Anda di halaman 1dari 26

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat, karunia, dan perkenan-Nya,
Program Pelatihan Dosen Profesional Pratama sudah berhasil dikembangkan dan siap untuk digunakan
oleh para Dosen pada tingkat Pratama. Program Pelatihan Dosen Profesional Pratama, dirancang
sedemikian rupa untuk para Dosen, agar mereka professional dalam menjalankan tugasnya.
Dalam menjalankan tugasnya para dosen wajib melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi
yang mumpuni melaksanakan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Semua itu
harus dijalankan oleh dosen secara profesional. Profesional disini maksudnya adalah mumpuni dalam
melakukan semua tugas-tugasnya bertanggungjawab, amanah, dan berkualitas dalam merancang,
melaksanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi atau melaporkan baik dalam tugas mengajar, meneliti,
maupun dalam pengabdian kepada masyarakat.
Pelatihan Dosen Profesional Pratama terbagi menjadi tiga program, yang meliputi:
1. Program Pelatihan bidang Pembelajaran
2. Program Pelatihan bidang Penelitian
3. Program Pelatihan bidang Inovasi Pemberdayaan Masyarakat
Program pelatihan dikemas secara dual mode, yaitu pelatihan dilaksanakan secara online dan tatap
muka. Pada pelatihan secara online dosen memaknai materi, mendiskusikan materi maupun tugas, dan
membuat tugas-tugas yang kemudian tugas tersebut diunggah. Kemudian ditindaklanjuti pada pelatihan
tatap muka yang memerlukan bimbingan dan fasilitasi dari narasumber. Untuk bidang pembelajaran
para peserta berlatih melaksanakan praktek mengajar mikro. Untuk bidang penelitian para peserta
dibimbing dan difasilitasi dalam pembuatan proposal penelitian hingga submit. Untuk bidang inovasi
pemberdayaan masyarakat, para peserta difasilitasi untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat
hingga melaporkan hasil dan submit hasil.
Tentunya kita semua berharap Program Pelatihan Dosen Profesional Pratama, dapat benar-benar
membekali para dosen muda (junior) memiliki kepiawaian dalam meningkatkan kualitas belajar para
mahasiswa menjadi lebih baik, melakukan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmunya, dan
menghasilkan sesuatu yang inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat.

Semoga terwujud sumberdaya manusia unggul, Indonesia maju.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ......................................................................................................................... 3
B. Struktur Kompetensi dan Capaian Pembelajaran ............................................................... 4
C. Deskripsi Mata Pelatihan (Materi, Strategi, Rancangan Tugas) ......................................... 4
BAB II PROFESI, PROFESIONAL, DAN PROFESIONALISME .............................................. 5
A. Profesi........................................................................................................................................ 5
B. Profesional ................................................................................................................................ 6
C. Profesionalisme......................................................................................................................... 9
D. Empat Pilar Profesionalisme ................................................................................................. 10
BAB III KOMPETENSI DOSEN ................................................................................................... 12
A. Kompetensi Paedagogik......................................................................................................... 13
B. Kompetensi Kepribadian....................................................................................................... 13
C. Kompetensi Sosial .................................................................................................................. 14
D. Kompetensi Profesional ......................................................................................................... 14
BAB IV PERAN DOSEN ................................................................................................................. 15
A. Pendidik .................................................................................................................................. 15
B. Ilmuwan .................................................................................................................................. 15
C. Nilai-Nilai Luhur .................................................................................................................... 17
BAB V ETIKA DOSEN ................................................................................................................... 18
A. Etika Dosen dalam Pembelajaran ........................................................................................ 21
B. Etika Dosen dalam Penelitian ............................................................................................... 22
C. Etika Dosen dalam Pengabdian kepada Masyarakat ......................................................... 22
BAB VI PENUTUP .......................................................................................................................... 23
A. Rangkuman............................................................................................................................. 23
B. Evaluasi ................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 25

