Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ............................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................
BAB I INDONESIA SEKILAS ........................................................................................................
1. Geografi indonesia....................................................................................................................
2. Sumbedaya Alam......................................................................................................................
3. Sumber daya manusia...............................................................................................................
4. Sosial Budaya............................................................................................................................
BAB II PENGERTIAN KEWARGANEGARAAN .......................................................................
1. Pengertian kewarganegaraan......................................................................................................
4. Masalah Kewarganegaraan……………………………………………………………….........
A. Geografi Indonesia
Indonesia termasuk yang memiliki luas daratan dan perairan terluas di dunia. Letak geografis
suatu wilayah adalah keberadaan posisi wilayah tersebut sesuai dengan bentuk letaknya bumi.
Indonesia memiliki sekitar 13.667 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km 2 dan luas
perairan 3.257.483 km2. Hal tersebut membuat indonesia memiliki kekayaan dan iklim yang
memadai.
1. Kondisi geografis Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi baik
didaratan maupun dilautan, ada yang disebut dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai.
2. Luas dan batas teritorial Indonesia
a. Luas wilayah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau dengan dikelilingi oleh
lautan yang luas, terdiri sekitar 13.667 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km 2 dan luas
perairan mencapai 3.257.483 km2 ( belum termasuk perairan ZEE) panjang garis pantainya
mencapai 81.497 km2 merupakan garis terpanjang di dunia.
b. Zona ekonomi eksklusif (ZEE)
Zona ekonomi eksklusif yaitu perairan laut yang diukur dari garis pantai terluar sejauh 200 mil
kearah laut lepas. Apabila zona ekonomi eksklusif suatu negara berhimpitan dengan zona
ekonomi eksklusif negara lain, maka penetapan hukumnya melalui perundingan dua negara
tersebut.
c. Batas landas kontinen
Batas landas kontinen adalah garis batas yang merupakan kelanjutan dari benua yang diukur
dari garis dasar laut kearah laut lepas hingga kedalaman 200 meter dibawah permukaan air laut.
3. Potensi Fisik Sosial Indonesia
a. Letak astronomis
Letak astronomis yaitu letak suatu tempat berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur.
Letak astronomis indonesia yaitu 6°.08'LU-11 °15'LS dan 95°45'BT-141 °05'BT. Letak
astronomis Indonesia ini mengakibatkan indonesia mengalami iklim tropis yang sangat membawa
keuntungan bagi negara iOndonesia.
Batas wilayah Indonesia berdasarkan letak astronomis:
1) Wiayah indonesia paling utara adalah pulau We di sabang, yang terletak pada 6°.08'LU
2) Wilayah indonesia paling selatan adalah pulau Rote di Nusa tenggara timur, terletak pada
11 °15'LS
3) Wilayah indonesia paling barat yaitu pulau We diujung pulau sumatera pada 95°45'BT
4) Wilayah indonesia paling timur adalah kota Merauke terletak pada, 141 °05'BT
5) Wilayah indonesia terbagi menjadi tiga waktu yaitu waktu indonesia bagian barat (WIB)
GMT+7, waktu indonesia bagian tengah (WITA) GMT+8, dan waktu indonesia bagaian
timur (WIT) GMT+9.
b. Letak geografis
Secara geografis indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudra yaitu benua asia dengan
benua australia, sedangkan samudra yang membatasinya adalah samudra hindia dan samudra
pasifik.
c. Letak maritim
Letak maritim yaitu letak suatu tempat ditinjau dari keadaan laut sekitarnya, yakni apakah
tempat itu dekat atau jauh dari laut serta apakah sebagian atau seluruhnya dikelilingi oleh laut dan
sebagainya. Letak maritim atau letak kelautan indonesia sangat baik sebab wilayahnya berbentuk
kepulauan dikelilingi lautan besar yaitu: bagian timur Indonesia berhadapan dengan samudera
pasifik, bagian selatan indonesia berhadapan dengan samudera hindia, dan bagian utara indonesia
berhadapan dengan laut cina selatan.
B. Sumber Daya Alam
1. Pengertian sumber daya alam
Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun hidup yang berada
dibumbui dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
2. Jenis-jenis sumber daya alam
a. Sumber daya alam organik (hayati) yang berupa jasad hidup seperti tumbuhan dan hewan.
b. Sumber daya alam anorganik (nonhayati) berupa benda mati seperti benda padat ataupun cair
dan gas.
1. Masalah-maslah kependudukan dan lingkungan hidup
Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia menimbulkan berbagai masalah yang baru terasa
akhir-akhir ini:
a. Masalah kesempatan kerja bagi penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya.
b. Masalah pertambahan angkatan kerja dan kesukaran atau hambatan dalam bidang
pengembangan industry sehubungan dengan pertambahan angkatan kerja tersebut.
c. Masalah pengandaan dan permintaan akan bahan-bahan dasar, seperti kayu, bahan- bahan
mineral dan bahan-bahan tersebut bila penggunaannya berlebihan dikhawatirkan akan merugikan
generasi yang akan datang.
d. Masalah pembiayaan, penentu arah dan pola pendidikan, riset dan perkembangan teknologi
yang sangat berbeda antara Negara yang satu dengan yang lain.
e. Masalah yang berkaitan dengan kepincangan neraca perdagangan nasional, dimana
perbandingan nilai ekspor dan impor terlalu besar. Pada Negara-negara maju ekspor barang-
barang jadi ke Negara-negara berkembang memiliki nilai yang sangat besar dibandingkan impor
yang dilakukan Negara maju tersebut dari Negara berkembang karena yang diimpornya berupa
bahan-bahan dasar untuk membuat barang-barang jadi tersebut, bila hal ini dibiarkan terus
menerus maka neraca perdagangan milik Negara maju dan berkembang bila dibandingkan sangat
pincang atau berat sebelah.
2. Folra dan fauna
a. Keanekaragaman Spesies Flora
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis antara dua benua
(Asia dan Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik) yang terdiri atas
sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis pantai sekitar 95.181 km. Wilayah Indonesia luasnya
sekitar 9 juta km2 (2 juta km2 daratan, dan 7 juta km2 lautan). Luas wilayah Indonesia ini hanya
sekitar 1,3% dari luas bumi, namun mempunyai tingkat keberagaman kehidupan yang sangat
tinggi. Untuk tumbuhan, Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan berbunga
yang ada di dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai
20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Famili tumbuhan yang
memiliki anggota spesies paling banyak adalah Orchidaceae (anggrek- anggrekan) yakni
mencapai 4.000 spesies. Untuk jenis tumbuhan berkayu, famili Dipterocarpaceae memiliki 386
spesies, anggota famili Myrtaceae (Eugenia) dan Moraceae (Ficus) sebanyak 500 spesies dan
anggota famili Ericaceae sebanyak 737 spesies, termasuk 287 spesies Rhododendrom dan 239
spesies Naccinium (Whitemore 1985 dalam Santoso 1996). Kartawinata (2005) melaporkan
beberapa hasil studi mengenai keragaman jenis tumbuhan pada berbagai tipe vegetasi/hutan di
beberapa pulau utama Indonesia
b. Keanekaragaman fauna Indonesia
Secara geografis, persebaran fauna di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga wilayah,
yaitu; wilayah fauna Indonesia Barat (bercorak Asia), wilayah fauna Indonesia Tengah dan
wilayah fauna Indonesia Timur (bercorak Australia). Di Indonesia terdapat tidak kurang dari 254
jenis amfibi, 624 jenis reptil dan 650 jenis binatang menyusui. Persebaran fauna Indonesia Barat
dibatasi oleh garis Wallace, persebaran fauna Indonesia Timur dibatasi oleh garis Weber. Dengan
demikian, persebaran fauna Indonesia Tengah terletak di antara kedua garis tersebut (Susilawati,
2011:11).
C. Sumber Daya Manusia
1. Pengertian sumber daya manusia
sumber daya manususia adalah segala potesi yang ada pada manusia baik berupa akal pikiran,
tenaga, keterampilan, emosi, dan sebagainya yang dapat digunakan baik untuk dirinya maupun
untuk organisasi atau perusahaan.
2. Sumber daya manusia dalam konteks pembangunan ekonomi indonesia
Pada Umumnya Pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha dalam suatu
perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastuktur lebih banyak
tersedia, perusahaan semakin banyak, dan semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi
dan teknologi semakin meningkat. Dalam pembangunan ekonomi suatu negara melibatkan faktor-
faktor yang berperan penting, salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM). Keadaan SDM
suatu negara sanggat mempengarui pembangunan ekonomi negara tersebut. Untuk dapat
mempercepat tingkat pembangunan ekonomi maka diperlukan SDM yang unggul diberbagai
bidang.
Ada empat kebijakan pokok dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yaitu :
a. Peningkatan kualitas hidup baik jasmani maupun rohani
b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan upaya pemerataan
penyebarannya
c. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan dalam memanfaatkan,
mengembangkan, serta menguasai IPTEK
d. Pengembangan pelantara yang meliputi kelembagaan dan perangkat hukum yang
mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia.
3. Tujuan pengembangan sumber daya manusia
Secara umum tujuan pengembangan SDM adalah untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki
orang-orang yang berkualitas untuk mencapai tujuannya, yaitu kinerja yang produktif dan
berkembang. Dengan mengembangkan potensi dan kinerja karyawan secara individual,
diharapkan agar hal itu dapat meningkatkan produktivitasnya.
Secara khusus, tujuan pengembangan SDM adalah:
a. Meningkatkan produktivitas kerja
b. Mencapai efisiensi
c. Meminimalisir masalah yang terjadi di tempat kerja
d. Mengurangi kecelakaan kerja
e. Meningkatkan pelayanan dan kepuasan konsumen
f. Memelihara motivasi kerja para karyawan
g. Meningkatkan peluang karier bagi para karyawan
h. Meningkatkan atau menumbuhkan jiwa kepemimpinan di kalangan karyawan
4. Metode pengembangan sumber daya manusia
a. Pelatihan atau training
Metode ini adalah proses belajar bagi karyawan, yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan, dalam waktu yang relatif singkat dan lebih mengutamakan praktek.
b. Coaching atau pendampingan
Metode ini adalah sistem belajar, dimana karyawan yang bersangkutan dibimbing oleh atasan atau
karyawan lain yang lebih berpengalaman. Cara ini cukup efektif, karena hubungan kerja yang
terjadi, yang memungkinkan mereka masih dapat sering bertemu.
D. Sosial Budaya
1. Pengertian sosial budaya
Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabungan istilah sosial dan budaya.sosial dalam arti
msyarakat,budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai semua hasil karya,rasa dan ciptaan
masyarakat.sosial budaya dalam arti luas mencakup segala aspek kehidupan.oleh karna itu atas
landasan pemikiran tersebut,maka pengertian sistem sosial budaya Indonesia dapat di rumuskan
sebagai totalitas tata nilai, tata sosial,dan tata laku manusia Indonesia yang merupakan manifestasi
dari karya,rasa dan cipta di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945.
2. Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaaan.
Tercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia
dengan segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dilengkapi tuhan dengan akal dan pikiran
menjadikan mereka khalifah di muka bumi dan di berikan kemampuan yang disebutkan oleh
supartono (dalam Rafael raga maran,1999:36) sebagai daya manusia.
Manusia memiliki kemampuan daya antara lain: akal,intelegensia,dan intuisi; perasaan dan emosi;
kemauan; fantasi; dan perilaku. Dengan sumber-sumber kemampuan daya manusia nyatalah
bahwa manusia menciptakan kebudayaan. Ada hubungan di alekitka antara manusi dan
kebudayaan. Kebudayaaan adalah produk manusia,namun manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan.
Kebudayaan memiliki kegunaan yg sangat besar bagi manusia.bermacam-macam kekuatan yang
harus dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain yang
tidak selalu baiknya, kecuali itu,manusia memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual maupun
material, kbutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada
masyarakat itu sendiri.
Hasil karya manusia menimbukkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya.sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai:
a. Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya.
b. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
c. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan lain.
d. Pembeda antara manusia dan binatang.
e. Petunjuk-petujuk tentang bagimana manusia harus bertindak dan berperilaku didalam
pergaulan.
f. Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan
menentukan dalam menjaga hubungan dengan orang lain.
g. Sebagai modal atau dasar pembagunan.
