertinya tidak akan langsung bisa
sukses. Jatuh bangun diawal merintis sebuah usaha sudah pasti ada. Jadi
jangan mudah menyerah, terus belajar dari kesalahan yang ada. Meskipun
usaha Anda sudah bisa berjalan sempurna, saya yakin pasti Anda akan tetap
menemukan hambatan.
d. Salah perhitungan biaya orperasional di awal
Saat kita memulai sebuah bisnis baru, biasanya yang sering terjadi
adalah membelanjakan modal untuk membeli berbagai macam biaya
operasional ataupun perlengkapan usaha yang sekiranya bisa jadi belum
terlalu dibutuhkan. Atau bisa jadi Anda melakukan belanja promosi untuk
usaha Anda. Tanpa disadari terlalu banyak melakukan promosi dibandingkan
produksi ujung-ujungnya nanti orang akan banyak yang tahu tentang produk
Anda, namun produk yang Anda miliki stock nya limit (Ardiansyah, 2018).

2.7 Perilaku Kewirausahaan


Pelaku Kewirausahaan Sosial Wirausaha social adalah individu atau
kelompok yang menciptakan perubahan bagi masyarakat dengan menangkap
peluang yang hilang dan memperbaiki system melalui pendekatan-pendekatan
baru dan menciptakan solusi untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
Kewirausahaan sosial ditakdirkan untuk menjamah masyarakat yang tidak
dijamah oleh kebijakan yang ada (Saragih, 2017)
Delapan asumi dasar tentang sumber, tujuan, dan strategi wirausaha social
(Noruzi, 2010):
1. Wirausaha social tidak harus menjadi individu, mereka juga bisa
menjadi kelompok-kelompok kecil atau tim individu, organisasi,
jaringan bahkan komunitas yang bersatu untuk menciptakan perubahan.
2. Wirausaha sosial membuat perubahan dalam skala besar dan
berkelanjutan.
3. Kewirausahaan social dapat melibatkan ide, menggunakan pola atau
tren yang terjadi di masyarakat untuk mengatasi masalah social dengan
dengan signifikan
4. Pengusaha sosial berada di dalam dan diantara semua sektor
5. Wirausaha sosial tidak perlu terlibat dalam usaha sosial atau
menggunakan alat berbasis pasar untuk menjadi sukses.
6. Jumlah kewirausahaan sosial dapat sangat bervariasi di seluruh individu
dan entitas.
7. Intensitas kewirausahaan sosial dapat membawa perubahan dan tidak
pasang urut dari waktu ke waktu.
8. Wirausaha sosial kadang-kadang gagal, meskipun pada tingkat yang
belum atau akan ditentukan (Saragih, 2017)
Gregory Does (2001) mengungkapkan bahwa seorang wirausahawan
sosial harus berperan sebagai agen perubahan. Sebagai agen perubahan wirausaha
sosial harus memiliki beberapa kriteria berikut:
1. Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai social
(bukan hanya nilai pribadi)
2. Mengenali dan terus-meneru mengejar peluang baru untuk melayani
misi tersebut
3. Terlibat dalam proses inovasi yang berkelanjutan, adaptasi, dan
pembelajaran.
4. Bertindak dengan berani tanpa dibatasi oleh sumber daya
5. Menunjukkan akuntanbilitas dan penghargaan yang tinggi kepada
konstituen yang dilayani dan untuk hasil yang diciptakan. Para
pemimpin kewirausahaan social dikenal dengan sebutan social
entrepreneur atau wirausahawan social (Saragih, 2017)
Wirausahawan sosial adalah individu dengan solusi inovatif untuk
menyelesaikan masalah yang paling mendesak di lingkungan masyarakat. Menurut
Bornstein (2004) “Pengusaha social adalah orangorang dengan ide-ide baru untuk
mengatasi masalah utama yang tak kenal lelah dalam mengejar visi mereka, yang
tidak akan menyerah sampai mereka telah menyebar ideide mereka sejauh mereka
bisa.” (Saragih, 2017).

