Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PKB DALAM KARYA INOVATIF

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Profesi
Keguruan

Dosen pengampu : Dr. Totong Heri, M.pd

Disusun oleh :

Kelas 2E Kelompok II

1. Firda Nur Rahmayanti 2107015136


2. Lailatul Karimah 2107015171
3. Syauqi Musfirah Daud Pisba 2107015052

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS PROF. DR. HAMKA

JAKARTA 2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang dengan karunia serta rahmatnya
memberikan nikamat kepada kita semua sebagai makhluk-Nya, yang berupa nikamat iman dan
Islam, serta nikmat sehat wal’afiat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta sampailah kepada
kita selaku umatnya yang senantiasa patuh pada ajarannya. Aamiin.

Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 12 yang telah membantu serta
memberikan gagasan dalam pembuatan makalah ini. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Totong Heri, M.Pd., selaku dosen Mata Kuliah Profesi Keguruan yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menggali ilmu melalui makalah ini.

Di dalam makalah ini kami menjelaskan tentang “PKB Dalam Karya Inovatif”. Selebih
nya saya mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan baik dalam penulisan
ataupun lainnya yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari
teman-teman maupun dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.

Jakarta, 22 Maret 2022

Kelompok 12

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2

BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................1

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan 5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................6

1. Menemukan Teknologi Tepat Guna.............................................................................................6

2. Menemukan/Men ciptakan Karya Seni........................................................................................7

3. Membuat/Memod ifikasi Alat Pembelajaran................................................................................8

4. Mengikuti Pengembangan, Penyusunan Standar, Pedoman, Soal dan Sejenisnya...................... 9

BAB III KESIMPULAN................................................................................................................


11

DAFTAR PUSTAKA 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PKB adalah Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan guru untuk mencapai standar kompetensi profesi dan/atau
meningkatkan kompetensinya di atas standar kompetensi profesinya yang sekaligus
berimplikasi kepada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional
guru. Dalam Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan juga
dijelaskan bahwa PKB mencakup tiga hal; yakni pengembangan diri, publikasi ilmiah,
dan karya inovatif. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu adanya penelitian
yang mengkaji pengembangan profesionalitas berkelanjutan pada guru teknik otomotif di
SMK Purworejo sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empirik tentang
kondisi guru dalam mendukung usaha untuk mencapai pelaksanaan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang efektif.
Secara umum, rendahnya partisipasi guru melakukan investasi pengembagan diri
baik secara mandiri, berkelompok, atau melembaga, menurut para guru belum ada
perubahan pada mindset guru akan pentingnya pengembangan profesionalitas seorang
guru. Sebagian beranggapan sudah tidak ada lagi target dengan kompensasi nyata yang
harus dicapai karena proses sertifikasi sudah dilalui, sehingga dana untuk pengembangan
diri dialihkan dalam bentuk kegiatan lain misalnya, berlangganan koran atau memasang
jaringan internet di rumah sesuai dengan kebutuhan guru. Kondisi berbeda dengan ketika
sebelum mendapat sertifikasi, hampir semua guru yang masuk dalam kuota untuk
disertifikasi aktif dalam pengembangan diri dengan alasan ada kompensasi nyata setelah
kegiatan ini.
Selain itu menurut guru bersertifikat pendidik tunjangan profesi yang sudah
diterima berkesan hadiah karena belum masuk dalam gaji yang bisa diterima setiap bulan,
sehingga guru bersertifikat pendidik tidak bisa membuat rencana (planning)
pengembangan diri karena belum ada kepastian waktu turunnya tunjangan profesi. Alasan
lain disampaikan oleh para guru, belum melakukan pengembangan diri karena tidak
adanya petunjuk teknis atau petunjuk pelaksanaan bagi guru yang sudah menerima
tunjangan profesi, sehingga pemanfaatan tunjangan profesi menjadi hak guru
bersangkutan dan tidak ada kontrol. Dengan demikian, sesuai dengan hasil penelitian ini,
terungkap bahwa investasi pengembangan diri para guru bersertifikat pendidik tergolong
rendah. Maka hasil kajian observasi ini sebaiknya dijadikan pertimbangan bagi
4
pemerintah berkaitan dengan program sertifikasi, dengan harapan ada program lanjutan
untuk terus mengembangkan dan meningkatkan profesionalitas diri guru sehingga
terwujud pengembangan profesionalitas berkelanjutan bagi guru.
Sedangkan pelaksanaan pengembangan profesionalitas berkelanjutan jika ditinjau
dari publikasi ilmiah baik secara mandiri, berkelompok, atau melembaga masih tergolong
rendah. Berdasarkan pengamatan, wawancara dan kajian literatur, rendahnya partisipasi
guru melakukan publikasi ilmiah antara lain sebagai berikut. Pertama, guru dalam
melakukan publikasi ilmiah baik berupa laporan hasil penelitian atau tulisan ilmiah
populer masih sekadar untuk keperluan pragmatis jangka pendek untuk naik pangkat,
sertifikasi, lomba, atau ketika ada dana untuk penelitian. Tujuan dari melakukan publikasi
ilmiah bukan untuk memperbaiki kinerja atau pengembangan profesionalitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa teknologi yang sebaiknya digunakan dalam PKB?
2. Bagaimana menciptakan karya seni yang sesuai dalam PKB?
3. Bagaimana memodifikasi alat pembelajaran dalam PKB?
4. Bagaimana cara mengembangkan, menyusun Standar, pedoman, soal dan sejenisnya
dalam PKB?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teknologi yang hendak digunakan dalam PKB
2. Untuk menambah ilmu kita sebagai calon pendidik karya seni yang sesuai dalam
PKB
3. Agar kita bisa membuat alat pembelajaran dalam PKB
4. Agar kita bisa mengeahui metode dan berbagai cara dalam mengembangkan,
menyusun Standar, pedoman, soal dan sejenisnya dalam PKB

