Anda di halaman 1dari 26

Kata Pengantar

Menindaklanjuti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 tentang

kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi, serta Peraturan Menteri Riset,

Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional

Pendidikan Tinggi (SN-DIKTI). Oleh sebab itu, Ketua Sekolah Tinggi Pastoral Santo

Agustinus Keuskupan Agung Pontianak melalui Surat Keputusan nomor: 10/SK-K/IX/2016

menetapkan pemberlakuan Kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia pada Prodi

PPAK STP St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak. Diharapkan muatan dalam

kurikulum KKNI ini dapat diaktualisasikan dan dipatuhi oleh civitas akademika Program studi

Pendidikan dan Pengajaran Agama Katolik di lingkungan Sekolah Tinggi Pastoral

Keuskupan Agung Pontianak.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun, dan kepada

semua pihak yang telah memberikan masukan dan saran yang berharga dalam

memperkaya pengetahuan, wawasan mengenai pengembangan dan penyusunan kurikulum

KKNI Program Sarjana Prodi PPAK pada STP St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak.

Dengan demikian kurikulum KKNI dapat digunakan sebagai landasan pelaksanaan

pengajaran pendidikan Agama Katolik pada STP St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak

dalam meningkatkan lulusan yang beriman teguh, profesional, pancasilais, tanggap,

tangguh dan mandiri.

1
A. Latar Belakang dan Perkembangan Kurikulum Program Studi

Umumnya deskripsi penyelenggaraan Pendidikan Tinggi di Indonesia tidak

memerlihatkan adanya kerja sama yang sinergis antara penentu kebijakan dan perilaku

kebijakan. Tujuan sinergistias adalah agar arah implementasi kebijakan pendidikan dapat

dipahami oleh semua pihak sehingga tahapan operasionalnya tetap berada pada jalur

regulasi. Namun, muncul persoalan yang terkait dengan tuntutan regulasi penyelenggaraan

pendidikan di perguruan tinggi negeri dan swasta. Kecenderungan yang muncul pada

beberapa tahun terakhir ini justru memerlihatkan kondisi kontradiktif dimana pendidikan

dikomersialisasikan dengan tujuan profit atau nonprofit. Pada akhirnya, pengakuan akan

mutu lulusan dari setiap perguruan tinggi mulai dipertanyakan karena kalah bersaing di

pasar global dan tidak diakui secara internasional. Oleh sebab itu, sejauh isu-isu strategis

pendidikan dapat mencukupi peningkatan mutu, relevansi dan daya saing hanya sebatas

rumusan buku yang tidak mempunyai dasar untuk diaktualisasikan.

Menyikapi masalah seperti tersebut, pemerintah secara proaktif menetapkan

kebijakan penerapan Kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), Perpres

Nomor 8 Tahun 2012 dan Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013. Salah satu tujuannya

adalah terwujudnya standarisasi kurikulum yang unggul, diakui di tingkat global

sebagaimana kurikulum pada PTS-PTS asing yang beroperasi di Indonesia. Dampak

lanjutan dari upaya ini adalah munculnya pengakuan terhadap kualitas lulusan perguruan

tinggi itu sendiri, baik kemudahan akses di pasar lokal, nasional maupun internasional.

Walaupun demikian, standarisasi kurikulum KKNI hendaknya tidak sebatas pada perumusan

kompetensi-kompetensi atau menghasilkan dokumen struktur kurikulum. Artinya, lebih

mengarah pada esensi rancangan kurikulum yang dapat menghasilkan capaian

pembelajaran pada lulusan dalam tiga aspek: sikap dan tata nilai, pengetahuan dan

keterampilan. Tiga aspek inilah yang harus digarisbawahi sebagai kunci bagi semua pihak

mengapa pemerintah mengganggap penting menerapkan kurikulum berbasis KKNI pada

semua PTN dan PTS di Indonesia.

2
Pada dasarnya, kurikulum KKNI merupakan salah satu instrumen penting dalam

proses pendidikan yang berkontribusi terhadap peningkatan dan pengakuan terhadap

lulusan pada sebuah perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan yang tertuang dalam Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa

kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan ajar yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Dengan demikian, tercapai atau

tindakan tujuan pendidikan sangat tergantung pada kurikulum KKNI yang ditetapkan.

Dalam penyusunan Kurikulum KKNI ini tidak terlepas dari hasil kajian kurikulum-

kurikulum sebelumnya yang dinilai merupakan proses yang wajar terjadi sesuai

perkembangan IPTEK, kebutuhan Gereja, masyarakat, dan kebijakan baru pemerintah.