2.8 Komponen Kewirausahaan


Komponen-komponen penting dalam kewirausahaan social (Noruzi, dkk,
2010):
1. Respon untuk kegagalan pasar Wirausahawan social tidak berorientasi pada
permintaan pasar. Pasar tidak bekerja dengan baik untuk keberlangsungan
penguaha social. Karena pasar tidak dapat mentolerir unsureunsur yang
penting bagi kewirausahaan social.
2. Inovasi Transformatif Kewirausahaan menempatkan inovasi transformative
mereka kedalam praktik. Kewirauahaan social tersebut dapat berupa usaha
kecil masyarakat, koperasi, LSM yang menggunakan strategi bisnisnya
untuk menghasilkan pendapatan dimana usaha yang dilakukan didorong
oleh keinginan mereka untuk membawa perubahan sosial atau lingkungan
yang berkelanjutan.
3. Kesinambungan Keuangan Kesinambungan keuangan disini dimaksudkan
sebagai cara yang digunakan untuk merancang pemasukan kas atau
pendapatan organisasi. Intinya adalah inovai yang dilakukan oleh ebuah
organisasi nirlaba dengan mempraktikkan kewirausahaan sosial atau
dengan kata lain bagaimana sebuah organisasi mampu mengelola
kontribusi donor secara efektif, invetasi (Saragih, 2017)

2.9 Keuntungan Berwirausaha


Keuntungan Menjadi Wirausahawan Sosial Wirausahawan sosial
cenderung beroperasi dengan tujuan menciptakan nilai bagi masyarakat dan juga
menghasilkan pendapatan. Kewirausahaan sosial sangat bermanfaat bagi
masyarakat miskin, umumnya dengan menyediakan sarana mata pencaharian
serta alternative untuk bekerja berdasarkan misi sosial dan semangat melayani.
Berikut adalah beberapa kelebihan menjadi wirausaha menurut MSG, 2013
(dalam Wawan Dewanto dkk, 2013):
1. Modal Wirausaha sosial akan lebih mudah meningkatkan modal
karena modal yang diinvetasikan adalah misi, kepercayaan dan etika,
sehingga dalam pembangunan usaha tidak terlalu membutuhkan modal
yang besar, terlebih disetiap Negara pasti terdapat insentif besar melalui
kerjasama program pemerintah.
2. Pemasaran Pemasaran dan promosi untuk organisasi ini juga sangat
mudah. Karena untuk menghasilkan solusi dari permasalahan yang
sedang ditangani, perusahaan bisa lebih mudah menarik orang-orang
dengan menggunakan media sosial.
3. Sumber Daya Manusia Lebih Murah Dalam menentukan sumber daya
manusia (SDM), perusahaan sosial lebih mudah untuk menggalang
dukugan dari individu yang memiliki misi dan visi yang sama dan
kesediaan menerima gaji yang lebih rendah dibandingkan dengan
perusahaan komersil lainnya.
4. Berfokus Pada Penyelesaian Masalah Perusahaan sosial memberikan
pelayanan yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu atau
masalah. Sehingga penyelesaian yang ditawarkan juga akan langsug
pada titik permasalahan.
5. Efektivitas Biaya Efektivitas biaya adalah keuntungan lain dari sebuah
perusahaan sosial. Solusi yang ditawarkan oleh organisasiorganisasi ini
baik dalam bentuk produk atau jasa yang masuk akal dibandingkan
dengan layanan yang disediakan oleh organisasi nirlaba (Saragih, 2017)
Wirausahawan sosial bertindak sebagai agen perubahan bagi masyarakat,
menangkap peluang yang hilang dan memperbaiki system, menciptakan pendekatan
baru, dan menciptakan solusi untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik
(Saragih, 2017).
Berikut adalah keuntungan kewirausahaan sosial (www.ncoa.org) dalam
Wawan Dhewanto dkk, 2013.
Keuntungan:
a. Menyediakan pendapatan yang dapat dikelola kembali untuk kepentingan
anggota dan masyarakat (swasembada).
b. Mengurangi ketergantungan pada sumber pendanaan tradisional dan
peningkatan penggunaan dan lebih baik sumber daya keuangan.
c. Memungkinkan untuk pengelolaan keuangan secara swasembada
d. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan masyarakat
e. Memeberikan dan memperluas layanan yang ada kepada konstituen yang
lebih besar
f. Memberdayakan klien untuk menuntut layanan yang lebih baik, member
mereka rasa hormat
g. Mempertajam focus dan memperluas layanan organisasi
h. Meningkatkan dampak positif di masyarakat
i. Meningkatkan perencanaan dan keterampilan pemasaran
j. Meningkatkan pembelajaran dan perbaikan terus menerus (Saragih,
2017).