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Isi Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 2 mengatakan bahwa Dosen
adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dosen dituntut untuk dapat melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara profesional. Dosen
profesional ditunjukkan dengan sertifikat pendidik melalui program sertifikasi yang mulai dilaksanakan
sejak 2008. Dosen yang memperoleh sertifikat disebut sebagai dosen profesional, kepadanya diberikan
tunjangan profesi oleh Pemerintah.
Dosen professional tentunya perlu memiliki kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.
Kualifikasi untuk mengajar jenjang S1, minimal bergelar magister. Sedangkan untuk mengajar program
pascasarjana minimal bergelar Doktor atau Profesor. Dosen juga wajib memiliki kompetensi yaitu
kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional.
Selain dituntut untuk profesional, seorang dosen juga harus memiliki etika dalam menjalankan
profesionya. Sebagaimana diungkapkan oleh K. Bertens (2004) dari hasil analisisinya bahwa etika
memiliki tiga posisi, yaitu sebagai (1) sistem nilai, yakni nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, (2)
kode etik, yakni kumpulan asas atau nilai moral, dan (3) filsafat moral, yakni ilmu tentang yang
baik atau buruk. (sumber:https://www.globethics.net/documents/4289936/13403252/Focus
7_online.pdf/2b69e301-09aa-45d7-8d06-07f6b9650dcc).
Etika mengatur tatanan kehidupan dan moral individu maupun kelompok sosial. Dosen
sebagai pendidik tentunya perlu memiliki etika serta taat pada kode etik profesinya. Nilai-nilai
etika harus diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan dalam setiap tingkah laku
dosen sebagai pendidik dalam bersikap dan berperilaku. Sebab, ketika dosen mengajar, tidak
hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi mampu mentransfer perilaku dan akhlak yang
baik kepada anak didiknya.
Tri dharma perguruan tinggi menentukan tugas dan kewajiban seorang dosen yang
mencakup tiga aspek yaitu Pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Apabila ketiga
aspek tersebut dijalankan oleh setiap dosen sesuai dengan etika profesinya, maka akan tercipta
iklim Pendidikan Indonesia yang dinamis dan efektif.

3
B. Struktur Kompetensi dan Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari Karakteristik Profesi dan Etika Dosen, diharapkan peserta mampu:
1. Membedakan pengertian profesi, professional, dan profesionalisme
2. Menjelaskan 4 Pilar Profesionalisme
3. Menjabarkan kompetensi dosen terkait dengan kompetensi pedagogic, kepribadian,
social, dan professional
4. Menjabarkan peran dosen sebagai pendidik dan ilmuwan
5. Menjelaskan pengertian etika dan etika dosen
6. Menganalisis etika dosen, terkait dengan etika dalam pendidikan dan pembelajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

C. Deskripsi Mata Pelatihan (Materi, Strategi, Rancangan Tugas)

Pada modul ini para peserta akan diajak untuk membahas tentang pengertian profesi,
professional, dan profesionalisme, sehingga peserta dapat membedakan pengertian
ketiganya. Disamping itu pada modul ini akan dibahas pula tentang peran dosen baik
sebagai pendidik dan ilmuwan, demikian pula dibahas mengenai etika dosen dalam
Pendidikan dan pembelajaran, penelitian, maupun dalam menghasilkan suatu inovasi
untuk masyarakat melalui hasil-hasil penelitian.

4
BAB II PROFESI, PROFESIONAL, DAN PROFESIONALISME

A. Profesi
Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

a. Pengertian Profesi
Profesi berasal dari kata bahasa Inggris profesion , bahasa latin professus yang berartikan
mampu atau ahli dalam suatu pekerjaan suatu profesi iyalah suatu pekerjaan yang menuntut
pendidikan tinggi, biasanya meliputi pekerjaan mental yang ditunjang oleh kepribadiaan serta
sikap profesional (sumber: https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-profesi/).

Pengertian profesi menurut beberapa ahli:


• Peter Jarvis ( 1983: 21 )
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang didasarkan pada studi intelektual dan latihan yang
khusus, tujuannya ialah untuk menyediakan pelayanan keterampilan terhadap yang lain
dengan bayaran maupun upah tertentu.
• Schein, E.H (1962)
Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang
sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.
• Daniel Bell (1973)
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang
diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang
dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut
dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan
moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.

Dari pendapat para ahli tersebut kita dapat mengkaji bahwa profesi merupakan suatu
pekerjaan, atau serangkaian pekerjaan, yang memerlukan aktivitas intektual seseorang yang
terkait dengan bidang keilmuan, bersifat khusus atau spesifik. Profesi memerlukan adanya
suatu pelatihan sehingga layak memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga atau
Badan yang berwenang dan terkait bidang ilmu dalam memberi layanan kepada masyarakat.

5
b. Ciri-ciri profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi
harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
(sumber: http://eprints.undip.ac.id/4907/1/Etika_Profesi.pdf)

Jika kita terapkan arti profesi pada tugas dosen maka dapat dideskripsikan bahwa profesi
dosen adalah suatu pekerjaan atau serangkai pekerjaan yang memerlukan keahlian di bidang
ilmunya masing-masing, serta memerlukan pelatihan sebagai dosen, memperoleh sertifikat
sebagai pengakuan.