Oleh sebab itu, dengan tersedianya kurikulum KKNI mutu pendidikan di Sekolah Tinggi

Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak akan semakin meningkat dan

berkontribusi positif terhadap kualitas para lulusan dari Sekolah Tinggi Pastoral Santo

Agustinus Keuskupan Agung Pontianak di dunia kerja.

B. Landasan Yuridis Pengembangan Kurikulum

Dalam pelaksanaannya, kurikulum KKNI ini merujuk pada Undang-undang dan peraturan

sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor tahun 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

3. Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;

4. Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Tinggi;

5. Peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Dosen;

6. Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan penyelenggaraan

pendidikan;

7. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan

Agama dan Pendidikan Keagamaan;

3
8. Peraturan presiden Nomor 103 tahun 2007 tentang pengesahan Regional Convention on

the Recognition of studies, Diploma, Degrees in Asia and the pacific;

9. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia;

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73 tahun 2013, tentang

Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Bidang Pendidikan Tinggi;

11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Dosen;

12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 323/U/2000 tentang Pengembangan

Kurikulum Perguruan Tinggi dan penilaian hasil belajar Mahasiswa;

13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya;

14. Peraturan Menteri Agama Nomor 36 tahun 2009 tentang pembidangan Ilmu dan Gelar

Keserjanaan;

15. Peraturan Menteri Agama (PMA) RI Nomor 33 Tahun 2016 tentang Gelar Akademik

Perguruan Tinggi Keagamaan

C. Maksud dan Tujuan Pengembangan Kurikulum

Maksud dan tujuan pengembangan kurikulum Program Sarjana Prodi Pendidikan

dan Pengajaran Agama Katolik pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan

Agung Pontianak, antara lain adalah:

1. Menyesuaikan kurikulum Prodi PPAK pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus

Keuskupan Agung Pontianak sehingga sejalan dengan regulasi pendidikan terkait

kurikulum berbasis KKNI;

2. Membakukan sertifikikasi profil lulusan prodi PPAK pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo

Agustinus Keuskupan Agung Pontianak;

3. Menjamin learning autcomes para lulusan sehingga semakin berkualitas;

4
4. Menjamin struktur kurikulum KKNI program Sarjana Prodi PPAK pada Sekolah Tinggi

Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak yang lebih ramping namun

bermutu.

5. Meningkatkan profesionalitas dosen dalam konteks Tri Dharma Perguruan Tinggi.

6. Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan program Sarjana Prodi PPAK pada

Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak.

D. Visi, Misi, dan Tujuan

1. Visi lembaga

Terwujudnya Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Pontianak sebagai lembaga

Pendidikan Agama dan Keagamaan Katolik yang bertaraf nasional dan internasional

berlandaskan sistem Pendidikan modern, Kemandirian, dan kecendekiawanan Katolik

2. Visi Prodi PPAK

Terbentuknya Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang beriman teguh,

profesional, pancasilais, tanggap, tangguh dan mandiri.

3. Misi lembaga

Melaksanakan program sarjana dan pascasarjana di bidang Pendidikan Agama Katolik

yang kompetitif bertaraf nasional dan internasional.

4. Misi Prodi PPAK

a. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran agama Katolik

yang otentik dan kontekstual.

b. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada

kemandirian.

c. Melaksanakan penelitian untuk pengembangan karya pendidikan dan pengajaran

agama Katolik.

d. Melaksanakan pengabdian masyarakat dengan semangat pelayanan

kependidikan.

5
e. Melaksanakan pembinaan civitas akademika yang berwawasan kebangsaan dan

multikultur.

5. Tujuan

a. Menghasilkan Guru Pendidikan Agama Katolik yang memiliki pengetahuan,

keterampilan dan sikap kecendekiawanan katolik yang beriman dan bermoral

b. Menghasilkan Guru Pendidikan Agama Katolik yang profesional dan berdaya saing

c. Menghasilkan Guru Pendidikan Agama Katolik yang memiliki wawasan kebangsaan.

d. Menghasilkan Guru Pendidikan Agama Katolik yang memiliki wawasan dan

pemahaman yang baik mengenai pengajaran dan Pendidikan Agama Katolik

e. Menghasilkan produk-produk penelitian yang terkait erat dengan upaya

pengembangan pengajaran dan pendidikan agama Katolik

f. Meningkatkan kerja sama dengan Gereja lokal dan universal dalam mewujudkan

semangat pelayanan pendidikan katolik.

g. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral dengan stakeholders dalam rangka

melayani dan mengatasi masalah-masalah sosial kemasyarakatan.