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Menemukan Teknologi Tepat Guna


a. Pengertian Teknologi

Teknologi tepat guna adalah karya hasil rancangan pengembangan percobaan sains
danatau teknologi yang dibuat atau dihasilkan dengan menggunakan bahan, sistem, atau
metodologi tertentu dan dimanfaatkan untuk pendidikan atau masyarakat sehingga
pendidikan terbantu kelancarannya atau masyarakat terbantu kehidupannya.

b. Jenis karya teknologi tepat guna


1) Hasil pengembangan metodologievaluasi pembela- jaranpembimbingan,
pengembangan manajemen, atau pengembangan olah raga yang telah divideokan,
sesuai bidang tugas mengajarmembimbing.
2) Hasil eksperimen sainsteknologi sesuai bidang tugas mengajar, yang bermanfaat
untuk pendidikan atau masyarakat.
3) Program aplikasi komputer, yang bermanfaat untuk sekolah, pendidikan atau
masyarakat, dapat dibuat oleh semua guru, tidak bergantung bidang tugas
mengajar membimbing.
4) Alatmesin yang bermanfaat untuk sekolah, pendi-dikan atau masyarakat, dapat
dibuat oleh semua guru, tidak bergantung bidang tugas mengajarmembimbing.
c. Ciri karya teknologi tepat guna
1) Bermanfaat untuk pendidikan di sekolahmadrasah atau bermanfaat untuk
menunjang kehidupan masyarakat.
2) Ada unsur modifikasiinovasi bila sebelumnya sudah pernah ada di
sekolahmadrasah atau di lingkungan masyarakat tersebut.
3) Karya teknologi tepat guna yang digunakan untuk masyarakat harus memiliki
surat keterangan dari pihak berwenang minimal dari kecamatan atau instansi
tempat karya teknologi tepat guna digunakan.
d. Bukti fisik

Kegiatan yang menunjukkan guru telah menemukan karya teknologi tepat guna harus
dibuktikan sebagai berikut:

6
1) Laporan hasil metodologievaluasi pembelajaran pembimbingan, pengembangan
manajemen, atau pengembangan olah raga dilengkapi video atau film hasil
pengembangan dalam c ompact disk atau flashdisk .
2) Laporan hasil eksperimen sainsteknologi dilengkapi dengan foto saat melakukan
penelitian dan bukti pendukung lainnya.
3) Laporan proses pembuatan dan penggunaan program aplikasi komputer
dilengkapi dengan softcopy program aplikasi komputer hasil pengembangan
dalam compact disk atau flashdisk.
4) Laporan proses pembuatan dan penggunaan alat mesin dilengkapi dengan video
foto karya tersebut dan lain-lain yang dianggap perlu. Semua laporan di atas
harus dilengkapi dengan lembar pengesahan dari kepala sekolahmadrasah.