B. Profesional
Profesional merupakan sikap bekerja yang didasarkan atas kemampuan dan keterampilan
yang diperoleh dari pendidikan, serta etika dan norma profesi. Profesional menunjuk pada dua
hal. Pertama orang yang menyandang suatu profesi, misalnya “Dia seorang profesional”.
Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya.
Pengertian kedua ini, profesional dikontraskan dengan “non-profesional” atau “amatir”.

a. Pengertian Professional
Profesional menurut para ahli:
• Oerip dan Uetomo (2000 : 264-265)
Seseorang dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis
atau etika suatu profesi (sumber: http://repository.uin-
suska.ac.id/4068/3/BAB%20II.pdf)

6
• Prof. Soempomo Djojowadono (1987)
Pengertian profesional adalah mempunyai sistem pengetahuan yang isoterik (tidak
dimiliki sembarang orang), ada pendidikannya dan latihannya yang formal dan ketat,
membentuk asosiasi perwakilannya, ada pengembangan kode etik yang mengarahkan
perilaku para anggotanya, pelayanan masyarakat/kemanusian dijadikan motif yang
dominan, otonomi yang cukup dalam mempraktekkannya, dan penetapan kriteria dan
syarat-syarat bagi yang akan memasuki profesi.
https://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/
• Soedijarto (1990:57)
Profesional sebagai perangkat atribut-atribut yang diperlukan guna menunjang suatu
tugas agar sesuai dengan standar kerja yang diinginkan. Dari pendapat ini, sebutan
standar kerja merupakan faktor pengukuran atas bekerjanya seorang atau kelompok
orang dalam melaksanakan tugas.
• Philips (1991:43)
Profesional diartikan sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan
etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut.
http://mekowpunya.blogspot.com/2014/06/perbedaan-pengertian-profesi.html

Jadi profesional sebagai sikap dan tindakan yang terbentuk oleh pendidikan dan latihan
formal yang mengarahkan individu bekerja sesuai dengan standar profesi, moral dan etika yang
ditentukan oleh pekerjaan tersebut.
Dosen sebagai sebuah profesi yang didapat setelah individu menempuh pendidikan formal
dan memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan. Sebagai sebuah profesi maka Dosen harus mampu
melakukan pekerjaan secara profesional sesuai dengan standar profesinya.
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 60, Dosen dalam menjalankan tugas
keprofesionalannya berkewajiban untuk:
1. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;
2. Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran;
3. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

7
4. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio ekonomi peserta
didik dalam pembelajaran;
5. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-
nilai agama dan etika; dan
6. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Ciri-ciri profesional
Berikut ini ciri-ciri pekerja profesional yang dijelaskan Hurd dalam Dede Rosyada (2016)
yaitu:
1. Bahwa pekerjaan itu hanya bisa dilakukan oleh orang dengan pendidikan yang sesuai
dengan pekerjaannya itu;
2. Mereka yang mengikuti pendidikan atau pelatihan sudah berusia dewasa sehingga bisa
lebih siap untuk terjun dalam pekerjaan profesinya itu;
3. Pekerjaan tersebut juga harus memperoleh pengakuan dari instansi yang memberikan
sertifikat pengakuan bahwa pekerjaan tersebut hanya bisa dilakukan oleh mereka yang
berpendidikan khusus dan memperoleh legalitas berbentuk sertifikat atau sejenisnya;
4. Lisensi pengakuan atau sertifikat dikeluarkan oleh sebuah badan yang dikelola
sekelompok orang berkewenangan dari profesi yang sama;
5. Berbagai aturan yang membentuk dan meregulasi profesi juga dikembangkan oleh
organisasi profesi itu sendiri;
6. Pekerjaan profesi menghasilkan pendapatan yang baik, prestisius, dan membuat para
profesionalnya memiliki kekuatan sebanding dengan profesi lainnya;
7. Profesi tersebut diawasi dan terus dievaluasi oleh mereka yang memahami profesi
tersebut dan berasal dari komunitas yang sama, sehingga terbebas dari evaluasi dan
kontrol yang salah;
8. Berbagai aturan tentang profesinya itu ditetapkan oleh organisasi, dan bahkan jauh
lebih powerful dibanding aturan lembaga legislatif sendiri;
9. Para anggota organisasi profesi tersebut lebih terikat dengan organisasi profesinya
daripada dengan organisasi lain di luar profesinya; dan,
10. Pekerjaan yang menjadi profesinya itu menjadi terminal terakhir dari pengembaraan
pekerjaannya, dan hampir tidak ada niat atau rencana untuk meninggalkan profesinya
itu dan beralih pada profesi lain.