2.10 Karakteristik Kewirausahaan


Seorang wirausaha sekurang-kurangnya memiliki 12 (dua belas)
karakteristik yaitu (1) motif berprestasi, (2) selalu perspektif, (3) berdaya cipta
tinggi, (4) memiliki perilaku inovatif tinggi, (5) memiliki komitmen dalam
pekerjaan, (6) memiliki etos kerja dan tanggung jawab, (7) mandiri atau tidak
tergantung pada orang lain, (8) berani menghadapi resiko, (9) selalu mencari
peluang, (10) memiliki jiwa kepemimpinan, (11) memiliki kemampuan
manajerial dan (12) memiliki kemampuan personal (Suharyono, 2017)
a. Motivasi untuk Berprestasi
Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti “movere” yang
berarti to move atau menggerakkan (Steers dan Porter, 1991).
Sedangkan Suriasimantri berpendapat bahwa motivasi merupakan
dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang untuk berperilaku tertentu
guna mencapai tujuan tertentu. Motif akan menghasilkan mobilisasi
energi (semangat) dan menguatkan perilaku seseorang, serta
kendaraan untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang
(Beck, 1990). Seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya
motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif
berprestasi merupakan nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk
mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gede
A.S dalam Suryana, 2003). Faktor dasar yang melandasi motivasi
adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Maslow (1934) menjelaskan
teori motivasi dengan menjelaskan tingkatan kebutuhan sebagai
landasan yang melatar belakangi lahirnya motivasi bagi seseorang,
yaitu (1) kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan
keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs) dan
kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs) (Suharyono,
2017)
b. Selalu Perspektif
Selalu prespektif mencerminkan bahwa seorang wirausahawan
harus berfikir, berusaha dan memanfaatkan peluang dengan penuh
perhitungan untuk meraih masa depannya secara optimis. Untuk
mencapai masa dengan yang optimis, maka seorang wirausaha harus
mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta
berbeda dengan yang sudah ada (ability to create the new and
different). Orang yang selalu memandang masa depan secara optimis,
akan mempunyai dorongan untuk berkarsa dan berkarya dalam
menyongsong masa depannya. Itulah sebabnya Drucker (1959)
menekankan pada ability to create the new and different sebagai kunci
utamanya. Masa depan adalah suatu kejadian (event) yang
mengandung ketidak pastian (uncertainty). Maka dalam menyongsong
masa depan tersebut seorang wirausaha harus mampu
memperhitungkan resiko yang timbul dan dengan cerdas dan tabah
menghadapi tantangan akibat pilihan yang diambilnya. Pada akhirnya,
dapat dinyatakan bahwa seorang wirausaha yang berjiwa
kewirausahaan selalu tidak akan puas dengan hasil yang dicapainya
dan akan terus mencari peluang baru untuk memperbaiki dan
mengembangkan kehidupan usahanya agar lebih baik dibandingkan
yang sudah dicapainya (Suharyono, 2017)
c. Memiliki Kreativitas (Daya Cipta) Tinggi
Memiliki kreativitas tinggi berarti mempunyai kemampuan
untuk berfikir yang baru dan berbeda (thinking new thing and
different). Namun demikian untuk berfikir yang baru dapat bersumber
dari sesuatu yang lama tetapi dilakukan dengan cara-cara yang baru
dan tidak harus seluruhnya baru. Zimmerer dalam Suryana (2003)
menyebutkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika seorang
wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru
dan berbeda. Kreativitas adalah berfikir untuk menciptakan sesuatu
dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing).
Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas
dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk
meningkatkan dan memperkaya kehidupan (Suharyono, 2017)
d. Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Memiliki perilaku inovatif tinggi merupakan salah satu kunci
dari semangat berwirausaha. Sebenarnya setiap orang dibekali talenta
atau jiwa wirausaha walaupun dalam derajat kapabilitas yang berbeda-
beda. Jika jiwa wirausaha atau talenta tersebut diberikan wadah yang
baik, maka perkembangan dan kemajuannya akan memberikan hasil
sebagaimana mana yang diharapkan. Jiwa wirausaha yang terdapat
pada setiap orang itu tumbuh karena beberapa hal (1) setiap orang
pasti memiliki cita-cita, impian dan harapan untuk meningkatkan