3.Sistem Budaya Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat
abstrak
dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian sistem
kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa disebut adat istiadat. Dalam
adat istiadat terdapat juga sistem norma. Dan disitulah sistem budaya adalah menata serta
menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Dalam sistem budaya ini terbentuk
unsur-unsur diantaranya:
pokok kebudayaan menurut Bronislaw Malinowski antara lain
a. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama untuk menguasai alam sekelilingnya.
b. Organisasi ekonomi.
c. Alat-alat dan lembaga pendidikan.
d. Organisasi kekuatan.
Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan berbeda.
1. ) Kebudayaan material.
Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda, barang alat
pengoahan alam, seperti gedung, pabrik, jalan, rumah, dan sebagainya.
2. ) Kebudayaan non material
Merupakan hasil cipta, karsa, yang bewujud kebiasaan,adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
sebagainya.
BAB II
PENGERTIAN KEWARGANEGARAAN
A. Pengertian Kewarganegaraan
Warganegara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi merupakan anggota
resmi dari suatu Negara tertentu, atau dengan kata lain warganegara adalah warga suatu Negara
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Istilah
kewaraganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukan hubungan atau ikatan antara
Negara dan kewarganegaraan.[1] Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu
Negara yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu untuk melindungi orang yang
bersangkutan. Adapun menurut undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan Negara. Seorang Warga
Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik
Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau
(khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini
akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah
berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara
kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum
internasional.
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI,
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya,
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut,
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI,
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI,
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah
WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau
belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan
ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-
orang dengan Negara.
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan
emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah
air.
1. Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukan pada tempat kewarganegaraan. Dalam arti
sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
2. Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukan pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga Negara.
B. Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya seseorang dalam
golongan warga negara dari suatu negara tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia melalui kelahiran, pewarganegaraan,
pengangkatan anak, pemberian oleh negara terhadap seseorang yang berjasa, atau karena alasan
kepentingan negara. Setiap negara mempunyai kebebasan menentukan pihak yang menjadi warga
negaranya melalui penentuan asas kewarganegaraan yang hendak diterapkan. Dilihat dari segi
kelahiran, terdapat dua asas kewarganegaraan untuk menentukan status kewarganegaraan
seseorang.[2]
a. Asas Ius Soli (Law of The Soli) Asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan Negara tempat kelahiran. , ius soli adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan tempat atau daerah kelahiran seseorang. Jadi, seseorang dapat menjadi warga negara
dimana dia dilahirkan. Contoh negara yang menganut asas kewarganegaran ini, yaitu negara
Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Bolivia, Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika,
Dominika, Ekuador, El Savador, Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho,
Meksiko, Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venuzuela, dan lain-lain.
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal tersebut terbukti
dalam sistem kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu suku dengan sendirinya ia
langsung menjadi anggota suku tersebut. Sekarang prinsip tersebut diterapkan pada beberapa
negara di dunia, yaitu negara Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan juga negara yang
kita cintai, Indonesia.
Jadi, pada cara penentuan kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu asas
kewarganegaraan, yaitu asas keturunan (ius sanguinis), yang dimana seseorang dengan sendirinya
atau secara langsung tanpa melalui beberapa tahap yang rumit dapat memiliki kewarganegaraan
seperti yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.
3. Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius soli dan ius sanguinis tetap
bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan pewarganegaraan atau
naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsur ini di berbagai negara itu berbeda.
Perbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi setiap negara itu berbeda, jadi
persyaratannya itu menyesuaikan dengan kondisi dan situasi negaranya. Jawaban atas
tuntutan situasional ini adalah dengan berlakunya Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Adanya Undang-undang ini maka Undang-
undang Nomor 62/1958 dan menjadi tidak berlaku lagi karena bersifat diskriminatif
menghantui warga keturunan Tionghoa, Arab, India, Belanda dan sebagainya.
Undang-undang ini disebut cukup membawa perubahan yang revolusioner karena mampu
menghapus dikotomi asli dan tidak asli, serta mampu menerapkan azas ius soli yang
dikombinasikan dengan ius sanguinis. Pasal 1 UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
RI (UU Kewarganegaraan), menegaskan bahwa “Warga Negara Indonesia adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negera Indonesia”.
Hal yang perlu diingat “Warga Negara suatu Negara tidak selalu menjadi penduduk Negara itu”.
Misalnya, warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri. Penduduk suatu Negara
tidak selalu merupakan warga negara dimana ia tinggal, misalnya, orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia. Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga
Negara Indonesia (WNI) adalah: [3]
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah
WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau
belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan
ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.
1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum kawin,
diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing
2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA
berdasarkan penetapan pengadilan
3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut
penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.
Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi
sebagai berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia
Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi Adalah suatu perbuatan hukum yang dapat
menyebabkan seseorang memperoleh status kewarganegaraan,[4] Misal: seseorang memperoleh
status kewarganegaraan akibat dari pernikahan, mengajukan permohonan, memilih/menolak status
kewarganegaraan.
a. Naturalisasi Biasa Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui
permohonan dan prosedur yang telah ditentukan.
b. Naturalisasi Istimewa atau khusus Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh pemerintah
(presiden) dengan persetujuan DPR dengan alasan kepentingan negara atau yang bersangkutan
telah berjasa terhadap negara.
d. Masalah Kewarganegaraan
Membahas tentang kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara, maka tidak lepas dari suatu
permasalahan yang berkenaan dengan seseorang yang dinyatakan sebagai warga negara atau
bukan warga negara dalam sebuah negara. Permasalahan tersebut diakibatkan karena setiap
negara menganut asas kewarganegaraan yang berbeda-beda, contoh di negara Jepang yang hanya
menerapkan asas kewarganegaraan bedasarkan tempat kelahiran (ius soli), negara kita Indonesia
menganut kedua asas kewarganegaraan, yaitu ius soli dan ius sanguinis. Berdasarkan hal di atas
ada tiga permasalahan kewarganegaraan, yaitu apatride, bipatride, dan multipatride[5]
Apatride merupakan istilah bagi seseorang yang tidak memiliki status kewaganegaraan.
Hal ini disebabkan ada seseorang yang orang tuanya menganut asas yang berdasarkan tempat
kelahiran (ius soli), namun ia lahir di negara yang menganut asas yang berdasarkan darah
keturunan (ius sanguinis). Misalkan, ada seseorang yang orang tuanya adalah warga negara Brazil
yang menganut asas kewarganegaraan ius soli, namun ia dilahirkan di negara Jepang yang
menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan keturunan (ius sanguinis), maka kedua negara,
baik negara asalnya, maupun negara ia dilahirkan menolaknya untuk menjadi warga negara.
Bipatride adalah istilah untuk seseorang yang memiliki kewargaegaraan ganda (rangkap), atau
memiliki dua kewarganegaraan. Hal ini dapat terjadi jika ada seseorang yang orang tuanya
menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan keturunan (ius sanguinis), sedangkan ia sendiri
lahir di negara yang menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan tempat kelahiran (ius
soli). Contoh, ada seseorang yang kedua orang tuanya tinggal di negara Jepang yang menganut
asas kewarganegaraan ius sanguinis. Waktu itu ia belum lahir, dan kedua orang tuanya pergi ke
negara Brazil yang menganut asas kewarganegaraan ius soli, dan ia pun dilahirkan di negara
Brazil, maka ia mendapatkan kewarganegaraan dari kedua negara tersebut.
Multipatride merupakan suatu istilah untuk seseorang yang memiliki lebih dari dua
kewarganegaraan. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang tinggal di daerah perbatasan
antara dua negara atau juga karena seseorang yang kedua orang tuanya memiliki kewarganegaraan
yang berbeda. Misalkan, seseorang yang ayahnya berkewarganegaraan China yang menganut asas
ius sanguinis dan ibunya berkewarganegaraan India yang juga menganut asas ius sanguinis,
namun ia di lahirkan di Kamboja yang menganut asas ius soli. Jadi, ia mendapatkan
kewarganegaraan dari negara ayahnya, dari negara ibunya, dan negara ia dilahirkan.
1. Berfikir secara krisis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawa, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan di SD:
1. Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan
sah.
2. Meletakkan dan membentuk pola piker yang sesuai dengan Pancasila dan ciri khas serta
watak ke-Indonesiaan.
3. Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik.
4. Menggugahkesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia
untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila tanpa menutup
kemungkinan bagi diakomodasikannya nilai-nilai laindari luar yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila terutama dalam menghadapi arus
globalisasi dan dalam rangka kompetisi dalam pasar bebas dunia.
5. Memberikan motivasi agar dalam setiap langkah laku lampahnya bertindak dan
berperilaku sesuai dengan nilai, moral dan norma Pancasila.
6. Mempersiapkan anak didik utuk menjadi warga negara dan warga masyarakat Indonesia
yang baik dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan negaranya.
F. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, Keutuhan Kesatuan Republik
Indonesia, partisipasi dalam bela Negara, Sikap positif terhadap negara Kesatuan Republik
Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, sekolah, norma
yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional.
3. Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup bergotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai
keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi negara, meliputi Proklamasi kemerdekaan dan konstitusa yang pertama,
kostitusi yang pernah digunakan Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah
dan otonomi pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakan
demokrasi.
7. Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional dan
mengevaluasi globalisasi.
BAB III
terdapat sebuah perbedaan ras, suku, bahasa,maupun agama. Untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa ditengah banyaknya perbedaan tersebut, maka diperlukan suatu integrasi
nasional yang berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Integrasi sendiri berasal dari bahasa latin, “integer” yang berarti utuh atau menyeluruh.
Berdasarkan arti etimologis integrasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa integrasi adalah
pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Sedangkan nasional atau “nation”
berarti bangsa sebagai bentuk persekutuan dari orang-orang yang berbeda latar belakangnya,
berada dalam suatu wilayah dan di bawah satu kekuasaan politik.
Pengertian integrasi nasional menurut Kurana merupakan kesadaran identitas bersama di
antara warga negara. Artinya, meskipun memiliki kasta, agama, dan daerah, serta bahasa yang
berbeda, kita mengakui kenyataan bahwa semua adalah satu.
Disamping itu, menurut Suroyo integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-
orang dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki berbagai perbedaan baik etnisitas,
sosial budaya, atau latar belakang ekonomi menjadi satu bangsa (nation) terutama karena
pengalaman sejarah dan politik yang relatif sama.
Integrasi Politik
Dalam tataran integrasi politik ada 2 dimensi yaitu vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal
menyangkut hubungan antara elite politik dengan massa pengikut maupun antara penguasa
dan rakyat. Hal ini guna menjembatani celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses
politik yang partisipasif. Sedangkan dimensi horizontal menyangkut hubungan yang berkaitan
dengan masalah territorial, antardaerah, antarsuku, umat beragama, dan golongan masyarakat
Indonesia.
Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi yaitu terjadinya saling ketergantungan antardaerah dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidup masyarakatnya. Adanya saling ketergantungan menjadikan wilayah dan
masyarakat melakukan kerjasama yang saling menguntungkan.