8
Berangkat dari berbagai batasan di atas, Dede Rosyada (2016) mengemukakan bahwa
seorang pekerja profesional dalam bidang apapun, termasuk di pekerjaan pendidik baik sebagai
guru maupun dosen, harus memiliki kriteria-kriteria di atas. Artinya, selain harus
berpendidikan sesuai dengan pekerjaannya dan keahliannya diakui dari instansi terkait, seorang
professional juga harus melakukan pekerjaannya secara total dan tidak berfikir beralih pada
profesi lain, memiliki penghasilan yang memadai dan dihargai oleh profesi lain. Selain itu, ia
juga harus memiliki organisasi profesi yang meregulasi profesinya, mengontrol kualitas
pekerjaan profesinya, dan seluruh anggota organisasi profesi loyal pada organisasinya, karena
organisasi tersebut adalah rumahnya sendiri dan organisasinya itulah yang melindungi
pelaksanaan pekerjaan profesinya, dan mengembangkan kualitas profesionalitas mereka
(sumber: https://www.uinjkt.ac.id/id/profesionalisme-pendidik/).

C. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuannya secara terus menerus. “Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada
sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.

a. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme menurut para ahli:
• Michael Davis (1988)
Profesionalisme adalah pengakuan moral, bukan saja skill dan keahlian, tetapi
integritas terhadap profesinya menjadi lebih penting dari segalanya. Melaksanakan
kewajiban profesi menjadi lebih penting dari apapun.
https://www.uinjkt.ac.id/id/profesionalisme-pendidik/
• Longman (1987)
Profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang
profesional.
• Kurniawan (2005)
Profesionalisme diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya menurut bidang dan tingkatan masing-masing.
Profesionalisme menyangkut kecocokan antara kemampuan yang dimiliki oleh

9
birokrasi dan kebutuhan tugas, artinyan keahlian dan kemampuan merefleksikan arah
dan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.
http://repository.ump.ac.id/2750/3/BAB%20II_BAYUAJI%20BUDIHARGO_PSIKOLO
GI%2717.pdf

b. Ciri-ciri profesionalisme
Anoraga (Dalam Bayuaji Budihargo, 2017) mengemukakan beberapa ciri profesionalisme
yaitu:
1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil, sehingga dituntut
untuk selalu mencari peningkatan mutu.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat
diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau
putus asa sampai hasil tercapai.
4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan
terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup.
5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga
efektivitas kerja yang tinggi.

Profesionalisme adalah pilar yang akan menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif bagi
pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik. Ukuran
profesionalisme adalah kompetensi, dan efesiensi serta bertanggung jawab (Sedarmayanti,
2010).
Untuk dapat menjalankan tugas utamanya dalam mentransformasikan, mengembangkan
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan
pengabdian pada masyarakat, dosen dituntut minimal memiliki kualifikasi dan kompetensi
yang dipersyaratkan sebagai dosen profesional.

D. Empat Pilar Profesionalisme


Empat pilar profesionalisme sebagai berikut:
1. Kualifikasi Akademik: pendidikan formal yang ditempuh seseorang dibuktikan dengan
ijazah dan gelar.

10
2. Kompetensi: sertifikat keahlian yang diperoleh sebagai hasil pelatihan dan uji
kompetensi, dan atau pengalaman kerja yang terbuktikan.
3. Kinerja: unjuk kerja penyelenggaraan pembelajaran, riset dan pengabdian kepada
masyarakat – dengan bukti nyata
4. Kontribusi Nyata: hasil kerja yang diakui publik untuk pemecahan masalah dalam
masyarakat

Kualifikasi
Akademik

Kompetensi Peningkatan Mutu


Profesi
sertifikasi Penyelenggaraan Tri
onal-
Unjuk Kerja Dharma Perguruan
isme
Tinggi
Kontribusi

11
BAB III KOMPETENSI DOSEN

Kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi
mencakup tugas, keterampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk dapat
melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu (Finch dan
Crunkilton dalam Mulyasa, 2004:38).
Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari seseorang individu, yaitu
penyebab yang terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif ”A competency is an
underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced
effective and/or superior performance in a job or situation“ (Spencer & Spencer, 1993:9).
Merujuk pada gagasan Spencer (Learning and Teaching in The Clinical
Environment, 2003), bahwa kompetensi terdiri dari 5 (Lima) Karakteristik:
1. Motives :
Motif ialah sesuatu dimana seseorang secara konsisten berfikir sehingga ia melakukan
tindakan. Spencer menambahkan bahwa motives adalah “drive, direct and select
behavior toward certain actions or goals and away from others“. Misalnya, seseorang
yang memiliki motivasi berprestasi secara konsisten mengembangkan tujuan-tujuan yang
memberi suatu tantangan pada dirinya sendiri. Kemudian, bertanggung jawab penuh
untuk mencapai tujuan tersebut. Serta mengharapkan semacam feedback untuk
memperbaiki dirinya.