kualitas hidup, (2) setiap orang mempunyai intuisi untuk bekerja dan
berusaha, (3) setiap orang mempunyai daya imajinasi yang dapat
digunakan untuk berfikir kreatif, (4) setiap orang mempunyai
kemampuan untuk belajar sesuatu yang sebelumnya tidak dikuasainya.
Itulah modal awal dan faktor dominan yang diberikan oleh Allah SWT
kepada manusia dan bukan makhluk lainnya, sehingga setiap manusia
pada dasarnya memiliki akal budi dan kecerdasan yang merupakan
landasan dasar dari jiwa wirausaha (Suharyono, 2017)
e. Memiliki Komitmen dalam Pekerjaan
Memiliki komitmen dalam pekerjaan memberikan makna
bahwa setiap wirausaha hendaknya komit dalam mengelola usahanya
yang dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh dan memberikan
curahan perhatian sepenuhnya. Oleh sebab itu seorang wirausaha yang
komit atas pekerjaannya tidak akan membiarkan usahanya berjalan di
tempat, tetapi selalu berfikir dan berusaha agar usahanya itu dapat
berkembang dan mempunyai keunggulan kompetisi dengan yang
lainnya. Untuk maksud tersebut, maka seorang wirausahawan harus
sepenuh hati dalam menjalankan usahanya dan berani mengambil
resiko usaha yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Wirausahawan
yang komit terhadap pekerjaannya harus berani bangkit dari
kegagalannya dan menjadikan masalah yang dihadapi sebagai peluang.
Tidak setengah-setengah dalam mengelola usaha dapat diartikan
bahwa seorang wirausahawan harus memiliki semangat kewirausahaan
(Suharyono, 2017)
f. Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Etos kerja akan membentuk suatu produktivitas sedangkan
tanggung jawab akan menumbuhkan wirausaha yang adil dan
bertanggung jawab terhadap semua pemangku kepentingan
(stakeholder) yang berhubungan dengan usaha dan hasil usahanya.
Dalam pengertian bisnis modern, tanggung jawab tersebut ditunjukkan
dengan adanya tanggung jawab sosial (social responsibility) antara
lain dengan melindungi stakeholder dan lingkungannya dari adanya
kerugian moril maupun material atas keberadaan perusahaan dan hasil
produksinya (Suharyono, 2017)
g. Mandiri atau Tidak Tergantung Orang Lain
Mandiri atau tidak tergantung kepada orang lain akan
menumbuhkan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (create new and different). Melalui kemandirian dalam
berfikir kreatif dan bertindak inovatif, seorang wirausaha dapat
menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Oleh sebab
itu, seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif dalam
mengembangkan ide dan pikirannya terutama dalam menciptakan
peluang usaha bagi dirinya dan bagi orang lain. Dengan demikian
seorang wirausaha dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru
dengan jalan mengkombinasikan sumber daya yang ada disekitarnya
melalui pengembangan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang
berbeda dari kompetitornya secara lebih efisien, memperbaiki produk
yang sudah ada dan menemukan cara baru untuk memberikan
kepuasan kepada para konsumennya (Suharyono, 2017)
h. Berani Menghadapi
Resiko Berani mengambil resiko tidak sama dengan spekulasi.
Artinya resiko yang ditanggung oleh seorang wirausahawan adalah
resiko yang sudah diperhitungkan secara matang. Richard Cantillon
adalah orang yang pertama menggunakan istilah entrepreneur dan
mengatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang berani
menanggung resiko. Keberanian menanggung resiko yang disertai
perhitungan yang mapan merupakan karakteristik wirausaha yang
unggul. Keberanian untuk menangung resiko juga merupakan peubah
pertama yang mendorong timbulnya inisiatif dan mendorong sifat
untuk menyukai usaha-usaha yang lebih menantang. Namun, resiko
yang menjadi nilai dalam kewirausahaan adalah resiko yang sudah
diperhitungkan dan penuh realistis (Suharyono, 2017)
i. Selalu Mencari Peluang
Selalu mencari peluang dimaknakan bahwa seorang wirausaha
yang mempunyai jiwa kewirausahaan harus memberikan tanggapan
positif terhadap peluang yang ada dalam kaitannya dengan
mendapatkan keuntungan untuk usahanya (organisasi bisnis) atau
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat (organisasi
nirlaba). Pakerti (1997), mengartikan kewirausahaan sebagai
tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat
tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang
melembaga, produktif dan inovatif. Stevenson memahami
kewirausahaan sebagai suatu pola tingkah laku manajerial yang