E. Struktur Kurikulum

1. Profil Lulusan (terlampir)

2. Deskripsi kualifikasi level 6 pada KKNI (terlampir)

3. Capaian Pembelajaran (terlampir)

4. Pemetaan Bahan Kajian (terlampir)

5. Pengemasan dan Pemetaan Mata Kuliah (terlampir)

6. Distribusi dan kode mata kuliah (terlampir)

7. Pendekatan dan metode perkuliahan

7.1 Pendekatan dan Metode Perkuliahan

a. Pendekatan CTL

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan

pembelajaran yang menekankan pada penyusunan pola-pola yang mewujudkan

6
makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan

sehari-hari Mahasiswa. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak

hanya disiapkan dalam memori jangka pendek yang mudah dilupakan, tetapi dapat

disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan

dalam tugas nantinya. CTL disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar ini

dapat membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi

dunia nyata mahasiswa sehingga mendorong mahasiswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota masyarakat.

b. Pendekatan Sains

Pendekatan Sains adalah pendekatan pembelajaran untuk menelaah dan

memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu

tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan adalah

dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode ilmiah, baik yang bersifat

kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat dipilah-pilah menjadi

bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.

c. Pendekatan Filosofi

Pendekatan filosofi adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan

masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan

membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut

pelaksanaan pendidikan semata yang hanya terbatas pada tataran empiris. Dalam

pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih

mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi atupun fakta-fakta faktual,

yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut di

antaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan

nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta,

namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan

oleh sains, melainkan diperlakukan suatu refleksi yang lebih mendalam.

7
d. Pendekatan Religius

Pendekatan religius adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penyusunan teori-teori pendidikan yang bersumber dan berlandaskan pada ajaran

agama. Di dalamnya berisi keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat

dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan jenis-jenis

pendidikan. Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun

filsafat di mana cara kerjanya berlandaskan pada akal budi atau rasio. Pendekatan

religi selalu bertitik tolak pada keimanan.

e. Pendekatan Teknologis

Pendekatan teknologis adalah pendekatan pembelajaran dengan menggunakan

perangkat atau instrumen tertentu yang dapat dimanfaatkan atau digunakan sebagai

media pembelajaran, pengembangan wawasan dan pengetahuan baik bagi dosen

maupun mahasiswa, seperti, LCD, internet dan lain-lain.

f. Pendekatan Interaksional

Pendekatan interaksional adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada

pola terjadinya interaksi yang seimbang antara dosen dan mahasiswa. Dosen aktif

dalam memberi rangsangan maupun jawaban, demikian juga mahasiswa. Dosen

senantiasa melemparkan permasalahan yang terformat dalam media pembelajaran,

sehingga mahasiswa terlatih kemampuannya untuk memecahkan masalah melalui

penggunaan argumentasi verbal.

g. Pendekatan Inquiri

Pendekatan inquiri adalah pendekatan pembelajaran dimana dosen menberikan

materi pembelajaran pada mahasiswa untuk mengenai permasalahan yang mereka

hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata melalui proses penelitian. Mahasiswa

sebagai penelitian, maka ini harus melakukan prosedur mengenali permasalahan,

menjawab pertanyaan, melakukan research dan investigasi dan menyiapkan

kerangka berfikir, hipotesis, dan penjelasan kompatibel dengan pengalaman pada

dunia nyata.

8
h. Pendekatan Keteladanan

Pendekatan keteladanan adalah pendekatan pembelajaran dimana dosen memberi

ilustrasi-ilustrasi tentang kisah tertentu yang patut diteladani oleh mahasiswa, juga

secara tidak langsung melalui sikap keteladanan dosen itu sendiri dalam relasi dan

komunikasinya dengan rekan sejawat, tenaga non kependidikan maupun dengan

mahasiswa.