2. Menemukan/Menciptakan Karya Seni

Menemukan/menciptaan karya seni adalah proses perefleksian nilai-nilai dan gagasan


manusia yang diekspresikan secara estetik dalam berbagai medium seperti rupa, gerak, bunyi,
dan kata yang mampu memberi makna transendental baik spriritual maupun intelektual bagi
manusia dan kemanusiaan.

a. Kriteria Karya Seni


1) Karya seni adalah hasil budaya manusia yang merefleksikan nilai-nilai dan
gagasan manusia yang diekspresikan secara estetika dalam berbagai medium
seperti rupa, gerak, bunyi, dan kata yang mampu memberikan makna
transendental baik spiritual maupun intelektual bagi manusia dan kemanusiaan
atau makna pendidikan bagi individu dan masyarakatnya.
2) Karya seni yang diakui oleh masyarakat adalah karya seni yang dipertunjukkan /
diterbitkan / dipamerkan / dipublikasikan kepada masyarakat minimal di tingkat
Kabupaten / kota.
b. Jenis karya Seni
1) Karya seni yang bukti fisiknya dapat disertakan langsung untuk penilaian angka
kredit jabatan guru adalah: Seni sastra (novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi,
naskah drama/teater/film), seni rupa (keramik kecil, benda souvenir), seni desain
grafis (sampul buku, poster, brosur, fotografi), seni musik rekaman, film, dan
sebagainya.
2) Karya seni yang bukti fisiknya tidak dapat disertakan langsung untuk penilaian
angka kredit jabatan guru: seni rupa (lukisan, patung, ukiran, keramik ukuran
besar, baliho, busana), seni pertunjukan (teater, tari, sendratasik, ensambel
musik), dan sebagainya.

7
3) Karya seni dapat berupa karya seni individual yang diciptakan oleh perorangan
(aseni lukis, seni sastra) dan karya seni kolektif yang diciptakan secara
kolaboratif atau integratif (teater, tari, ensambel musik).
4) Karya seni kategori kompleks mengacu kepada lingkup sebaran publikasi,
pameran, pertunjukan, lomba, dan pengakuan pada tataran nasional/internasional,
sedangkan karya seni kategori sederhana mengacu kepada lingkup sebaran
publikasi, pameran pertunjukan, lomba, dan pengakuan pada tataran.

3. Membuat/Memodifikasi Alat Pembelajaran


a. Definisi Alat Pelajaran

Alat pelajaran adalah alat yang digunakan untuk membantu kelancaran proses
pembelajaran/ bimbingan pada khususnya dan proses pendidikan di sekolah/madrasah
pada umumnya.