Integrasi Sosial-Budaya
a. semua tata aturan yang terdapat dalam konstitusi bersifat penting bagi pelaksanaan
pemerintahan suatu negara
b. mekanisme pelaksanaan tata pemerintahan negara sudah seharusnya diatur secara terperinci
dalam undang-undang dasar
c. konstitusi sebagai hukum dasar paling pokok yang mengatur kehidupan negara beserta
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
d. aturan-aturan yang terdapat dalam undang-undang dasar mana pun akan mencantumkan
berbagai tindakan yang harus dilakukan warga negara kepada pemerintah
BAB IV
NEGARAN DAN WARGA NEGARA
BAB V
OTONOMI DAERAH
Istilah otonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Autos yang berarti sendiri
.dan namos yang berarti aturan
.Dengan begitu, otonomi dapat diartikan pengaturan sendiri, mengatur, atau memerintah sendiri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah untuk mengatur serta mengurus rumah tangga sendiri sesuai peraturan
.perundang-undangan yang berlaku
Sedangkan menurut seorang ahli bernama Kansil, otonomi daerah adalah suatu bentuk hak dan
wewenang berikut kewajiban dari sebuah daerah untuk dapat mengatur serta mengurus urusan
.daerah sendiri berdasaran peraturan perundang-undangan yang berlaku
Dalam artian sempit, otonomi diartikan mandiri, dan dalam arti luas diartikan berdaya. Maka,
otonomi daerah bisa diartikan sebagai suatu kemandirian daerah untuk mengurus, berbuat, dan
.memberikan putusan untuk kepentingan daerahnya sendiri
Namun, dalam melaksanakan otonomi, tiap daerah tetap dikontrol oleh pemerintah pusat sesuai
.undang-undang
a. Prinsip otonomi seluas-luasnya. Berdasarkan prinsip ini, suatu daerah akan diberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga sendiri berikut
pemerintahannya, kecuali jika terdapat wewenang yang menurut peraturan perundang-
.undangan memang menjadi kewenangan dari pemerintah pusat
b. Prinsip otonomi nyata. Berdasarkan prinsip ini, suatu daerah diberi kewenangan untuk
menangani urusan pemerintahan yang didasarkan atas tugas, wewenang, dan kewajiban yang
secara nyata sudah ada serta mempunyai potensi untuk dapat terus tumbuh, berkembang,
.sekaligus hidup sesuai potensi suatu daerah tertentu
c. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab. Prinsip ini bermakna dalam suatu sistem
penyelenggaraan pemerintahan, harus pula disesuaikan dan diperhatikan tentang adanya
tujuan dan maksud dari pemberian otonomi. Tujuan yang ingin dicapai menurut prinsip ini
adalah mampu memberdayakan masing-masing daerahnya dalam rangka meningkatkan
.kesejahteraan di masyarakat luas
:Asas-asas untuk menyelenggarakan otonomi daerah pada dasarnya ada tiga, yaitu
Asas desentralisasi. Asas ini bermakna adanya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat .1
kepada daerah-daerah otonomi berdasarkan struktur Negara Kesatuan Republik Indonesia
.(NKRI)
Asas dekonsentrasi. Asas ini bermakna adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah .2
.pusat kepadagubernur sebagai representasinya di tingkat daerah
Asas tugas pembantuan. Asas ini bermakna bahwa terdapat sebuah penugasan yang .3
dilakukan oleh pemerintah pusat kepada suatu daerah otonomi dan oleh kepala daerah kepada
kepala desa dalam rangka melaksanakan tugas tertentu yang disertai adanya ketentuan tentang
.pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta sumber daya manusia
Pelaksanaan otonomi daerah
Melalui kebijakan sistem otonomi daerah bisa menjadi sebuah kesempatan yang baik bagi
pemerintah daerah untuk dapat membuktikan kemampuan secara maksimal dalam melaksanakan
.kewenangan yang sejatinya adalah hak dari tiap tiap daerah
Pasal 18 ayat (1) sampai (7), Pasal 18A ayat (1) dan (2), serta Pasal 18B ayat (1) dan (2) .1
.Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kegiatan pemerintahan dapat berjalan lebih efektif, karena kewenangan berada di tangan .1
daerah. Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dapat dimanfaatkan dengan lebih
.efektif dan efisien
Daerah dapat menyelenggarakan kepentingannya sesuai dengan adat istiadat dan budaya .2
.setempat. Dinamika dan perkembangan politik lebih mudah dikontrol
Laju pertumbuhan ekonomi di daerah setempat lebih mudah dikontrol. Kriminalitas, .3
.masalah sosial, dan berbagai bentuk penyimpangan lebih mudah dideteksi
Adapun beberapa dampak negatif yang bisa terjadi akibat otonomi daerah, yaitu: munculnya
sifat kedaerahan atau etnosentrisme yang fanatis, sehingga dapat menyebabkan konflik antar
;daerah
Munculnya kesenjangan antara daerah satu dengan yang lain, karena perbedaan sistem .1
;politik, sumber daya alam, maupun faktor lainnya
masing-masing daerah berjalan sendiri-sendiri, tanpa ada kerja sama, koordinasi, atau .3
.bahkan interaksi
BAB VI
A. PENGERTIAN HAM
a. Pengertian ham
Hak merupakan unsure normative yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu dengan instansi. Hak merupakan sesuatu yang harus
diperoleh. Dalam Undang Undang (UU) Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak AsasiManusia
pasal 1 disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia”.Jadi, dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang
melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah
Allah yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau
.negara
Dengan demikian hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan yaitu keseimbangan
antara hak dan kewajiban , serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi dan menjungjung tinggi Hak Asasi
Manusia, menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah
(aparatur pemerintahan baik sipil maupun militer) dan negara. Jadi dalam memenuhi dan
menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitu juga
dalam memenuhi kepentingan perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang banyak
individu manusia, baik dalam tatanan kehidupan pribadi, kemasyarakatan, kebangsaan,
kenegaraan dan pergaulan globaltidak berjalan secara seimbang, dapat dipastikan akan
menimbulkan kekacauan, anarkisme, dan kesewenangwenangan dalam tata kehidupan umat
manusia
Macam Hak Asasi Manusia Dalam pelaksanaannya hak asasi manusia memiliki banyak
bentuk, beberapa pandangan yang menyebutkan tentang macam-macam hak asasi manusia
:adalah sebagai berikut
.Thomas Hobbes, menurut Thomas Hobbes bahwa satu-satunya hak asasi adalah hak hidup .1
.John Locke, menurut John Locke hak asasi meliputi hak hidup, kemerdekaan dan hak milik .2
Hak mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam hukum dan .5
)pemerintahan (rights of legal equality)
Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan dalam tata cara peradilan dan perlindungan .6
(procedural rights)
Dunia barat (Eropa) paling dahulu menyuarakan HAM, dimana berdasarkan sejarah Hak Asasi
Manusia, Inggris yang paling utama menyerukan. Tecatat di Inggris terdapat seorang filsuf
yang mengungkapkan gagasan atau merumuskan adanya hak alamiah (natural rights), yaitu
Jhon Locke pada abad 17. Sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia di dunia barat ditandai
dengan tiga hal penting, yaitu Magna Charta, terjadinya revolusi Amerika dan revolusi
.Prancis
Sejarah telah mencatat bahwa inggris memberikan jaminan pada para bangsawan serta
keturunannya yang tidak memenjarakan mereka sebelum melelui proses pengadilan. .Jaminan
tersebut diberikan bukan tanpa alasan, tapi dikarenakan para bangsawan telah berjasa dalam
membiayai kerajaan, sebagai bentuk balas budi, pihak kerajaan memberikan jaminan, yang
dinamakan magnha charta liberium. Jaminan atau perjanjian tersebut dibuat pada masa raja
Jhon tahun 1215 Masehi. Pada masa itu bangsawan meminta jaminan sebab kebanyakkan raja
jaman dahulu bertindak sesuka hati, membuat hukum sendiri sedangkan raja kebal terhadap
hukum. Hampir semua aturan yang dibuat menguntungkan raja. Meskipun Maghna Charta
tidak berlaku untuk semua, atau dalam artian hanya untuk para bangsawan, akan tetapi kita
tidak bisa memungkiri bahwa Maghna Charta merupakan tonggak awal perkembangan HAM
.di dunia
Revolusi Prancis lebih populer dari pada revolusi Amerika, jika Amerika memerangi penjajah
Inggris untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan, supaya bisa berdiri sendiri dan memiliki hak.
Beda halnya dengan revolusi Prancis yang dilakukan rakyat memerangi rajanya sendiri, yaitu raja
Louis XVI.Rakyat Prancis melakukan hal tersebut dengan alasan, bahwa sang raja bertndak
sewenang - wenang terhadap rakyat dan memiliki sifat absolute.Revolusi Prancis setidaknya
menghasilkan aturan tentang hak, yaitu hak atas kebebasan, hak atas kesamaan dan hak atas
persaudaraan.
C. HAM DI INDONESIA
a. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia
Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap sakral, diperjuangkan sepenuh jiwa, serta sangat
sejalan dengan kehidupan berbangsa dan bemegara.Indonesia telah ikut bersama negara lain untuk
memperjuangkan HAM, memasukan rasa kemanusian dalam perundangan, sebab hal tersebut
merupakan fundamental.Pancasila sebgai dasar negara Indonesia sepenuhnya mendukung dan
menjungjung tinggi penegakan Hak Asasi Manusia. Diawal kemerdekaan Indonesia, tokoh seperti
Mochammad Hatta merupakan orang yang paling vocal dalam menyuarakan HAM.Indonesia
dalam memperjuangkan haknya sebagai bangsa harus melewati beberapa fase, seperti halnya
pembentukan organisasi. Organisasi yang didirikan tersebut mewadahi banyak orang dimana
untuk merasa sadar bersama - sama memiliki hak- hak yang harus diperjuangkan dan dicapai.
Organisa - oraganisasi yang dibangun memperjuangkan hak - hak masyarakat dengan cara
berbeda, namum pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama untuk menghapuskan kolonialisme
di tanah Indonesia. Sehingga dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat menjadi manusia yang
seutuhnya karena hak kemanusiaannya terpenuhi.Sebagai contoh, Budi Oetomo memperjuangkan
hak masyarakat dan kemanusian lewat petisi - petisi dan surat yang disampaikan kepada kolonial
belanda waktu itu. Kemudian ada Sarekat Islam yang berusa memperjuangkan hak - hak
kemanusiaan dan menghilangkan diskriminasisecara rasia
b. Sejarah Penegakan HAM di Indonesia Pasca Kemerdekaan 1945 -1950
Sejarah Penegakan HAM di Indonesia Pasca Kemerdekaan 1945 - 1950 merupakan pasca
lepasnya Indonesia dari Belanda serta secara sah telah merdeka. Pada masa ini Indonesia
memperjuangkan HAM, yang berkutan dengan masalah - masalah kemerdekaan serta mengatur
menyampaikan dan mengemukakan pendapat di muka umum. 1950 -1959, masa dimana HAM
mulai berhasil tegak, ditandai banyaknya partai politik dengan ideologi masing - masing, serta
pers memiliki kebebasan dalam menyampaikan fakta yang terjadi. 1966 - 1998, Masa dimana
Presiden Soeharto menjabat 30 tahun lamanya, pada masa pemerintahan ini lebih bersifat defensif
serta pers tidak diberikan ruang untuk bergerak. Di masa ini juga banyak tejadi pelangaran -
pelanggaran HAM. 1998 - Sekarang, Masa dimana pasca revormasi, jatuhnya kekuasaan rezim
Soeharto. Beruha mengkaji tindakan - tindakan yang telah dilakukan pada masa Orba, jangan
sampaii terjadi lagi.Sejarah panjang penegakan Hak Asasi Manusia tidak akan pernah berakhir,
meski penjajahan secara fisik sudahlah hilang dari muka bumi, namun bagaimana dengan
penjajahan - penjajahan jenis lain? tentu hal tersebut harus kita lawan demi tegaknya hak asasi,
supaya manusia bisa benar - benar hidup seutuhnya.Sejarah HAM telah mengajari banyak kepada
kita, bahwa rasa kemanusian, kesamaan dan keadilan adalah sesuatu yang harus diperjungkan.
