Disusun Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
2021
2.1. Definisi Perdarahan Uterus Abnormal
Pendarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan saat ini untuk
atau frekuensi perdarahan yang terjadi pada wanita yang sedang tidak hamil. Istilah
seperti perdarahan uterus disfungsional atau menorrhagia sudah tidak dipakai lagi
sekarang. Pendarahan uterus yang abnormal memiliki efek negatif pada aspek fisik,
emosional dan seksual dari kehidupan perempuan, serta dapat memperburuk kualitas
frekuensi 24 – 38 hari, regularitas atau keteraturan siklus menstruasi dari siklus ke siklus
yaitu 2 – 20 hari, durasi 4-8 hari, dan volume ≤ 80 mL. Siklus anovulatori bisa sangat
kandungan adalah karena PUA dan lebih dari 70% dari semua konsultasi ke bagian
ginekologi yaitu pada saat perimenopause dan pascamenopause. Evaluasi pasien secara
Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahan haid yang masif
dimana diperlukan penanganan segera untuk mencegah kehilangan banyak darah. PUA
akut dapat terjadi secara spontan ataupun pada PUA kronis (pendarahan uterus abnormal
yang terjadi dalam kurun waktu 6 bulan terakhir). Proses umum untuk mengevaluasi
pasien yang datang dengan PUA akut dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu 1) menilai
dengan cepat gambaran klinis yang muncul, 2) menentukan kemungkinan etiologi dari
dan mengacu pada kehilangan darah menstruasi lebih tinggi dari 80 ml/siklus.
2.2. Faktor Risiko
Evaluasi lebih lanjut dari perdarahan uterus yang abnormal tergantung pada usia pasien
dan adanya faktor risiko untuk perdarahan uterus abnormal yang meliputi usia, siklus
anovulasi, obesitas, nulliparitas. Periode klimakterium menjadi salah satu faktor resiko
menstruasi menjadi memendek, dan sering terjadi anovulasi secara intermiten, karena
adanya penurunan jumlah folikel ovarium dan peningkatan resistensi terhadap stimulasi
menstruasi berhenti total dan menopause dimulai, seorang wanita melewati periode
berubah dan ovulasi menjadi tidak konsisten. Sementara sekresi estrogen terus
Perdarahan uterus abnormal juga dikaitkan dengan parietas wanita. Dikatakan bahwa
multipara dapat mengurangi resiko PUA. Fase folikular pada wanita multipara satu hari
lebih lama daripada wanita nullipara dan kondisi dimana tidak adanya ovulasi selama
menurun, maka tidak terjadi proliferasi endometrium secara berlebihan yang dapat
waktu kelahiran terakhir. Sehingga suatu keadaan multipara dapat menurunkan resiko
insidensi PUA.38
Risiko terkena kanker endometrium juga meningkat seiring bertambahnya usia. Insiden
kanker ini secara keseluruhan adalah 10,2 kasus per 100.000 pada wanita berusia 19
hingga 39 tahun. Insiden lebih dari dua kali lipat dari 2,8 kasus per 100.000 pada
100.000 pada mereka yang berusia 35 hingga 39 tahun. Pada wanita berusia 40 hingga
49 tahun, kejadian karsinoma endometrium adalah 36,5 kasus per 100.000. Dengan
evaluasi endometrium pada wanita berusia 35 tahun ke atas yang mengalami perdarahan
uterus abnormal.18
2.3. Klasifikasi
Secara umum, komponen dari kelompok PALM adalah kelainan struktural yang dapat
diukur secara visual dengan teknik pencitraan dan / atau histopatologi, sedangkan
kelompok COEIN terkait dengan kelainan non struktural atau yang tidak didefinisikan
diagnosis ketika tidak ada penyebab struktural sistemik atau lokal untuk PUA, tidak
Polip merupakan suatu proliferasi epitelial yang terdiri dari komponen vaskular,
kelenjar, dan fibromuskular dan jaringan konektif yang bervariasi dari endometrium
atau endocerviks yang dilapisi sel sel epitel. Terdapat pembuluh darah berdinding tebal
perdarahan. Polip masih kontroversi dalam hal kategori sebagai penyebab PUA, karena
umumnya bersifat asimtomatik. Tetapi pada beberapa kasus, polip berkontribusi dalam
menyebabkan PUA. Klasfikasi polip dikategorikan sebagai ada atau tidak ada, yang
Hubungan adenomiosis menyebabkan PUA masih belum jelas. Pemeriksaan baku emas
adenomiosis sangat bervariasi, mulai dari 5% hingga 70%. Kriteria ini didasarkan pada
histerektomi. 24
Terbatasnya fasilitas MRI membuat pencitraan USG cukup dalam hal mendiagnosis.