b. Kriteria Alat Pelajaran


1) Berupa alat kelengkapan yang digunakan dalam pembelajaran/bimbingan atau
pendidikan di sekolah/madrasah.
2) Pelaksanaan pembelajaran/bimbingan atau pendidikan di sekolah/madrasah
menjadi lebih mudah dan lebih efektif.
3) Jenis alat pelajaran:
 Alat bantu presentasi
 Alat bantu olahraga
 Alat bantu praktik
 Alat bantu musik.
 Alat lain yang membantu kelancaran proses pembelajaran/bimbingan atau
pendidikan di sekolah/madrasah.
4) Alat pelajaran tersebut mempunyai ciri sebagai berikut.
 Bermanfaat untuk pelajaran/bimbingan di sekolah/madrasah (di dalam
maupun di luar ruang kelas).
 Ada unsur modifikasi/inovasi bila sebelumnya sudah pernah ada di
sekolah/madrasah tersebut.
5) Alat pelajaran dikategorikan kompleks apabila memenuhi kriteria:
 Memiliki tingkat inovasi yang tinggi;
 Tingkat kesulitan pembuatan yang tinggi;
 Memiliki konstruksi atau alur kerja yang rumit atau apabila berupa hasil
modifikasi, memiliki tingkat modifikasi yang tinggi;
 Waktu pembuatannya relatif lama;
 Biaya pembuatannya relatif tinggi.
6) Alat pelajaran dikategorikan sederhana apabila memenuhi kriteria:
8
 Memiliki tingkat inovasi yang rendah;
 Tingkat kesulitan pembuatan yang rendah;
 Memiliki konstruksi atau alur kerja yang tidak rumit atau apabila berupa hasil
modifikasi maka memiliki tingkat modifikasi yang rendah;
 Waktu pembuatannya relatif pendek;
 Biaya pembuatannya relatif rendah.
c. Kerangka Isi Format Laporan Pembuatan Alat Pelajaran
1) Halaman judul, memuat jenis laporan (tuliskan Laporan Pembuatan Alat
Pelajaran), nama alat pelajaran, nama pembuat, NIP bagi PNS, dan nama sekolah/
madrasah/lokasi.
2) Halaman pengesahan oleh kepala sekolah/madrasah.
3) Halaman pernyataan dari pembuat bahwa alat pelajaran ini benar-benar asli hasil
karya guru bersangkutan.
4) Kata Pengantar
5) Daftar Isi
6) Daftar Gambar/Foto
7) Nama Alat Pelajaran
8) Tujuan
9) Manfaat
10) Rancangan/desain alat pelajaran/bimbingan (dilengkapi dengan gambar rancangan
atau diagram alir serta daftar dan foto alat dan bahan yang digunakan).
11) Prosedur pembuatan alat pelajaran/ bimbingan (dilengkapi dengan foto
pembuatan).
12) Penggunaan alat pelajaran di sekolah/madrasah (dilengkapi dengan foto
penggunaan).

4. Mengikuti Pengembangan, Penyusunan Standar, Pedoman, Soal dan Sejenisnya.


a. Pengertian Kegiatan ini meliputi penyusunan standar/pedoman/soal yang
diselenggarakan oleh instansi tingkat nasional atau provinsi.
b. Bukti fisik Guru yang telah mengikuti penyusunan standar/pedoman/ soal dan
sejenisnya harus dibuktikan dengan:
1) Laporan kegiatan;
2) Naskah standar soal/pedoman tingkat nasional/ provinsi;
3) Surat keterangan kepala sekolahbahwa guru yang bersangkutan aktif mengikuti
kegiatan tersebut;
4) Surat keterangan panitia/penyelenggara penyusunan standar/soal/pedoman.
c. Angka Kredit Besaran angka kredit dalam mengikuti Pengembangan Penyusunan
Standar, Pedoman, Soal, dan sejenisnya sebagai berikut:
1) Angka kredit diberikan setiap jenis kegiatan.
9
2) Apabila dalam penyusunan standar/soal/pedoman tersebut memerlukan beberapa
kali kegiatan sehingga menghasilkan satu produk tertentu, maka dinilai hanya satu
kali kegiatan.
3) Kegiatan sejenis yang dilakukan pada tingkat kabupaten/kota dapat dinilai apabila
setara atau memiliki bobot yang sama dengan kegiatan sejenis di tingkat provinsi.
d. Contoh Tingkat Nasional:
1) Penyusunan standar pendidikan dan turunannya
2) Penyusunan pedoman pelaksanaan program tertentu di direktorat (pusat).
3) Penyusunan soal UN Contoh Tingkat Provinsi (termasuk jika dilaksanakan di
Kabupatan/Kota):
4) Penyusunan pedoman pelaksanaan program tertentu di dinas provinsi.
5) Penyusunan soal try out, soal ujian sekolah di provinsi.

10
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan kenyataan bahwa pemberlakuan UU Guru


dan Dosen (UU Nomor 14 Tahun 2005) yang diikuti dengan program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) sebagaimana yang diatur dalam Permen PAN-RB Nomor 16
Tahun 2009 sebenarnya memberikan harapan besar untuk menumbuhkan minat guru untuk selalu
mengembangkan profesionalitasnya, namun kenyataanya tidak demikian. Secara umum
pengembangan profesionalitas berkelanjutan guru Teknik Otomotif di SMK Purworejo masih
tergolong rendah, artinya sebagian besar guru belum secara berkelanjutan atau masih bersifat
kadang-kadang melakukan investasi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan membuat karya
inovatif baik secara mandiri, berkelompok, atau melembaga.