Dari sejarah Hak Asasi Manusia ini kita tentu dapat belajar banyak, semoga kita bisa menjadi
manusia yang utuh.
c. Instrumen Hukum Nasional Hak Asasi Manusia Di Indonesia
■Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea pertama Pembukaan
UUD 1945 dimuat pernyataan “kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan”. Alinea pertama UUD 1945 memberikan jaminan universal bahwa kemerdekaan
dan kebebasan adalah hak segala bangsa. Pernyataan inilah yang kemudian mengilhami bangsa
Indonesia untuk aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsabangsa terjajah di seluruh
dunia. Jaminan perlindungan atas hak asasi manusia yang terdapat dalam UndangUndang Dasar
Tahun 1945, di antaranya adalah sebagai berikut
1) Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, Pasal 27 Ayat (1)
2) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, Pasal 27 Ayat (2)
3) Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan,
(Pasal 28), Hak Asasi Manusia (28A-28J) Hak untuk berserikat dan berkumpul, hak untuk
mempertahankan hidup dan penghidupan, hak untuk kelangsungan hidup, hak untuk pemenuhan
kebutuhan sadar, hak untuk memperjuangkan haknya, hak atas jaminan dan kepastian hukum, hak
untuk bekerja dan mendapat imbalan, hak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan, hak memilih tempat tinggal, hak untuk sejahtera lahir batin, dan sebagainya
4) Hak untuk memilih dan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran
agamanya, (Pasal 29)
5) Hak dalam usaha pembelaan negara, (Pasal 30)
6) Hak mendapat pendidikan dan pengajaran, (Pasal 31)
7) Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah,
(Pasal 32)
8) Hak di bidang perekonomian (Pasal 33)
9) Hak fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34)
■Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 mengatur tentang hak asasi manusia
yang ditetapkan oleh MPR pada tanggal 13 November 1998. Ketetapan ini terdiri dari
pembukaan, 10 bab, 44 pasal yang mengatur bagaimana hak asasi manusia harus dilindungi dan
ditegakkan. Hak asasi manusia yang tercantum dalam ketetapan tersebut adalah:
1) Hak untuk hidup
2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3) Hak keadilan
4) Hak kemerdekaan
5) Hak atas kebebasan informasi
6) Hak keamanan
7) Hak kesejahteraan
8) Kewajiban
9) Perlindungan dan pemajuan
■ Keputusan Presiden Nomor 50 tahun 1993 Tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
■ UU No. 7 Tahun 1984 tentang Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Wanita
■ UU No. 5 Tahun 1998 Tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia
■ UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Sebagai penjabaran lebih lanjut terhadap
hak asasi manusia. DPR menetapkan Jaminan HAM dalam UU No. 39 Tahun 1999. Undang-
Undang tentang HAM tersebut terdiri atas XI bab dan 106 pasal. Jaminan HAM dalam UU No. 39
Tahun 1999, secara garis besar meliputi:
■ Pasal 9: Hak untuk hidup, seperti hak mempertahankan hidup, memperoleh kesejahteraan lahir
dan batin, memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
■ Pasal 10: Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, seperti hak memiliki keturunan melalui
perkawinan yang sah.
■ Pasal 11-16: Hak mengembangkan diri, seperti hak pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan
kualitas hidup, memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, memperoleh informasi
dan melakukan pekerjaan sosial.
Pasal 17-19: Hak memperoleh keadilan, seperti hak memperoleh kepastian hukum dan hak
persamaan di depan hukum.
■ Pasal 20-27: Hak atas kebebasan pribadi, seperti hak memeluk agama,
keyakinan politik, memilih status kewarganegaraan, berpendapat, mendirikan parpol, dan bebas
bergerak dan bertempat tinggal.
■ Pasal 28-35: Hak atas rasa aman, seperti hak memperoleh suaka politik, perlindungan
terhadap ancaman ketakutan, perlindungan terhadap penyiksaan, penghilangan dengan paksaan
dan penghilangan nyawa.
■ Pasal 36-42: Hak atas kesejahteraan, seperti hak milik pribadi, memperoleh pekerjaan
yang layak, kehidupan yang layak, dan jaminan sosial.
■ Pasal 43-44: Hak turut serta dalam pemerintahan, seperti hak memilih dan dipilih dalam
pemilu, partisipasi langsung dan tidak langsung, diangkat dalam jabatan pemerintah dan
mengajukan usul kepada pemerintah.
■ Pasal 45-51: Hak wanita, yaitu tidak ada diskriminasi/hak yang sama antara pria dan
wanita dalam bidang politik, pekerjaan, status kewarganegaraan, keluarga/ perkawinan.
■ Pasal 52-60: Hak anak, yaitu seperti hak anak untuk mendapatkan perlindungan orang tua,
keluarga, masyarakat dan negara.
Hak beribadah menurut agamanya, berekspresi, perlakuan khusus bagi anak cacat, perlindungan
dari eksploitasi ekonomi, pekerjaan, pelecehan seksual, perdagangan anak dan penyalahgunaan
narkotika. Untuk menegakkan HAM, Pasal 69 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 menyatakan
“Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban asasi dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas pemerintah untuk
menghormati, melindungi, menegakkan dan memajukannya”. Oleh karenanya seluruh warga
negara tidak terkecuali pemerintah wajib menghormati hak asasi orang lain, dengan menjungjung
hukum, moral, etika dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
■ Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia
■ Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
■ UU No 11 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya
■ UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Konvensi Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
■ Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan
■ Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial Keseluruhan ketentuan
perundang-undangan di atas merupakan pintu pembuka bagi strategi selanjutnya, yaitu tahap
penataan aturan secara konsisten (rule consistent behaviour). Pada tahap ini diupayakan mulai
tumbuh kesadaran terhadap penghormatan dan penegakan HAM, baik di kalangan aparat
pemerintah maupun masyarakat karena HAM merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu
diperjuangkan, dihormati, dan dilindungi oleh setiap manusia. Penataan aturansecara konsisten
memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan pertama adalah demokrasi dan
supremasi hukum; kedua, HAM sebagai tatanan sosial. Menurut Prof. Bagir Manan, demokrasi
dan pelaksanaan prinsip-prinsip negara berdasarkan atas hukum merupakan instrumen bahkan
prasyarat bagi jaminan perlindungan dan penegakan HAM. Oleh karena itu, hubungan antara
HAM, demokrasi, dan negara harus dilihat sebagai hubungan keseimbangan yang “simbiosis
mutualistik”. Selanjutnya, HAM sebagai tatanan sosial merupakan pengakuan masyarakat
terhadap pentingnya nilai-nilai HAM dalam tatanan sosial. Pendidikan HAM secara kurikuler
maupun melalui pendidikan kewarganegaraan (civic education) sangat diperlukan dan terus
dilakukan secara berkesinambungan.
d. Upaya dan bentuk perlindungan ham di Indonesia
Banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia menuntut dibentuknya lembaga
perlindungan hak asasi manusia. Dalam upaya menegakkan hak asasi manusia tersebut, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 28 I Ayat (4)
menegaskan bahwa “perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab Negara, terutama pemerintah”. Guna menjabarkan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka dibentuklah lembaga perlindungan HAM seperti
Komnas HAM, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Peradilan HAM, dan
lembaga perlindungan HAM lainnya. Masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam penegakan
HAM di Indonesia terutama dalam membentuk LSM HAM seperti Kontras dan Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Beberapa lembaga bentukan pemerintah berkaitan
dengan pemajuan dan penegakan HAM, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Komnas HAM dibentuk
pada tanggal 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 Tahun 1993. Keberadaan Komnas HAM
selanjutnya diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 39 Tahunl999 tentang Hak Asasi Manusia
pada Pasal 75 sampai dengan Pasal 99. Komnas HAM merupakan lembaga negara mandiri
setingkat lembaga negara lainnya yang berfungsi sebagai lembaga pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM. Komnas HAM beranggotakan 35 orang yang dipilih
oleh DPR berdasarkan usulan Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden. Masa jabatan anggota
Komnas HAM selama lima tahun dan dapat diangkat lagi hanya untuk satu kali masa jabatan.
Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut:
1) melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah
2) menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
3) menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
pemerintah dan DPR untuk ditindaklanjuti.
4) memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di pengadilan.
Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan pengaduan kepada
Komnas HAM. Pengaduan tersebut harus disertai dengan alasan, baik secara tertulis maupun lisan
dan identitas pengadu yang benar. Selain Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, di Indonesia juga
terdapat komisi nasional lainnya yang berkaitan dengan HAM, yaitu Komnas Perlindungan Anak
Indonesia (KPAl), Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, dan Komite Nasional
Perlindungan Konsumen dan Pelaku Usaha serta Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Nasional
(KKRN).
2. Membuat produk hukum yang mengatur mengenai HAM Pembuatan produk hukum yang
mengatur mengenai hak asasi manusia (HAM) dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum
dalam proses penegakan HAM. Selain itu, produk hukum tersebut memberikan arahan bagi
pelaksanaan proses penegakan HAM. Adapun peraturan perundang-undangan yang dibentuk
untuk mengatur HAM antara lain:
■ Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 28 A-
28J, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 34
■ Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
■ Keputusan Presiden Nomor 50 tahun 1993 Tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang Konvensi Mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 Tentang Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat Manusia
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tantang Pengadilan Hak Asasi
Manusia
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Kovenan
Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Konvensi Internasional
Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
■ Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi
Ras dan Etnis
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
■ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak
3. Membentuk pengadilan HAM Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan UU Nomor 26 Tahun
2000. Pengadilan HAM adalah peradilan khusus di lingkungan peradilan umum. Pengadilan
HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang diharapkan dapat
melindungi hak asasi manusia baik perseorangan maupun masyarakat dan menjadi dasar dalam
penegakan, kepastian hukum, keadilan dan perasaan aman, baik perseorangan maupun
masyarakat.
e. problematika perlindungan hak asasi manusia di Indonesia
Di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundangundangan mengenai
hak asasi manusia, misalnya Pasal 28, Pasal 28A-28J UndangUndang Dasar 1945, UU No.30
Tahun 1999 Tentang HAM, UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, memberikan
aturan dan petunjuk yang tegas bagaimana negara wajib melindungi Hak Asasi Manusia (HAM).
Namun pelanggaran HAM tetap saja terjadi, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat sendiri.
Beragam bentuk problematika HAM yang terjadi, mulai dari pelanggaran hak,kejahatan
kemanusiaan sampai dengan pelanggaran HAM berat. Adanya peristiwa atau kasus-kasus
pelanggaran HAM merupakan cerminan telah terjadi kelalaian atas pelaksanaan kewajiban asasi
manusia. Padahal sudah sangat jelas bahwa setiap hak asasi itu disertai dengan kewajiban asasi,
yaitu kewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain dan kewajiban untuk patuh pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berikut ini beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia:
■ Kerusuhan Tanjung Priok tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini 24 orang tewas, 36
orang luka berat dan 19 orang luka ringan. Keputusan majelis hakim kasus ini menetapkan 14
terdakwa seluruhnya dinyatakan bebas.
■ Pelanggaran HAM di daerah konflik yang diberi status Daerah Operasi Militer (DOM), di Aceh.
Peristiwa ini telah menimbulkan bentuk-bentuk pelanggaran HAM terhadap penduduk sipil yang
berupa penyiksaan, penganiayaan, dan pemerkosaan yang berulang-ulang dan dengan pola yang
sama.
■ Penyerbuan Kantor Partai Demokrasi Indonesia tanggal 27 Juli 1996. Dalam kasus ini lima
orang tewas, 149 orang luka-luka dan 23 orang hilang. Keputusan majelis hakim kasus ini
menetapkan empat terdakwa dinyatakan bebas dan satu orang terdakwa divonis 2 (dua) bulan 10
hari.
■ Sepanjang tahun 80-an, dalam rangka menanggulangi aksi-aksi kriminal yang semakin
meningkat, telah terjadi pembunuhan terhadap “para penjahat” secara misterius yang terkenal
dengan istilah “petrus” (penembakan misterius).
■ Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam kasus ini 5
(lima) orang tewas antara lain: Hery Hartanto, Elang Mulya Lesmana, Hendrawan Sie, Hapidin
Royan dan Alan Mulyadi. Mahkamah Militer yang menyidangkan kasus ini memvonis dua
terdakwa dengan hukuman 4 (empat) bulan penjara, empat terdakwa divonis 2-5 bulan penjara
dan 9 orang anggota Brimob dipecat dan dipenjara 3-6 tahun.
■ Tragedi Semanggi I pada tanggal 13 November 1998. Dalam kasus ini lima orang korban
meninggal, yaitu Bernadus Irmawan, Teddy Mahdani Kusuma, Sigit Prsetyo, Muzamil Joko
Purwanto dan Abdullah. Kemudian terjadi lagi tragedi Semanggi II pada tanggal 24 September
1999 yang memakan lima orang korban meninggal yaitu Yap Yun Hap, Salim Ternate, Fadli,
Denny Yulian dan Zainal.