Leiomyoma merupakan tumor jinak pada otot polos atau tumor fibromuskular jinak dari
myometrium. Tumor ini dikenal dengan beberapa nama, seperti mioma, dan fibroid.
Prevalensinya 70% pada ras Kaukasia hingga 80% pada wanita keturunan Afrika.
Seperti halnya polip dan adenomiosis, banyak juga leiomioma tidak bergejala.24
Beberapa hal diperhatian dalam sistem klasifikasi leiomyoma, antara lain hubungan
bawah; serviks, anterior, posterior, lateral), ukuran, jumlahnya. Klasifikasi teridiri dari
tanpa melihat lokasi dan ukuran. Dasar pemeriksaan yaitu ultrasonografi. Klasifikasi
sekunder yaitu klinisi membedakan lokasi leimomyoma antara submukosa atau lokasi
lain (other). Leimyoma pada submukosa didapatkan paling banyak menyebabkan PUA.
endometrium dan atau serosa. Kategori lain yaitu lesi parasitik yaitu tampak lepas
Sistem klasifikasi tersier pada mulanya diajukan oleh Wamsteker dkk, kemudian
diadopsi oleh Masyarakat Eropa untuk Reproduksi dan Embriologi Manusia (ESHRE).
Klasifikasi tersier ini akan berguna untuk klinisi yang melakukan miomektomi
resektoskopi.24
Hiperplasia dan keganasan atipikal merupakan penyebab penting dari PUA dan harus
Histolpatologi yang dapat ditemukan berupa gambaran sel atipik, atau endometrial
sebagai PUA-M, lalu ditambahkan klasifikasi kanker yang sesuai dengan sistem World
anovulasi. Jika ovulasi tidak terjadi, progesteron tidak produksi, dan lapisan
merupakan akibat sekunder dari kadar estrogen yang berlebihan yang menyebabkan
pertumbuhan berlebih yang tidak hanya mempengaruhi kelenjar dan stroma, tetapi juga
dan menstabilkan endometrium. Jika tidak terjadi ovulasi, estrogen akan melanjutkan
Endometrium menjadi tidak stabil, tidak berdiferensiasi, dan luruh secara tidak terduga.
Pembuluh darah menjadi lebih besar, lebih berliku-liku, dan lebih mudah rapuh. Hal
berisiko kurang dari 1%, hiperplasia endometrium simpel atipik berisiko 8%, hiperplasia
berisiko 20-25%.13
Istilah "koagulopati" dalam hal ini merupakan gangguan hemostasis sistemik yang
terkait dengan PUA. Sekitar 13 % wanita dengan perdarahan mestruasi yang banyak
efek yang tidak diinginkan yaitu PUA, paling sering Hypermenstrual Bleeding (HMB).