2. Traits :
Traits artinya watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang
merespon sesuatu dengan cara tertentu. Sebagai contoh seperti percaya diri, kontrol diri,
ketabahan atau daya tahan.

3. Self Concept :
Maksudnya adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai diukur
melalui tes kepada responden untuk mengetahui nilai yang dimiliki seseorang dan apa
yang menarik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.

4. Knowledge :

12
Maksudnya adalah nformasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu.
Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Tes pengetahuan mengukur
kemampuan peserta untuk memilih jawaban yang paling benar tetapi tidak bisa melihat
apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya.

5. Skills :
Ini adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik
maupun mental. Dengan mengetahui tingkat kompetensi maka perencanaan sumber
daya manusia akan lebih baik hasilnya.
(sumber: https://www.duniadosen.com/profesionalisme-membuat-karya-ilmiah/)

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10
disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dan dosen
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.

A. Kompetensi Paedagogik
Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya
Kompetensi Paedagogik mencakup:
1. Kemampuan merancang pembelajaran
2. Kemampuan melaksanakan proses pembelajaran
3. Kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran
4. Kemampuan memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran

B. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

13
Kompetensi Kepribadian mencakup:
1. Empathy
2. Berpandangan positif terhadap orang lain
3. Berpandangan positif terhadap diri sendiri
4. Genuine (authenticity)
5. Berorientasi pada tujuan
C. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat luas.
Kompetensi Sosial mencakup:
1. Kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi lingkungan
2. Menyampaikan pendapat dengan runtut, efisien dan jelas
3. Kemampuan menghargai pendapat orang lain
4. Kemampuan membina suasana kelas.
5. Kemampuan membina suasana kerja
6. Kemampuan mendorong peran serta masyarakat

D. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi Profesional mencakup:
1. Penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam
2. Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian
3. Kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi
4. Kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai Pengabdian kepada Masyarakat

14
BAB IV PERAN DOSEN

A. Pendidik
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 Ayat 2,
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Dalam Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mensyaratkan
dosen perguruan tinggi untuk mendidik di jenjang pendidikan akademis S1, maka sekurang-
kurangnya bergelar strata dua (S2), sedangkan bagi program pascasarjana adalah doktor (S3)
dan profesor. Pasal 45 menyatakan bahwa dosen wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani dan memenuhi kualifikasi lain yang
dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dosen merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi mahasiswa. Dosen sebagai
pendidik yang profesional hendaknya memiliki kompetensi khusus, sehingga mampu
menciptakan kondisi yang memberikan kesempatan secara luas dalam pencapaian kriteria
tersebut.
Dosen sebagai jabatan profesional dalam memberdayakan mahasiswa berperan sebagai;
1) Pendidik dan pengajar yang profesional dalam menyampaikan informasi atau ilmu
pengetahuan pada mahasiswa, 2) motivator, memberi pengarahan dan motivasi kepada
mahasiswa tentang strategi belajar, 3) pembimbing, membantu mahasiswa dalam
mengembangkan diri dan membuat rencana pembelajaran baik perorangan maupun individu,
4) fasilitator, menyediakan kegiatan pelatihan bagi aktivitas dengan baik, 5) penilai,
merencanakan dan menggunakan alat pengukuran yang tepat, menilai prestasi mahasiswa
berdasarkan kriteria yang ditentukan dan mencatat serta melaporkan hasil penilaiannya.
(sumber:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./pengemban
gan%20dosen%20berkelanjutan.pdf)

B. Ilmuwan
Selain berperan sebagai pendidik, dosen juga berperan sebagai ilmuwan. Sebagai
ilmuwan, dosen mempunyai kewajiban mengembangkan keilmuan yang ditekuninya melalui