7.2 Metode Pembelajaran

a. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan metode bertukar informasi, berpendapat, dan unsur-unsur

pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama antara

dosen dan mahasiswa dan sesama mahasiswa tentang permasalahan atau materi kuliah

yang sedang dibahas. Dengan menggunakan metode ini, mahasiswa dirangsang kreaktif

untuk mengungkapkan ide, gagasan, pendapat dalam pemecahan masalah.

b. Metode Persentasi (demonstrasi)

Metode ini digunakan untuk menghadiri terjadinya verbalisme yang berlebihan dan

memudahkan mahasiswa memahami apa yang dipelajari. Selain itu, dengan

menggunakan metode ini proses pembelajaran lebih menarik karena kegiatan presentasi

itu sendiri didukung dengan media pembelajaran seperti laytop dan infokus.

c. Metode ceramah

Metode ini digunakan untuk menyampaikan keterangan atau indormasi atau uraian

tentang suatu pokok bahasan serta masalah secara lisan. Dalam penerapannya metode

ini didukung oleh metode-metode yang lain, misalnya metode tanya jawab, latihan dan

lain-lain.

d. Metode Eksprimen

Metode eksprimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu

mahasiswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.

Dengan menggunakan metode ini, mahasiswa dapat belajar untuk menyampaikan

9
sesuatu berdasarkan fakta dan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh pihak yang

berkepentingan.

e. Metode Resitasi

Metode ini digunakan dalam rangka mengembangkan aktivitas belajar mahasiswa baik

secara individual maupun kelompok. Metode ini juga dapat membantu mahasiswa dalam

hal kreaktifitas, kemandrian, tanggung jawab dan disiplin terkait tugas-tugas yang

diberikan oleh dosen.

f. Metode Simulasi

Metode simulasi pembelajaran metode mengajar yang membantu mahasiswa untuk

menjelaskan sesuatu (materi kuliah) melalui proses tingkah laku imitasi atau bermain

peran mengenai satu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang

sebenarnya. Dengan menggunakan metode ini dilatih untuk kreaktif, percaya diri,

terampil untuk menghadapi situasi yang sebenarnya kelak terutama dalam tugas dan

peran mereka sebagai guru nantinya.

g. Metode Tanggung Jawab

Metode ini digunakan untuk membangun komunikasi langsung dan bersifat interaktif,

sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara dosen dan mahasiawa. Metode dapat

menarik minat mahasiswa dan mengembankan keterampilan, daya pikir mahasiswa

dalam mengemukakan pendapatnya.

8. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

Penilaian hasil pembelajaran pada prodi PPAK di Sekolah Tinggi Pastoral Santo

Agustinus Keuskupan Agung Pontianak adalah:

1. Penilaian perencanaan proses pembelajaran, meliputi rencana pembelajaran, bahan

ajar, metode pembelajaran, sumber pembelajaran, model penilaian hasil belajar;

2. Penilaian pelaksanaan proses pembelajaran, terdiri dari pelaksanaan rencana

pembelajaran, pemenuhan standar proses pembelajaran;

10
3. Penilaian proses pembelajaran melalui ecaluasi hasil belajar, mencakupi nilai hasil

belajar seperti: Tugas mandiri dan kelompok, PPL, KKN (KBN), UTS dan UAS.

Penilaian melalui evaluasi meliputi penilaian terhadap indeks prestasi semester dan

indeks prestasi kumulatif yang menggunakan pedoman penilaian sebagai berikut:

Rentang Nilai Angka Mutu Huruf Mutu Kategori


80,00 – 100 4 A Sangat Baik
75,00 - 79,99 3,7 A-
71,00 - 74,99 3,3 B+
67,00 - 70,99 3 B Baik
63,00 - 66,99 2,7 B-
59,00 - 62,99 2,3 C+
55,00 - 58,99 2 C Cukup
45,00 - 54,99 1 D Kurang
0 - 44,99 0 E Gagal

4. Penilaian melalui mekanisme umpan balik (feedback) yang mencukupi:

a. Dosen

1. Setiap dosen melakukan evaluasi terhadap umpan balik dan perangkat

pembelajaran.

2. Membentuk team teaching untuk menilai efektivitas proses pembelajaran dan

kinerja program studi.

b. Mahasiswa

Usul saran mahasiswa yang berkaitan dengan peningkatan proses pembelajaran,

metode, strategi, pendekatan, media pembelajaran dan sarana prasarana

disampaikan pada pertemuan-pertemuan berkala.

c. Alumni

Usul saran alumni berkaitan dengan peningkatan kualitas: (a) pelaksanakan

PPL/praktek mengajar di sekolah-sekolah dan Karya Bakti Natal (KBN) (b) Isi dan

Metode pembelajaran PAK; pada mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Santo

11
Agustinus Keuskupan Agung Pontianak yang Pengguna Alumni (c) sikap dan tata

nilai, pengetahuan dan keterampilan lulusan yang sesuai tuntutan dunia kerja.