■ Penculikan aktivis, pada bulan April 1997 - April 1999.
Dalam kasus ini 20 orang aktivis dinyatakan hilang (9 orang diantaranya telah dibebaskan dan 11
orang dinyatakan hilang). Mahkamah Militer memvonis komandan Tim mawar Kopassus dengan
22 bulan penjara dan dipecat dari TNI, empat orang terdakwa dipecat dan divonis 20 bulan
penjara, tiga orang terdakwa divonis 16 bulan penjara dan tiga orang terdakwa divonis 12 bulan
penjara.
■ Meninggalnya Munir yang merupakan aktivis HAM Indonesia, pada tanggal 7 September 2004.
Munir meninggal dunia dalam perjalanan udara dari Jakarta ke Amsterdam. Otopsi oleh
Netherlands Forensic Institute menyimpulkan Munir tewas akibat racun arsenik. Dalam kasus ini,
vonis terhadap pelaku mengalami beberapa perubahan. Pada awalnya Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat menetapkan vonis 14 tahun penjara, tetapi putusan kasasi Mahkamah Agung
menyatakan Pelaku tidak terbukti membunuh. Ia hanya dihukum dua tahunpenjara atas
penggunaan surat palsu. Kemudian Tim Pengacara Munirmengajukan Peninjauan Kembali (PK)
atas putusan Mahkamah Agung tersebut, akhirnya pelaku dihukum 20 tahun penjara karena
terbukti dan meyakinkan telah melakukan pembunuhan terhadap Munir.
A. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi pada awalnya berasal dari sebuah wilayah Yunani Kuno yang dianggap
sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang disebut sebagai demokrasi modern. Istilah ini terus
berkembang seiring berjalannya waktu bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi di
banyak negara. Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos, yang berarti masyarakat
(rakyat) dan kratos yang berarti aturan atau kekuasaan. Jadi, demokrasi berarti kekuasaan di
tangan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.
Dalam pandangan Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya rakyat dengan serta merta mempunyai kebebasan
untuk melakukan semua aktivitas kehidupan termasuk aktivitas politik
B. Perkembangan Demokrasi
Pada mulanya system demokrasi berada pada zaman Yunani kuno pada abad ke 6 sampai
dengan pada abad ke 3 SM, bangsa Yunani pada saat itu menganut demokrasi langsung yaitu
dimana keputusan-keputusan-keputusan politik dibuat berdasarkan keputusan mayoritas dari
warga Yunani dan dijalankan langsung olem seluruh warga Negara. Pada masa itu demokrasi
yang diterapkan secara langsung biasa berjalan dengan baik hal itu karena wilayah dan jumlah
penduduknya masih terbilang kecil, hanya saja di Yunani demokrasi hanya berlaku untuk warga
Negara saja sedangkan untuk budak belian dan pedagang asing tidak.
a. Lahirnya Carta (Piagam Besar 1215)
Pada perkembangan demokrasi abad pertengahan telah menghasilkan magna carta, yang
merupakan semacam kontrak antara beberapa bangsawan dan raja Johan dari inggris dimana
untuk pertama kali seorang raja yang berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin
beberapa hak dan previlagees dari bawahannya swbagai imbalan untuk menyerahkan dana untuk
keperluan perang dan sebagainya. Biarpun piagam ini lahir dalam suasana yang feodal dan tidak
berlaku pada rakyat jelata namun dianggap sebagai tonggak perkembangan gagasan demokrasi.
Pada akrir abad ke 18 beberapa pemikiran dapat menghasilakn revolusi prancils dan amerika,
pemikiran tersebut antaralain bahwa manusia mempunyai hak politik yang tidak boleh
diselewengkan oleh raja dan menyebabkan dilontarkan kecaman terhadap raja, yang menurut pola
yang sudah lazim pada masa itu mempunyai kekuasaan tidak terbatas. Pendobrakan terhadap
kedudukan raja yang absolut didasarkan atas suatu teori rasionalistis yang dikenal dengan social
contract(kontrak sosial). Menurut Jhon Locke hak-hak politik mencangkup hak atas hidup, atau
kebebasan dan hak untuk milik, Montesqeu mencoba menyusun suatu system yang dapat
menjamin hak-hak politik, yang kemudian dikenal dengan trias politica.
C. Macam-Macam Demokrasi
a. Demokrasi langsung merupakan sistem demokrasi yang mengikutsertakan seluruh rakyat dalam
pengambilan keputusan negara.
3. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan sistem demokrasi yang dimana
rakyat memiliki perwakilan untuk menjabat diparlemen namun tetap di kontrol oleh referendum.
Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan merupakan sistem demokrasi dimana
kedudukan antara eksekutif dengan legislatif tepisah, sehingga keduanya tidak berkaitan secara langsung
seperti sistem parlemen.
a. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum dan inisiiatif rakyat merupakan sistem
demokrasi gabungan dari demokrasi perwakilan/tidak langsung dan demokrasi secara langsung
Berdasarkan prinsip ideologi
a. Demokrasi liberal berdasarkan atas hak individu suatu negara yang menekankan suatu
kebebsan setiap individu dan sering mengabaikan kepentingan umum.
b. Demokrasi rakyat berdasarkan atas hak pemerintah dalam suatu negara yang didasari dri paham
sosialisme dan komunisme yang mementingkan kepentingan negara dan kepentingan umum.
c. Demokrasi pancasila yang bersumber dari tata nilai sosial dan budaya bangsa indonesia dengan
berdasarkan musyawarah dan mufakatyang mengutamakan kepentingan umum.
Berbicara tentang Islam dan demokrasi adalah merupakan suatu permasalahan yang selalu
kontemporer, ia selalu aktual untuk diperbincangkan meskipun telah dibahas semenjak beberapa
abad yang lalu. Hingga sekarang belum ada kata sepakat mengenai relasi Islam dan demokrasi
dikalangan umat muslim. Kecenderungan yang terjadi justru menunjukkan bahwa masalah ini
semakin jauh dari selasai. Bila dilihat dari ranah sejarah, maka dapat diketahui bahwa Islam tidak
mengenal demokrasi (ala Barat), kecuali setelah adanya perbenturan kebudayaan antara Islam dan
Barat.
Berawal semenjak zaman kolonialisme dan imperialisme, lalu diikuti dengan kemajuan m
penjuru dunia dalam waktu yang relatif singkat. Banyak orang menuduh bahwa negara Islam
maupun realitas-realitas politik muslim menunjukkan bahwa Islam tidak sejalan dengan
demokrasi. Argumen seperti ini sering kita mendengarnya, bahkan tak jarang orang mengatakan
bahwa Islam bertentangan dengan demokrasi.
Menurut John L. Esposito, pandangan yang menyatakan Islam tidak sejalan dengan
demokrasi adalah karena mereka memandang dari sudut pengalaman negara-negara yang
mayoritas muslim adalah pengalaman tentang raja-raja, para penguasa militer, dan eksmiliter yang
memiliki legitimasi yang lemah dan ditopang oleh kekuatan-kekuatan militer dan
keamanan.Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Bahtiar Effendi oaktifis LIPPI dan pengamat
politik - yang menyatakan bahwa pada umumnya negara-negara Islam tersebut tidak mempunyai
pengalaman demokrasi yang memadai, dan kelihatannya tidak mempunyai prospek untuk
melakukan proses transisi hanya ke semi-demokrasi.Perbenturan antara Islam dan postulat-
postulat demokrasi tersebut disebabkan karena sifat umum Islam sebagai agama.Dalam
membicarakan relasi (hubungan) antara demokrasi dan Islam, maka ada tiga kelompok atau
pandangan yang berkembang di dunia muslim.
• Pandangan yang Menolak Demokrasi
Pandangan atau aliran ini menyatakan bahwa antara Islam dan demokrasi merupakan dua hal yang
sama sekali berbeda. Antara keduanya tidak dapat dipersatukan, bahkan saling bertolak belakang.
Demokrasi merupakan sesuatu yang mesti ditolak, karena merupakan sesuatu yang impossible,
dan bahkan merupakan ancaman yang perlu untuk dihindari.Tokoh atau ulama yang masuk dalam
kategori ini, seperti; Syaikh Fadhallah Nuri dan Muhammad Husain Thaba thaba dari Iran, Sayyid
Quthb (1906-1966) dan Al-Sya'awi dari Mesir, Ali Benhaj dan Abdelkader Moghni dari Aljazair,
Hasan Al-Thurabi dari Sudan, dan Adnan Aly Ridha Al- Nahwy, Abd Qadim ZulIum.Aliran ini
muncul pada tahun 1905-1911 di Iran selama berlangsungnya gerakan konstitusional.
Syah Fadlallah Nuri selama debat tentang formulasi konstitusi mengatakan, satu kunci gagasan
demokrasi, persamaan semua warga negara, adalah impossible dalam Islam. Tidak mungkin
semua warga negara mempunyai persamaan, pasti ada perbedaan. Misalnya, yang kaya dan
miskin, memimpin dan yang dipimpin, penguasa dan yang dikuasai, dan seterusnya. Bahkan ia
menolak legislasi oleh manusia. Islam, menurutnya tidak pernah membenarkan dan tidak
mengizinkan seseorang untuk mengatur hukum, karena hukum telah dibuat dan ditetapkan oleh
Allah melalaui wahyu di dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, manusia hanya diwajibkan untuk
melaksanakan hukum, bukan untuk membuat hukum.Pendapat serupa juga diungkapkan oleh
Sayyid Qutb - Pemikir dan tokoh Ikhwanul Muslimin c^ang menyatakan bahwa segala bentuk
gagasan tentang kedaulatan yang berada di tangan rakyat adalah tidak mungkin. Menurutnya, hal
semacam itu adalah merupakan pelanggaran terhadap kekuasaan Tuhan dan merupakan sesuatu
tirani sebagian orang kepada yang lainnya. Baginya ketika seseorang telah menentang kekuasaan
Tuhan di atas bumi, berarti hal ini merupakan suatu bentuk jahiliyah (kebodohan pra Islam).
Sayyid Qutb melihat bahwa di dalam sebuah Negara Islam haruslah berlandaskan pada
musyawarah, karena ia percaya bahwa Islam mencakup tentang sistem pemerintahan, seperti
syari'ah. la percaya syari'h sebagai sebuah sistem hukum dan sistem moral sudah sangat lengkap,
sehingga tidak ada legislasi lain yang mengatasinya.Sementara Syaikh Ali Benhadj - tokoh Front
Islamic du Salut (FIS) di Aljazair - menegaskan bahwa konsep demokrasi harus digantikan
dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang Islami, dan menolak sistem demokrasi yang
dianggapnya tak lebih dari alat Barat semata. Ali Benhadj juga mengatakan bahwa demokrasi
yang begitu dipuji dan dihormati Barat termasuk juga beberapa dunia muslim, justru mendapat
kritik dan hujatan oleh para ahli politik barat. Demokrasi dengan sistemnya yang diunggul
unggulkan di dunia, ternyata di negeri tanah asalnya yang mengaku sebagai pelopornya yaitu
Barat dan Amerika, masih mendapat kritikan dan bahkan hujatan. Ini menunjukkan bahwa
demokrasi bukan merupakan sebuah sistem pemerintahan yang sempurna, imbuhnya. la juga
mengungkapkan bahwa demokrasi tidak lebih dari alat barat semata. Demokrasi hanya baik jika
melahirkan pemerintahan pro.
BAB VIII
MASYARAKAT MADANI
Masyarakat madani berasal dari bahasa Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya
berasal dari bahasa Latin yaitu civitas dei yang artinya kota lllahi dan society yang berarti
masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti peradaban
(Gellner seperti yang dikutip Mahasin 1995). Oleh sebab itu, kata civil society dapat diartikan
sebagai komunitas masyarakat kota, yakni masyarakat yang telah berperadaban maju.
Konsepsi seperti ini, menurut Madjid: seperti yang dikutip Mahasin (1995), pada awalnya
lebih merujuk pada dunia Islam yang ditunjukkan oleh masyarakat kota Arab.