15
penelitian, pengembangan gagasan dan ide ilmiah, publikasi ilmiah baik dalam bentuk buku
maupun artikel ilmiah. Intinya, sebagai ilmuwan dosen harus memberikan kontribusi yang
nyata dalam pengembangan ipteks (sumber:
https://sivitasakademika.wordpress.com/2015/03/29/peran-dosen-sebagai-ilmuwan/).
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 12 ayat
(2), dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan suatu cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah serta menyebarluaskannya. Dalam
ayat (3) dinyatakan dosen secara perseorangan atau berkelompok wajib menulis buku ajar atau
buku teks, yang diterbitkan oleh perguruan tinggi dan/atau publikasi ilmiah sebagai salah satu
sumber belajar dan untuk pengembangan budaya akademik serta pembudayaan kegiatan baca
tulis bagi Sivitas Akademika.
Dosen mengemban amanah untuk meningkatkan standar mutu akademik, agar dapat
meningkatkan keunggulan Indonesia dalam kancah global. Dosen juga punya misi
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi,
mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Agar menjadi bermutu, kinerja dosen
berada kerangka (sistem) pengelolaan penjaminan mutu PT. Karenanya dosen perlu memahami
sistem, prosedur dan instrumen mutu di kampusnya; dan mampu mengimplementasikan secara
mandiri dalam kehidupan akademik (sumber: https://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/wp-
content/uploads/2013/03/MENJADI-DOSEN-PROFESIONAL.pdf).
Prof. Wasmen Manalu mengungkapkan, tugas sebagai ilmuan tidak boleh hanya
menumpuk penelitian-penelitian yang telah dilakukan, namun kewajiban seorang peneliti
untuk mempublikasikan penelitiannya ke ranah publik. Tugas peneliti harus mensosialisasikan
hasil penelitian mereka kepada publik sekaligus untuk dinilai dan dikritik, selanjutnya publik
dapat mengacu karya ilmiah tersebut. Seorang peneliti belum selesai melakukan penelitiannya
kalau belum melakukan registrasi pada jurnal ilmiah. ”Tugas seorang peneliti yaitu untuk
membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah untuk memajukan ilmu pengetahuan,
menemukan teknologi, dan meghasilkan inovasi bagi peningkatan keberadaban dan
kesejahteraan manusia,” ungkapnya. Selain itu, seorang peneliti juga harus berada di gugus
paling depan dalam kajian yang diteliti (sumber: http://www.umy.ac.id/seorang-dosen-juga-
harus-menjadi-ilmuan.html).

16
C. Nilai-Nilai Luhur
Nilai-nilai luhur terdiri dari Olah pikir, Olah raga, Olah hati, dan Olah rasa/karsa.
a. Olah pikir: cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif,
berorientasi Ipteks, dan reflektif
b. Olah raga: bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat,
kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih
c. Olah hati: beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani
mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik
d. Olah rasa/karsa: ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong,
nasionalis, mengutamakan kepentingan umum, kerja keras, dan beretos kerja

17
BAB V ETIKA DOSEN

Pengertian Etika
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani Ethos yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang
baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
• Drs. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
• Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal.
• Drs. H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
http://aldi_tob_2000.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48607/MATERI+ETIKA+PR
OFESI+NEW.pdf

Etika dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukan yang baik atau benar (LAN, 2014:6).
Etika Menurut Martin (1993) didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system”. Sedangkan menurut Prakoso (2015),
etika merupakan nilai-nilai dan norma-normal moral yang mengatur perilaku seseorang atau
kelompok masyarakat (sumber: http://eprints.polsri.ac.id/3081/3/BAB%20II.pdf)
Etika dalam kehidupan (Magnis-Suseno, 1991:15):
1. Kita hidup dalam masyarakat yang makin pluralistis, dan dihadapkan dengan sekian
banyak pandangan moral yang seringkali bertentangan. Mana yang kita ikuti?
2. Kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding. Dalam
transformasi ekonomi, intelektual dan budaya, nilai budaya tradisional ditantang
semuanya. Dalam situasi ini, etika membantu agar kita tidak kehilangan orientasi.
3. Banyaknya tawaran ideologi sebagai penyelamat. Etika membantu kita sanggup
menghadapi ideologi-ideologi itu dengan kritis dan obyektif dan untuk membentuk
penilaian sendiri agar kita tidak mudah terpancing.
4. Etika dibutuhkan oleh kaum agama yang di satu pihak menemukan dasar kemantapan
mereka dalam iman kepercayaan mereka, tetapi juga sekaligus mau berpartisipasi tanpa

18
takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat
yang sedang berubah.

Pengertian Etika Profesi


Menurut Prakoso (2015), etika profesi merupakan etika sosial yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab kepada ilmu dan profesi yang disandangnya. Muchtar (2016) juga
mengemukakan pengertian etika profesi adalah aturan perilaku yang memiliki kekuatan
mengikat bagi setiap pemegang profesi (sumber: http://eprints.polsri.ac.id/3081/3/BAB%20II.pdf)

Peranan Etika dalam Profesi


• Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja,
tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu
keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok
diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
• Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam
pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama
anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian
karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi)
dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
• Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para
anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati
bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada
masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya
mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis
di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.
(sumber: http://eprints.undip.ac.id/4907/1/Etika_Profesi.pdf)

19
Berikut penjelasan lewat video, prinsip-prinsip dan standar perilaku seseorang atau
sekelompok orang dalam bekerja (sumber: https://www.youtube.com/watch?v=hsXUQjxYQH0).