Bertitik tolak dari temuan kajian lapangan ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat
meningkatkan partisipasi guru dalam pengembangan profesionalitas berkelanjutan, antara lain;
Pertama, guru perlu menjaga dan meningkatkan konsistensi dalam melaksanakan pengembangan
profesionalitas berkelanjutan melalui investasi pengembangan diri, publikasi ilmiah, karya
inovatif. Dengan upaya (a) mencari dan memanfaatkan peluang kegiatan pendidikan dan
pelatihan, melibatkan diri dalam organisasai/komunitas pendidikan, membudayakan PTK dalam
merefleksi kinerja, dan responsif terhadap perkembangan teknologi dan informasi sebagai nilai
tambah dalam investasi pengembangan diri; (b) terlibat aktif dalam forum ilmiah guru atau secara
berkelompok membuat forum baru dengan membentuk wadah tulisan bagi guru seperti: majalah,
bulletin, jurnal, koran harian, dan sejenisnya sebagai daya asah terhadap publikasi ilmiah; (c)
memanfaatkan program-program peningkatan profesionalisme guru di luar sekolah sebagai
motivasi dalam menghasilkan karya inovatif. Kedua lembaga atau sekolah perlu membuat
program pengembangan profesionalitas berkelanjutan bagi guru melalui perencanaan yang
matang dan masuk dalam RAPB sekolah. Program tersebut dapat dikemas dalam bentuk: (a)
adanya ajang penghargaan semacam academy award untuk guru dengan berbagai kategori di
tingkat sekolah sebagai sarana untuk memotivasi guru dalam melakukan pengembangan
profesionalitas; (b) adanya pendampingan dari universitas terdekat atau asosiasi profesi sebagai
fasilitator berkaitan dengan pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif sebagai

11
wujud pengembangan profesionalitas; (c) memasukkan aspek pengembangan profesionalitas
berkelanjutan (investasi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif) dalam supervisi
kinerja guru yang rutin dilaksanakan setiap semester oleh pihak sekolah. Selain dalam bentuk
program, pihak sekolah dapat dengan mudah dalam memberikan ijin pengembangan diri serta
tersedianya anggaran bagi guru yang ingin meningkatkan kompetensi. Ketiga, pemerintah
melalui dinas pendidikan bersama universitas perlu membuat jam wajib bagi guru untuk
melaksanakan pengembangan profesionalitas sebagai pendukung dari program sertifikasi guru.
Program jam wajib sekaligus sebagai uji kompetensi lanjutan atau kalibrasi terhadap kompetensi
guru selama menerima tunjangan profesi ini dapat dilaksanakan dalam bentuk: (a) diklat
pengembangan profesionalitas dengan jumlah jam tertentu secara berjenjang; (b) kuliah
pengembangan profesionalitas dengan Sistem Kredit Semester (SKS) yang diselenggarakan
setiap tahun; (c) atau melalui pemberkasan yang dilampiri portofolio pengembangan
profesionalitas setiap Tahun. Keempat, karena penelitian ini hanya sebatas mendeskripsikan
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan: variabel faktor pendukung (model atau
alasan guru belum melaksanakan pengembangan profesional berkelanjutan), data yang lebih
banyak,dan responden yang berasal dari berbagai wilayah.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://text-id.123dok.com/document/wq26p942z-pengertian-jenis-karya-teknologi-tepat-guna-
ciri-karya-teknologi-tepat-guna-bukti-fisik.html

https://123dok.com/article/menemukan-menciptakan-karya-seni-definis-karya-inovatif-
kegiatan.qodxw00z

https://123dok.com/article/membuat-memodifikasi-alat-pelajaran-peraga-praktkum-membuat-
pelajaran.z1eepn3y

https://www.coursehero.com/file/p1v2te6/4-Mengikuti-Pengembangan-Penyusunan-Standar-
Pedoman-Soal-dan-Sejenisnya-a/

13

Anda mungkin juga menyukai