terpadu dalam upaya pemanfaatan peluang-peluang yang tersedia
tanpa mengabaikan keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan
Drucker menekankan bahwa seorang wirausaha harus mampu
mengalihkan alokasi sumber dayanya dari bidang-bidang yang
memberikan hasil rendah ke bidang lain yang memberikan hasil tinggi.
Pada akhirnya Mossi menyatakan bahwa wirausaha adalah seseorang
yang merasakan adanya peluang, mengejar peluang-peluang yang
sesuai dengan situasi dirinya dan percaya bahwa kesuksesan
merupakan suatu hal yang dapat dicapai (Suharyono, 2017).
j. Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Jiwa kepemimpinan, keteladanan dan kepeloporan selalu
dimiliki oleh seorang wirausaha yang sukses. Seorang yang memiliki
jiwa kepemimpinan pada umumnya ingin tampil berbeda, lebih dahulu
(lebih cepat) dan lebih menonjol. Hal inilah yang melandasi mengapa
seorang wirausaha yang memiliki jiwa kepemimpinan akan
menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasinya untuk
menghasilkan barang dan jasa dengan lebih cepat dipasarkan dan
berbeda dari pesaingnya. Wirausaha seperti inilah yang menganggap
perbedaan sebagai suatu peluang untuk menambah nilai barang dan
jasa yang dihasilkan, sehingga ia akan menjadi leader, baik dalam
bidang produksi maupun pemasaran. Seorang wirausaha yang
memiliki jiwa kepemimpinan selalu ingin mencari peluang, terbuka
menerima kritik dan menjadikan saran sebagai pertimbangan dalam
melakukan perbaikan. Seorang wirausaha yang memiliki leadership
ability akan mampu menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power)
dan mengutamakan strategi mediator dan negosiator dibandingkan
cara-cara diktator. Berdasarkan semangat, prilaku dan kemampuannya
dalam kepemimpinan (leadership ability) maka Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1995 mengelompokkan
kemampuan wirausaha dalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu wirausaha
andal, wirausaha tangguh dan wirausaha unggul (Suharyono, 2017).
k. Memiliki Kemampuan Manajerial
Memiliki kemampuan manajerial merupakan salah satu aspek
yang harus ada pada setiap wirausaha. Kemampuan manajerial
merupakan kemampuan untuk mengambil keputusan usaha dan
melaksanakan seluruh fungsi manajemen, yaitu membuat rencana
usaha, mengorganisasikan usaha, mengelola usaha (termasuk
mengelola sumber daya manusia), melakukan publikasi/promosi hasil
usaha dan mengontrol pelaksanaan usaha. Seluruh kemampuan
manajerial harus dilakukan secara konsisten dan terintegrasi sehingga
seluruh aspek manajerial tersebut tidak saling kontra produktif
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan manajerial
seorang wirausahawan harus mampu membuat organisasi menjadi
“fit” dengan lingkungannya. Suatu organisasi (khususnya organisasi
bisnis) harus dinamis dan fleksibel, dikelola oleh manajer yang bervisi
ke depan dan mempunyai lingkungan kerja yang kondusif (Suharyono,
2017).
l. Memiliki Ketrampilan Personal Memiliki ketrampilan personal
diartikan sebagai wirausaha andal. Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1995 Tentang Gerakan Nasional
Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan menyebutkan
adanya 8 (delapan) ciri wirausaha andal, yaitu :
(a) Percaya diri dan sikap mandiri yang tinggi untuk berusaha mencari
penghasilan dan keuntungan melalui perusahaan.
(b) Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang usaha yang
menguntungkan serta melakukan apa saja yang perlu untuk
memanfaatkannya.
(c) Mau dan mampu bekerja keras dan tekun dalam menghasilkan
barang dan jasa, serta mencoba cara kerja yang lebih tepat dan efisien.
(d) Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah
dengan berbagai pihak yang besar pengaruhnya pada kemajuan usaha
terutama para pembeli/pelanggan (memiliki kemampuan
salesmanship).
(e) Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur,
hemat dan disiplin.
(f) Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya serta lugas dan
tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya.
(g) Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas
perusahaan dengan memanfaatlkan dan memotivasi orang lain
(Leadership/Managerialship) serta melakukan perluasan dan
pengembangan usaha dengan resiko yang moderat.
(h) Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta
menggalang kerjasama yang slaing menguntungkan dengan berbagai
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Suharyono, 2017)