Dosen sebagai sebuah profesi yang memiliki tanggung jawab besar dalam bidang
akademik, dan memiliki peran penting dalam membangun dan mengembangkan karakter para
mahasiswa. Sehingga dosen diharapkan mampu bersikap dan berperilaku etis, baik dalam
bidang akademik (pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat)
maupun dalam hubungan sosial secara umum – di dalam dan di luar kampus.
Etika dosen dipandang sebagai pedoman tingkah laku dosen dalam menjalankan tugas tri
dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Etika dosen disusun bertujuan untuk membentuk citra dosen yang dapat dijadikan teladan
dalam memasuki lingkungan masyarakat modern dan profesional. Dosen sebagai figur di
masyarakat dan civitas akademika seyogyanya memiliki intregritas intelektual dan terbuka
terhadap perubahan. Dosen yang profesional hendaknya peduli terhadap lingkungan, kesehatan
dan sangat menghagai waktu dalam penyelenggaraan pendidikan. Seorang dosen yang
profesional hendaknya berpikir, bersikap, dan berperilaku sebagai anggota masyarakat ilmiah,
berbudi luhur, jujur, bersemangat, bertanggung jawab dan menghindari perbuatan tercela.
Pribadi dosen seyogyanya bersikap terbuka dan menjunjung tinggi kejujuran akademik serta
menjalankan tugas profesi dengan sebaik-baiknya. Figur dosen sebaiknya memiliki
kedisiplinan, bersikap rendah hati, peka, teliti, hati-hati, dan menghargai pendapat orang lain.

20
Dalam rangka memajukan nilai-nilai dasar pendidikan karakter bangsa Indonesia menuju
generasi emas, seorang dosen profesional diwajibkan memiliki karakter yang kuat sebagai
teladan bagi civitas akademika dan lingkungannya. Dosen yang profesional sudah seharusnya
taat pada etika profesi dan memiliki kompetensi khusus di bidangnya. Etika dosen dipandang
sebagai pedoman tingkah laku dosen dalam menjalankan tugas tri dharma perguruan tinggi
yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Secara umum etika dosen diuraikan sebagai berikut:


1. Bertaqwa kepada Tuhan YME dan setia kepada Pancasila dan UUD 1945.
2. Memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar, mempunyai moral dan integritas
kepribadian yang tinggi, dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masa depan
bangsa dan negara.
3. Memiliki perilaku yang dapat diteladani, bersikap jujur, obyektif, bersemangat,
bertanggung jawab, serta menghindarkan diri dari ucapan dan perilaku yang tercela.
4. Memiliki rasa semangat kebersamaan dan kekeluargaan terhadap semua sivitas
akademika maupun tenaga administrasi
5. Kepemimpinan ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani

A. Etika Dosen dalam Pembelajaran


Etika Dosen dalam pembelajaran yaitu:
1. Berkewajiban membimbing mahasiswa secara profesional dalam membentuk pribadi
yang berbudi luhur sebagai manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Berusaha mengetahui secara maksimal informasi tentang potensi mahasiswa
bimbingannya untuk memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran.
3. Melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran dengan penuh rasa tanggung jawab
dan kreativitas yang tinggi untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif
sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
4. Mengutamakan peningkatan mutu dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
5. Memelihara dan meningkatkan pembinaan kemampuan berkarya dengan semangat
kekeluargaan dan kesetiakawanan social.
6. Menghormati dan memperlakukan mahasiswa sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia dalam proses pembelajaran.
7. Bersikap resonsif dan akomodatif terhadap perkembangan ipteks

21
B. Etika Dosen dalam Penelitian
Etika Dosen dalam penelitian yaitu:
1. Jujur, obyektif, dan memiliki komitmen yang tinggi, baik dalam melakukan penelitian,
mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mempublikasi- kan hasil penelitiannya,
maupun dalam menulis karya ilmiah (tidak plagiat).
2. Dapat bekerja sama dan menerima saran-saran dari peneliti dan atau penulis karya
ilmiah yang lain.
3. Menghargai hak cipta dan karya ipteks orang lain.

C. Etika Dosen dalam Pengabdian kepada Masyarakat


Etika Dosen dalam Pengabdian kepada Masyarakat yaitu:
1. Melaksanakan Pengabdian kepada masyarakat untuk pengamalan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni serta inovasi bagi masyarakat.
2. Menghormati dan memperlakukan khalayak sasaran/masyarakat sebagai mitra kerja
yang sederajat.
3. Bersikap dan bertingkah laku menghormati keragaman agama, kepercayaan, aturan,
norma, dan adat istiadat setempat, berpenampilan santun, dan mencerminkan sikap dan
kepribadian yang luhur.
4. Lugas, tulus, dan jujur dalam menyampaikan informasi, saran, dan rekomendasi, serta
tidak memanfaatkan kedudukan/jabatannya untuk kepentingan/keuntungan diri sendiri
dan pihak lain.
5. Memelihara kesetiakawanan atas prinsip silih asih, silih asah, dan silih asuh.