Gellner (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani akan terwujud keika terjadi tatanan
masyarakat yang harmonis, yang bebas dari eksploitasi dan penindasan pendek kata,
masyarakat madani ialah kondisi suatu komunitas yang jauh dari monopoli kebenaran dan
kekuasaan. Kebenaran dan kekuasaan adalah milik bersama. Setiap anggota masyarakat
madani tidak bisa ditekan, ditakut-takuti, diganggu kebebasannya, semakin dijauhkan dari
demokrasi, dan sejenisnya. Oleh karena itu, perjuangan menuju masyarakat madani pada
hakikatnya merupakan proses panjang dan produk sejarah yang abadi, dan perjuangan
melawan kezaliman dan dominasi para penguasa menjadi ciri utama masyarakat madani.
Istilah madani menurut Munawir (1997) sebenarnya berasal dari bahasa Arab, madaniy.
Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau
membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniyyang artinya beradab, orang kota,
orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata. Dengan demikian istilah madaniy dalam
bahasa Arab mempunyai banyak arti. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Hall (1998),
yang menyatakan bahwa masyarakat madani identik dengan civil society artinya suatu ide,
angan-angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang dapat terjewantahkan ke dalam
kehidupan social.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani pada prinsipnya
memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan
moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten,
memiliki perbandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui
emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominant adalah masyarakat yang demokratis.
6. Demokratis, yaitu institusi (lembaga) yang dibentuk, dikelola, serta dikendalikan dari, oleh,
dan untuk masyarakat sendiri.
Disiplin, yaitu bahwa institusi (lembaga) dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus taat dan
setia terhadap segenap peraturan perundangan yang berlaku.
C. Konsepsi Masyarakat Madani
Dalam perkembangan ilmu politik, wacana masyarakat madani mempunyai akar historis
cukup panjang. Sejak Aristoteles, konsep tersebut telah menjadi diskursus menarik di kalangan
ilmuwan politik. Namun, konsep itu tampaknya mempunyai nuansa yang tidak sama pada
tahap-tahap perkembangan sejarah tertentu. Sebelum abad ke 18, misalnya, masyarakat madani
umumnya diartikan dan dipahami sama dengan pengertian negara, sehingga antara term
masyarakat madani dengan negara (the state) sering dipakai secara bergantian untuk merujuk
pada makna yang sama. Baru setelah penggal terakhir abad 18, terminologi ini mengalami
pergeseran makna. Konsep masyarakat madani dipahami sebagai suatu entitas yang saling
berhadapan dengan negara. Negara dan masyarakat madani dipahami sebagai entitas yang
berbeda (Hikam, 1996:1 -3).
Pada perkembangan dewasa ini, konsep masyarakat madani digunakan untuk memahami
gerakan demokratisasi yang bersifat universal, sebagaimana yang belakangan ini mendominasi
wacana politik di berbagai negara. Pemahaman semacam itu terutama berkembang setelah
keberhasilan gerakan-gerakan civil society (dan kelompok-kelompok prodemokrasi) di beberapa
negara Eropa Timur dan Tengah, seperti di Polandia, Yugoslavia, Hungaria, Cekoslowakia, dan
sebagainya.
Konsep tersebut kemudian dipahami sebagai suatu wilayah masyarakat yang independen dan
relatif bebas dari intervensi kekuasaan negara. Jean L. Kahin dan Andrew Arato misalnya,
menkonsepkan masyarakat madani sebagai suatu kondisi kehidupan masyarakat yang tegak di
atas prinsip-prinsip egaliterisme dan inklusivisme universal. Sebagaimana yang ditulis Kohen
dan Arato (1992:19): Modern civil-society is based on egalitarian principles and universal
inclution, experience in articulating the political will and in collective decision making is
crucial to the reproduction of democracy.
Secara kongkrit, masyarakat madani bisa berujud dalam bentuk berbagai organisasi yang berada
di luar institusi-institusi pemerintah yang mempunyai cukup kekuatan untuk melakukan kounter
atau mengimbangi terhadap negara (Gellner, 1995:32).
Atau, berupa kelompok-kelompok yang melakukan gerakan sosial politik untuk menuntut adanya
transformasi demokrasi meski mungkin tidak terorganisir ketat seperti kelompok keluarga atau
RT, buruh, petani dan sebagainya. Lebih jauh, Eisenstadt (1995:240 -2) mengajukan empat
komponen masyarakat madani sebagai suatu prasarat tegaknya demokrasi modern dan sekaligus
membantu untuk melakukan transisi dari rejim otor itarian atau totalitarian menuju demokrasi:
- adanya otonomi dari negara terhadap individu dan kelompok;
- di satu sisi masyarakat dan organisasi atau lembaga-lembaga yang ada mempunyai akses ke
berbagai lembaga negara, namun di sisi lain mereka menerima suatu komitmen tertentu pada
kom unitas politik (political comunity) dan berbagai peraturan yang ada. Artinya, ada interaksi
timbal balik dan saling menguntungkan antara negara dan masyarakat;
- adanya ruang publik (public arenas) yang dapat dijadikan masyarakat untuk
mengaktualisasikan diri/kepentingan yang relatif bebas dari intervensi negara;
- masyarakat mempunyai akses ke ruang publik tersebut. Meski akar pemikiran masyarakat
madani pada dasarnya dapat dirunut ke belakang sejak jaman Aristoteles.
Konsep civil society lebih lanjut dikembangkan oleh kalangan pemikir berikutnya seperti
Rousseau, Hegel, Marx dan Tocqueville. Dari berbagai versi tentang konsep civil society
tersebut, Asrori S. Kami dalam Ahmad Baso (1999) menyimpulkan terdapat 5 (lima) teori civil
society, antara lain:
1. Teori Hobbes dan Locke, yang menempatkan civil society sebagai penyelesaian dan peredam
konflik dalam masyarakat.
2. Teori Adam Ferguson, yang melihat civil society sebagai gagasan alternatif untuk
memelihara tanggung jawab dan kohesi sosial serta menghindari ancaman negatif
individualisme, berupa benturan ambisi dan kepentingan pribadi. Civil society dipahami
sebagai entitas yang sarat dengan visi etis berupa rasa solider dan kasih sayang antar sesama.
Ketiga, teori Thomas Paine, yang menempatkan civil society sebagai antitesis negara. Negara
harus dibatasi sampai sekecil-kecilnya, karena keberadaannya hanyalah keniscayaan buruk belaka
(necessary evil)
1. Teori Hegel dan Marx, yang tidak menaruh harapan berarti terhadap entitas civil society.
Konseptualisasi mereka tentang civil society bukan untuk memberdayakannya atau
menobatkannya, tetapi lebih untuk mengabaikan dan bahkan melenyapkannya.
2. Teori Tocquiville, yang menempatkan civil society sebagai entitas untuk mengimbangi
(balancing force) kekuatan negara, menyerang hegemoni negara dan menahan intervensi
berlebihan negara.
Adapun Adam Seligman mengemukakan dua penggunaan istilah Civil Society dari sudut
konsep sosiologis.1 Yaitu, civil society dalam tatataran kelembagaan/organisasi sebagai tipe
sosiologi politik dan membuat civil society sebagai suatu fenomena dalam dunia nilai dan
kepercayaan (Azizy, 2000).
Ide civil society sebagaimana dikemukakan oleh Seligman (1992:15) muncul di Eropa
antara abad ke-17 dan abad ke-18, ide itu muncul dari kondisi krisis dalam social order dan
kebuntuan dalam paradigma tentang order itu sendiri. Secara umum krisis di Eropa abad ke-17
meliputi; komersialisasi tanah, tenaga kerja, dan modal; pertumbuhan ekonomi pasar; abad
penemuan/kebangkitan sains; hingga revolusi kontinental Inggris dan Amerika (Lajar dalam
Alex Seran, 1992:31).
Konsep civil society lahir dan tumbuh dari daratan Eropa sekitar abad ke-17 M dalam konteks
masyarakat yang mulai melepaskan diri dari dominasi agamawan dan para raja yang berkuasa
atas dasar legitimasi agama. Menurut Lajar dalam Seran (1992) Agama saat itu mulai
tersekularisasi2 dalam arti wewenang dan
1
Pertama, civil society dijadikan sebagai perwujudan suatu tipe keteraturan kelembagaan, civil
society dijadikan jargon untuk memperkuat ide demokrasi. Menurut Seligman dikembangkan
oleh T.H. Marshall. Civil society merupakan obyek kajian dalam dunia politik (sosiologi politik,
antropologi politik, dan social thoughts') . Kedua, civil society menjadi wilayah kajian filsafat
yang menekankan pada nilai dan kepercayaan. Dimana menurut Seligman, kajian civil society
sekarang ini mengarah pada kombinasi antara konsep durkheim tentang moral individualism
dan konsep Weber tentang rasionalitas, merupakan bentuk modern organisasi sosial, atau
sintesa Talcott Person tentang karisma Weber dan individualism Durkheim.
Istilah "Sekularisasi" dipakai mula-mula untuk menunjuk gerakan-gerakan politik tertentu
dalam "Perjanjian Westfalen" pada akhir "Perang Tiga Puluh Tahun" (1646). Dinilai sebagai
proses pendewasaan manusia untuk menjadi otonom dan tidak tergantung kepada kekuatan
diluar dirinya sendiri. Istilah sekularisasi semula memang digunakan untuk pengalihan
kepemilikan wilayah atau harta dari gereja kepada negara menjadi simbol pembebasan manusia
modern dari kendali legitimasi kekuasaan mulai dilepaskan dari tangan agamawan. Di Eropa itu
pula tumbuh ide demokrasi yang diawali dengan Revolusi Perancis (1789) dan tumbuh pula
sistem ekonomi kapitalisme yang liberalistik. Civil society sebagai gagasan merupakan buah
dari filsafat Pencerahan (Enlightenment) yang menelurkan sekularisme sebagai
Weltanschauung yang menggantikan agama (gereja), dan sistem politik demokrasi sebagai
pengganti sistem monarki. Dengan demikian, civil society aslinya adalah bersifat sekularistik3
atau mengesampingkan peran agama dari segala aspek kehidupan. Dan tentu saja civil society
tidak dapat dilepaskan dari kesatuan organiknya dengan konsep-konsep Barat lainnya, seperti
demokrasi, liberalisme, kapitalisme, rasionalisme, dan individualisme (Cox, 1967:17-20).
Dewasa ini, di Indonesia istilah masyarakat madani semakin banyak disuarakan, mula-mula
terbatas di kalangan intelektual, seperti Nurcholish Madjid, Emil Salim, dan Amien Rais.
Wacananya semakin berkembang dan semakin banyak disebut- sebut oleh tokoh-tokoh
pemerintahan dan politik, misalnya mantan Presiden B.J. habibie, Wiranto, Soesilo Bambang
Yudoyono dan masih banyak lagi.
Istilah masyarakat madani pun sebenarnya sangatlah baru, merupakan buah pemikiran Prof.
Naquib al-Attas seorang filosof kontemporer dari negeri jiran Malaysia dalam studinya baru-
baru ini. Kemudian mendapat legitimasi dari
keagamaan. Berbicara mengenai masyarakat dan institusi-institusi dalam sejarah Barat-Modern,
sekularisasi tampak di dalam pemindahan yang tidak hanya pada wilayah dan harta, melainkan
juga pengaruh atas pendidikan dan ilmu pengetahuan. Lebih lanjut, sekularisasi mempengaruhi
kebudayaan secara total hingga bagian seni, sastra, filsafat yang semakin sekular.
2
Sekularistik adalah ketika manusia mengalihkan perhatiannya dari dunia transenden-
supranatural, menuju dunia "kini" dan "disini". Dengan kata lain, sekularistik merupakan
pembebasan manusia dari kungkungan tradisi metafisis dan keagamaan. Istilah sekular berasal
dari bahasa latin saeculum yang dapat diartikan sebagai "masa kini" atau "dunia".