2.11 Kiat Menjadi Nursepreneur


Seorang perawat dapat menjadi nurse entrepreneur atau menjadi nurse
intrapreneur. Seorang perawat nurse entrepreneur adalah seorang perawat yang
menjalankan wirausaha-nya sendiri atau dengan beberapa teman dalam bisnis
keperawatan. Sebaliknya seorang perawat intrapreneur adalah seorang perawat
yang menjalankan “bisnis” dalam divisi atau bagian dari satu perusahaan yang
telah ada. Menjadi seorang intrapreneur lebih aman, mendapatkan karir, dan dapat
melangkah menjadi entrepreneur. Tentu saja ini berbeda dengan apa yang
umumnya perawat lakukan, dan bukan bekerja di RS yang tentu saja yang secara
alamiah bukan tempat “berbisnis”. Ketrampilan dan karakter perawat yang
diperlukan berbeda sekali, mesti memiliki semangat wirausaha, memulai sendiri,
bertanggung jawab secara keuangan, mencoba hal baru, dan berani. Anda sebagai
perawat juga dituntut memiliki jiwa sales, customer services, budgeting,
forecasting dan manajemen. Secara mudahnya lebih baik menjadi perawat
intrapreneur dulu, sambil bekerja dalam satu institusi bisnis atau sambil bekerja
sebagai perawat, namun memiliki usaha sampingan di bidang wirausaha. Setelah
kita yakin siap, maka bisa langsung terjun dalam entrepreneurship untuk
mengurus bisnis sendiri.

BAB III
PENUTUP

1.3 Kesimpulan

Kewirausahaan (entrepreneurhip) merupakan persoalan penting di dalam


perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Kemajuan atau
kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan dan
peranan dari kelompok wirausahawan ini (Putu, 2016) Kewirausahaan merupakan
suatu proses dinamis untuk menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa serta
kemakmuran. Wirausaha merupakan pengambilan resiko untuk menjalankan
sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru
atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang
menjadi besar (Saragih, 2017). Seorang perawat dapat menjadi nurse entrepreneur
atau menjadi nurse intrapreneur. Tentu saja ini berbeda dengan apa yang
umumnya perawat lakukan, dan bukan bekerja di RS yang tentu saja yang secara
alamiah bukan tempat “berbisnis”. Ketrampilan dan karakter perawat yang
diperlukan berbeda sekali, mesti memiliki semangat wirausaha, memulai sendiri,
bertanggung jawab secara keuangan, mencoba hal baru, dan berani.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan


Berwirausaha. 3(2), 65–69.
Ardiansyah, T. (2018). Perspektif Tingkat Kemampuan Dan Transformasi
Berwirausaha. 10(2), 165–178.
Hadiyati, E. (2010). Kreativitas Dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan
Usaha Kecil.
Putu, N. (2016). Motif Transformasi Wirausahawan Menjadi Wirausahawan Sosial
( Studi Pilot Pada Wirausahawan Mahasiswa Di Provinsi Lampung ). 771–780.
Rahmadani, R. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan.
5(1), 47–53.
Saragih, R. (2017). Membangun Usaha Kreatif, Inovatif Dan Bermanfaat Melalui
Penerapan Kewirausahaan Sosial.
Suharyono. (2017). Sikap Dan Perilku Wirausahawan. 6551–6586.
Walipah. (2016). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Niat Berwirausaha
Mahasiswa. 3, 138–144.

Anda mungkin juga menyukai