9. Sumber Belajar

Terdapat dua sumber belajar yang diterapkan pada program studi Sekolah Tinggi Pastoral

Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak, yakni:

1. Learning resources by design (LRD). LRD adalah sumber belajar yang secara

khusus direncanakan atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional

untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal;

2. Learning resouces by utilization (LRU). RLU adalah sumber belajar yang tidak

didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat

ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

F. Dosen

No No. NIDN Nama Dosen Tempat dan Tanggal Lahir


1 2727065401 Dr. A. Muhrotien, M.Si Magelang, 27 Juni 1954
2 2728056601 Drs. Thomas Kuslin, M.Pd. Perongkan, 28 Mei 1966
3 2705097101 Carolina Lala, S.E.,M.M. Pontianak, 5 September 1971
Gustaf Hariyanto,
4 2725107301 S.T.,S.S.,M.Si. Menjalin, 25 Oktober 1973
5   Pastor Lukas Ahon, CP. Kampung Kelampuk, 22 Desember 1955
6 2727078401 Amadi, S.Ag.,M.Th. Biong, 27 Juli 1984
7 2705058701  Yusmanto, S.Ag.,M.Th. Sungai Ambawang, 5 Mei 1978
8 2729098401  Florentina, S.Ag.,M.Th. Pontianak, 29 September 1984
9 2707027901  Suko, S.S.,M.Pd. Entibuh, 7 Februari 1979
Felisitas Yuswanto,
10 2707038401 S.S.,M.Hum. Malang, 7 Maret 1984
11 2704048901 Efriani, S.Ag.,M.Ant. Temau, 4 April 1989
12 2703087401 Magdalena, S.Sos.,M.M. Pontianak, 3 Agustus 1974
13 9927000059 Martinus, S.Ag.,M.Si Sungai Enau, 10 Oktober 1965
14 Drs. Martinus Marthin, M.Si Rawak, 10 Maret 1960
15 Surip Stanislaus, OFM Cap Sleman, 05 Juli 1966
Aliton Contradus Antonius
16 Ondeng, SH.,MH. Pelanjau, 06 Maret 1969
17 Drs. Stepanus, M.Si Bandan, 19 September 1961
18 Drs. Agustinus Tinus Natai Ucung, 03 Oktober 1961
19 Damian Doraman, OFM Cap Semobat, 18 Februari 1961

12
20 Andreas Engselmus, CP Sangkan, 10 November 1965
22 Martinus, CP Tapang Perodah, 10 Deseber 1967
Andreas Alsandriata,
23 S.Ag.,M.Si. Pontianak, 05 September 1982
24 Drs. Yosef, M.Th. Benua Martinus, 24 Januari 1965
25 Lidwina, SFK.,M.Th. Pemangkat, 27 Maret 1967
Yohanes Peten Lewo,
26 S.Pd.,M.Pd Puhu, 01 Juli 1974
27 ‘011056102 Dr. A. Totok Priyadi, M.Pd. Klaten, 11 Mei 1961

G. Tenaga Kependidikan

Jumlah Tenaga Kependidikan/Pegawai


STP St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak

No Nama L/ Pendidikan
P Terakhir Jabatan Keterangan
1 FH. Mulyana, S.Sos L Strata 1 Bendahara  
2 Karolina Karolin,
S.Kom P Strata 1 Staf Akademik
3 Ifad. H. Malau, S.Sos L Strata 1 Staf Administrasi Umum  
4 H.W. Puguh. P, S.P L Strata 1 Staf Administrasi Umum  
5 Werenvridus Sadan,
S.S L Strata 1 Staf Administrasi Umum  
6 Martina, S.Ag L Strata 1 Staf Perpustakaan  
7 R. Yulianti P SMA Staf Perpustakaan
8 L Satpam
9 David L SMA Office Boy (OB)  

H. Sarana dan Prasarana Perkuliahan

H. 1. Sarana Pelaksanaan Kegiatan Akademik

Pustaka (buku teks, karya ilmiah, dan jurnal; termasuk juga dalam bentuk CD-ROM dan

media lainnya) Tuliskan rekapitulasi jumlah ketersediaan pustaka yang relevan dengan

bidang PS dengan mengikuti format tabel 1 berikut:

Tabel 1.