3
beberapa pakar di Indonesia, termasuk Nurcholish Madjid yang telah melakukan
rekonstruksi terhadap masyarakat madani dalam sejarah islam pada artikelnya "Menuju
Masyarakat Madani" (Sufyanto, 2001). Namun, istilah masyarakat madani memiliki akar istilah
bahasa Indonesia serapan dari bahasa Arab. Jadi, secara bahasa, latar belakang sosio-historis Islam
atas istilah "madani" sangatlah penting untuk memahami dinamika (kemungkinan perubahan
makna dari zaman ke zaman) serta penarikan simpul makna yang dikandungnya (relevan) saat ini.
4
Civil Society dengan Masyarakat Madani, Sama Atau Beda?
5
Mencari persamaan kata "masyarakat madani" dalam literatur bahasa Indonesia memang
agak sulit. Kesulitan ini tidak hanya disebabkan karena adanya hambatan psikologis untuk
menggunakan istilah-istilah tertentu yang bernuansa Arab-Islam tetapi juga karena tiadanya
pengalaman empiris yang diterapkannya nilai -nilai "masyarakat madaniyah" dalam tradisi
kehidupan sosial dan politik bangsa kita.
Banyak orang menyamakan istilah ini dengan civil society, societas civiiis (dalam bahasa 6
Romawi) atau koinonia politike (dalam bahasa Yunani). Padahal istilah "masyarakat madani" dan
.civil society berasal dari dua sistem budaya yang berbeda
Masyarakat madani merujuk pada tradisi Arab-Islam, sedangkan civil society tradisi Barat
non-lslam. Perbedaan ini bisa memberikan makna yang berbeda apabila dikaitkan dengan
konteks munculnya istilah tersebut (Jainuri dalam Sufyanto, 2001).
Dalam bahasa Arab, kata "madani" tentu saja berkaitan dengan kata "madinah" atau "kota",
sehingga masyarakat madani dapat diartikan sebagai masyarakat kota atau perkotaan. Meskipun
begitu, istilah kota disini, tidak merujuk semata-mata kepada letak geografis, tetapi justru kepada
karakter atau sifat-sifat tertentu yang cocok untuk penduduk sebuah kota. Dapat kita pahami,
bahwa masyarakat madani tidak dikarenakan semata-mata masyarakat yang berada di perkotaan,
tetapi lebih kepada sifat-sifat yang cocok dengan kehidupan kota/perkotaan, yakni berperadaban.
Dalam kamus bahasa Inggris diartikan sebagai kata "civilized”, yang artinya memiliki peradaban
(civilization), dan dalam kamus bahasa Arab dengan I 8
2002).
Penggunaan istilah masyarakat madani dan civil society di Indonesia sering disamakan atau
digunakan secara bergantian. Hal ini dimungkinkan karena makna diantara keduanya
banyak mempunyai persamaan prinsip, meskipun berasal dari latar belakang sistem
budaya negara yang berbeda. Masyarakat Madani merujuk kepada sebuah
masyarakat dalam sebuah negara diatur oleh hukum agama, sedangkan masyarakat
sipil merujuk kepada komponen di luar negara. Syed Farid Allatas seorang sosiolog
sepakat dengan Syed M. Al Naquib Al Attas, menyatakan bahwa faham masyarakat
Madani tidak sama dengan faham masyarakat Sipil. Istilah Madani, Madinah (kota)
dan ad-Din (diterjemahkan sebagai agama) semuanya didasarkan dari akar kata dyn.
Kenyataan bahwa nama kota Yathrib berubah menjadi Madinah bermakna di sanalah
ad-Din (Syari'ah Islam) berlaku dan ditegakkan untuk semua kelompok (kaum/suku) di
Madinah (Al Alttas, 2001:7). Menilik pengalaman sosio-historis Islam, masyarakat
madani merupakan representasi dari masyarakat Madinah yang diwariskan Nabi
Muhammad SAW, oleh Robert N. Bellah (sosiolog agama terkemuka) disebut sebagai
"masyarakat yang pada zaman dan tempatnya sangat modern, bahkan terlalu modern,
sehingga sewafatnya Rasulullah SAW, Timur tengah dan umat manusia saat itu belum
siap dengan prasarana sosial yang diperlukan untuk menopang suatu tatanan sosial yang
modern seperti yang pernah dirintis Rasulullah SAW" (Robert N, Bellah., 1976:150-151).
Akhirnya dapat kita simpulkan, secara historis antara konsep civil society dengan masyarakat
madani tidak memiliki hubungan sama sekali. Masyarakat Madani bermula dari perjuangan Nabi
Muhammad SAW menghadapi kondisi jahiliyyah masyarakat Arab Quraisy di Mekkah, la
memperjuangkan kedaulatan agar seluruh kelompok di kota Madinah terbebaskan (terjamin hak-
haknya), sertaummat muslim leluasa menjalankan syari'at agama di bawah perlindungan hukum
yang disepakati bersama, kemudian lahirlah piagam Madinah sebagai konsensus bersama
masyarakat Madinah (Konstitusi pertama masyarakat perkotaan).
Masyarakat madani secara ringkas dapat didefiisikan sebagai masyarakat yang beradab. Kata
madani terambil dari kata ad-Dien (dalam bahasa arab, berarti; undang-undang, peraturan,
hukum). Dari kata ad-Dien ini pula muncul kata madinah - madyan - tamaddun yang berarti
"kota", dalam bahasa yunani; polis yang memiliki arti "peradaban". Dari kata madinah muncul
kata dayyan (pemimpin, kepala kota). Singkatnya masyarakat madani dapat disebut sebagai
masyarakat yang berlandaskan etika, moral, hukum, keadilan dan semangat demokrasi
(bermusyawarah/syuro).
1
pemenuhan hak-hak asasi setiap warga negara yang intinya mengarahkan pada aspek
kemandirian dari setiap warga negara.
Dari zaman orde lama sampai era reformasi saat ini, permasalahan perwujudan masyarakat
madani di Indonesia selalu menunjukkan hal yang sama. Beberapa permasalahan yang bisa
menjadi hambatan sekaligus tantangan dalam
4. Sanksi tegas terhadap penyelewengan kekuasaan dan anggaran tanpa mengesampingkan asas
praduga tak bersalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menuju masyarakat madani
Indonesia tidak ditempuh melalui proses yang radikal dan cepat (revolusi), tetapi proses yang
sistematis dan berharap serta cenderung lambat (evolusi), yaitu melalui upaya pemberdayaan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.
Melalui era reformasi bangsa Indonesia memiliki tujuan untuk membina suatu
masyarakat Indonesia baru dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita Proklamasi tahun 1945
yaitu membangun masyarakat Indonesia yang demokratis. Masyarakat Indonesia yang
demokratis atau masyarakat madani ala Indonesia merupakan visi dari gerakan reformasi dan
juga visi dari reformasi sistem pendidikan nasional.
Gerakan untuk membentuk masyarakat madani berkaitan dengan proses demokratisasi yang
sedang melanda dunia dewasa ini. Sudah tentu perwujudan kehidupan yang demokratis untuk
setiap bangsa mempunyai ciri-ciri tertentu disamping ciri-ciri universal. Salah satu ciri dari
kehidupan bermasyarakat Indonesia ialah kebhinnekaan dari bangsa Indonesia. Pada masa
orde baru unsur kebhinnekaan itu cenderung dikesampingkan dan menekankan sifat kesatuan
bangsa. Padahal justru dalam kebhinnekaan itulah terletak kekuatan dari persatuan bangsa
Indonesia.5
Orde Baru telah menghilangkan kekuatan kebhinnekaan itu dan mencoba menyusun
suatu masyarakat yang uniform sehingga terciptalah suatu struktur kekuasaan yang sangat
sentralistik dan birokratik. Hal ini justru telah mengakibatkan disintegrasi bangsa kita karena
dalam usaha menekankan persatuan yang mengesampingkan perbedaan melalui cara-cara
represif, berakibat mematikan inisiatif dan
kebebasan berpikir serta bertindak robotik di dalam pembangunan bangsa. Cita- cita
reformasi yang diinginkan ialah mengakui adanya kebhinnekaan sebagai modal utama
bangsa Indonesia dalam rangka untuk mewujudkan suatu masyarakat madani yang
menghargai akan perbedaan sebagai kekuatan bangsa dan sebagai identitas bangsa Indonesia
yang secara kultural sangat kaya dan bervariasi.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa cita-cita membentuk masyarakat madani harus
menjadi cita-cita yang serius bagi bangsa Indonesia sejalan dengan berkembangnya kehidupan
berdemokrasi, bahkan ide masyarakat madani telah mulai dikembangkan sejak jaman Yunani
klasik seperti ahli pikir Cicero.
Setelah mencermati berbagai ciri masyarakat madani, maka tampak dengan jelas bahwa
masyarakat madani adalah suatu masyarakat demokratis dan menghargai human dignity atau
hak-hak dan tanggung jawab manusia. Melihat keadaan masyarakat dan bangsa Indonesia maka
ada beberapa prinsip khas yang perlu kita perhatikan dalam membangun masyarakat madani di
Indonesia, prinsip- prinsip tersebut ialah:
a. Kenyataan adanya keragaman budaya Indonesia yang merupakan dasar pengembangan
identitas bangsa Indonesia dan kebudayaan nasional.
b. Pentingnya adanya saling pengertian antara sesama anggota masyarakat. Seperti yang telah
dikemukakan oleh filosof Isaiah Berlin, yang diperlukan di dalam masyarakat bukan sekedar
mencari kesamaan dan kesepakatan yang tidak mudah untuk dicapai. Justru yang penting di
dalam masyarakat yang bhinneka ialah adanya saling pengertian. Konflik nilai-nilai justru
merupakan dinamika dari suatu kehidupan bersama di dalam masyarakat madani. Konflik
nilainilai tidak selalu berarti hancurnya suatu kehidupan bersama. Dalam masyarakat
demokratis, konflik nilai akan memperkaya horison pandangan dari setiap anggota.
c. Berkaitan dengan kedua ciri khas tadi ialah toleransi yang tinggi. Dengan
demikian masyarakat madani Indonesia bukanlah masyarakat yang terbentuk atau
dibentuk melalui proses indoktrinasi tetapi pengetahuan akankebhinnekaan dan
penghayatan terhadap adanya kebhinnekaan tersebut sebagai unsur penting dalam
pembangunan kebudayaan nasional.
d. Akhirnya untuk melaksanakan nilai-nilai yang khas tersebut diperlukan suatu wadah kehidupan
bersama yang diwarnai oleh adanya kepastian hukum. Tanpa kepastian hukum sifat-sifat
toleransi dan saling pengertian antara sesama anggota masyarakat pasti tidak dapat diwujudkan.
BAB X
WAWASAN NUSANTARA
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah air nya
sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Wawasan Nusantara adalah cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan.
Penerapan Wawasan Nusantara harus tercemin pada pola piker, pola sikap dan pola tindak
yang senantiasa mendahulukan kepentingan Negara.
c) Implementasi dalam kehidupan sosial budaya adalah menciptakan sikap batiniah dan
lahirniah yang mengakuai, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai
kenyataan yang hidup disekitarnya dan merupakan karunia sang pencipta.
Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan
partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh Negara-
negara maju dengan Buttom Up Planning,sedang untuk Negara berkembang dengan Top Down
Planning karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan
landasan operasinal berupa GBHN. Kondisi Nasional (Pembangunan) yang tidak merata
mengakibatkan keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi integritas.
a) Perkembangan IPTEK
Mempengaruhi pola , pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam aspek kehidupan.
b) Kenichi Omahe dalam buku Borderless Word dan The End of Nation State menyatakan:
dalam perkembangan masyarakat global,batas-batas wilayah Negara dalam arti geografi dan
politik relatif masih tetap.
Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia tanpa batas
dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara , mengingat perkembangan tersebut akan
dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam pola pikir , pola sikap dan pola tindak
didalam bermsyarakat , berbangasa dan bernegara.
4) KesadaranWarga Negara
1.Faktor Wilayah
Wawasan Nusantara dipengaruhi oleh faktor wilayah yaitu asas kepulauan (Archipelogic
principle) yang berasal dari bahasa Italia “Archipelagos” yang berarti lautan terpenting.Istilah
Archipelago berarti wilayah lautan dengan pulau-pulau didalamnya.lahirnya asas Archipelago
mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam satu kesatuan yang utuh
,sementara unsur lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai unsur penghubung,bukan sebagai
unsur pemisah.