Meskipun PUA tersebut dianggap iatrogenik, tetapi diputuskan bahwa akan lebih tepat
amenore, sampai pendarahan yang sangat ringan dan jarang, hingga episode HMB yang
tidak dapat diprediksi dan ekstrem. Beberapa manifestasi ini berhubungan dengan tidak
adanya produksi progesteron siklik yang dapat diprediksi dari korpus luteum setiap 22-
35 hari, keadaan luteal-out-of-phase yaitu recruitment folikel yang matang terlalu dini,
pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar progesteron rendah, sehingga
Sebagian besar gangguan ovulasi tidak memiliki etiologi yang jelas, banyak yang
penurunan berat badan, atau olahraga ekstrem seperti pelatihan atletik elit). Dalam
beberapa kasus dapat disebabkan oleh steroid gonad atau obat-obatan yang berdampak
ovulasi yang tidak dapat dijelaskan sering terjadi pada usia reproduksi ekstrim, yaitu
Perdarahan menstruasi yang terjadi dapat diprediksi karena siklus haid pasien teratur,
dan ketika tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi. Jika gejalanya adalah
HMB, mungkin ada gangguan utama mekanisme yang mengatur "hemostasis" pada
dalam produksi lokal vasokonstriktor seperti endotelin- 1 dan prostaglandin F2α, dan /
prostaglandin E2 dan prostasiklin (I2), namun tes yang mengukur kelainan tersebut saat
medicated atau insert intrauterine sistem dan agen farmakologis yang secara langsung
Pemberian tunggal atau kombinasi steroid gonad secara sistemik seperti estrogen,
pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium itu sendiri, dan juga memberi efek langsung
pendarahan uterus umumnya terjadi bersamaan dengan penarikan periodik dari preparat
steroid. Namun, ketika perdarahan tak terjadwal terjadi, wanita tersebut dapat dianggap
Sangat mungkin bahwa banyak episode perdarahan tak terjadwal / BTB terkait dengan
berkurangnya tingkat steroid gonad yang bersirkulasi akibat masalah kepatuhan seperti
penggunaan yang salah, tertunda, atau penggunaan tidak teratur. Dengan berkurangnya
supresi produksi FSH dan perkembangan folikel yang menghasilkan estradiol endogen,
stimulasi tambahan dan tidak teratur dari endometrium dapat menyebabkan BTB. Dalam
penelitian yang dikumpulkan dari 7 percobaan, 35% wanita dengan folikel besar
memiliki BTB. Penyebab potensial lain dari penurunan kadar estrogen yang bersirkulasi
Banyak wanita mengalami pendarahan vagina yang tidak terjadwal pada penggunaan 3-
penelitian di Inggris, 10% pengguna baru LNG-IUS berhenti digunakan pada akhir
penggunaan LNG-IUS.24,25,26
PUA sekunder akibat gangguan ovulasi. Antidepresan trisiklik (mis. Amitriptyline dan
ovarium dan gangguan ovulasi, termasuk anovulasi. Akibatnya, setiap preparat yang
dan mengakibatkan
tertentu. Namun, ini belum dibuktikan secara pasti. Kelainan seperti endometritis kronis,
gangguan lain, belum teridentifikasi. Secara kolektif, kelainan ini telah ditempatkan
2.4. Diagnosis
2.4.1. Anamnesis
Pendekatan klinis pada penegakan diagnosis PUA penting dilakukan secara cermat
untuk dapat menetukan jenis PUA berdasarkan PALM-COEIN. Tiga pertanyaan awal
PUA. Perlu diingat bahwa PUA adalah perdarahan yang berasal dari uterus. Anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang terarah dapat menyingkirkan penyebab perdarahan yang
Evaluasi lebih lanjut pada perempuan tidak hamil dalam usia reproduktif dapat
Pola perdarahan ditanyakan dengan menanyakan hari pertama haid terakhir dan haid-
haid sebelumnya, durasi perdarahan, perdarahan antara menstruasi, dan berapa volume
darah yang keluar. Beberapa pola perdarahan yang tipikal pada PUA seperti
kronis), defek bekas sectio cesarea, dan penyakit koagulasi. Etiologi lainnya
endometritis.
mencakup: lokasi perdarahan (vulva, vagina, serviks, uretra, anus, atau perineum), luka
pada traktus genitalia atau duh, ukuran dan kontur uterus , perdarahan uterus saat ini,
massa adnexa atau nyeri parametrium. Pemeriksaan umum yaitu : demam, ekimosis,
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu tes kehamilan dan darah perifer lengkap.