Rekapitulasi jumlah ketersediaan pustaka yang relevan


dengan bidang PS

Jenis Pustaka Jumlah Judul Jumlah Copy

13
(1) (2) (3)

Buku teks 1247

Jurnal nasional yang terakreditasi -

Jurnal internasional Tidak ada

Prosiding Tidak ada

Skripsi 2028

Tesis 31

Disertasi Belum ada Belum ada

TOTAL eksemplar

*Jurnal nasional yg terakreditasi tidak boleh di fotocopy.(Yg asli saja yg dihitung

H. 2. Prasarana

Tuliskan data ruang kerja dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan PS

dengan mengikuti format tabel berikut:

Jumlah
Ruang Kerja Dosen Jumlah Luas (m2)
Ruang

(1) (2) (3)

Satu ruang untuk lebih dari 4 1 (a) 30


dosen

Satu ruang untuk 3 – 4 dosen 1 (b) 16

Satu ruang untuk 2 dosen 1 (c) 25


Tuliskan data
Satu ruang untuk 1 dosen 6 (d) 96
(pejabat struktural) prasarana

TOTAL (t) 167 (kantor, ruang

kelas, ruang

laboratorium, studio, ruang perpustakaan, kebun percobaan, dsb. Kecuali ruang dosen)

yang dipergunakan PS dalam proses belajar mengajar dengan mengikuti format tabel

berikut:

14
Utilisasi
Kepemilik (Jam
Kondisi
Jumla an
Total /minggu)
No. Jenis Prasarana h Luas
(m2) Tidak
Unit Teraw
SD SW Teraw
at
at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Ruang kelas 13 832 v v 60

2. Kantor 2 48 v v 72

3. Lab. Komputer 1 64 v v 60

4. Lab. Tata Rias 1 64 v v 8

Lab. Tata 1 80 v 8
5.
Busana

Lab. Perikanan 2 48 v v 8
6.
Darat

Kebun 1 20.000 v v 8
7.
Percobaan

8. Perpustakaan 1 80 v v 72

Asrama Putri 1 1031 v v 168


9.
STP

Keterangan:

SD = Milik PT/fakultas/jurusan sendiri; SW = Sewa/Kontrak/Kerjasama

Tuliskan data prasarana lain yang menunjang (misalnya tempat olah raga, ruang bersama,

ruang himpunan mahasiswa, poliklinik) dengan mengikuti format tabel berikut:

Kepemilika
Kondisi
Total n Unit
Jenis Prasarana Jmlh
No. Luas Tidak Pengelol
Penunjang Unit Teraw
(m2) SD SW Teraw a
at
at

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Poliklinik St. 1 450 V v Yayasan


Agustinus

15
2 Lap. Volly 2 144 V v STP

3 Aula STP 1 320 V v STP

4 Perpustakaan 1 80 V v STP
STP

Jumlah 4 994 V v STP

Keterangan:

SD = Milik PT/fakultas/jurusan sendiri; SW = Sewa/Kontrak/Kerjasama.

I. Sistem Penjamin Mutu Akademik

1. Pengertian mutu

Mutu adalah kesesuaian dengan standar, sesuai dengan harapan pelanggan, sesuai

dengan apa yang dijanjikan dan memenuhi persyaratan. Mutu pendidikan di Sekolah

Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak dipahami sebagai

proses pencapaian tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan

sesuai renstra, renop dan standar akademik. Pencapaian tujuan ini berkaitan dengan

capaian pembelajaran dari aspek sikap dan tata nilai, pengetahuan dan

keterampilan.

2. Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan di Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung

Pontianak secara terus menerus mampu untuk menyesuaikan diri dengan

perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan, sosial-budaya yang terus berkembang

secara dinamis. Mutu ini juga mencakup pelayanan akademik; administrasi, sarana-

prasarana, manajemen organisasi lembaga pendidikan yang memenuhi harapan

civitas akademika dan stakeholders baik masyarakat maupun pengguna lulusan.

3. Sistem penjamin mutu akademik

(lampirkan: STRUKTUR ORGANISASI, SK SENAT, SK TIM PENJAMIN MUTU STP

ST. AGUSTINUS PONTIANAK)

16
Sistem penjamin mutu akademik Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus

Keuskupan Agung Pontianak dirancang dan dilaksanakan agar dapat menjamin

kualitas unit pelayanan akademik dan kualifikasi mutu gelar akademik yang

diberikan. Hal ini berarti bahwa sistem penjamin mutu harus menjamin kompetensi

dan profesionalitas di bidang pelaksanaan akademik dan output atau lulusan yang

memiliki keunggulan kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam capaian

pembelajaran. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan terkait dengan sistem

penjamin mutu akademik:

a. Penerapan sistem penjamin mutu akademik

Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung Pontianak

merupakan penjamin mutu akademik secara berjenjang dan berkelanjutan. Pada

tingkat institusi dirumuskan kebijakan dan standar akademik untuk kemudian

dilakukan evaluasi diri. Pada tingkat program studi dirumuskan capaian

pembelajaran serta dilakukan moonitoring dan evaluasi berdasarkan pendekatan

proses dan keluaran;

b. Acuan Standar

Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung Pontianak tetap mengacu

kepada peraturan pemerintah yang dipersyaratkan Departemen Pendidikan

Nasional sebagai kondisi minimal penyelenggaraan pendidikan meliputi

kurikulum, proses belajar-mengajar, kompetensi lulusan, dosen dan tenaga

kependidikan, sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan standar

penilaian hasil pendidikan. Acuan standar penyelenggaraan pendidikan di

Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung Pontianak tercantum

dalam:

1. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

234/U/2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang Pedoman Pendirian

Perguruan Tinggi;

17
2. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 108/DIKTI/Kep/2001

tanggal 30 April 2001 tentang Pedoman pembukaan program studi dan

jurusan;

3. Keputusan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

054/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi;

4. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 38/DIKTI/Kep/2002

Tanggal 18 Juli 2002 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah di

Perguruan Tinggi;

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tanggal 16

Mei 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 325 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pendirian dan Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Katolik Swasta.

7. Surat Keputusan Uskup Agung Pontianak Nomor: 564b/06/Webe tanggal 25

Mei 2006 Tentang Pendirian STP St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak

8. Surat Keputusan Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI Nomor

DJ.IV/Hk.005/99/2006 tentang Ijin Operasional Sekolah Tinggi Pastoral Santo

Agustinus Keuskupan Agung Pontianak.

9. Statuta Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung

Pontianak tahun 2006

10. Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor

157/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/VII/2013

c. Pengembangan dan penerapan sistem penjamin mutu

Dalam pengembangan sistem penjamin mutu, Sekolah Tinggi Pastoral Santo

Agustinus keuskupan Agung Pontianak menggunakan pola pendekatan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi, dan memberikan

wewenang penuh kepada lembaga penjamin mutu (LPM) untuk menerapkan

18
sistem penjaminan mutu di semua unit kerja di Sekolah Tinggi Pastoral Santo

Agustinus keuskupan Agung Pontianak.

4. Pelaksanaan Penjamin Mutu Akademik

A. Tingkat Sekolah Tinggi

Organisasi penjamin mutu kademik di tingkat Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan

Agung Pontianak terdiri dari Senat, Ketua Sekolah, Puket I, Pukte II, dan Puket III

dan Lembaga Penjamin Mutu sebagai Quality Assurance Center.

1. Senat

Senat adalah badan normatif tertinggi di bidang akademik dengan tugas-

tugas antara lain:

a. Menyusun Statuta Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan

Agung Pontianak atas rekomendasi Yayasan Widya Pratama;

b. Menyusun Renstra dan Renop Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus

keuskupan Agung Pontianak;

c. Menyusun kebijakan akademik Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus

keuskupan Agung Pontianak;

d. Merumuskan norma dan tolak ukur penyelenggaraan pendidikan di

Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung Pontianak;

e. Merumuskan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan

mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;

f. Merumuskan tata tertib kehidupan kampus;

g. Memberikan masukan kepada Ketua Sekolah Tinggi Pastoral Santo

Agustinus keuskupan Agung Pontianak berdasarkan penilaiannya atas

kinerja Ketua Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung

Pontianak dan masalah-masalah akademik;

2. Ketua STP St. Agustinus keuskupan Agung Pontianak

Ketua Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung Pontianak

adalah Pemimpin Sekolah Tinggi yang dibantu oleh para wakil yang

19
membantunya. Ketua bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan

peningkatan mutu akademik dan penyelenggaraan penjamin mutu akademik.

Dalam melaksanakan penjamin mutu akademik ketua didukung oleh lembaga

penjamin mutu internal yang dibentuk dengan SK Ketua;

3. Puket I, II dan III

Puket I, II, dan III adalah para wakil ketua yang bertanggung jawab dalam

menyusun pembelajaran Ketua Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus

keuskupan Agung Pontianak yang berhubungan dengan penyelenggaraan

penjamin mutu. Puket I, II, III dibantu oleh LPM merumuskan pelaksanaan

sistem penjamin mutu dan prosedur yang tepat dalam memantau dan menilai

efektivitas penyelenggaraan kegiatan akademik;

4. Lembaga Penjamin Mutu

Lembaga penjamin mutu adalah pelaksanaan penjaminan mutu akademik di

Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung Pontianak

dengan lingkup kerja yang mencakup strata pendidikan Sarjana Agama

Katolik serta pengelola program studi. Tugas LPM mencakup:

a. Merencanakan dan melaksanakan sistem penjamin mutu akademik;

b. Membuat perangkat yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan sistem

penjamin mutu akademik;

c. Melakukan evaluasi pelaksanaan sistem penjamin mutu akademik;

d. Melakukan pengembangan sistem penjaminan mutu akademik;

e. Melaporkan secara berkala pelaksanaan sistem penjaminan mutu

akademik di Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung

Pontianak;

f. Penelitian, konsultasi, pendampingan dan kerjasama dibidang

penjaminan mutu akademik;

g. Pengembangan sistem informasi penjamin mutu akademik;

20
h. Pengembangan dan pelaksanaan sistem penjamin mutu akaemik internal

di Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung Pontianak;

i. Pengembangan dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi mutu

akademik internal di Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan

Agung Pontianak;

j. Monev internal pengusulan proposal hibah dan implemnetasi dana hibah.

B. Tingkat Program Studi

1. Ketua program studi yang bertanggung jawab atas tersusunnya:

a. Spesifikasi Program Studi (SP);

b. Manual Prosedur (MP);

c. Intruksi Kerja (IK) yang sesuai dengan standar Akademik, Manual Mutu, an

Manual Prosedur;

d. Proses pembelajaran yang bermutu sesuai dengan SP, MP, IK;

e. Evaluasi pelaksanaan proses pembelajaran;

f. Evaluasi hasil proses pembelajaran;

g. Tindakan perbaikan proses pembelajaran;

h. Penyempurnaan SP, MP, dan IK secara bertahap.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya ketua program studi

dibantu oleh sekretaris prodi, tim koordinasi semester yang dibentuk pada

tingkat program studi dan LPM.

2. Tim Koordinasi Semester (TKS)

Tim koordinasi semseter adalah kelompok kerja dosen Sekolah Tinggi

Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung Pontianak yang ditetapkan

melalui SK Ketua Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus keuskupan Agung

Pontianak atas usulan atau rekomendasi Puket I dan Karpodi. Tim koordinasi

semester terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris dan 2

(dua) orang anggota. Tugas dan tanggung jawab tim koordinasi semester

yaitu:

21
a. Membantu pengelola program studi dalam kegiatan akademik semester;

b. Membahas proses belajar mengajar yang sedang berlangsung;

c. Membuat laporan tentang kinerja program studi untuk disampaikan

kepada ketua prodi pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus

keuskupan Agung Pontianak;

d. Tim Koordinasi semester mengadakan rapat minimal sekali dalam 1

(satu) semester.

Sungai Raya, 2016


Ketua STP St. Agustinus
Keuskupan Agung Pontianak

Dr. Drs. A. Muhrotien, M.Si

22
LAMPIRAN

1. SK Ketua STP St. Agustinus Pontianak Tentang Pemberlakuan Kurikulum berbasis

KKNI

2. Struktur Organisasi STP St. Agustinus Pontianak

3. SK tentang SENAT STP St. Agustinus Pontianak

4. SK Tentang Penjamin Mutu Internal

5. Deskripsi Matakuliah

6. SAP/SILABUS MATAKULIAH

23
MATA KULIAH

KODE MATA KULIAH

PROGRAM STUDI

SKS

SEMESTER

CAPAIAN PEMBELAJARAN
PERKULIAHAN
(COURSE LEARNING OUTCOMES)

DESKRIPSI MATA KULIAH

24
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) BERDASARKAN PERMENRISTEKDIKTI NO. 44/2015 SNPT PASAL 12

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

MATA KULIAH :

SKS :

KODE :

PROGRAM STUDI :

SEMESTER :

NAMA DOSEN PENGAMPU :

COURSE LEARNING OUTCOMES :


(Capaian Pembelajaran Mata
Kuliah)

Kemampuan Pengalaman
yang Bahan Metode Waktu Belajar Kriteria,
Minggu
Diharapkan Kajian Pembela Belajar Mahasiswa Indikator dan Daftar Referensi yang digunakan
Ke-
pada Setiap jaran (Menit) (Deskripsi Bobot Penilaian
Pertemuan Tugas)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Ke-1

Ke-2

Ke-3

Ke-4

Ke-5

Ke-6

Ke-7

Ke-8

Ke-9

Ke-10

Ke-11

Ke-12

Ke-13

Ke-14

Ke-15

Ke-16

25
26

Anda mungkin juga menyukai