Asas dan wawasan kepulauan tersebut ditemukan ditemukan dalam pengertian The Indian
Archipelago.kata tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda Indische Archipel. Bagian
wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan Nederlandsch Oost Indische
Archipelago.itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi wilayah Negara Republik
Indonesia.
Nusantara berarti Kepulauan Indonesia yang terletak antara benua asia dan benua australia dan
di antara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia yang terdiri dari 17.508 Pulau.Kepulauan
Indonesia berada pada batas-batas astronomi :
Utara : 6º 08‘ LU
Jarak dari Utara ke selatan sekira 188 Km, sedangkan jarak dari barat ke Timur sekira 5.110
Km. Luas wilayah Indonesia adalah 5.193.250 KM², yang terdiri dari luas daratan 2.027.087
Km² dan luas Perairan 3.166.163 Km².
Bangsa Indonesia juga menolak paham rasialisme karena semua manusia mempunyai ,martabat
yang sama dan memiliki hak dan kewajiban yang sama berdasarkan nilai ketuhanan dan
kemanusiaan yang Universal.
Dalam hubungan Internasional bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaan dan selalu
terbuka untuk ,menjalin kerjasama antar bangsa untuk saling menolong dan saling
menguntungkan dalam rangka mewujudkan perdamaian abadi dan ketertiban dunia.
Geostrategi yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai
dengan keinginan politik.dalam melaksanakan geostrategi bangsa Indonesia adalah kenyataan
posisi silang Indonesia dari berbagai yaitu :
1. Geoografi : Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua yaitu benua asia dan benua
australia, dan di antara dua samudra yaitu Samudra Indonesia dan samudra pasifik.
2. Demografi :Penduduk Indonesia terletak diantara penduduk jarang di Selatan (Australia)
dan Penduduk padat (negara RRC)
3. Ideologi : Ideologi indonesia yaitu Pancasila terletak di antara liberalisme di selatan
(Australia dan selandia baru) dan Komunisme di Utara (RRC,vietnam dan Korea utara).
4. Politik : Demokrasi pancasila terletak diantara demokrasi liberal di Selatan dan demokrasi
rakyat di utara
5. Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak di antara Ekonomi kapitalis di selatan dan ekonomi
sosialis di utara.
6. Sosial :Masyarakat Indonesia terletak di antara masyarakat Individualisme di selatan dan
masyarakat sosialisme di Utara.
7. Budaya : Bangsa Indonesia terletak di antara budaya barat di Selatan dan budaya timur di
utara.
Pertahanan dan keamanan: Indonesia terletak di antara kawasan kekuatan maritim di selatan
dan kekuatan kontinental di utara.
Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi juanda yang dinyatakan sebagai
pengganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan yaitu :
1. Perwujudan bentuk wilayah negara kesatuan republik Indonesia yang utuh dan bulat.
2. Penentuan batas-batas wilayah negara Indonesia disesuaikan dengan asas negara
kepulauan (Archipelagic state principles).
3. Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan
negara kesatuan republik Indonesia.
4. Dengan berdasarkan asas kepulauan maka wilayah Indonesia adalah satu kesatuan
kepulauan nusantara termasuk perairannya yang utuh dan bulat.
Sejak 17 Februari 1969 dilakukan Deklarasi landas kontinen Negara Republik Indonesia yang
merupakan konsep politik yang berdasarkan konsep wilayah.deklarasi tersebut dipandang
sebagai upaya mengesahkan wawasan nusantara,dan juga untuk mewujudkan pasal 33 ayat (3)
UUD 1945.Asas-asas pokok yang termuat dalam Deklarasi landas kontinen yaitu :
1. Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam Landas kontinen Indonesia adalah
milik Eklusif negara Republik Indonesia.
2. Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landas kontinen dengan
negara-negara tetangga melalui perundingan.
3. Jika tidak ada garis batas ,maka landas kontinen adalah suatu garis yang ditarik ditengah-
tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar negara tetangga.
4. Klaim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan di atas landas kontinen
Indonesia maupun udara di atasnya.
Pada 21 Maret 1980 Pemerintah mengumumkan Zona ekonomi eksklusif (ZEE).adapun alasan-
alasan yang mendorong pemerintah mengumumkan Zona ekonomi eksklusif (ZEE) tersebut
adalah :
Pada 30 April 1982 dilaksanakan konferensi PBB tentang hukum laut II di new York yang
menerima “The United Nation Convention on the law of the sea” (UNCLOS), yang kemudian
di tandatangani pada 10 Desember 1982 di Montego Bay,Jamaica oleh 117 Negara dan
termasuk Indonesia.
BAB XI
KETAHANAN NASIONAL
BAB XII
INTEGRASI DI INDONESIA
A. STRATEGI INTEGRASI NASIONAL DI INDONESIA MELALUI SEMBOYAN
BHINEKA TUNGGAL IKA
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragam. Keberagaman masyarakat Indonesia
ditandai oleh adanya keberagaman budaya. Misalnya perbedaan suku bangsa menyebabkan adat-
istiadat, bentuk rumah, pakaian serta kesenian yang memiliki ciri khas yang berbeda. Bangsa
Bangsa Indonesia sejak dahulu telah dipersatukan dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu Negara
sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Integrasi nasional berasal dari
dua kata, yaitu “integrasi” dan “nasional”. Integrasi berasal dari bahasa Inggris, integrate, artinya
integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan
antropologis. Integrasi nasional secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan
sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan
masyarakat. Integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi Negara untuk
membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu
Negara senantiasa diwarnai pertentangan atau konflik, maka akan banyak kerugian yang diderita
baik kerugian berupa fisik materi, seperti kerusakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat maupun kerugian mental spiritual. Seperti perasaan kekhawatiran, cemas dan
Adapun syarat keberhasilan suatu integrasi di suatu negara adalah sebagai berikut :
Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Jangan sampai menyalahgunakan hak karena banyak sekali orang yang bisa seenaknya melakukan
sesuatu hal yang bisa merugikan orang lain. Begitu pula dengan orang yang selalu berusaha
menghindar dari kewajibannya sebagai warga negara. Perilaku ini bisa dijadikan salah satu contoh
perilaku yang bisa merugikan masyarakat lain, khususnya bagi pemerintah. Pelanggaran akan hak
orang akan menyebabkan terjadinya disintegrasi sehingga orang tersebut tidak menjalankan
kewajibannya.
Rakyat Indonesia harus memiliki sikap untuk mempersiapkan diri jika terdapat Ancaman,
Tantangan, Hambatan, dan Gangguan yang dapat mengganggu integrasi nasional.
Ancaman bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari dalam negeri Indonesia
sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan. Ancaman tersebut biasanya berupa ancaman militer
dan non-militer. Berikut ini diuaraikan secara singkat ancaman yang dihadapi Bangsa Indonesia
baik yang berupa ancaman militer maupun non-milter.
a. Ancaman Militer
Ancaman militer adalah ancarnan yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi
yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berbentuk agresi, pelanggaran
wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan, dan perang saudara. Ancaman
militer ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Ancaman Militer Dalam Negeri
• Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis beradasarkan sebuah
sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidak puasan daerah terhadap
kebijakan pemerintahan pusat.
• Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran hak asasi manusia
yang pada gilirannya dapat mengakibatkan suatu kerusuhan masai.
• Upaya penggantian ideologi pancasila dengan ideologi yang lain ekstrem atau tidak
PENUTUP
,warga negara yang kreatif, warga negara yang bertanggung jawab, warga negara yang cerdas
warga negara yang kritis, dan warga negara yang partisipatif.Warga negara yang bertanggung
jawab (civics responsibilities) mengandung arti, bertanggung jawab terhadap dirinya, terhadap
Tuhannya, terhadap manusia lain terhadap lingkungan alam, serta terhadap masyarakat dan
dan bangsa serta negaranya.Warga negara yang cerdas (civics intellegence) dalam arti cerdas
Dengan demikian, apabila fokus kajian diarahkan pada bidang telaahnya, maka
,sebenarnya ontologi PKn yang esensial adalah prilaku warga negara.Meskipun demikian
perlu disadari bahwa prilaku warga negara itu sangat kontekstual sehingga
.bidang kajian ini merupakan konteks dimana warga negara itu hidup dan berada
.
DAFTAR PUSTAKA
informatika.2(2)2-3
Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 40-41.
Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Prof. Dr. Hamid Darmadi, M.Pd. 2014. Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
Drs. H. Wirman Burhan, M.PKN. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila dan UUD
1945, Jakarta: PT. RajaGrafindo.
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/pengertian-integrasi-nasional-9670/
http://repository.lppm.unila.ac.id/24796/1/penulisan%20buku%20ajar%20candra.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/73897666bed07ff50b5b2bf1ed73e60a.pd
f
Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia
dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCEUIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2003.
Harifin A. Tumpa, Peluang dan Tantangan Eksistensi Pengadilan H AM Di Indonesia,
Kencana, Jakarta, 2010
Muhammad ashri, Hak asasi manusia, (cet. 1; Makasar:penerbitsign,2018)
Syekh shaukat hussain, Hak asasi manusia dalam Islam, diterjemahkan oleh Abdul Rohim
H,(cet. 1; Jakarta gema insani pers 1996)
Dede Rosyada, 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Lubis Maulana arafat, pembelajara PPKn di SD/MI, Medan: Akasha Sakti, 2018.
Balai Pustaka, 2012 Revitch, Diane dan Abigail Thernstrom (eds.), Demokrasi: Klasik dan
Modern.
Jakarta: Yayasan Obor, 1997 Romli, Membongkar Otoritarianisme Hukum Islam: Memamahami
Progresif, Humanis, Kritis, Transformatif, Praksis, Edisi Perdana, Juli Agustus, 2005
B. F. Pasaribu, Rowland " Masyarakat Madani", dalam jurnal kewarganegaraan, 2010 Rasyid,
dalam Jurnal Ilmu Politik, No. 17,1997. Schmitter, Philippe C., "Democratization, Wave of",
Al-Attas, Syed. M. Naquib. 2001. Risalah Untuk Kaum Muslimin. Kuala Lumpur: ISTAC.
Cox, Harvey. 1967. The Secular City: Secularization and Urbanization in Theological
Perspective. New York: The Macmillan Company.
Abdillah Azizy, A. Qodri. 2000. Masyarakat Madani Antara Cita dan Fakta (Kajian Historis-
Normatif), dalam Ismail dan Mukti. Jogjakarta, Pustaka Pelajar.
Lajar, Leo Laba. 1992. Sekularisasi dan Sekularisme: Otonomi Terhadap Allah, dalam Alex
Seran, Iman dan ILmu: Refleksi Iman atas Masalah-Masalah Aktual, Yogyakarta : Kanisius.
Kertanegara, Mulyadhi. Masyarakat Madani dalam Perspektif Budaya Islam. Media Inovasi
Jurnal Ilmu dan Kemanusiaan edisi 1 TH-xii/2002.
Seligman, Adam B. 1992. The Idea of Civil Society, New Jersedy, Princeton University Press.
Armawi, Armaidy 2020. Nasionalisme Dalam Dinamika Ketahanan Nasional. UGM PRESS.
Yogyakarta
Endang Z. Sukaya, dkk. 2000, Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit Paradigma Yogyakarta.
Kemendikbud. 2012. Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan. Jakarta
Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Al-Hakim, S. 2002. Pendidikan Kewarganegaeraan untuk Perguruan Tinggi. Malang : UM Press.
Budiarjo, Miriam.2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Satriya, Bambang. 2009. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
Nirmana Jakarta: Media
Subagyo dkk, 2009, Pendidikan Kewarganegaraan, Semarang: UPT UNNES PRESS.
Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina,
Jakarta : Gramedia
Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Jakarta :
Bumi aksara.
Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat: Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina,
gramedia, Jakarta.
Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Bumi
aksara, jakarta.
Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian.
Bohlan, (2005). Integrasi nasional, (http://www.basic-integrasi-nasional.org)
Diakses pada tanggal 21 November 2017.
Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia. (http://www.education-penteingnya-
integrasi-nasional.org/wiki)