fungsi tiroid, kadar prolaktin, kadar androgen, kadar FSH atau LH, kadar esterogen, tes
koagulasi, IVA atau papsmear, gram staining duh vagina, dan pemeriksaan swab
endometrium. Pencitraan dilakukan sesuai dengan klinis pasien untuk menilai massa
dan untuk mengevaluasi pengaruh hormonal endometrium. Spencer dkk., meninjau 142
berusia di atas 40 tahun dengan pendarahan abnormal atau pada wanita yang berisiko
perdarahan berat yang tidak teratur, badan gemuk, ovarium polikistik, riwayat keluarga
kanker endometrium dan kolon, dan terapi tamoxifen.27 Pengambilan sampel yang
diarahkan secara histeroskopi mendeteksi persentase abnormalitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan dilatasi dan kuretase sebagai prosedur diagnostik. Bahkan jika
rongga uterus tampak normal pada histeroskopi, endometrium harus diambil sampelnya
karena histeroskopi saja tidak cukup untuk menyingkirkan neoplasia endometrium dan
karsinoma.27
Sonografi transvaginal (TVS) menilai ketebalan endometrium dan mendeteksi polip dan
mioma dengan sensitivitas 80 persen dan spesifisitas 69 persen. Meskipun ada bukti
pascamenopause, bukti seperti itu kurang bagi wanita dalam masa reproduksinya. Meta
kanker.27
2.4.3.2 Histeroskopi
Histeroskopi sekarang ini mempunyai nilai lebih dalam penanganan perdarahan uterus
korelasi yang akurat dengan hasil histopatologi kelainan yang diperoleh. Pada penelitian
menunjukkan bahwa keduanya memiliki sensitivitas yang sama yaitu 100%, namun
Tes kehamilan
Fibrinogen
Faktor VIII
dengan jenis PUA. Etiologi primer seperti kelainan anatomi dapat ditanganin dengan
operasi. PUA yang dicurigai akibat infeksi dapat ditangani dengan antibiotik. PUA
tatalaksana awal. HMB dapat ditangani dengan pemberian kontrasepsi oral kombinasi
atau AKDR levonogestrel, pemilihan didasarkan dengan keinginan pasien dan jika tanpa
kontraindikasi.28 Obat lain seperti asam tranexamat dapat diberikan pada pasien dengan
(OAINS) juga ditemukan bermanfaat dalam mengurangi perdarahan pada HMB. AKDR
69%, asam tranexamat 26-54%, dan OAINS 10-52%. PUA-O dapat ditangani dengan
Levonogestrel
Ibuprofen 1x 600mg
Tatalaksana bedah dapat dipikirkan pada pasien yang tidak efektif dengan
Pemilihan tatalaksana dari PUA harus selalu disesuaikan dengan kondisi pasien. Tidak
ada baku emas dalam penatalaksanaan PUA, jumlah anak, usia reproduksi, penyakit
sistemik lain dapat menjadi bahan pertimbangan dari pilihan modalitas tatalaksana yang
penatalaksanaan PUA, dimana tatalaksana digolongkan sesuai etiologi yang ada, yaitu:
33
1. Polip (PUA-P)
dilatasi dan kuretase, kuret hisap. Hasil dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi.
2. Adenomiosis (PUA-A)
kehamilan. Bila ya, dapat diberikan terapi analog GnRH dengan add-back therapy atau
alternatif pada pasien yang ingin hamil (terutama pada adenomiosis > 6 cm). Bila pasien
tidak ingin hamil, reseksi atau ablasi endometrium dapat dilakukan. Histerektomi
untuk hamil tetap ditanyakan pada pasien dengan mioma uteri. Histeroskopi reseksi
yang menjadi pilihan pertama untuk mioma uteri submukosum berukuran < 4 cm;
mioma uteri submukosum derajat 0 atau mioma uteri submukosum derajat 2. Bila
mengurangi perdarahan dan memperbaiki anemia, bila respon pengobatan tidak adekuat
pembedahan.
merupakan pilihan. Tetapi jika pasien menginginkan kehamilan dapat dilakukan dilatasi
dan kuretase (D & K) dilanjutkan pemberian progestin, analog GnRH atau LNG-IUS
selama 6 bulan. Biopsi endometrium diperlukan untuk pemeriksaan histologi pada akhir
5. Coagulopathy (PUA-C)
Pengobatan dengan asam traneksamat, progestin, kombinasi pil estrogen- progestin dan
LNG-IUS pada kasus ini memberikan hasil yang sama bila dibandingkan dengan
bergantung pada umur pasien. Terapi spesifik seperti desmopressin dapat digunakan
Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab PUA dengan manifestasi klinik
perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang bervariasi. Pemeriksaan
hormon tiroid dan prolaktin perlu dilakukan terutama pada keadaan oligomenorea.
Bila dijumpai hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh hipotiroid maka kondisi ini
harus diterapi. Pada perempuan umur > 45 tahun atau dengan risiko tinggi keganasan
endometrium. Bila tidak dijumpai faktor risiko untuk keganasan endometrium lakukan
kehamilan dapat langsung mengikuti prosedur tata laksana infertilitas. Bila pasien tidak
menginginkan kehamilan dapat diberikan terapi hormonal dengan menilai ada atau
Bila tidak dijumpai kontra indikasi, dapat diberikan PKK selama 3 bulan. Bila dijumpai
kemudian stop 14 hari. Hal ini diulang sampai 3 bulan siklus. Setelah 3 bulan dilakukan
evaluasi untuk menilai hasil pengobatan. Bila keluhan berkurang pengobatan hormonal
dapat dilanjutkan atau dihentikan sesuai keinginan pasien. Bila keluhan tidak berkurang,
lakukan pemberian PKK atau progestin dosis tinggi (naikkan dosis setiap 2 hari sampai
< 10 minggu tindakan ablasi endometrium merupakan pilihan yang lebih baik
dibandingkan histerektomi.
7. Endometrial (PUA-E)
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid yang
teratur. Pemeriksaan fungsi tiroid dilakukan bila didapatkan gejala dan tanda hipotiroid
atau hipertiroid pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan USG transvaginal
atau SIS terutama dapat dilakukan untuk menilai kavum uteri. Jika pasien memerlukan
kontrasepsi, nilai apakah terdapat kontra indikasi pemberian PKK. PKK mampu
dimulai pada hari apa saja, selanjutnya pada hari pertama siklus menstruasi. Jika pasien
3 x 500 mg merupakan pilihan lini pertama dalam tata laksana menoragia. Lakukan
Jika pasien memiliki kontra indikasi terhadap PKK maka dapat diberikan preparat
progestin siklik selama 14 hari diikuti dengan 14 hari tanpa obat. Kemudian diulang
Jika setelah 3 bulan, respons pengobatan tidak adekuat dapat dilakukan penilaian USG
transvaginal atau SIS untuk menilai kavum uteri. Jika dengan USG TV atau SIS
reseksi dengan histeroskopi. Jika hasil USG TV atau SIS didapatkan ketebalan
menyingkirkan hiperplasia.
Jika terdapat adenomiosis dapat dilakukan pemeriksaan MRI, terapi dengan progestin,
LNG IUS, GnRHa atau histerektomi. Jika hasil pemeriksaan USG TV dan SIS
menunjukkan hasil normal atau terdapat kelainan tetapi tidak dapat dilakukan terapi
konservatif maka dilakukan evaluasi terhadap fungsi reproduksinya. Jika pasien sudah
pasien untuk mencatat siklus haidnya dengan baik dan memantau kadar Hb.
8. Iatrogenik (PUA-I)
Perdarahan sela (breakthrough bleeding) dapat terjadi dalam 3 bulan pertama atau
setelah 3 bulan penggunaan PKK. Jika perdarahan sela terjadi dalam 3 bulan pertama
maka penggunaan PKK dilanjutkan dengan mencatat siklus haid. Jika pasien tidak ingin
melanjutkan PKK atau perdarahan menetap > 3 bulan lanjutkan lakukan pemeriksaan
selama 10 hari. Yakinkan pasien minum PKK secara teratur. Pertimbangkan untuk
menaikkan dosis estrogen. Jika usia pasien lebih dari 35 tahun dilakukan biopsi
endometrium. Jika perdarahan abnormal menetap lakukan TVS, SIS atau histeroskopi
untuk menyingkirkan kelainan saluran reproduksi. Jika efek samping berupa amenorea,
singkirkan kehamilan. Jika tidak hamil, naikkan dosis estrogen atau lanjutkan pil yang
sama.
Jika terdapat amenorea atau perdarahan bercak lakukan konseling bahwa kelainan ini
merupakan hal biasa. Jika efek samping berupa PUA-O dan jika usia pasien
diatas 35 tahun dan memiliki risiko tinggi keganasan endometrium, dilakukan biopsi
endometrium. Jika usia pasien < 35 tahun dan perdarahan yang terjadi dalam 4-6 bulan
Jika usia pasien < 35 tahun dan perdarahan yang terjadi tidak dalam 4-6 bulan pertama
pemakaian kontrasepsi, berikan estrogen jangka pendek (Estrogen Ekuin Konjugasi atau
EEK 4x1.25 mg / hari selama 7 hari) yang dapat diulang jika perdarahan abnormal
Jika pada pemeriksaan pelvik dijumpai rasa nyeri, diberikan doksisiklin 2x100 mg
sehari selama 10 hari karena perdarahan pada pengguna AKDR dapat disebabkan oleh
endometritis. Jika tidak ada perbaikan, pertimbangkan untuk mengangkat AKDR. Jika
tidak dijumpai rasa nyeri dan AKDR digunakan dalam 4-6 bulan pertama, lanjutkan
penggunaan AKDR, jika perlu dapat ditambahkan AINS. Jika setelah 6 bulan
perdarahan tetap terjadi dan pasien ingin diobati, berikan PKK untuk 1 siklus.
Jika tidak dijumpai rasa nyeri dan AKDR digunakan tidak dalam 4-6 bulan pertama
pengangkatan AKDR. Bila usia pasien > 35 tahun lakukan biopsi endometrium.
Penanganan perdarahan uterus abnormal akut
apakah perdarahan yang terjadi mengganggu hemodinamik pasien. Jika perdarahan aktif
dan banyak disertai dengan gangguan hemodinamik dan atau Hb < 10 g / dl perlu
dilakukan rawat inap. Tetapi jika hemodinamik stabil, cukup rawat jalan.
Pasien dengan hemodinamik tidak stabil diberikan infus cairan kristaloid, oksigen 2 liter
/ menit dan transfusi darah jika Hb < 7,5 g / dl, untuk perbaikan hemodinamik. Hentikan
perdarahan dengan EEK 2.5 mg per oral setiap 4-6 jam, ditambah prometasin 25 mg
peroral atau injeksi IM setiap 4-6 jam untuk mengatasi mual. Asam traneksamat 3 x 1
Jika perdarahan tidak berhenti dalam 12-24 jam, lakukan dilatasi dan kuretase (D&K).
Tetapi jika perdarahan berhenti dalam 24 jam, lanjutkan dengan PKK 4 kali 1 tablet
perhari (2 hari) dan 1 kali 1 tablet sehari (3 minggu), kemudian stop 1 minggu,
dilanjutkan PKK siklik sebanyak 3 siklus. Jika terdapat kontraindikasi PKK, berikan
progestin selama 14 hari kemudian stop 14 hari. Ulangi selama 3 bulan. Untuk riwayat
agonis dapat diberikan bersamaan dengan pemberian PKK untuk stop perdarahan.
Ketika hemodinamik pasien stabil, perlu upaya diagnostik untuk mencari penyebab
dan TSH). Tindakan SIS dapat dilakukan pada keadaan endometrium yang tebal, untuk
melihat adanya polip endometrium atau mioma submukosum. Jika perlu dapat dilakukan
Dapat diberikan suplemen hematinik 1 x 1 tablet dan anti oksidan. Jika terapi
medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, maka dapat dilakukan terapi
penatalataksanaan PUA sesuai dengan etiologi yang ada yang mana dibuat
berdasarkan bukti-bukti klinis yang ada, dapat dilihat pada tabel berikut:
Etiologi Tatalaksana
Polip Operasi pengangkatan per Histeroskopik
Polip multipel atau endometrium polipoidal dan fertilitas tidak diinginkan- LNG IUS dapat
dikombinasi dengan operasi
Adenomiosis LNG-IUS, jika LNG IUS tidak dapat diterima Pil KB, NSAID,
progesteron atau agonis GnRH dengan terapi add-back jika yang lainnya gagal
Leiomioma Myoma intramural atau subserosa (grade 2-6) Asam traneksamat atau Pil
KK atau NSAID, LNG IUS, jika gagal miomektomi tergantung lokasi mioma Pada wanita > 40 tahun,
fertilitas tidak diinginkan, untuk mioma dengan ukuran kecil < 4 -5 cm pengobatan medis kemudian
histerektomi Pengobatan jangka pendek (sampai 6 bulan)-agonis GnRH dengan terapi
add-back kemudian miomektomi Pengobatan jangka panjang-
LNG IUS
Pilihan pengobatan terbaru : asetat ulipristal atau dosis rendah mifepristone Mioma submukosum (grade
0-1) histeroskopik (massa < 4 cm) atau abdomen (open atau laparoskopik untuk massa > 4 cm)
Malignancy Hiperplasia endometrium atipikal – operasi. Jika fertilitas tidak diinginkan-
histerektomi
Hiperplasia tanoa atipia – LNG-IUS diikuti dengan progestin oral atau Progesterone Receptor
Modulator
COEIN LNG IUS atau asam traneksamat , NSAID diikuti dengan Pil KK
atau progestin oral siklik
Pengobatan medis atau operasi yang gagal atau kontraindikasi: agonis GnRH dengan terapi add-back
Ketika semua pilihan dan steroid tidak membantu: Centchroman
2.6. Kerangka Teori
Stimulasi estrogen /
Unopposed Estrogen
Anti Koagulan,
VonWillebrand
Endometrium lepas tetapi tidak
bersamaan dan tikdak ada kolaps
Gangguan hemostasis jaringan
Sistemik
PUA
2.7. Kerangka Konsep
Usia
Paritas
Pekerjaan
Hasil
Histopatologi
DAFTAR PUSTAKA
2016; 4: 2–5.
Bleeding with High Body Mass Index and Obesity as a main predisposing
(2014) 1-2
11. Wise MR, Gill P, Lensen S, Thompson JM, Farquhar CM. Body Mass
p76-81
https://eprints.uns.ac.id/34587/
15. ACOG. Management of Acute Abnormal Uterine Bleeding in Nonpregnant
16. Sweet MG, Schmidt-Dalton TA, Weiss PM, dkk. Evaluation and
19. Bacon JL. Abnormal Uterine Bleeding: Current Classification and Clinical
21. Mohan S, Page LM, Higham JM. Diagnosis of abnormal uterine bleeding.
22. Ely JW, Kennedy CM, Clark EC, dkk. Abnormal Uterine Bleeding: A
23. Broder MS, Gambone JC. Abnormal Uterine Bleeding During the
27. Vilos GA. Guidelines for the Management of Abnormal uterine bleeding.
UpToDate Inc; 2018. [updated 2017 Nov 17; cited 2018 Oct 29]. Available
from https://www.uptodate.com/contents/approach-to-abnormal-uterine-
bleeding-in-nonpregnant-reproductive-age-women
30. Wantania JJE. Perdarahan uterus abnormal - menoragia pada masa remaja.
Falk SJ, editors. UpToDate Inc; 2018. [updated 2017 Jun 7; cited 2018 Oct
abnormal-uterine-bleeding
43(2016) 415-430
40. Yu Sun, MSca, Yuzhu Wang, MScb, Lele Mao, PhDc, Jiaying Wen, MScd,
sectional study.
2014 Sep;3(3):656-661.
DOI: 10.5455/2320-1770.ijrcog20140954