22
BAB VI PENUTUP

A. Rangkuman
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005, Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan
dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Profesional merupakan sikap bekerja yang didasarkan atas kemampuan dan
keterampilan yang diperoleh dari pendidikan, serta etika dan norma profesi. Profesional
menunjuk pada dua hal. Pertama orang yang menyandang suatu profesi, misalnya “Dia seorang
profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai
dengan profesinya. Pengertian kedua ini, profesional dikontraskan dengan “non-profesional”
atau “amatir”.
Profesionalisme adalah pilar yang akan menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif bagi
pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik. Ukuran
profesionalisme adalah kompetensi, dan efesiensi serta bertanggung jawab. Empat pilar
profesionalisme adalah kualifikasi akademik, kompetensi, kinerja, dan kontribusi nyata.
Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari seseorang individu, yaitu
penyebab yang terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif. Dosen profesional
wajib memiliki kompetensi sebagai berikut, yaitu: kompetensi paedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 Ayat 2,
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Dosen merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi mahasiswa. Dosen
sebagai pendidik yang profesional hendaknya memiliki kompetensi khusus, sehingga mampu
menciptakan kondisi yang memberikan kesempatan secara luas dalam pencapaian kriteria
tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 12
ayat (2), dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan suatu cabang Ilmu
Pengetahuan dan/atau Teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah serta
menyebarluaskannya. Dalam ayat (3) dinyatakan dosen secara perseorangan atau berkelompok
wajib menulis buku ajar atau buku teks, yang diterbitkan oleh perguruan tinggi dan/atau

23
publikasi ilmiah sebagai salah satu sumber belajar dan untuk pengembangan budaya akademik
serta pembudayaan kegiatan baca tulis bagi Sivitas Akademika.
Dosen profesional tidak hanya memiliki komptensi yang disebutkan di atas, akan tetapi
memiliki etika dalam menjalankan profesinya. Eika merupakan nilai-nilai dan norma-normal
moral yang mengatur perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Sedangkan, etika profesi
merupakan etika sosial yang mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada ilmu dan profesi
yang disandangnya.
Dosen sebagai sebuah profesi yang memiliki tanggung jawab besar dalam bidang
akademik, dan memiliki peran penting dalam membangun dan mengembangkan karakter para
mahasiswa. Sehingga dosen diharapkan mampu bersikap dan berperilaku etis, baik dalam
bidang akademik (pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat)
maupun dalam hubungan sosial secara umum – di dalam dan di luar kampus. Etika Dosen
dipandang sebagai pedoman tingkah laku dosen dalam menjalankan tugas tri dharma perguruan
tinggi yakni Pendidikan/pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

B. Evaluasi
1. Jelaskan empat pilar profesionalisme!
2. Sebutkan dan jelaskan kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen!
3. Jelaskan tentang peran dosen!
a. Pendidik
b. Ilmuwan
4. Jelaskan apa saja etika dalam kehidupan!
5. Sebutkan etika dosen dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tingggi!

24
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sedarmayanti. 2010. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa
Depan. Bandung: PT. Refika Aditama

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-profesi/

http://eprints.undip.ac.id/4907/1/Etika_Profesi.pdf

http://repository.uin-suska.ac.id/4068/3/BAB%20II.pdf

https://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/
http://mekowpunya.blogspot.com/2014/06/perbedaan-pengertian-profesi.html
https://www.uinjkt.ac.id/id/profesionalisme-pendidik/
http://repository.ump.ac.id/2750/3/BAB%20II_BAYUAJI%20BUDIHARGO_PSIKOLOGI
%2717.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./pengembangan%20do
sen%20berkelanjutan.pdf

https://sivitasakademika.wordpress.com/2015/03/29/peran-dosen-sebagai-ilmuwan/

https://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/wp-content/uploads/2013/03/MENJADI-DOSEN-
PROFESIONAL.pdf

http://www.umy.ac.id/seorang-dosen-juga-harus-menjadi-ilmuan.html

http://aldi_tob_2000.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48607/MATERI+ETIKA+PROFE
SI+NEW.pdf

http://eprints.polsri.ac.id/3081/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.undip.ac.id/4907/1/Etika_Profesi.pdf

https://www.globethics.net/documents/4289936/13403252/Focus_7_online.pdf/2b69e301-09aa-
45d7-8d06-07f6b9650dcc

https://www.duniadosen.com/profesionalisme-membuat-karya-ilmiah/

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195808161985031-
AGUS_TAUFIQ/DEFINISI_KOMPETENSI.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai