Anda di halaman 1dari 124

MODUL PRAKTIKUM

KEPERAWATAN ANAK II
SEMESTER V REGULER PRODI S1 KEPERAWATAN

Ns. Neneng Aria Nengsih, S.Kep., M.Kep


Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


TAHUN AKADEMIK 2018 – 2019
MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN ANAK II
SEMESTER V REGULER PRODI S1 KEPERAWATAN

Kurikulum ini Ditetapkan Berdasarkan SK Ketua

Nomor : SK.56a/K-AK/STIKKU/VIII/2017

Tanggal : 4 September 2017

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2019
MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN ANAK II
TAHUN 2019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

Modul Praktikum ini Disusun Berdasarkan Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia

Masa Berlaku s.d Tahun


2020

Tim Penyusun :

Ns. Neneng Aria Nengsih, S.Kep., M.Kep


Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep

Kuningan, September 2019


Mengetahui

Ketua STIKKU Ketua Program Studi S1 Keperawatan

H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep


KATA
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunianya kami bisa
menyelesaikan modul praktikum Keperawatan Anak II ini dengan baik dan tepat waktu. Sebelumnya,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikandukungannya dalam
pembuatan panduan ini terutamanya untuk Ketua STIKKU dan Ketua Prodi S1 Keperawatan.
Panduan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam menunjang proses pembelajaran
khususnya pengalaman klinik dilapangan. Panduan ini berisikan pedoman praktikum yang merupakan
capaian pembelajaran psikomotor mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran. Sebagai
sambutan terakhir, penulis mengharapkan semoga panduan ini bermanfaat guna meningkatkan proses
pembelajaran. Penulis juga meminta saran dan kritik yang membangun guna perbaikan kualitas panduan
praktik lapangan berikutnya. Atas segala perhatiannya, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Kuningan, 7 Oktober 2019

Penulis

Ns. Neneng Aria Nengsih, S.Kep., M.Kep.


Tim Dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Semester IV
Visi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
‘’ Menjadi Institusi Kesehatan yang Inovatif dan Bermutu pada Tingkat Nasional Berdaya Saing
Global Tahun 2035’’

Misi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan


1) Menyelenggarakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara berkualitas, inovatif,
berkelanjutan, dan berorientasi global;

2) Meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia mahasiswa, dosen beserta tenaga
kependidikan secara bertahap dan berkelanjutan;

3) Melaksanakan tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance), inovatif,
mandiri, dan mengedepankan pelayanan prima;

4) Mengembangkan kerjasama institusional dalam dan luar negeri dalam upaya optimalisasi kegiatan
Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pemberdayaan lulusan;

5) Meningkatkan kesejahteraan sivitas akademika yang berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan
profesionalitas

Tujuan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan


1) Menjadi perguruan tinggi yang mampu menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara
berkualitas, inovatif, berkelanjutan, dan berorientasi global;

2) Menjadi perguruan tinggi yang mampu menghasilkan lulusan dan menyediakan dosen dan tenaga
kependidikan yang kompeten, profesional serta berioreintasi global;

3) Menjadi Perguruan Tinggi yang mampu menerapkan tata kelola perguruan tinggi yang baik (good
university governance), inovatif, mandiri, dan mengedepankan pelayanan prima;

4) Menjadi Perguruan Tinggi yang mampu mengembangkan kerjasama institusional baik dalam
maupun luar negeri sebagai upaya optimalisasi kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan
pemberdayaan lulusan;

5) Menjadi Perguruan Tinggi yang mampu meningkatan kesejahteraan sivitas akademika yang
berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan profesionalitas.

Sasaran Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan


1) Terwujudnya Perguruan Tinggi yang bermutu, berinovasi, dan berorientasi global sesuai dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2) Terwujudnya dan dihasilkannya lulusan yang mempunyai kemampuan akademik dan


keterampilan di bidang kesehatan, baik aspek teoritik maupun praktik.
3) Terwujudnya Perguruan Tinggi yang dapat melaksanakan tata kelola perguruan tinggi yang baik,
inovatif, mandiri, dan mengedepankan pelayanan prima

4) Berkembangnya Perguruan Tinggi dalam hal kerjasama institusional dalam dan luar negeri sebagai
upaya mengoptimalisasi kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pemberdayaan lulusan.

5) Tercapainya Perguruan Tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan sivitas akademika yang


berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan profesionalistik

Visi Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
‘’ Menjadi Penyelenggara Pendidikan Ners yang Inovatif dan Bermutu Dalam Penanggulangan
Masalah Kesehatan Fisik dan Mental Berbasis Masyarakat Pada Tingkat Nasional Berdaya Saing
Global Tahun 2035’’

Misi Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
1) Menyelenggarakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara berkualitas, inovatif,
berkelanjutan, dan berorientasi global;

2) Meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia, mahasiswa, dosen beserta tenaga
kependidikan secara bertahap dan berkelanjutan;

3) Melaksanakan tata kelola Program Studi yang baik, inovatif, mandiri, dan mengedepankan
pelayanan prima;

4) Mengembangkan kerjasama institusional dalam dan luar negeri dalam upaya optimalisasi kegiatan
Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pemberdayaan lulusan;

5) Meningkatkan kesejahteraan sivitas akademika yang berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan
profesionalitas.

Tujuan Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
1) Terselenggaranya kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara berkualitas, inovatif,
berkelanjutan, dan berorientasi global;

2) Meningkatnya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia mahasiswa, dosen beserta tenaga
kependidikan secara bertahap dan berkelanjutan;

3) Terlaksananya tata kelola Program Studi yang baik, inovatif, mandiri, dan mengedepankan
pelayanan prima;

4) Terlaksananya kerjasama institusional dalam dan luar negeri dalam upaya optimalisasi kegiatan
Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pemberdayaan lulusan;

5) Meningkatnya kesejahteraan sivitas akademika yang berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan
profesionalitas
Sasaran Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
1) Terwujudnya Program Studi S1 Keperawatan - Profesi Ners yang bermutu, berinovasi, dan
berorientasi global sesuai dengan Tridarma Perguruan Tinggi.

2) Terwujudnya dan dihasilkannnya lulusan Profesi Ners yang mempunyai kemampuan akademik
dan keterampilan di bidang kesehatan, baik aspek teoritik maupun praktik.

3) Terwujudnya Program Studi S1 Keperawatan - Profesi Ners yang dapat melaksanakan tata kelola
perguruan tinggi yang baik, inovatif, mandiri, dan mengedepankan pelayanan prima

4) Berkembangnya Program Studi S1 Keperawatan - Profesi Ners dalam hal kerjasama institusional
dalam dan luar negeri sebagai upaya mengoptimalisasi kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi dan
pemberdayaan lulusan.

Tercapainya Program Studi S1 Keperawatan - Profesi Ners dalam meningkatkan kesejahteraan sivitas
akademika yang berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan profesionalistik
DAFTAR ISI

Pemeriksaan Fisik Jantung Pada Anak ………….………………………………………………………………………….10

Perawatan Kolostomi……………………………………………………………………………………..………………………. 22

Penilaian Derajat Edema………………………………………………………………………………….……………….………32

Pemberian Desferal……………………………………………………………………………………….…………………………33

Pemberian Kemoterapi……………………………………………………………………..………….……………………...….43

Pemeriksaan Gula Darah……………………………………………………………………………….…………………….……54

Mengenali Hasil Pemeriksaan Lab Pada Anak Dengan AIDs……………………….…………………………..…56

Pengkajian Penyakit SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)……………………………..……………………….…..60

Pemeriksaan tumbuh kembang anak dengan DDST…………………………….…………………………….…….96

KPSP………………………………………………………………………………………….………………………………..…………..98

Cheklist Deteksi Dini Autis (CHAT)………………………………………………………………………………..………..114

Pemeriksaan masalah mental emosional……………………………………………………………..…………………116

Pemeriksaan dini GPPH……………..………………………………………………..……………………………………..…..116


PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG PADA ANAK

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada tubuh untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi)
dan mendengarkan (auskultasi). Pada umumnya, pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi). Khusus untuk pemeriksaan abdomen, sebaiknya auskultasi dilakukan sebelum palpasi.
Sebelum kita melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus melakukan komunikasi dengan
pasien. Secara khusus pemeriksaan fisik kardiovaskuler dalam pelaksanaannya tidak beda jauh dengan sistim
lain yaitu secara berurutan dilakukan pemeriksaan melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi). Pemeriksaan fisik kardiovaskuler biasanya dimulai dengan pemeriksaan tekanan
darah dan denyut nadi. Kemudian diperiksa tekanan vena jugularis, dan akhirnya baru pemeriksaan jantung.
Dalam pemeriksaan selanjutnya pada jantung disamping ditemukan adanya hasil pemeriksaan normal, juga bisa
kita dapati kelainan-kelainan hasil pemeriksaan fisik yang meliputi antara lain: batas jantung yang melebar,
adanya berbagai variasi abnormal bunyi jantung dan bunyi tambahan berupa bising (murmur). Selain anamnesis
dan pemeriksaan fisik, maka pemeriksaan penunjang cukup membantu pemeriksa dalam menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan fisis jantung meliputi : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi

Inspeksi

Voussure Cardiaque

Merupakan penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium, di antara sternum dan apeks codis.
Kadang-kadang memperlihatkan pulsasi jantung . Adanya voussure Cardiaque, menunjukkan adanya : kelainan
jantung organis, kelainan jantung yang berlangsung sudah lama/terjadi sebelum penulangan
sempurna, hipertrofi atau dilatasi ventrikel.

Ictus

Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan mudah pulsasi yang disebut ictus
cordis pada sela iga V, linea medioclavicularis kiri. Pulsasi ini letaknya sesuai dengan apeks jantung. Diameter
pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum maksimum di tengah-tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu
sistolis ventrikel. Bila ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan adanya pembesaran ventrikel kiri.
Pada pericarditis adhesive, ictus keluar terjadi pada waktu diastolis, dan pada waktu sistolis terjadi retraksi ke
dalam. Keadaan ini disebut ictus kordis negatif. Pulpasi yang kuat pada sela iga III kiri disebabkan oleh dilatasi
arteri pulmonalis. Pulsasi pada supra sternal mungkin akibat kuatnya denyutan aorta. Pada hipertrofi ventrikel
kanan, pulsasi tampak pada sela iga IV di linea sternalis atau daerah epigastrium. Perhatikan apakah ada pulsasi
arteri intercostalis yang dapat dilihat pada punggung. Keadaan ini didapatkan pada stenosis mitralis. Pulsasi pada
leher bagian bawah dekat scapula ditemukan pada coarctatio aorta.
Palpasi

Hal-hal yang ditemukan pada inspeksi harus dipalpasi untuk lebih memperjelas mengenai lokalisasi
punctum maksimum, apakah kuat angkat, frekuensi, kualitas dari pulsasi yang teraba. Pada mitral insufisiensi
teraba pulsasi bersifat menggelombang disebut ”vantricular heaving”. Sedang pada stenosis mitralis terdapat
pulsasi yang bersifat pukulan- pukulan serentak diseubt ”ventricular lift”. Disamping adanya pulsasi perhatikan
adanya getaran ”thrill” yang terasa pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung. Getaran ini sesuai
dengan bising jantung yang kuat pada waktu auskultasi. Tentukan pada fase apa getaran itu terasa, demikian
pula lokasinya.

Perkusi

Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada penderita emfisema paru terdapat kesukaran
perkusi batas-batas jantung. Selain perkusi batas-batas jantung, juga harus diperkusi pembuluh darah besar di
bagian basal jantung. Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada daerah manubrium sterni
terdapat pekak yang merupakan daerah aorta. Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat aneurisma aorta.

Auskultasi Jantung

Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan :

- bunyi jantung

- bising jantung

- gesekan pericard

Bunyi Jantung

Untuk mendengar bunyi jantung yang harus diperhatikan adalah :

1. lokalisasi dan asal bunyi jantung

2. menentukan bunyi jantung I dan II

3. intensitas bunyi dan kualitasnya

4. ada tidaknya unyi jantung III dan bunyi jantung IV

5. irama dan frekuensi bunyi jantung

6. bunyi jantung lain yang menyertai bunyi jantung.


1. Lokalisasi dan asal bunyi jantung

Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sebagai berikut :

- ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral

- sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal.

- Sela iga III kanan untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari aorta

- Sela iga IV dan V di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk mendengar bunyi jantung
yang berasal dari katup trikuspidal.

Tempat-tempat auskultasi di atas adalah tidak sesuai dengan tempat dan letak anatomis dari katup-katup
yang bersangkutan. Hal ini akibat penghantaran bunyi jantung ke dinding dada.

2.Menentukan bunyi jantung I dan II

Pada orang sehat dapat didengar 2 macam bunyi jantung :

- bunyi jantung I, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup mitral


dan trikuspidal. Bunyi ini adalah tanda mulainya fase sistole ventrikel.

- Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan pulmonal dan tanda
dimulainya fase diastole ventrikel.

Bunyi jantung I di dengar bertepatan dengan terabanya pulsasi nadi pada arteri carotis.
Intesitas dan Kualitas Bunyi

Intensitas bunyi jantung sangat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan sebagai berikut :


- tebalnya dinding dada
- adanya cairan dalam rongga pericard
Intensitas dari bunyi jantung harus ditentukan menurut pelannya atau kerasnya bunyi yang terdengar. Bunyi
jantung I pada umumnya lebih keras dari bunyi jantung II di daerah apeks jantung, sedangkan di bagian basal
bunyi jantung II lebih besar daripada bunyi jantung I. Jadi bunyi jantung I di ictus (M I) lebih keras dari M 2, sedang
didaerah basal P 2 lebih besar dari P 1, A 2 lebih besar dari A 1.

Hal ini karena :

M1 : adalah merupakan bunyi jantung akibat penutupan mitral secara langsung.

M2 : adalah penutupan katup aorta dan pulmonal yang dirambatkan.

P1 : adalah bunyi M 1 yang dirambatkan

P2 : adalah bunyi jantung akibat penutupan katup pulmonal secara langsung

A1 : adalah penutupan mitral yang dirambatkan

A2 : adalah penutupan katub aorta secara langsung A 2 lebih besar dari A 1.

Kesimpulan : pada ictus cordis terdengar bunyi jantung I secara langsung sedang bunyi jantung II hanya
dirambatkan (tidak langsung). Sebaliknya pada daerah basis jantung bunyi jantung ke 2 merupakan bunyi jantung
langsung sedang bunyi I hanya dirambatkan. Beberapa gangguan intensitas bunyi jantung.

1. Intensitas bunyi jantung melemah pada :


- orang gemuk
- emfisema paru
- efusi perikard
- payah jantung akibat infark myocarditis
2. Intensitas bunyi jantung I mengeras pada:
- demam
- morbus basedow (grave’s disease)
- orang kurus (dada tipis)
3. Intensitas bunyi jantung A 2 meningkat pada :
- hipertensi sistemik
- insufisiensi aorta
4. Intensitas bunyi jantung A 2 melemah pada :
- stenose aorta
- emfisema paru
- orang gemuk
5. Intensitas P 2 mengeras pada :
- Atrial Septal Defect (ASD)
- Ventricular Septal Defect (VSD)
- Patent Ductus Arteriosus (PDA)
- Hipertensi Pulmonal
6. Intensitas P 2 menurun pada :
- Stenose pulmonal
- Tetralogy Fallot, biasanya P 2 menghilang
Intensitas bunyi jantung satu dengan yang lainnya (yang berikutnya) harus dibandingkan. Bila intensitas bunyi
jantung tidak sama dan berubah ubah pada siklus-siklus berikutnya, hal ini merupakan keadaan myocard yang
memburuk.

Kualitas bunyi jantung


Pada keadaan splitting (bunyi jantung yang pecah), yaitu bunyi jantung I pecah akibat penutupan katup mitral
dan trikuspid tidak bersamaan. Hal ini mungkin ditemukan pada keadaan normal.
Bunyi jantung ke 2 yang pecah, dalam keadaan normal ditemukan pada waktu inspitasi di mana P 2 lebih lambat
dari A 2. Pada keadaan dimana splitting bunyi jantung tidak menghilang pada respirasi (fixed splitting), maka
keadaan ini biasanya patologis dan ditemukan pada ASD dan Right Bundle branch Block (RBBB).
Bunyi jantung III dan bunyi jantung IV

Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar pada akhir pengisian cepat ventrikel,
bernada rendah, paling jelas pada daerah apeks jantung.

Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Dalam keadaan patologis ditemukan pada
kelainan jantung yang berat misalnya payah jantung dan myocarditis. Bunyi jantung 1, 2 dan 3 memberi bunyi
seperti derap kuda, disebut sebagai protodiastolik gallop. Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang
dipaksakan akibat kontraksi atrium, paling jelas terdengar di apeks cordis, normal pada anak-anak dan pada
orang dewasa didapatkan dalam keadaan patologis yaitu pada A – V block dan hipertensi sistemik. Irama yang
terjadi oleh jantung ke 4 disebut presistolik gallop

Irama dan frekuensi bunyi jantung

Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan frekuensi nadi. Normal irama jantung
adalah teratur dan bila tidak teratur disebut arrhytmia cordis. Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam
semenit, kemudian dibandingkan dengan frekuensi nadi. Bila frekuensi nadi dan bunyi jantung masing-masing
lebih dari 100 kali per menit disebut tachycardi dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut
bradycardia. Kadang-kadang irama jantung berubah menurut respirasi. Pada waktu ekspirasi lebih lambat,
keadaan ini disebut sinus arrhytmia. Hal ini disebabkan perubahan rangsang susunan saraf otonom pada S – A
node sebagai pacu jantung. Jika irama jantung sama sekali tidak teratur disebut fibrilasi. Adakalanya irama
jantung normal sekali-kali diselingi oleh suatu denyut jantung yang timbul lebih cepat disebut extrasystole, yang
disusul oleh fase diastole yang lebih panjang (compensatoir pause). Opening snap, disebabkan oleh pembukaan
katup mitral pada stenosa aorta, atau stenosa pulmonal kadang-kadang didapatkan sistolik dalam fase sistole
segera setelah bunyi jantung I dan lebih jelas pada hypertensi sistemik.

Bunyi jantung lain yang menyertai bunyi jantung.

Bising Jantung (cardiac murmur)

Disebabkan :
- aliran darah bertambah cepat
- penyempitan di daerah katup atau pembuluh darah
- getaran dalam aliran darah oleh pembuluh yang tidak rata
- aliran darah dari ruangan yang sempit ke ruangan yang besar
- aliran darah dari ruangan yang besar ke ruangan yang sempit.
Hal-hal yang harus diperhatikan bila terdengar bising ;
1. Lokalisasi Bising
Tiap-tiap bising mempunyai lokalisasi tertentu, dimana bising itu terdengar paling keras (punctum
maximum). Dengan menetukan punctum maximum dan penyebaran bising, maka dapat diduga asal bising itu :
- punctum maximum di apeks cordis, berasal dari katup mitral
- punctum maximum di sela iga 2 kiri, berasal dari katup pulmonal
- punctum maximum di sela iga 2 kanan, berasal dari katup aorta
- punctum maximum pada batas sternum kiri, berasal dari ASD atau VSD.
2. Penjalaran Bising
Bising jantung masih terdengar di daerah yang berdekatan dengan lokasi dimana bising itu terdengar
maksimal, ke suatu arah tertentu, misalnya :
- Bising dari stenosa aorta menjalar ke daerah carotis
- Bising insufiensi aorta menjalar ke daerah batas sternum kiri.
- Bising dari insufisiensi mitral menjalar ke aksilia, punggung dan ke seluruh precordium.
- Bising dari stenosis mitral tidak menjalar atau hanya terbatas kesekitarnya.
3. Intensitas Bising
Levine membagi intensitas bising jantung dalam 6 tingkatan :

Tingkat I : bising yang sangat lemah, hanya terdengar dengan konsentrasi.

Tingkat II : bising lemah, namun dapat terdengar segera waktu auskultasi.

Tingkat III : sedang, intensitasnya antara tingkat II dan tingkat IV.

Tingkat IV : bising sangat keras, sehingga terdengar meskipun stetoskp belum menempel di dinding dada.
4. Jenis dari Bising
Jenis bising tergantung pada dase bising timbul :

Bising Sistole, terdengar dalam fase sistole (antara bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2)

Dikenal 2 macam bising sistole :


- Bising sistole tipe ejection, timbul akibat aliran darah yang dipompakan melalui bagian yang menyempit dan
mengisi sebagian fase sistole. Didapatkanpada stenosis aorta, punctum maximum di daerah aorta.
- Bising sistole tipe pansistole, timbul sebagai akibat aliran balik yang melalui bagian jantung yang masih
terbuka dan mengisi seluruh fase systole. Misalnya pada insufisiensi mitral.

Bising Diastole, terdengar dalam fase diastole (antara bunyi jantung 2 dan bunyi jantung 1), dikenal
antara lain :
- Mid-diastole, terdengar pada pertengahan fase diastole misalnya pada stenosis mitral.
- Early diastole, terdengar segara setelah bunyi jantung ke 2. misalnya pada insufisiensi sorta.
- Pre-sistole, yang terdengar pada akhir fase diastole, tepat sebelum bunyi jantung 1, misalnya pada stenosis
mitral. Bising sistole dan diastole, terdengar secara kontinyu baik waktu sistole maupun diastole. Misalnya
pda PDA
5. Bising Fisiologis atau Patologis
Bising fisiologis (fungsionil), perlu dibedakan dengan bising patalogis. Beberapa sifat bising fungsionil :
- Jenis bising selalu sistole
- Intensitas bising lemah, tingkat I-II dan pendek,
- Pada umumnya terdengar paling keras pada daerah pulmonal, terutama pada psisi telungkup dan ekspirasi
penuh.
- Dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Dengan demikian bising diastole, selalu merupakan bising patalogis, sedang bising sistole, dapat
merupakan merupakan bising patalogis atau hanya fungsionil. Bising fungsionil dijumpai pada beberapa
keadaan: demam, anemia, kecemasan, hipertiroid, beri-beri, atherosclerosis.
6. Kualitas dari Bising
Apakah bising yang terdengar itu bertambahkeras (crescendo) atau bertambah lemah (descrescendo).
Apakah bersifat meniup (blowing) atau menggenderang (rumbling).
7. Gerakan Pericard
Gesekan pericard merupakan gesekan yang timbul akibat gesekan antara pericard visceral dan parietal
yang keduanya menebal atau permukaannya kasar akibat proses peradangan (pericarditis fibrinosa). Gesekan
ini terdengar pada waktu sistole dan diastole dari jantung, namun kadang-kadang hanya terdengar waktu sistole
saja. Gesekan pericard kadang-kadang hanya terdengar pada satu saat saja (beberapa jam) dan kemudian
menghllang. Gesekan pericard sering terdengar pada sela iga 4-5 kiri, di tepi daerah sternum. Sering dikacaukan
dengan bising jantung.

SOP PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER


Nama Mahasiwa :
NIM :
SKALA PENILAIAN
Perlu Cukup Baik
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAn Latihan
Lagi
1 2 3
ALAT & BAHAN :
1. Alat Daftar panduan belajar untuk pemeriksaan fisik kardiovaskuler
2. Stetoskop, lap, wastafel (air mengalir),probandus/manekin/Auscultation
trainer dan Smartscope/Amplifier speaker system/ Dual head training
stetoscope
3. Status penderita pulpen, pensil.
PROSEDUR TINDAKAN :
1. Pengkajian
1. Cek perencanaan keperawatan klien
2. Kaji fase penyembuhan luka
3. Kaji kompres yang digunakan pada luka
4. Kaji keluaran luka
II. Perencanaan
1. Cuci tangan di air mengalir
2. Persiapan alat
3. Persiapan pasien : jelaskan prosedur pelaksanaan tindakan & atur
posisi pasien
III. Pelaksanaan
a. Inspeksi dan palpasi

1. Melakukan inspeksi dari sisi kanan pasien dan dari arah kaki
penderita untuk menentukan apakah simetris atau tidak simetris
2. Kemudian lakukan inspeksi dari sisisebelah kanan tempat tidur
pada dinding depan dada dengan cermat, perhatikan adanya
pulsasi
3. Perhatikan daerah apex kordis, apakah iktus kordis nampak atau
tidak Nampak
4. Mempalpasi iktus kordis pada lokasi yang benar
5. Meraba iktus kordis dengan ujung jari-jari, kemudian ujung satu
jari
6. Meraba iktus kordis sambil mendengarkan suara jantung
untuk menentukan durasinya
7. Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan ujung
jari-jari pada sela iga 3,4 dan 5 batas sternum kiri
8. Meminta penderita untuk menahan napas pada waktu ekspirasi
sambil mempalpasi daerah diatas
9. Mempalpasi daerah epigastrium dengan ujung jari yang
diluruskan untuk merasakan impuls/pulsasi ventrikel kanan
10. Arah jari ke bahu kanan
11. Mempalpasi daerah sela iga 2 kiri untuk merasakan impuls
jantung pada waktu ekspirasi
12. Mempalpasi daerah sela iga 2 kanan untuk meraskan impuls
suara jantung dengan tekhnik yang sama
b. Perkusi

1. Melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung yaitu


dengan menentukan batas jantung relatif yang merupakan
perpaduan bunyi pekak dan sonor
2. Menentukan batas jantung kanan relatif dengan perkusi dimulai
dengan penentuan batas paru hati, kemudian 2 jari diatasnya
melakukan perkusi dari lateral ke medial
3. Jari tengah yang dipakai sebagai plessimeter diletakkan sejajar
dengan sternum sampai terdenganr perubahan bunyi ketok
sonor menjadi pekak relatif (normal batas jantung kanan relatif
terletak pada linea sternalis kanan)
4. Batas jantung kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal,
terletak pada sela iga 5-6 linea medioclavicularis kiri
5. Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung
ditentukan dengan perkusi pada linea axillaris media ke bawah.
Perubahan bunyi dari sonor ke tympani merupakan batas paru-
paru kiri. Dari Batas paru-paru kiri dapat ditentukan batas jantung
kiri relatif
6. Dari atas (fossa supra clavicula) dapat dilakukan perkusi ke
bawah
7. Mencatat hasil perkusi untuk menentukan batas jantung
c. Auskultasi
1. Penderita diminta untuk rileks dan tenang
2. Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30o
3. Dalam keadan tertentu penderita dapat dirubah posisinya (tidur
miring, duduk)
4. Penderita diminta bernapas biasa
5. Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru
perhatikan adanya suara tambahan
6. Mulailah Melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang
benar
7. Di daerah apeks / Iktus kordis untuk mendengar bunyi jantung
yang berasal dari katup mitral (dengan corong stetoskop)
8. Di daerah sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang
berasal dari katup pulmonal (dengan membran)
9. Di daerah sela iga II kanan untuk mendengan bunyi jantung
berasal dari aorta (dengan membran)
10. Di daerah sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum atau
ujung sternum untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari
katup trikuspidal (corong stetoscop)
11. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
12. Bedakan antara sistolik dan diastolik
13. Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
14. Perhatikan adanya suara-suara tambahan atau suara yang
pecah
15. Tentukan apakah suara tambahan (bising) sistolik atau diastolik
16. Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik
maksimunnya
17. Catat hasil auskultasi
IV. Evaluasi
1. Mengemukakan pada pasien/keluarga pasien mengenai hasil
pengkajian
2. Respon pasien
V. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Hasil pemeriksaan
3. Nama perawat yang melaksanakan

Nilai yang diperoleh tiap skala penilaian

Total nilai yang diperoleh

Nilai Akhir Keterampian = Total Nilai yang Diperoleh x 100


Total Item
Nilai Batas lulus : 75
Kuningan,
Penguji,

( ............................................. )

Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior

Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
PERAWATAN KOLOSTOMI

I. PENDAHULUAN
Diversi usus atau fekal secara umum disebut pembedahan ostomi, dapat permanen atau
sementara. Ini dilakukan terutama pada obstruksi usus mekanis, paling umum adalah kanker
kolon, kolitis ulseratif, penyakit divertikular, dan trauma pada usus. Ostomi dibuat melalui
pembedahan dengan membuat lubang (stoma) melaui dinding abdomen dengan menggunakan
segmen proksimal dari usus. Feses kemudian dikeluarkan melalui stoma. Awalan yang mengikuti
ostomi menunjukkan segmen usus yang dikeluarkan melalui dinding abdomen.
- Ileostomi : lubang stoma yang dibuat di ileum.
- Kolostomi :
1. Kolostomi ascending : pembuatan lubang stoma di kolon ascenden (di sebelah kanan
abdomen). Stool yang keluar dari stoma berbentuk cair
2. Kolostomi Transverse : pembuatan lubang stoma di kolon transversum (disebelah atas
abdomen kearah tengah atau sisi kanan)
3. Kolostomi Descending / sigmoid : pembuatan lubang stoma di kolon desenden dan sigmoid
(di sebelah kiri bawah abdomen).

II. PENGERTIAN OSTOMI :


a. Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk
mengeluarkan feces (M. Bouwhuizen, 1991)
b. Pembuatan lubang sementara atau permanan dari usus besar melalui dinding perut untuk
mengeluarkan feces (Randy, 1987)
c. Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke kolon iliaka untuk mengeluarkan feces.
Kolostomi di lakukan ketika usus besar, rectum & anus tidak mampu berfungsi secera normal
atau membutuhkan istirahat dari fungsi normalnya. Kolostomi dibuat dengan membuka
didinding abdomen (stoma) untuk pengeluaran feses dari usus besar (colon). Colostomi
biasanya di buat setelah kolon yang mengalami obstruksi direseksi. Kolostomi dapat
temporer atau permanen. Bagian akhir proksimal pada kolon yang sehat di keluarkan dari
kulit dinding abdomen, kemudian di tempatkan kantong kolostomi untuk menampung faeses.

III. JENIS-JENIS KOLOSTOMI

Kolostomi dibuat berdasarkan berbagai indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada
beberapa macam tergantung dari kebutuhan klien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen
maupun sementara.
1. Kolostomi permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila klien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan atau
pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga tidak memunginkan feces melalui
anus.Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel (dengan satu ujung
lubang).
2. Kolostomitemporer/sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feces
sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup
kembali. Kolostomi temporer ini mempounyai dua ujung yang dikeluarkan melalui abdomen
yang disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan berupa
mukosa kemerahan yang disebut Stoma. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya
masih terjadi pembengkakkan sehingga stoma tampak membesar.
Klien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparatomi
(pembukaaan dinding abdomen). Luka laparatomi sangat beresiko mengalami infeksi karena
letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan
feces yang dapat mengkontaminasi luka laparatomi. Perawat harus selalu memonitor kondisi
luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontamiansi feces.

Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong telah terisi feces atau jika
kantong kolostomi bocor dan feces cair mengotori abdomen. Perawat juga harus
mempertahankan kulit klien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari
terjadinya iritasi kulit dan untuk kenyamanan klien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi
harus segera diberi zink salep/zink oil atau segera konsultasikan pada dokter ahli jika klien
alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada klien yang alergi tersebut mungkin perlu
dipikirkan untuk remodifikasi kantong kolostomi agar kulit klien tidak teriritasi.

IV. KATEGORI STOMA

a. End Stoma :

End stoma/ terminal stoma dapat dibuat secara permanen maupun temporer. Stoma
dengan bentuk tunggal, dilakukan dengan bagian akhir proksimal colon dibuka,
dikeluarkan dan di jahit ke dinding abdomen
b. Loop Stoma :

Pembentukan stoma dengan menggunakan penyangga/jembatan dari plastic, karet atau


kaca yang diletakkan di bawah colon, untuk membuat usus tetap terbuka didinding
abdomen

c. Double Barrel Stoma :

Pembuatan stoma dari usus bagian distal dan proksimal yang bagian ujungnya di
keluarkan melalui dinding abdomen sehingga membentuk 2 stoma

d. Mucous Fistula :

Pembentukan stoma dari usus besar atau usus kecil, 1 stoma untuk mengalirkan faeces
yang lainnya untuk mengalirkan mucus

V. TIPE KANTONG KOLOSTOMI

Jenis kantong kolostomi bervariasi sesuai dengan ukuran dan bentuk. Kantong kolostomi
harus ringan dan kedap bau. Beberapa kantong juga mempunyai filter arang yang dapat
melepaskan gas secara perlahan dan membantu mengurangi bau.

A. Jenis kantong ostomi berdasarkan bentuk kantong :

1. Drainable Pounches / Open-ended pouch :

Jenis ini memungkinkan anda untuk membuka bagian bawah dari kantong untuk
mengalirkan output. tipe ini biasanya di tutup dg menggunakan klem.tipe ini biasanya di
gunakan untuk pasien dengan kolostomi ascenden dan kolostomi transversum.

2. Close Pounches/ Close-ended pouch:

Jenis kantong ini, ketika kantong telah terisi kemudia diambil dan dibuang, kemudian di
pasang lagi dengan yang baru. Kantong ini biasanya digunakan oleh pasien dengan
kolostomi desenden dan sigmoid. Output dari jenis kantong kolostomi ini tidak perlu
untuk dialirkan .

3. Valve/tap closure Pounches :

Digunakan untuk menampung urin output dari stoma urinary. Dapat digunakan sampai
beberapa hari
B. Jenis Kantong berdasarkan Jumlah Bagian Kantong :

1. One-piece:

Kantong ini terdiri dari kantong kecil dan penghalang kulit. Penghalang kulit mudah
lengket (adesif) yang ditempatkan disekitar stoma dan ditempelkan ke kulit sekitar
stoma. Ketika kantong kecil akan diganti dengan baru, kantong kecil baru harus di
rekatkan kembali ke kulit.

2. Two-piece:

Kantong ini terdiri dari dua bagian : Face plate yang bersifat adesif dan kantong
penampung faeces. Face plate tetap berada dalam tempatnya saat kantong yang telah
terisi faeces di ambil dan diganti dengan kantong baru kemudian kantong baru
dihubungkan ke face plate. Kantong baru tidak perlu dilengketkan kembali kekulit setiap
kali pergantian kantong,cukup di hubungkan kembali dengan face plate, sehingga sistem
ini sangat menolong untuk pasien dengan kulit sensitive

C. Jenis kantong berdasarkan warna kantong :

1. Clear Pounch/transparent pounch : kantong kolostomi transparan / bening, cocok di


gunakan untuk post operasi karena dapat mengobservasi kondisi stoma.

2. Opaque Pounch /white pounch : kantong berwarna coklat/putih

VI. PENDIDIKAN KEPADA KLIEN

Klien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun
setelah operasi terutama tentang perawatan kolostomi bagi klien yang harus
menggunakan kolostomi permanen.

Berbagai hal yang harus diajarkan pada klien antara lain:


a. Teknik penggantian/pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar.
b. Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
c. Waktu penggunaaan kantong kolostomi
d. Teknik kolostomi dan manfaatnya bagi klien
e. Jadwal makan/pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan
f. Pengeluaran feces agar tidak mengganggu aktivitas klien.
g. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
h. Beberapa makanan yang harus di batasi/dihindari :
1. Makanan yang dapat menghasilkan gas: kacang, kubis & sejenisnya,
kecambah, bawang merah
2. Menyebabkan diare : alkohol, makanan pedas,buah-buahan mentah, kopi
3. Potensial menyebabkan konstipasi : kacang, popcorn, jagung
4. Menghasilkan bau : bawang putih,bawang merah, kubis, brokoli, asparagus
i. Berbagai hal keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter (jika klien sudah
dirawat di rumah)
j. Berobat/kontrol ke dokter secara teratur
k. Makanan yang tinggi serat.
l. Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan klien

VII. KOMPLIKASI KOLOSTOMI


1. Obstruksi/penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feces yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari teiadinya
sumbatan, klien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada klien
dengan kolostomi permanent tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar klien dapat
melakukannya secara mandiri dikamar mandi.
2. Infeksi
Kontaminasi feces merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang
terus menerus sangat diperlukan dan tindakkan segera mengganti balutan luka
dan mengganti kantong kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
3. Retraksi stoma/mengkerut
Stoma mengalami peningkatan karena kantong kolostomi yang lerlalu sempit dan
juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk di sekitar stoma yang
mengalamI pengerutan
4. Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong
stoma yang kurang adequat pada saat pembedahan.
5. Stenosis
Penyernpitan dari kuman stoma yang terjadi karena adanya jaringan parut / scar
pada pertemuan mukosa stoma dan kulit.
6. Pendarahan stoma
VIII. PERAWATAN KOLOSTOMI
A. PENGERTIAN
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma dan mengganti kantong
kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

B. TUJUAN

1. Menjaga kebersihan klien

2. Mencegah terjadinya infeksi

3. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

4. Mempertahankan kenyamanan klien dan lingkungannya

C. PERSIAPAN KLIEN

1. Memberi penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan dll

2. Mengatur posisi tidur klien (supinasi)

3. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan klien (menutup gorden jendela, pintu
memasang penyekat tempat tidur (k/p), mempersilahkan keluarga untuk
menunggu diluar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi klien
dll)

D. SIKAP PERAWAT SAAT MERAWAT KOLOSTOMI

1. Tidak menunjukkan rasa jijik

2. Terampil dan tidak ragu-ragu

3. Menjalankan komunikasi terapeutik

4. Menunjukkan sikap empati

5. Efèktif dan efisien

6. Menjaga privacy klien.


PROSEDUR PERAWATAN KOLOSTOMI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes KUNINGAN

SKALA PENILAIAN
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAN Tidak Butuh Baik
Dilakukan Latihan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT : 36
1. Kantong kolostomi sesuai kebutuhan
2. Kapas
3. Larutan NaCI 0,9 %/ air matang
4. Bedpan/pispot
5. Spidol
6. Gunting (k/p)
7. Pola ukuran stoma
8. Stoma powder
9. Stoma hasive paste
10. Waslap
11. Sabun mandi
12. Air hangat
13. Sepasang sarung tangan
14. Kasa kering
15. Bengkok/piala ginjal
16. Perlak dan pengalasnya
17. Kantong plastic
18. Tempat sampah

PERSIAPAN PASIEN : 6
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
PELAKSANAAN : 38
1. Mengatur posisi tidur klien (supinasi)
2. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan
klien (menutup korden, jendela, pintu
memasang penyekat tempat tidur (k/p),
mempersilahkan keluarga untuk menunggu
diluar kecuali jika diperlukan untuk belajar
merawat kolostomi klien dll)
3. Perawat mencuci tangan dan memakai
sarung tangan
4. Meletakkan perlak dan pengalasnya di
sebelah kanan/ kiri klien sesuai letak stoma
5. Meletakkan bengkok di atas perlak dan
didekatkan ke tubuh klien
6. Membuka set kolostomi,siapkan kapas berisi
cairan NaCI 0,9%/ air matang
7. Mengobservasi produk stoma (warna,
konsistensi, bau & jumlah), jika tipe kantong
kolostomi drainable, buka klem buang feses
ke pispot.
8. Membuka kantong kolostomi yang terpasang
pada tubuh klien dengan sangat hati-hati dan
tangan kiri menekan kulit klien.
9. Membuang kantong kolostomi kotor ke
tempat sampah/plastik
10.Membersihkan kulit sekitar stoma dengan
sabun dan air hangat dg menggunakan
waslap
11.Membersihkan stoma dan sisa feces/produk
stoma dengan kapas NaCI 0,9% dengan
sangat hati-hati (hindari perdarahan)
12.Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan
kassa/tisue.
13.Mengobservasi stoma dan kulit sekitar stoma
14.Berikan stoma powder sekitar kulit stoma,
dan stoma hasiv pasta disekitar stoma
15.Mengukur stoma dan gambar pola stoma
pada plastic penutup kantong dengan
menggunakan spidol, kemudian gambar pola
pada bagian yang adesif pada kantong
stoma kemudian gunting sesuai ukuran
stoma
16.Membuka salah satu sisi perekat kantong
kolostomi dan menempelkan dengan tepat
dengan menghindari udara masuk kantong
kolostomi
17.Menempelkan kantong kolostomi dengan
posisi Vertical/ horizontal/ miring sesuai
kebutuhan kilen (sesuaikan dengan aktivitas
klien). Klem kantong kolostomi jika
menggunakan tipe drainable pounch
18. Merapikan klien dan alat.
19.Melepas sarung tangan dan cuci tangan

EVALUASI : 4
1. Respon pasien pada saat pemasangan alat
2. Tindakan sesuai dengan prosedur

DOKUMENTASI : 10
1. Nama pasien
2. Nama perawat
3. Tanggal tindakan
4. Kondisi stoma(bentuk,warna stoma,kelaian
stoma) keluaran stoma(warna,jumlah)
5. Paraf perawat
Nilai Akhir Keterampian = Jumlah Nilai Yang Diperoleh x 100
Total Item
Rekomendasi :
Kuningan,

Penguji,

( )

Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior

Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
1. http://4mhie.wordpress.com/2007/11/13/perawatan-pasien-dengan-kolostomi-pada-
penderita-cancer-colorectal
2. http://www.drugs.com/cg/colostomy-care.html
3. http://www.healthsquare.com/mc/fgmc0549.htm
4. Loeb,Stanley.(1991). Illustrated Manual Of Nursing Practice. Spring House Corporation.
Pennysylvania
5. Blackley,Patricia.(2004).Practical Stoma Wound And Continence Management 2nd
Ed.National Publication of Australia.Australia
PENILAIAN DERAJAT EDEMA

A. Pengertian

Syarifuddin (2001) berpendapat bahwa edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam


jaringan interstisial lebih dari jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga tubuh
mengakibatkan gangguan sirkulasi pertukaran cairan elektrolit antara plasma dan jaringan
interstisial. Jika edema mengumpul di dalam rongga maka dinamakan efusi, misalnya efusi pleura
dan pericardium. Penimbunan cairan di dalam rongga peritoneal dinamakan asites. Pitting edema
adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas
terlihat setelah terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal selama
mengalami edema (Brunner and Suddarth, 2002).

B. Penyebab edema
Primer :

1. Peningkatan perneabilitas kapiler


2. Berkurangnya protein plasma
3. Peningkatan tekanan hidrostatik
4. Obstruksi limpa

Sekunder

1. Peningkatan tekanan koloid osmotic dalam jaringan


2. Retensi natrium dan air

C. Lokasi pemeriksaaan / daerah terjadinya edema

1. Daerah sacrum
2. Diatas tibia
3. Pergelangan kaki

D. Penilaian

1. Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik


2. Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
3. Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
4. AaDerajat IV : kedalamannya 7 mm atau lebih dengan waktu kembali 7 detik
1. Dapat melakukan persiapan pasien dengan benar
2. Dapat memberikan penjelasan pada penderita atau keluarganya tentang apa yang akan
dilakukan, bagaimana melakukan, apa manfaatnya, serta jaminan atas aspek keamananan dan
kerahasiaan data pasien.
3. Dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarganya tentang hak-hak pasien, misalnya tentang
hak pasien untuk menolak tindakan yang akan dilakukan tanpa kehilangan hak untuk mendapat
pelayanan.
4. Dapat menentukan tipe edema.
5. Dapat menentukan penyakit atau kelainan yang menimbulkan edema.

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


- Daftar panduan belajar pemeriksaan fisik edema
- Manekin utuh seluruh tubuh
- Tempat tidur pemeriksaan pasien
- Air mengalir
- Sabun cair
- Larutan antiseptik
- Lap kering, handuk kecil atau tissue

METODE PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
INDIKASI
Dilakukan pada pasien yang diduga menderita:
1. Sindroma nefrotik
2. Gagal jantung kongestif
3. Sirosis hepatis
4. Oklusi vena
5. Hipotiroidisme
6. Limfedema

ACUAN
Informed Consent
Tujuan melakukan pemeriksaan : untuk mengetahui penyebab yang mendasari timbulnya edema
sehingga dapat diberikan terapi yang sesuai.

Persiapan pasien
Posisikan pasien berbaring dan membebaskan kedua tungkai dari pakaian/kaos kaki.
Cara pemeriksaan :
Inspeksi : edema dapat ditemukan pada palpebra, ekstremitas, atau pada vulva (wanita) atau
skrotum (pria).
Palpasi : regio tibia bagian anterior diberi tekanan ringan dengan ibu jari selama kurang lebih 10
detik lalu dilepaskan. Pada pitting edema akan timbul indentasi kulit yang ditekan, dan akan kembali
secara perlahan-lahan. Pada non-pitting edema tidak akan terjadi indentasi.
Pada pasien yang sudah berbaring lama maka cairan akan berkumpul di bagian terendah, biasanya
pada daerah punggung dan sakrum. Pasien dapat dimiringkan atau didudukkan, lalu dilakukan
penekanan ringan sama seperti pada ekstremitas.
SOP PENILAIAN DERAJAT EDEMA

SKALA PENILAIAN
Tidak Butuh Baik
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAN Dilakukan Latihan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT :

1. Memberi salam dan memperkenalkan diri


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien atau keluarganya tentang pemeriksaan
fisik edema, tujuan dan manfaat untuk keadaan
klien.
3. Berikan jaminan pada klien atau keluarganya
tentang keamanan atas tindakan yang anda
lakukan
4. Berikan jaminan pada klien atau keluarganya
tentang kerahasiaan yang diperlukan klien
5. Jelaskan pada klien tentang hak-hak klien atau
keluarganya, misalnya tentang hak untuk
menolak tindakan pemeriksaan fisik edema
tanpa kehilangan hak akan pelayanan lain.
6. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya.
7. Mintalah kesediaan klien untuk pemeriksaan
fisik edema
PERSIAPAN PASIEN :
1. Persilakan pasien membebaskan tungkai dari
pakaian/kaos kaki
2. Persilakan pasien untuk baring di tempat tidur
pemeriksaan
3. Lakukanlah cuci tangan rutin
4. Berdirilah di sebelah kanan pasien
PELAKSANAAN :
1. Inspeksi bagian tubuh yang biasanya terjadi
edema yaitu kelopak mata, keempat ekstremitas,
regio lumbo sakral pada pasien yang berbaring
lama, vulva pada wanita atau skrotum pada pria
2. Tekan secara ringan regio tibia yang edema
dengan ibu jari selama kurang lebih 10 detik
3. Pada pasien yang sudah berbaring lama, tekan
secara ringan regio sakrum yang edema dengan
ibu jari selama kurang lebih 10 detik
4. Lakukan penilaian apakah terjadi edema pitting
atau non-pitting
5. Lakukan cuci tangan rutin
6. Jelaskan kepada pasien hasil pemeriksaan dan
kemungkinan penyebabnya, dan jelaskan
rencana pemeriksaan selanjutnya
EVALUASI :
1. Respon pasien pada saat pemasangan alat
2. Tindakan sesuai dengan prosedur
DOKUMENTASI :
1. Nama pasien
2. Nama perawat
3. Tanggal tindakan
4. Kondisi edema
5. Paraf perawat

Nilai Akhir Keterampian = Jumlah Nilai Yang Diperoleh x 100


Total Item

Rekomendasi :

Kuningan,

Penguji,

( )
Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior

Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

REFERENSI :
Burns EA, Korn K, Whyte J, Thomas J, Monaghan T. Oxford American Handbook of Clinical
Examination and Practical Skills. New York: Oxford University Press; 2011.
Turner R, Hatton C, Blackwood R. Lecture notes on Clinical Skills. 4th ed. Malden: Blackwell
Science; 2003.
Fakultas kedokteran universitas Hasanudin. 2016. Penuntun Pembelajaran Keterampilan Klinik
Sistem Urogenital.
Desi Deswita. 2011. Pemeriksaan Pitting Edema. Diakses pada tanggal 07 April 2012 pada
http://desideswita.wordpress.com/2011/04/01/pemeriksaan-pitting-edema
PEMBERIAN DESFERAL

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang Pemasangan Desferal, mahasiswa mampu
melakukan prosedur pemasangan desferal dengan benar dan tepat

Deskripsi
Memberikan obat desferal secara sub cutan yang diberikan melalui alat infusa pump dalam waktu
8-12 jam

Tujuan
Menurunkan/mencegah penumpukan Fe dalam tubuh baik itu hemocromatosis (penumpukan Fe di
bawah kulit) atau pun hemosiderosis (penumpukan Fe dalam organ)

Indikasi
Dilakukan pada klien dengan thalasemia yang mendapatkan transfusi darah secara rutin (berulang)
Kadar Fe ≥ 1000 mg/ml
Dilakukan 4 - 7 kali dalam seminggu post transfuse

Kontraindikasi
Tidak dilakukan pada klien dengan gagal ginjal

Konsep Yang Mendasari


Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan herediter berupa defisiensi salah satu rantai globin pada hemoglobin
sehingga dapat menyebabkan eristrosit imatur (cepat lisis) dan menimbulkan anemia.

Klasifikasi thalasemia :

1. Thalasemia minor, biasanya tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, anemia ringan
2. Thalasemia intermediate, ditandai dengan splenomegali dan anemia yang muncul pada usia 2-
4 tahun, sehingga membutuhkan transfusi darah.
3. Thalasemia mayor, biasanya ditandai dengan munculnya gejala face cooley,
hepatosplenomegali, anemia berat, gangguan pertumbuhan dan deformitas tulang, dimana
gejala-gejala tersebut muncul lebih awal sejak usia 2-12 bulan dan sangat ketergantungan
terhadap transfusi darah.

Komplikasi pemberian transfusi darah yang rutin (berulang)


Transfusi darah yang dibutuhkan klien thalasemia berupa PRC (Packed Red Cell), yang
diberikan secara rutin setiap kadar Hb klien turun dibawah normal (< 10 mg/dl) sebanyak 10-20
cc/kgBB. Pemberian transfusi darah akan menyebabkan pemecahan Hb yang menghasilkan Fe
yang dibutuhkan untuk pembentukan eritrosit yang baru, namun dengan pemberian transfusi darah
secara rutin (berulang) akan menimbulkan komplikasi dari pemecahan Hb yang berlebih yang dapat
menghasilkan Fe dalam jumlah yang berlebih sehingga sisa Fe ini akan menumpuk atau tertimbun
dalam tubuh manusia, diantaranya:

1. Hemosiderosis, yaitu penumpukan Fe dalam organ baik itu dalam hepar (berakibat
hepatomegali), spleen (berakibat splenomegali), jantung, pancreas, atau kelenjar hypofise
(penurunan growth hormone).
2. Hemocromatosis, yaitu penumpukan Fe di bawah kulit sehingga warna kulit tampak hitam
keabuan. Penumpukan Fe tersebut dapat dikurangi atau dicegah dengan pemberian chelating
agent yaitu dengan pemasangan desferal, dimana kelebihan Fe ini akan dapat terbuang melalui
urin dan feces.

SOP PEMBERIAN DESFERAL

SKALA PENILAIAN
Tidak Butuh Baik
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAN Dilakukan Latihan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT:
Menyusun alat-alat yang diperlukan dengan
memperhatikan teknik aseptic dan antiseptik

1. Syringe 10 cc
2. Wing needle Tidak Steril :
3. Alas
4. Bengkok
5. Kapas alkohol pada tempat tertutup
6. Infusa pump
7. Obat yang diperlukan (desferal)
8. Pengencer (aquadest steril) dalam botol
9. Perban gulung/kantong infusa pump
10. Plester
11. Gunting plester

PERSIAPAN OBAT:

1. Mempersiapkan obat desferal sesuai kebutuhan


2. Melakukan cek ulang obat yang akan diberikan
sesuai perencanaan
3. Mengkalkulasi dosis sesuai kebutuhan klien
4. Usia > 5 tahun = 1 gram (2 vial) Usia < 5 tahun =
0,5 gram (1 vial)
5. Mengencerkan obat dengan tepat:
6. (catatan: 1 vial (0,5 gram) obat desferal dioplous
dengan aquadest 4-5 cc) Membersihkan bagian
atas botol aquadest dengan kapas alkohol dan
menarik cairan aquadest dari botol secukupnya
dengan menggunakan syringe/spuit 10 cc, kapas
buang ke bengkok
7. Membersihkan bagian atas botol vial desferal
dengan kapas alkohol dan membiarkan kering
sendiri, membuang kapas alkohol ke bengkok
8. Memasukkan jarum syringe 10 cc yang berisi
aquadest melalui karet penutup botol ke dalam
botol
9. Kocok vial obat sampai mencampur rata
10. Memegang botol dengan tangan yang tidak
dominan dan tarik obat sejumlah yang diperlukan
11. Memeriksa adanya udara dalam syringe/spuit,
bila ada keluarkan dengan posisi tepat
12. Mengecek ulang volume obat dengan tepat
13. Menyambungkan syringe/spuit dengan wing
needle
14. Memeriksa kembali adanya udara dalam
syringe/spuit & wing needle, bila ada keluarkan
dengan posisi yang tepat
15. Menyiapkan infusa pump

PERSIAPAN PASIEN :
1. Persilakan pasien membebaskan tungkai dari
pakaian/kaos kaki
2. Persilakan pasien untuk baring di tempat tidur
pemeriksaan
3. Lakukanlah cuci tangan rutin
4. Berdirilah di sebelah kanan pasien
PELAKSANAAN :
1. Mencuci tangan
2. Menggunakan sarung tangan sebagai tindakan
pencegahan infeksi silang pada pasien yang
menderita penyakit menular (AIDS, Hepatitis B)
3. Menjaga privacy dan mengatur kenyamanan
klien
4. Mendekati dan mengidentifikasi klien
5. Jelaskan prosedur kepada klien dengan bahasa
yang jelas
6. Memasang sampiran (bila perlu)
7. Memperhatikan teknik aseptic & antiseptic
8. Mendekatkan alat
9. Menyiapkan plester untuk fiksasi
10. Memasang alas/perlak
11. Mendekatkan bengkok pada klien
12. Menyuntikkan desferal dengan teknik steril
13. Bersihkan lokasi injeksi dengan alkohol dengan
teknik sirkuler atau atas ke bawah sekali hapus
14. Membuang kapas alkohol ke dalam bengkok
15. Membiarkan lokasi kering sendiri
16. Menyuntikkan obat dengan tepat (subkutan: area
Muskulus deltoid)
17. Memfiksasi wing needle dengan plester
18. Mengatur obat desferal pada alat infusa pump
19. Mencuci tangan
EVALUASI :
1. Melihat kondisi klien
2. Respon pasien pada saat pemasangan alat
3. Tindakan sesuai dengan prosedur
DOKUMENTASI :
1. Nama pasien
2. Nama perawat
3. Tanggal tindakan
4. Kondisi klien
5. Paraf perawat

Nilai Akhir Keterampian = Jumlah Nilai Yang Diperoleh x 100


Total Item

Kuningan,

Penguji,

( )
Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior

Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

Daftar Pustaka
Ashwill & Droske, 1997. Nursing Care of Children. Principle and Practice. USA: W.B. Sanders
Company
Ball & Bindler, 1999. Pediatric Nursing Caring for Children. Stanford Connecticut: Appleton and
Lange Hazinski, M. F. 1999. Manual of Pediatric Critical Care. St Louis.Missouri: Mosby Inc
Markum, A. H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: FKUI
Mayers, M & Jacobson, A. 1995. Clinical Care Plans Pediatric Nursing. New York: MC
Graw-Hill,Inc Rollins, S. & Branty, D. 1991. Preparing the Child for Procedurs. St louis: Mosby
Wong & Whaley, 1996. Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA : CV Mosby Company
Wong, D. L. 1996. Clinical Manual For Pediatric Nursing. Fourth Edition. St Louis; The Mosby
Company.
PEMBERIAN KEMOTERAPI

Definisi kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat sitotoksik yang bertujuan untuk mengurangi dan menghentikan pertumbuhan
sel kanker (Wells & Murphy, 2009). Obat sitotoksik memiliki sifat mutagenik, karsinogenik, teratonik, bersifat toksik bagi
sistem reproduksi, genotoksik dan dapat menjadi toksik bagi organ lain (Maede,2014). Kemoterapi adalah terapi untuk
membunuh sel-sel kanker dengan obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika” (Sukardja, 2000, hal 213). Kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang diberikan kepada pasien pasien dengan tujuan kuratif maupun paliatif (Abdul Muthalib,
2006 dalam Sudoyo et al, 2006).
Tujuan Kemoterapi:
1. Menyembuhkan kanker
2. Mengurangi risiko metastasis
3. Menghambat pertumbuhan kanker
4. Menghambat pertumbuhan metastatis
5. Mengurangi gejala akibat kanker
6. mencegah kematian pasien karena kanker
Prinsip Kerja Kemoterapi dapat menghambat proliferasi sel kanker dan menginduksi kematian sel kanker (apoptosis).
Kemoterapi dapat diberikan secara tunggal, bisa juga bersama dengan modalitas lain seperti pembedahan dan
radioterapi, neo-adjuvant chemotherapy dan adjuvant chemotherapy.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan prosedur kemoterapi:
Penilaian Pre Kemoterapi.:
Histopatologi, Stadium, Status performa, Edukasi dan support pasien, Persiapan Obat
Penilaian sebelum kemoterapi
PASIEN
1. Penilaian harus mencakup semua pasien mengerti mengenai:
1) Jadwal yang diajukan and rencana pemberian kemoterapi
2) Efek samping kemoterapi
3) Prosedur dan waktu pemberian
4) memiliki cukup waktu untuk membicarakan apa yang menjadi kekhawatiran pasien
2. Jika perawat memiliki pertimbangan bahwa pasien tidak/belum mengerti mengenai hal-hal tersebut di atas, maka
harus didiskusikan kembali dengan praktisi medis yang telah memutuskan pengobatan yang akan diberikan
3. Identitas semua pasien yang akan menerima kemoterapi harus jelas.
4. Pastikan status alergi pasien.
5. Dilakukan secara sistematis sebelum pemberian, baik secara intravena atau oral
6. Pastikan semua pasien sudah menjalani pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
7. Kemoterapi harus ditunda jika terdapat ketidak pastian bahwa pemeriksaan belum dilakukan sebagaimana
mestinya.
OBAT
1. Peresepan obat kemoterapi harus jelas, tertanggal, akurat, ditandatangani, disertai nama dan nomor rekam medik
pasien.
2. Untuk pasien yang baru pertama kali mendapat regimen kemoterapi, perawat harus mengecek tanda tangan
dokter yang meresepkan
3. perawat harus yakin bahwa regimen kemoterapi yang dibuat sudah berdasarkan pengukuran berat badan dan
tinggi badan yang akurat.
4. Cek siklus pemberian kemoterapi
5. Perawat harus mengecek nama pasien, nama obat, dosis dan rute pemberian
6. Jika diperlukan cek juga obat tambahan yang diperlukan sudah termasuk dalam peresepan (pre med, GCSF, dll)
7. Cek volume pengenceran obat dan rencana hidrasi
8. Cek urutan pemberian obat kemoterapi
9. Obat kemoterapi dengan sediaan per-infus cek penampakan, tipe and volume cairan
10. Obat yang diberikan secara bolus, cek volume syringe sudah tepat
11. Perawat dan farmasi harus mengecek tanggal kadaluarsa obat
Toksisitas kemoterapi tergantung pada: Jenis obat, Dosis, Jadwal pemberian, Cara (rute) pemberian, Faktor
predisposisi pasien, Depresi sumsum tulang, Nausea vomitus, Diare, Konstipasi, Mucositis, Rambut rontok, Anoreksi,
Febris, Malaise, Depresi dan Kulit kering
Sifat Fisika obat Sitostatika Iritan:
1. Dapat menyebabkan reaksi inflamasi lokal
2. Sepanjang vena : nyeri tekan, rasa seperti terbakar kemerahan
3. Aliran darah akan kembali baik
4. Kejadian yang pendek tidak menyebabkan nekrosis
Sifat Fisika obat Sitostatika Vesikan
1. Infiltrasi obat ke sekitar jaringan menyebabkan eritem dan melepuh
2. Gejala timbul dalam 6-12 jam setelah extravasasi. Gejalanya biasanya gatal, tak sakit
3. Dapat terjadi nekrosis berat dengan kerusakan tendon dan sendi
4. Aliran darah tak dapat kembali baik
5. Tingkat kerusakan jaringan bergantung pada potensi obatnya, volume dan konsentrasi, tempat terjadinya, lamanya
kontak, penanganan awal. Efek iritasi obat-obat kemoterapi
Pencegahan Ekstravasasi
1. Akses IV harus baru saja dipasang, vena yang dipilih harus cukup besar dan utuh, saat dicoba dapat mengalirkan
darah dengan baik.
2. Tempat insersi dipilih berdasarkan urutan sebagai berikut:
- lengan (basilic, cephalic, and median antebrachial)
- punggung tangan
3. Hindari insersi pada vena yang mengalami sklerosis, trombosis atau yang sudah mengalami jaringan parut, begitu
juga pada tungkai yang mengalami gangguan sirkulasi. Walaupun masih kontroversi, kebanyakan ahli menyetujui
kanulasi vena di lengan yang satu sisi dengan payu dara yang sudah dimastektomi, selama tidak ada limfedema.
Pencegahan
1. Sebaiknya tidak dilakukan penutupan pada area insersi kanul vena, kecuali menggunakan bahan yang transparan.
2. Keutuhan iv line harus dipastikan sebelum menyuntikkan obat ke dalamnya dengan cara flushing menggunakan 5-10
cc larutan NaCl 0,9% atau Dextrose 5%
3. Selama kemoterapi berjalan, harus dimonitor ketat adanya nyeri (rasa terbakar yang ringan samapai berat pada
tempat
insersi dan sepanjang perjalanan vena), dan tempat insersi harus dilihat, apakah ada bengkak yang disertai
kemerahan.
4. Obat kemoterapi yang bersifat vesikan sebaiknya menggunakan akses vena sentral.
Penatalaksanaan Ekstravasasi
1. Hentikan pemberian obat kemoterapi.
2. Lepaskan syringe dan ganti dengan syringe 10 kosong. Lakukan aspirasi residu obat kemoterapi di tempat insersi
kanul vena.
3. Tutup luka bekas insersi dengan kasa steril ukuran 2x2 cm.
4. Hindari penekanan di daerah bekas insersi kanul.
5. Untuk ekstravasasi obat jenis vinca alkaloid, lakukan kompres hangat selama 15 menit atau lebih 4x/sehari.
6. Untuk ekstravasai obat anthracyclin, lakukan kompres dengan es selama 15 menit atau lebih, 4x/hari .
7. Pasien diinstruksikan untuk perawatan lokal, diberikan analgetik dan rencanakan untuk follow up:
1) ekstremitas yang terlibat dielevasikan selama 48 jam
2) Pasien dianjurkan untuk tetap menggunakan ekstremitas yang terlibat secara normal
3) Kontrol setiap 1 atau 2 kali seminggu
4) Jika nyeri menetap lebih dari 7 hari, pertimbangkan konsultasi dengan bagian bedah plastik, terutama jika
5) terdapat tanda2 ulserasi.
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping yang bervariasi, tergantung pada tipe dan jumlah obat yang diberikan.
Beberapa orang mengalami sedikit efek samping, bahkan ada yang tidak sama sekali.Sederet efek samping kemoterapi
yang dapat terjadi meliputi:
1. Mual dan muntah
Mual dan muntah adalah efek samping yang paling umum terjadi. Untuk mengurangi gejala ini, dokter dapat meresepkan
obat antimual.Selain itu, jahe atau suplemen jahe juga bisa Anda gunakan untuk mengatasi mual dan muntah.
2. Gangguan pada rambut, kuku, dan kulit
Sebagian pasien dapat mengalami rambut rontok atau rambut yang menjadi lebih tipis dan rapuh pada beberapa minggu
setelah memulai kemoterapi. Kuku juga dapat menjadi rapuh serta mudah retak.Sedangkan kulit pasien bisa menjadi
kering, terasa nyeri, dan lebih sensitif bila terkena sinar matahari. Dokter akan menyarankan beberapa hal berikut untuk
pasien yang akan beraktivitas di bawah cahaya matahari:

a) Menghindari sinar matahari di siang hari

b) Menggunakan tabir surya

c) Mengenakan pakaian yang dapat melindungi dari sinar matahari, misalnya baju lengan panjang dan celana panjang,
serta topi
3. Rasa lelah
Keluhan ini dapat dirasakan setiap saat atau ketika melakukan aktivitas tertentu. Untuk menguranginya, dokter akan
menyarankan pasien untuk cukup beristirahat dan menghindari kegiatan yang terlalu melelahkan.
4. Gangguan pendengaran
Toksin dari beberapa obat kemoterapi dapat mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan telinga berdengung (tinnitus),
hilangnya pendengaran untuk sementara atau permanen, dan gangguan keseimbangan.
5. Infeksi
Kemoterapi dapat menyebabkan penurunan kemampuan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, risiko terjadinya infeksi akan
meningkat. Beberapa langkah dapat Anda lakukan untuk mencegah infeksi meliputi:
 Cuci tangan secara rutin
 Menjaga luka agar tetap bersih
 Mengonsumsi makanan yang bersih dan sehat
 Segera berobat apabila mengalami gejala infeksi
Bila perlu, dokter dapat meresepkan obat antibiotik untuk membantu dalam mengurangi risiko infeksi.
6. Gangguan perdarahan
Obat kemoterapi bisa mengurangi jumlah trombosit dalam darah, sehingga proses pembekuan darah tidak berjalan
dengan normal. Gangguan perdarahan yang dapat terjadi berupa:
 Mudah mengalami memar
 Berdarah lebih banyak dari biasanya, padahal hanya mengalami luka kecil
 Sering mimisan atau mengalami gusi berdarah
Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan pasien untuk berhati-hati jika melakukan aktivitas yang berisiko memicu
cedera. Jika jumlah trombosit darah sangat rendah, pasien mungkin membutuhkan transfusi darah.
7. Anemia
Kemoterapi dapat mengurangi jumlah sel darah merah yang menyebabkan anemia. Kondisi kurang darah ini meliputi
kelelahan, sesak napas, dan jantung berdebar.Pasien akan disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya zat besi
guna menambah jumlah sel darah merah dalam tubuhnya. Contohnya, sayuran hijau, kacang, hati, dan daging merah.
8. Mukositis
Mukositis adalah peradangan pada membran mukosa yang dapat terjadi di sepanjang saluran cerna. Mulai dari rongga
mulut hingga ke dubur.Mukositis yang terjadi di mulut biasanya muncul 7-10 hari pascakemoterapi, dan dapat membuat
pasien kesulitan untuk makan atau berbicara.Sensasi seperti terbakar juga dapat dirasakan di sekitar mulut maupun bibir.
9. Tidak nafsu makan
Kemoterapi dapat memicu hilangnya nafsu makan pada pasien yang menjalaninya. Sebagai akibatnya, gangguan
penyerapan nutrisi pun bisa terjadiUntuk mengatasi penurunan nafsu makan, pasien bisa berusaha untuk makan dalam
porsi yang lebih kecil dan sering. Pasien juga bisa mengonsumsi minuman yang kaya nutrisi, seperti jus.Pasien yang
terus mengalami kesulitan makan dapat dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan asupan gizi lewat selang atau infus.
10. Gangguan kesuburan (infertilitas)
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mengganggu kesuburan pada pria maupun wanita. Pasien wanita juga tidak
disarankan untuk hamil ketika menjalani kemoterapi karena prosedur ini dapat memengaruhi perkembangan janin.
11. Gangguan pencernaan
Kemoterapi dapat menyebabkan diare atau sembelit yang muncul beberapa hari setelah pengobatan dimulai.
12. Gangguan mental dan kognitif
Beberapa gangguan kognitif dapat terjadi selama kemoterapi. Contohnya, masalah pada konsentrasi, pola pikir, dan daya
ingat jangka pendek.Tak cuma itu, kemoterapi juga dapat menyebabkan gangguan suasana hati (mood) serta depresi

Mukositis Orofaring
Mukositis
• terjadi pada seluruh saluran cerna mulai mulut sampai rectum.
• Mulai nyeri pada mulut sampai diare berdarah
• Luka pada mukosa mulut akibat port the entry kuman infeksi
• Candida dan virus herpes semakin memperburuk stomatitis nyaPenanganan Mukositis
• Jaga kebersihan mulut dengan sikat gigi lembut, NaCl 0,9% atau chlorhexidene gluconate
• Anestesi topikal : salcoat, dexaltin
• Antinyeri sistemik
• Nutrisi parenteral

Mual dan Muntah


Muntah dapat terjadi
1. Anticipatory vomiting : sebelum kemoterapi
2. Acute vomiting : 1-6 jam setelah kemoterapi
3. Delayed vomiting: setelah 24 jam sampai beberapa hari kemoterapiMual dan Muntah
Potensi muntah obat sitostatik
1. Lemah: ifosfamid, 5-FU, bleomycin, etoposide, gemcitabin, vincristin
2. Sedang: cyclophosphamide, doxorubicin, cytarabin, carboplatin, taxanes, irinotecan
3. Kuat: cisplatin, dacarbazine, dactinomycin, kemoterapi dosis tinggiMual dan Muntah
Prinsip dasar terapi antimual
1. Singkirkan sebab lain
2. Identifikasi obat kanker yang potensial
3. Obati beberapa hari
4. Kombinasi antimual
5. Cegah muntah dengan premedikasi Diare
ES: 5-FU, irinotecan
Hindari: susu, makanan pedas, alkohol, minuman berkafein, makanan berlemak
Dianjurkan: makan rendah serat, tinggi protein, minum yang banyak
Obat: loperamidCitotoxic HandlingContoh unit pelayanan kemoterapi
Pemberian Kemoterapi
Terdapat 4 kelompok :
1) Terapi induksi primer untuk kanker dimana kemoterapi merupakan satu-satunya cara pengobatan
2) Terapi neoadjuvan, untuk kanker terlokalisir,namun ukurannya terlalu besar untuk dilakukanpembedahan atau
radiasi dengan optimal
3) Terapi ajuvan, sebagai tambahan terapi lokal,baik pembedahan atau radiasi, yang memilikitujuan untuk
menghilangkan mikrometastasis
4) Pemberian langsung pada lokasi tumor.
Pola sensitivitas kanker terhadap kemoterapi
Terdapat tiga kelompok pola sensitivitas kanker terhadap kemoterapi, yaitu :
Kelompok I
Kanker dengan sitostatika mutakhir menghasilkan sitoreduktif yang cepat dan kesembuhan umumnya terjadi pada
kanker yang secara intrinsic sensitive terhadap kemoterapi sitostatika (contoh: leukeumia limfoblastik akut pada anak-
anak, penyakit Hodgkin, kanker testis) Lanjutan
Kelompok II
Kanker yang biasanya berespons baik pada saat permulaan diberikan sitostatika namun kemudian sering berubah
menjadi refrakter terhadap sitostatika berikutnya (contoh: kanker payudara, kanker paru sel kecil, kanker ovarium residif/
kambuh) Lanjutan
Kelompok III
Tumor yang secara instrinsik resisten terhadap hampir semua kemoterapi / sitostatika (contoh: melanoma maligna,
kanker kolon) Abdulmuthalib ,2006)
Prosedur kemoterapi kanker
Kemoterapi umumnya dilakukan untuk meredakan gejala yang dialami penderita kanker, termasuk membunuh sel-sel
kanker. Pada kasus tertentu, kemoterapi kanker dilakukan pada awal pengobatan untuk mengecilkan ukuran sel-sel
kanker sebelum dilakukan terapi lain, seperti terapi neoadjuvant.
Berikut ini cara kemoterapi kanker dilakukan.
1. Sebelum kemoterapi
Sebaiknya ada orang yang menemani Anda saat kemoterapi, untuk menolong apabila Anda membutuhkan bantuan
selama perawatan, misalnya untuk turun dari tempat tidur, dan sebagainya. Sebelum tindakan, Anda akan
melakukan pemeriksaan darah, fungsi ginjal, hati, dan jantung untuk memastikan tubuh siap menerima kemoterapi.
Pastikan Anda cukup istirahat sebelum tindakan.
2. Saat kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Namun secara umum, kemoterapi diberikan dalam bentuk:
1. Infus
2. Pil kemoterapi
3. Suntikan kemoterapi
4. Krim kemoterapi (biasanya untuk kanker kulit tertentu)
5. Obat kemoterapi yang ditargetkan langsung ke salah satu anggota badan (seperti perut, rongga dada, atau
sistem saraf pusat)
6. Efek samping kemoterapi pada tiap orang dapat berbeda-beda tergantung jenis obat kemoterapi yang digunakan
dan dokter akan membantu mengurangi risiko tersebut. Sebagian orang mungkin merasakan rasa sakit yang
parah, tapi sebagian lain hanya merasakan sakit yang ringan atau bahkan tidak sama sekali.
Rasa cemas dan khawatir yang justru memicu rasa sakit saat kemoterapi berlangsung.
3. Setelah kemoterapi
Pasca tindakan, kondisi fisik dan kemungkinan efek samping akan dipantau oleh tim dokter untuk mengetahui tingkat
keberhasilannya. Pemantauan bisa berupa pemeriksaan darah dan pemindaian tubuh secara teratur.
Kemoterapi dapat dilakukan melalui beberapa cara di bawah ini:
a. Infus (intravena)
Kemoterapi dapat diberikan melalui infus langsung ke pembuluh darah vena. Obat bisa dimasukkan lewat tabung
dengan jarum ke vena tangan atau dengan alat tertentu yang dipasang di dada pasien.
b. Suntikan
Obat kemoterapi juga dapat diberikan melalui suntikan.
c. Pil
Dokter bisa meresepkan obat kemoterapi dalam bentuk pil atau kapsul yang akan diminum oleh penderita.
d. Krim
Obat kemoterapi juga dapat diberikan melalui krim yang dioleskan ke kulit.
e. Langsung ke area tubuh tertentu
Sebagian obat kemoterapi bisa diberikan langsung pada area tubuh tertentu, seperti langsung ke perut
(intraperitoneal), rongga dada (intrapleural), sistem saraf pusat (intrathecal), atau kantung kemih (intravesikal)
f. Langsung ditujukan ke sel kanker
Kemoterapi dapat diberikan langsung ke sel kanker, atau pada bagian tubuh yang menjadi tempat sel-sel kanker.
Langkah ini dilakukan setelah operasi.Kemoterapi juga dapat disuntikkan secara langsung ke pembuluh darah yang
menyuplai sel-sel kanker tersebut.

SOP PEMBERIAN KEMOTERAPI

SKALA PENILAIAN
Tidak Butuh Baik
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAN Dilakukan Latihan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT:
Menyusun alat-alat yang diperlukan dengan
memperhatikan teknik aseptic dan antiseptik

1. kanul vena
2. 3-way tap with extension (never use infusion
tubing ports)
3. 100/500 ml NaCl 0,9%
4. Alcohol swab, kasa steril, dressing towel, tape
5. Non sterile nitrile gloves
6. obat anti emetik/obat kemoterapi yang
diresepkan

PELAKSANAAN :
1. Mencuci tangan dan kenakan apron.
2. Menggunakan sarung tangan
3. Menjaga privacy dan mengatur kenyamanan
klien
4. Mendekati dan mengidentifikasi klien
5. Jelaskan prosedur kepada klien dengan bahasa
yang jelas
6. Memasang sampiran (bila perlu)
7. Atur peralatan:
- kanul vena
- 3-way tap with extension (never use infusion
tubing ports)
- 100/500 ml NaCl 0,9%
- Alcohol swab, kasa steril, dressing towel, tape
- Non sterile nitrile gloves
- obat anti emetik/obat kemoterapi yang
diresepkan
8. Tentukan akses vena yang akan digunakan
Prosedur
Hal yang harus di hindari :
- hindari tungkai yang telah ditusuk vena kurang
dari 60 menit
- Tungkai yang KGB nya sudah dibersihkan
- Tungkai dengan gangguan sirkulasi
- Fossa antecubiti, Vena yang rapuh, sklerosis,
dan nyeri
- Tonjolan tulang
Pemberian Obat vesikan
9. Selalu diberikan dalam urutan pertama, saat
vena dalam keadaan paling baik dan
keutuhannya masih terjamin.
10. Usap menggunakan kapas alcohol/swab alcohol
dan setelah selesai membuangnya ke dalam
bengkok
11. Suntikan obat vesikan melalui lubang sisi tabung
3-way dengan aliran infus yang cepat.
12. Selalu bilas selang infus dengan NaCl 0,9%
untuk menghindari tercampurnya obat
13. Nilai keutuhan vena setiap 10 mL dengan cara
mengecek lancar-tidaknya aliran infus yang cepat
14. Tidak menggunakan infusion pump pada vena
perifer
Contoh
 CHOP
 Cyclophosphamide : tidak vesikan, tidak iritan
 Doxorubicin: vesikan dan iritan
 Vincristine: tidak vesikan, tidak iritan
 Prednison: tablet
15. Urutan pemberian: HOCP Ekstravasasi
Doxorubisin
16. Day 1: redness, pain Day 2-4: Progressing
redness, pain, oedema/swelling and erythema
Ekstravasasi Doxorubisin
17. Day 5-8: Blistering Day 8-10: Blistering in serious
phase, peelingEkstravasasi Doxorubisin
18. Day 12: Induration, onset of necrosis Day 14:
Invasive ulceration extending to deep structures

19. Mencuci tangan

EVALUASI :
1. Melihat kondisi klien
2. Respon pasien pada saat tindakan
3. Tindakan sesuai dengan prosedur
DOKUMENTASI :
1. Nama pasien
2. Nama perawat
3. Tanggal tindakan
4. Kondisi klien
5. Paraf perawat

Nilai Akhir Keterampian = Jumlah Nilai Yang Diperoleh x 100


Total Item
Kuningan,

Penguji,

( )
Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior

Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
PEMERIKSAAN GULA DARAH
pengertian
Pemeriksaan Gula Darah adalah pemeriksaan Laboratorium dengan bahan pemeriksaan berupa darah yang bertujuan
untuk mengetahui kadar gula dalam darah

SOP PEMERIKSAAN GULA DARAH

SKALA PENILAIAN
PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN Tidak Butuh Latihan Baik
Dilakukan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
a. Kapas alkohol
b. Blood Lancet
c. Tisu/kapas kering
d. Alat pemeriksaan Gula Darah (GCT/Glucosure)
e. Darah kapiler
PERSIAPAN PASIEN
1. Salam terapeutik disampaikan pada pasien atau
keluarganya.
2. Memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilakukan
pada pasien atau keluarganya.
PELAKSANAAN

1. Cuci tangan
2. Baringkan bayi telentang tanpa dibedong dan bisa juga
dipangkuan ibunya
3. Petugas/perawat membersihkan ujung jari manis pasien dengan
kapas alkohol 70% dan biarkan kering
4. Petugas/perawat menyiapkan alat Gula Darah yang akan dipakai
Petugas.
5. Petugas/perawat rnemegang bagian jari yang akan ditusuk dan
menekan sedikit, kemudian petugas menusuk dengan lancet
steril sedalam kurang lebih 3mm.
6. Petugas/perawat menghapus tetes darah pertama dengan kapas
kering dan tetes berikutnya diteteskan pada strip Gula Darah
yang sudah dimasukkan pada alat Gula Darah.
7. Petugas/perawat membaca hasil pemeriksaan yang tertera pada
layar alat Gula Darah setelah 10 detik.
8. Petugas/perawat melakukan pencatatan hasil pemeriksaan.
9. Catat hasilnya pada lembar keperawatan
10. Bereskan alat-alat dan kembalikan ke tempat semula
11. Cuci tangan

EVALUASI
1. Respon klien pada saat tindakan dilakukan.
2. Tindakan sesuai dengan prosedur baik yang steril maupun
tidak steril
Nilai Akhir Keterampian = Jumlah Nilai Yang Diperoleh x 100
DOKUMENTASI
1. Nama pasien
2. Nama perawat
3. Catat tanggal pemeriksaan
4. Hasil pemeriksaan
5. Paraf perawat
Total Item

Kuningan,

Penguji,

( )

Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior

Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

MENGENALI HASIL PEMERIKSAAN LAB PADA ANAK DENGAN AIDS


HIV merupakan masalah kesehatan anak yang penting di beberapa negara. Pada umumnya,
tatalaksana kondisi spesifik dari anak dengan infeksi HIV mirip dengan penanganan pada anak lainnya. Sebagian
besar infeksi pada anak dengan infeksi HIV-positif disebabkan oleh patogen yang sama seperti pada anak
dengan infeksi HIV-negatif, walaupun mungkin lebih sering terjadi, lebih parah dan terjadi berulang-ulang.
Walaupun demikian, sebagian disebabkan oleh patogen yang tidak biasa. Sebagian besar anak dengan HIV-
positif sebenarnya meninggal karena penyakit yang biasa menyerang anak. Sebagian dari kematian ini dapat
dicegah, melalui diagnosis dini dan tatalaksana yang benar, atau dengan memberi imunisasi rutin dan perbaikan
gizi. Secara khusus, anak dengan HIV mempunyai risiko lebih besar untuk mendapat infeksi pneumokokus dan
tuberkulosis paru. Pencegahan dengan kotrimoksazol dan ART dapat menurunkan angka kejadian anak yang
meninggal secara dini. Penularan HIV dari ibu ke anak (tanpa pencegahan antiretroviral) diperkirakan berkisar
antara 15–45%. Bukti dari negara industri maju menunjukkan bahwa transmisi dapat sangat dikurangi (menjadi
kurang dari 2% pada beberapa penelitian terbaru) dengan pemberian antiretroviral selama kehamilan dan saat
persalinan dan dengan pemberian makanan pengganti dan bedah kaisar elektif (WHO, 2016. Hospital Care For
Children. Global Resource for the quality of care).
Stadium klinis menurut WHO
Berdasarkan Penelitian studi deskriptif. Data yang diperoleh dari rekam medis pasien Poliklinik Alergi
Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit
Umum Pusat Adam Malik, Medan dengan diagnosis infeksi HIV dari Januari 2006 sampai September 2010.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis sesuai klasifikasi WHO
Stadium klinis 1
- Asimtomatik
- Limfadenopati generalisata persisten
Stadium klinis 2
- Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskan
- Erupsi pruritik papular
- Infeksi virus wart luas
- Angular cheilitis
- Moluskum kontagiosum luas
- Ulserasi oral berulang
- Pembesaran kelenjar parotis persisten yang tidak dapat dijelaskan
- Eritema ginggival lineal
- Herpes zoster
- Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang (otitis media, otorrhoea, sinusitis, tonsillitis )
- Infeksi kuku oleh fungus
Stadium klinis 3
- Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak berespons secara adekuat terhadap terapi standar
- Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih )
- Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih dari 37,5o C intermiten atau konstan, >1 bulan)
- Kandidosis oral persisten (di luar saat 6-8 minggu pertama kehidupan)
- Oral hairy leukoplakia
- Periodontitis/ginggivitis ulseratif nekrotikans akut
- TB kelenjar
- TB Paru
- Pneumonia bakterial yang berat dan berulang
- Pneumonistis interstitial limfoid simtomatik
- Penyakit paru-berhubungan dengan HIV yang kronik termasuk bronkiektasis
- Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8g/dl ), neutropenia (<500/mm3) atau trombositopenia (<50 000/
mm3)
Stadium klinis 4
- Malnutrisi, wasting, dan stunting berat yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berespons terhadap terapi
standar
- Pneumonia pneumosistis dan Infeksi bakterial berat yang berulang (misalnya empiema, piomiositis, infeksi
tulang dan sendi, meningitis, kecuali pneumonia)
- Infeksi herpes simplex kronik (orolabial atau kutaneus >1 bulan atau viseralis di lokasi manapun)
- TB ekstrapulmonar
- Sarkoma Kaposi
- Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, atauparu)
- Toksoplasmosis susunan saraf pusat (di luar masaneonatus)
- Ensefalopati HIV
- Infeksi sitomegalovirus (CMV), retinitis atauinfeksi CMV pada organ lain, dengan onset umur >1 bulan
- Kriptokokosis ekstrapulmonar termasuk meni- ngitis
- Mikosis endemik diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis)
- Kriptosporidiosis kronik (dengan diarea)
- Isosporiasis kronik
- Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis disemi-nata
- Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkandengan HIV yang simtomatik
- Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfomaserebral
- Progressive multifocal leukoencephalopathy
RUMPLE LEED TEST (UJI TORNIQUET)
DESKRIPSI
Rumple leed test atau tourniquet test adalah suatu prosedur sederhana untuk mendeteksi gejala demam
berdarah. Pada penyakit demam berdarah, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah
dan penurunan trombosit. Kondisi ini menyebabkan kebocoran cairan intravascular ke interstisial
(terjadilah hipovolemik). Dengan RL test, kebocoran cairan dalam interstisial akan dimanifestasikan
dalam bentuk bintik-bintik merah (petekie, purpura, ekimosis)
Tujuan
Untuk mendeteksi gejala demam berdarah
Indikasi
Pasien dengan tanda dan gejala, serta kecurigaan mengalami demam berdarah

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan RL test secara lisan dengan tepat.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menyiapkan peralatan untuk tindakan RL test secara
mandiri dengan tepat
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan RL test secara mandiri dengan benar

PERSIAPAN
Persiapan Alat
1. Sphygmomanometer (tensimeter)
2. Stetoskop
3. Alat pencatata waktu (jam)
4. Pulpen

PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Pasien diminta untuk berbaring dengan tenang
2. Periksa tekanan darahnya dengan tensimeter dan stetoskop sehingga didapatkan sistolik dan
diastolic [(nilai batas atas + nilai batas bawah):2]
3. Pertahankan tekanannya antara batas atas dan batas bawah (hasil perhitungan diatas), tetapi
tidak boleh melebihi angka 100 mmHg selama kurang lebih 10 menit
4. Turunkan tekanan, kemudian lepas manset, tunggu kurang lebih 5 menit sampai kulit lengan
bawah normal kembali
5. Di lengan bawah pasien, kurang lebih 4 cm dari lekuk siku, buat lingkaran menggunakan pulpen
dengan diameter 5 cm
6. Amati apakah kulit lengan bawah terdapat titik-titik merah kecil di bawah kulit yang disebut
petekie.
a. Hasil normal, yaitu apabila di dalam lingkaran berdiameter 5 cm terdapat 0 – 10 petekie
b. Hasil positif bila didapatkan > 10 petekie
7. Bereskan peralatan
8. Cuci tangan

DAFTAR TILIK /SOP RUMPLE LEED TEST (UJI TORNIQUET)


NO ELEMEN KRITERIA UNJUK KERJA BOBOT SKOR BOBOT
KOMPETENSI X
SKOR
1 Pengkajian Kebutuhan pasien terhadap 1
tindakan RL test
diidentifikasi
2 Persiapan Alat Persiapan alat sudah 2
dilakukan dengan tepat
Alat dan bahan disusun
secara ergonomis
3 Persiapan Pasien Hubungan kepercayaan 1
dan Lingkungan dibangun
Informed consent dilakukan
Privasi pasien dijaga
Posisi pasien diatur sesuai
dengan kebutuhan
4 Pelaksanaan Tahap-tahap pelaksanaan 4
RL test dilakukan sesuai
dengan SOP
5 Evaluasi Hasil RL test 1
diinterpretasikan
Tindak lanjut hasil
pemeriksaan dilakukan
sesuai kebutuhan
6 Dokumentasi Waktu pelaksanaan 1
didokumentasikan
Hasil pemeriksaan sudah
didokumentasikan
Respons pasien selama dan
setelah pelaksanaan
prosedur
didokumentasikan
JUMLAH 10

Keterangan Skor :
1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan
2 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan maksimal
3 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan minimal
4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan tepat secara mandiri

Σ Bobot x Skor
Total Nilai = 100 =
40

Pengkajian Penyakit SLE ( sistemik lupus eritematosus )


1. Identitas
Penyakit SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kebanyakan menyerang wanita, bila dibandingkan
dengan pria perbandingannya adalah 8 : 1. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang berkulit
hitam dari pada orang yang berkulit putih.
2. Keluhan utama
Pada SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kelainan kulit meliputi eritema malar (pipi) ras seperti
kupu-kupu, yang dapat mengenai seluruh tubuh, sebelumnya pasien mengeluh demam dan
kelelahan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada penderita SLE, di duga adanya riwayat penyakit anemia hemolitik, trombositopeni,
abortus spontan yang unik. Kelainan pada proses pembekuan darah ( kemungkinan sindroma,
antibody, antikardiolipin ).
4. Riwayat penyakit keluarga
Faktor genetik keluarga yang mempunyai kepekaan genetik sehingga cenderung memproduksi
auto antibody tertentu sehingga keluarga mempunyai resiko tinggi terjadinya lupus eritematosus.
a) Pola – pola fungsi kesehatan
- Pola nutrisi
Penderita SLE banyak yang kehilangan berat badannya sampai beberapa kg, penyakit
ini disertai adanya rasa mual dan muntah sehingga mengakibatkan penderita nafsu
makannya menurun.
- Pola aktivitas
Penderita SLE sering mengeluhkan kelelahan yang luar biasa.
- Pola eliminasi
Tidak semua dari penderita SLE mengalami nefritis proliferatif mesangial, namun,
secara klinis penderita ini juga mengalami diare.
- Pola sensori dan kognitif
Pada penderita SLE, daya perabaannya akan sedikit terganggu bila pada jari – jari
tangannya terdapat lesi vaskulitik atau lesi semi vaskulitik.
- Pola persepsi dan konsep diri
Dengan adanya lesi kulit yang bersifat irreversibel yang menimbulkan bekas seperti luka dan warna
yang buruk pada kulit penderita SLE akan membuat penderita merasa malu dengan adanya lesi kulit
yang ada.
b) Pemeriksaan fisik
- Sistem integument
Pada penderita SLE cenderung mengalami kelainan kulit eritema molar yang bersifat
irreversibel.
- Kepala
Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala dan kerontokan yang sifatnya reversibel
dan rambut yang hilang akan tumbuh kembali.
- Muka
Pada penderita SLE lesi tidak selalu terdapat pada muka/wajah
- Telinga
Pada penderita SLE tidak selalu ditemukan lesi di telinga.
- Mulut
Pada penderita SLE sekitar 20% terdapat lesi mukosa mulut.
- Ekstremitas
Pada penderita SLE sering dijumpai lesi vaskulitik pada jari-jari tangan dan jari jari-jari kaki,
juga sering merasakan nyeri sendi.
- Paru – paru
Penderita SLE mengalami pleurisy, pleural effusion, pneumonitis, interstilsiel fibrosis.
- Leher
Penderita SLE tiroidnya mengalami abnormal,hyperparathyroidisme, intolerance glukosa.
- Jantung
Penderita SLE dapat mengalami perikarditis, myokarditis, endokarditis, vaskulitis.
- Gastro intestinal
Penderita SLE mengalami hepatomegaly / pembesaran hepar, nyeri pada perut.
- Muskuluskletal
Penderita mengalami arthralgias, symmetric polyarthritis, efusi dan joint swelling.
- Sensori
Penderita mengalami konjungtivitis, photophobia.
- Neurologis: Penderita mengalami depresi, psychosis, neuropathies.
PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG ANAK DENGAN DDST, KPSP, PEMERIKSAAN MASALAH
MENTAL EMOSIONAL, PEMERIKSAAN DINI AUTIS, DAN PEMERIKSAAN DINI GPPH

A. Konsep Pertumbuh dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ,
maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Andriana,
2011). Pertumbuhan (Physical Growth) adalah peningkatan dalam ukuran tubuh yaitu tinggi badan,
berat badan dan juga bertambah besarnya ukuran organ kecuali jaringan limfa yang akan mengecil
ketika usia anak bertambah (Doyle, 2009).
Sedangkan perkembangan merupakan perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan
tahap kompleksitas dari dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran (Wong, 2008).

B. Kebutuhan Dasar Anak Untuk Tumbuh Kembang

Kebutuhan dasar anak untuk proses tumbuh kembangnya dalam setiap tahapan usia terdiri dari 3
(Tiga) berdasarkan konsep Asah-Asih-Asuh, yaitu:
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)

Meliputi : bagaimana kecukupan asupan pangan/ gizi anak, perawatan kesehatan dasar yang
diterima anak (imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur), pengobatan yang didapatkan
jika anak sakit, pemukiman yang layak, kebersihan anggota keluarga, sanitasi lingkungan,
ketersediaan pakaian, dan rekreasi
2. Kebutuhan emosi/ kasih sayang (”ASIH”)

Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, atau psikososial bagi anak.

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)

Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama,


kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya. Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH
yang memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi genetik yang
dimilikinya.

C. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan

Tumbuh kembang pada masa anak sudah dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 18 tahun. Hal
ini sesuai dengan pengertian anak menurut WHO yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai berusia 18
tahun. Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak. Menurut
pedoman SDIDTK Depkes (2012), tahapan tersebut adalah :

1. Masa pranatal atau masa intrauterin (masa janin dalam kandungan)

Periode terpenting pada masa pranatal adalah trimester I kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan
otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Kehidupan bayi pada masa pranatal
dikelompokkan dua periode sebagai berikut :
a. Masa embrio, dimulai sejak konsepsi sampai usia kehamilan delapan minggu. Pada masa
ini, ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjdi suatu organisme yang berdeferensiasi
untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh.

b. Masa fetus yaitu sejak kehamilan sembilan minggu sampai kelahiran. Masa fetus ini
terbagi dua yaitu masa fetus dini (usia sembilan minggu sampai trisemester II). Yakni
terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukkan manusia sempurna, dan alat tubuh
mulai berfungsi. Berikutnya adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai
dengan pertumbuhan tetap berlangsung cepat disertai perkembangan fungsi. Pada masa
ini juga terjadi transfer imunoglobulin G (IgG) dari tubuh ibu melalui plasenta.

2. Masa bayi/ infancy (umur 0-12 bulan) terdiri atas :

a. Masa neonatal usia 0-28 hari


Terdiri dari masa neonatal dini (perinatal) yaitu usia 0-7 hari, dan neonatal lanjut yaitu usia 8-28
hari. Pada masa neonatal ini reflek-reflek primitif yang bersifat fisiologis akan muncul. Diantaranya
refleks moro (refleks merangkul yang akan menghilangkan pada usia 3-5 bulan), refleks menghisap
(sucking refleks), refleks mencari putting susu (rooting refleks), refleks mempertahankan posisi
leher/ kepala (tonick neck refleks), dan refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan
menghilang pada usia 6-8 bulan. Refleks tersebut terjadi secara simetris.
b. Masa pasca (post) neonatal umur 29 hari-12 bulan

Terbagi atas masa bayi dini (1-12 bulan) dan masa bayi akhir (1-2 tahun). Masa bayi (1-12 bulan),
pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Umur lima bulan berat badan anak sudah
dua kali berat badan lahir dan umur satu tahun sudah tiga kali berat badan saat lahir. Sementara
untuk panjang badannya pada satu tahun sudah satu setengah kali panjang badan saat lahir.

3. Masa balita dan prasekolah usia 1-6 tahun

Pada masa ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu usia 1-3 tahun (Usia Toddler) dan usia 3-6
tahun (Usia Prasekolah). Pada usia 1-3 tahun, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat daripada
saat masa bayi, tetapi perkembang motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami
penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot serta mulai berjalan-jalan.
Sedangkan usia 4-5 tahun, pertumbuhan gigi susu lengkap, anak kelihatan lebih langsing.
Pertumbuhan fisik juga relatif lambat. Anak mampu naik turun tangga tanpa bantuan, demikian juga
berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau melompat sudah mampu dilakukan. Anak mulai
berkemban superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
4. Masa Anak-Anak Tengah (6-12 tahun)

Pada masa ini pertumbuhan anak-anak berlangsung secara lambat dan konsisten. Masa ini adalah
masa periode tenang sebelum akhirnya mereka mengalami pertumbuhan cepat di masa remaja.
Seorang anak yang sudah memasuki masa sekolah maka anak tersebut akan bertambah tinggi
sekitar 2 hingga 3 inci setiap tahunnya. Anak-anak akan mengalami penambahan berat tubuh 5 - 7
pon setiap tahunnya, pertambahan berat ini terutama terkait dengan peningkatan ukuran kerangka
dan sistem otak, maupun ukuran beberapa organ tubuh.
5. Masa Anak-Anak Akhir (12-19 tahun)

Terbagi menjadi masa pre pubertas yaitu usia 12-13 tahun, dan usia remaja yaitu 13-19 tahun. Pada
tahap ini hubungan antarsaraf (grey matter) yaitu proses menyambungkan bagian-bagian otak terus
berlangsung dan di perkuat. Pengulangan stimulasi akan memperkuat hubungan yang telah
terjalln. Jaringan lemak yang menyelimuti sel saraf (white matter) bertambah banyak, sehingga
terjadi percepatan penyampaian sinyal yang berarti otak bekerja sangat baik untuk mengontrol
sistem tubuh, dan hubungan antara sel saraf menjadi stabil. Pada tahap ini, bagian yang paling
terakhir mencapai kematangan adalah Prefrontal cortex yang berfungsi mengendalikan gerakan-
gerakan, juga pengambilan keputusan. Tidak heran jika banyak remaja terlihat sulit mengendalikan
tubuh mereka.

D. Teori Yang Mendasari Tahap Perkembangan

1. Tahap perkembangan psikoseksual “Sigmund Freud”

Menurut Freud kepribadian berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak dimana
mencari kesenangan, energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi
psikoseksual digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku. Kepribadian
sebagian besar dibentuk pada usia lima tahun, awal perkembangan berpengaruh besar
dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.

Tabel 2.3 Tahap-Tahap Perkembangan Psikoseksual


Fase Karakteristik
Oral  Fokus utama kepuasan seksual manusia berada pada aktivitas
(0-2 tahun) mulut.

Anal  Kepuasan seksual manusia berada pada aktivitas anus


(2-3 tahun)
Phalic  Fokus utama libido adalah pada alat kelamin, manusia akan
(3-5 tahun) mencoba mengenali identitas kelaminnya.

 Anak menemukan perbedaan antara pria dan wanita.

Fase Latent  Saat eksplorasi dimana energi seksual tetap ada, tapi diarahkan ke
(6 -12 tahun). area lain (pengejaran intelektual dan interaksi sosial)

 Aktivitas seksual cenderung tidak Nampak, karena individu


disibukkan dengan pencarian prestasi.

Fase Genital  Individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan
(12 tahun ke jenis. Tahap awal fokus pada kebutuhan individu, kemudian pada
atas). kepentingan kesejahteraan orang lain

 Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang


harus seimbang, hangat dan peduli.

 Tujuan tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara


berbagai bidang kehidupan.

2. Tahap perkembangan psikososial “Erik Erikson”

Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial.
Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat. Ada 8 (delapan) tingkatan
perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Setiap tingkatan berhubungan dengan kemampuan
dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik, orang akan merasa pandai, jika
tidak tertangani dengan baik orang akan tampil dengan perasaan tidak selaras.
Tabel 2.4 Tahapan perkembangan psikososial “Erik Erikson”
Developmental Basic Components Tugas yang harus Dijalani
Stage
Infancy  Perilaku bayi didasari  Menumbuhkan dan
(0-1 thn) dorongan mempercayai/ mengembangkan
tidak mempercayai orang- kepercayaan tanpa harus
Trust vs
orang di sekitarnya. Dia menekan kemampuan untuk
Mistrust
sepenuhnya mempercayai hadirnya suatu
orang tua, orang yang ketidakpercayaan.
dianggap asing dia tidak akan
dipercayainya  Kepercayaan akan terbina
dengan baik apabila dorongan
oralis pada bayi terpuaskan

Early childhood  Ditandai adanya  Kemandirian (otonomi)


(1-3 thn) kecenderungan autonomy – sekaligus dapat memperkecil
shame, doubt. perasaan malu dan ragu-ragu
Autonomy vs
Shame, Doubt  Sampai batas tertentu anak  Belajar mengontrol tubuh,
sudah bisa beraktifitas tanpa sehingga akan nampak usaha
ditolong orang tuanya, tetapi atau perjuangan anak
mulai memiliki rasa malu dan terhadap pengalaman baru
keraguan dalam berbuat, yang berorientasi pada
sehingga seringkali minta tindakan menyebabkan
persetujuan orang tuanya. adanya sikap mengontrol diri
sendiri dan menerima kontrol
dari orang lain

 Anak dalam perkembangan


nya dapat menjadi pemalu
dan ragu-ragu.

Preschool age (4-  Anak telah memiliki beberapa  Belajar punya gagasan
5 thn) kecakapan, terdorong (inisiatif) tanpa banyak
Initiative vs Guilt melakukan kegiatan, tapi melakukan kesalahan.
karena kemampuan masih
terbatas adakalanya  Mempelajari kemampuan
mengalami kegagalan. shg baru dan merasa memiliki
menyebabkan memiliki tujuan.
Developmental Basic Components Tugas yang harus Dijalani
Stage
perasaan bersalah, tidak mau  Orang tua mendorong anak
berinisatif atau berbuat. untuk mewujudkan gagasan
dan ide-idenya.

 Tahap kelamin-lokomotor
(genital-locomotor stage)
 Keberanian, kemampuan
untuk bertindak tidak terlepas
dari kesadaran dan
pemahaman mengenai
keterbatasan dan kesalahan
yang pernah dilakukan
sebelumnya.

School age (6-11  Anak sangat aktif  Mengembangkan


thn) mempelajari apa saja di kemampuan bekerja keras
Industry vs
Inferiority lingkungannya. dan menghindari rasa
rendah diri.
 Dorongan untuk
mengatahui dan berbuat  Orang tua harus
terhadap lingkungannya mendorong, guru memberi
sangat besar, tapi kadang perhatian, teman
menghadapi kesukaran menerima kehadirannya,
bahkan kegagalan shg dsb
menyebabkan anak rendah
diri  Adanya pengembangan
anak terhadap rencana
yang pada awalnya hanya
sebuah fantasi semata,
namun berkembang bahwa
rencana yang ada harus
dapat diwujudkan yaitu
untuk dapat berhasil dalam
belajar.
Developmental Basic Components Tugas yang harus Dijalani
Stage
Adolescence (12-  Berusaha membentuk dan  Orang harus mencapai
10 thn) memperlihatkan identitas diri tingkat identitas ego,
mengetahui siapa dirinya
Identity vs  Pada remaja sering sangat
dan bagaimana cara
Identity ekstrim, berlebihan, sehingga
Confusion seseorang terjun ke tengah
dipandang sebagai
masyarakat.
penyimpangan atau
kenakalan, sering diimbangi  Harus dapat melihat dan
rasa setia kawan dan mengembangkan sikap yang
toleransi yang besar terhadap baik antara dirinya bagi
kelompok sebayanya. orang lain

 Sangat patuh terhadap peran  Jika tahap sebelumnya


yang diberikan kepada berjalan kurang lancar atau
masing-masing anggota. tidak berlangsung secara
baik, dapat terjadi identity
confusion atau kekacauan
identitas

Young adulthood  Ikatan kelompok sudah mulai  Mencapai kedekatan dengan


(21-40 thn) longgar, sudah mulai selektif orang lain dan berusaha
membina hubungan yang menghindar dari sikap
Intimacy vs
intim hanya dengan orang- menyendiri.
Isolation
orang tertentu yang
sepaham.  Kecenderungan antara
keintiman dan isoalasi harus
 Timbul dorongan untuk berjalan dengan seimbang
membentuk hubungan yang guna memperoleh nilai
intim dengan orang tertentu, positif.
kurang akrab atau renggang
dgn yang lainnya.  adanya afiliasi dan elitisme
dengan orang lain.

Adulthood  Telah mencapai puncak dari  Mengabdikan diri guna


(41-65 thn) perkembangan segala keseimbangan antara sifat
kemampuannya. melahirkan sesuatu
Generativity
(generativitas) dengan tidak
vs Stagnation  Pengetahuan cukup luas, berbuat apa-apa (stagnasi).
kecakapan cukup banyak,
Developmental Basic Components Tugas yang harus Dijalani
Stage
sehingga perkembangan  Adanya kepedulian terhadap
individu sangat pesat. generasi yang akan datang.

 Tapi tidak mungkin  Memperdulikan orang lain.


menguasai segala macam
ilmu dan kecakapan, sehingga  Menghindari stagnasi yaitu
tetap pengetahuan dan pemujaan terhadap diri
kecakapannya terbatas sendiri dan sikap tidak
perduli terhadap siapapun

Senescence (+65  Individu telah memiliki  Integritas dan berupaya


thn) kesatuan atau intregitas menghilangkan putus asa
pribadi, semua yang telah dan kekecewaan.
Ego Integrity vs
dikaji dan didalaminya telah
Despair  Merupakan tahap yang sulit
menjadi milik pribadinya.
dilewati karena sudah
 Pribadi yang telah mapan di merasa terasing dari
satu pihak digoyahkan oleh lingkungannya, dianggap
usianya yang mendekati akhir tidak dapat berbuat apa-apa
lagi atau tidak berguna

 Kecenderungan terjadinya
integritas lebih kuat
dibandingkan dengan
kecemasan menyebabkan
maladaptif, sementara
mereka tidak mau
menghadapi kesulitan dan
kenyataan di masa tua

3. Teori perkembangan kognitif “Jean Piaget”

Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan tentang kecerdasan,
pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan
syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi
social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan
4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu
mempu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan
pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

4. Tahap perkembangan psikomoral “Kohberg”

Menurut Kohlberg tujuan pendidikan moral yaitu untuk mendorong individu-individu guna
mencapai tahapan-tahapan perkembangan moral selanjutnya. Tahapan tingkatan anak menuju ke
tingkatan dewasa:
a. Pre-Conventional level

Pada level ini anak memberikan jawaban terhadap aturan-aturan kebiasaan, baik dan buruk, salah
dan benar.
Tahap 1 : The punishment and obedience orientation
Perilaku anak bukan tumbuh sebagai suatu kesadaran dalam diri sendiri, akan tetapi melakukan
dengan keterpaksaan, dimana anak akan berfikir jika tidak patuh akan mendapat hukuman yang
telah diputuskan. Dengan adanya tahap ini anak bisa disiplin tetapi juga dapat takut akan dengan
kesalahannya.
Tahap 2: The instrumental relativist orientasi.
Pada tahap ini pandangan terhadap perbuatannya anak sadar memuaskan kebutuhannya sendiri
maupun dengan orang lain.
b. Conventional level
Pada level ini telah tumbuh kesadaran dan penghargaan terhadap individu lain, keluarga, kelompok,
atau negara dan hal hal tersebut di anggap memiliki nilai bagi dirinya. Tahap ini memberikan
penekanan kepada usaha aktif untuk mengidentifikasi diri dengan pribadi–pribadi atau kelompok
yang ada sekitarnya.
Tahap 3 : The interpersonal concordance of “Good boy nice gril” Orientation. Usaha dalam diri
seorang anak untuk menentukan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang di anggap memiliki
validitas yang diwujudkan tanpa harus mengaitkankannya dengan otoritas kelompok atau pribadi-
pribadi yang mendukung prinsip-prinsip tersebut, sekaligus terlepas dari identifikasi seseorang
terhadap kelompok.
Tahap 4 : The social contrack legalistic orientation (orientasi kontrak sosial legalistik). Perbuatan
yang benar didefinisikan sebagai kebenaran individual secara umum langsung kesadaran yang cukup
tinggi akan adanya perbedaan individu yang berkaitan dengan nilai-nilai ataupun pendapat-
pendapatnya.
Tahap 5 : The universal ethical principle orientation. Apa yang secara moral di pandang benar tidak
harus di batasi oleh hukum-hukum atau aturan-aturan social akan tetapi lebih di batasi kata hati dan
kesadaran menurut prinsip-prinsip. Sebelum seseorang dapat mencapai tahap perkembangan
moral yang paling tinggi, ia harus melewati terlebih dahulu memahami tahap-tahap yang bervariasi
tersebut.
5. Tahap perkembangan kepribadian “Sullivan”

Orang Proses Perkembangan


Periode Pencapaian Utama
Penting Interpersonal Negatif
Infancy Pemeran Kelembutan Awal mengorganisasi Rasa aman beroperasi
0-1,5 Keibuan kasih sayang pengalaman, belajar melalui aparthy dan
Lahir- memuaskan beberapa somnolent
berbicara kebutuhan diri detachment
Orang tua Melindungi rasa Belajar melalui Perfomansi as if,
Childhood
aman melalui identifikasi dengan rasionalisasi
1,5-4
imaji teman orang tua; belajar preokupasi
Berbicara-
sebaya sublimasi mengganti transformasi jahat
hubungan
suatu kepuasan dgn
sebaya
kepuasan yg lain
Teman Orientasi Belajar bekerja sama Stereotip
Juvenile
bermain menuju dan bersaing dengan Ostrasisme
4-8/10
seusia kehidupan orang lain, belajar Disparajemen
Hubungan
sebaya berurusan dengan figur
sebaya-chum
otoritas
Pra-adolesen Chum Intimasi Belajar mencintai orang Loneliness
8/10-12 tunggal lain seperti atau
Chum- melebihi mencintai diri
pubertas awal sendiri
Orang Proses Perkembangan
Periode Pencapaian Utama
Penting Interpersonal Negatif
Adolesen Chum jamak Intimasi dan Integrasi kebutuhan Pola tingkahlaku
Awal nafsu seks ke Intimasi dengan seksual yang tidak
12-16 orang yang kepuasan seksual terpuaskan
Pubertas-Seks berbeda
mantap
Adolesen Kekasih Menggabung Integrasi ke dalam Personifikasi yang
Akhir Intimasi dengan masyarakat dewasa, tidak tepat
16-20 nafsu self-respect Keterbatasan hidup
Seks mantap
Tanggung
jawab sosial

E. Pemantauan Perkembangan Dengan Denver II dan SDIDTK

Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan


indikator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Dengan demikian perkembangan anak harus
dipantau secara berkala agar bila ditemukan kecurigaan penyimpangan perkembangan dapat
segera dilakukan intervensi dini sebelum terjadi kelainan. Intervensi pada anak dengan kecurigaan
penyimpangan perkembangan sebaiknya dilakukan sebelum usia 3 (tiga) tahun.
Bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan perkembangan perlu mendapat
prioritas, misalnya bayi prematur, berat lahir rendah, riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia, infeksi
intrapartum, ibu diabetes mellitus, gemeli, dll.
Ada beberapa jenis alat/ cara untuk melakukan skrining perkembangan pada seorang anak.
Menurut Jurnal Penelitian Kadi, Fadlyana, dkk tahun 2008 tentang Kesetaraan Hasil Skrining Risiko
Penyimpangan Perkembangan Menurut Cara Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dan
Denver II pada Anak Usia 12-14 Bulan dengan Berat Lahir Rendah didapatkan hasil Nilai sensitifitas
dan spesifisitas untuk KPSP dalam penelitian ini masing-masing adalah 95% dan 63%, dengan nilai
Kappa 0,552 dan p < 0,0001. Kesimpulannya pemeriksaan KPSP setara moderate dengan Denver II
dan dapat menjadi alat deteksi dini.
1. Skrining Perkembangan Denver II

a. Pengertian

Denver II merupakan salah satu alat skrining perkembangan untuk mengetahui sedini mungkin
penyimpangan perekembangan yang terjadi pada anak sejak lahir sampai berumur 6 tahun
(Andriana, 2011). Denver II telah dilakukan revisi utama dan standararisasi ulang dari Denver
Development Screning Test (DDST) dan Reviced Denver Developmental Screening Test (DDST-R).

b. Manfaat

Manfaat Denver II diantaranya adalah :


 Mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai anak

 Menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin

 Meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha menciptakan
kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan anak.

c. Aspek yang dinilai

Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, dikelompokkan menjadi 4 sektor, yaitu :
1) Sektor personal sosial

Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan. Dalam hal ini terdapat aspek penglihatan, pendengaran, komunikasi, gerak halus dan
kemandirian.
2) Sektor gerakan motorik halus (Fine Motor Adaptive)

Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan kegiatan
yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil.
3) Sektor Bahasa (Language)

Yaitu kemampuan untuk memberikan refleks terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
Sehingga dalam skrining ini terdapat aspek pendengaran, penglihatan dan pemahaman, komunikasi
verbal),
4) Sektor gerakan motorik kasar (Gross Motor).

Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena
dilakukan otot-otot besar. Contohnya duduk, melompat, berjalan, dll.
d. Tahap Pelaksanaan

Denver II dilakukan melalui dua tahap, yaitu :


1) Tahap pertama secara periodik dilakukan pada usia 3 – 6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24
bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun
2) Tahap kedua
Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama,
kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
e. Langkah Persiapan

1) Test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang dan bersih.

2) Perlengkapan test :

 Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm)

 Manik-manik

 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm

 Kerincing dengan gagang yang kecil

 Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm

 Bel/lonceng kecil

 Bola tennis

 Pensil merah
 Boneka kecil dengan botol susu

 Cangkir plastic dengan gagang/ pegangan

 Kertas kosong

3) Formulir Denver

 Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125 gugus tugas yang
disusun dalam formulir menjadi 4 sektor

 Skala umur tertera pada bagian atas formulir terbagi dari umur dalam bulan dan tahun, sejak
lahir sampai berusia 6 tahun.

 Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24 bulan. Kemudian
mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.

 Pada tiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas kemampuan
perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90% dari populasi anak lulus pada tugas perkembangan
tersebut. Misalnya :

6 9 12 15

25% 50% 75% 90%

Berjalan dengan baik

Keterangan :
 25% populasi anak sudah dapat berjalan dengan baik pada usia 11 bulan lebih, 50% pada usia 12
1/3 bulan.

 Pada ujung sebelah kiri dari daerah hitam menunjukkan bahwa 75% populasi sudah dapat
berjalan dengan baik pada usia 13 ½ bulan

 Pada ujung kanan dari daerah hitam menunjukkan 90% populasi anak sudah dapat berjalan dg
baik pada usia 15 bulan.

 Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak sebelah kiri,
contohnya R singkatan dari report, artinya tugas perkembangan tersebut dapat lulus
berdasarkan laporan dari orang tua/ pengasuh anak, tetapi apabila memungkinkan maka
penilai dapat memperhatikan apa yang biasa dilakukan oleh anak.

 Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada pada
formulir.

R
I

4) Menjelaskan pada orang tua bahwa Denver II bukan test IQ.

5) Lingkungan diatur agar nyaman dan aman selama dilakukan test.

f. Prosedur Pelaksanaan

1) Sapa orang tua/ pengasuh anak dengan ramah, jelaskan maksud dan tujuan

2) Komunikasi yang baik dengan anak.

3) Hitung umur anak dan buat garis umur (catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan
pada formulir, umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir. Bila
anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas.

4) Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis
umur.

5) Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan dari kit sesuai dengan apa
yang ingin ditestkan.

6) Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan mulai dari sektor paling mudah
dan tugas perkembangan yang terletak disebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai
ke kanan garis umur.

7) Tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat disebelah kiri garis umur
dan tiap tugas perkembangan dalam garis umur.
8) Bila anak tidak mampu melakukan salah satu uji coba pada langkah 1 (gagal / menolak/ tidak ada
kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri garis umur pada sektor sama sampai anak
dapat ”lulus” 3 tugas perkembangan.

9) Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah i, lakukan tugas
perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama sampai anak :
gagal” pada 3 tugas perkembangan.

10) Beri skor penilaian dan catat pada formulir Denver II

g. Skoring

 Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu memberi laporan (tepat/
dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya)

 Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu memberi
laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukan dengan baik.

 Refuse/ menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba, penolakan dapat dikurangi
dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus dilakukan”, jika tidak menanyakan kepada anak
apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh ibu tidak diskor sebagai penolakan).

 By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai kesempatan
untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba
dengan tanda R.
h. Interpretasi Nilai

1) Lebih (advanced)

Apabila seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan
perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.
Garis umur
P

2) Normal

Apabila seorang anak gagal/ menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis umur
dikategorikan sebagai normal.
Garis umur Garis umur
F R

Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas perkembangan dimana garis
umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka dikategorikan sebagai normal.

Garis umur Garis umur


P F

Garis umur
R

3) Caution/ peringatan

Bila seorang anak gagal (F) atau menolak tugas perkembangan, dimana garis umur terletak pada
atau antara persentil 75 dan 90.
Garis umur Garis umur
F R
Garis umur Garis umur
R F

4) Delay/ keterlambatan

Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap disebelah kiri
garis umur.
Garis umur Garis umur
F R

5) No Opportunity/ tidak ada kesempatan

Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak
ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak dimasukkan dalam
mengambil kesimpulan.
Garis umur Garis umur
NO NO
i. Interpretasi Hasil Penilaian

a) Normal

 Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.

 Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.

b) Suspect / di duga

 Bila didapatkan ≥ 2 caution dan / atau ≥ 1 keterlambatan

j. Instrumen pemeriksaan Denver II

1. Sektor Personal Sosial

2. Sektor Motorik Halus-Adaptif


No. Item Cara pemeriksaan Syarat lulus
1. Mengikuti Tidurkan anak telentang. Pegang Anak dapat mengikuti benang ke
ke garis tengah benang merah di atas wajah anak titik tengah garis setengah
sejauh ia dapat memfokuskannya. lingkaran dengan kedua matanya
Goyangkan benang untuk atau dengan kepala dan matanya.
menarik perhatian dan gerakan
dengan lambat setengah lingkaran
dari satu sisi tubuh anak ke sisi tubuh
yang lain beberapa kali. Gerakan
tangan dapat dihentikan untuk
menarik kembali perhatian anak lalu
dilanjutkan kembali.

2. Mengikuti Lihat item motorik halus no 1. Anak dapat mengikuti benang


melewati garis melewati garis tengah setengah
tengah lingkaran dengan mata atau
dengan kepala dan mata.
3. Memegang Ketika anak telentang atau dipegangi Anak memegang kerincingan
kerincingan oleh orang tuanya, sentuhkan bagian dalam beberapa detik.
belakang atau ujung jari tangan anak
dengan kerincingan.
4. Tangan Tidurkan anak terlentang. Perhatikan Anak mengangkat kedua
bersentuhan apakah kedua tangannya diangkat tangannya bersama-sama
bersama-sama ke garis tengah menuju garis tengah tubuh.
tubuhnya, melewati dagu dan mulut.
5. Mengikuti 180 Lihat item motorik halus no 1. Anak dapat mengikuti benang
derajat dengan menyusuri setengah
lingkaranbdari satu sisi tubuh ke
sisi tubuh yang lain.
6. Mengamati Anak didudukan dipangkuan orang Anak melihat jelas kea rah manik-
manic-manik tua, lalu jauhkan manik-manik manik tersebut.
dihadapan anak. Sebaiknya manik-
manik diletakan pada tempat yang
berwarna kontras seperti selembar
kertas putih. Pemeriksa dapat
menunjuk atau menyentuh manik-
manik untuk menarik perhatian anak.

7. Meraih Anak duduk dipangkuan orang tua, Anak mengulurkan tangan kearah
kedua tangannya diletakan diatas objek atau paling tidak
meja. Letakkan mainan kerincingan menggerakkan tangan untuk
yang mudah dijangkau, dorong anak mencapai mainan tersebut.
untuk mengambil mainan tersebut.

8. Mencari benang Anak didudukkan dipangkuan orang Anak tampak jelas mencari
tua, tarik perhatiannya pada benang benang kea rah bawah atau ke
merah yang dipegang pemeriks. Saat lantai.
anak melihat kearah benang, jauhkan
benang sehingga seolah-olah
menghilang. Jangan gerakkan tangan
kecuali untuk melepaskan benang
No. Item Cara pemeriksaan Syarat lulus
merah. Ulangi jika respon anak tidak
jelas.
9. Menggaruk Anak didudukkan di panggkuan orang Anak mengambil manik-manik
manik-manik tua, kedua tangannya diatas meja. dengan menggunakan gerakan
Jatuhkan satu manik-manik didepan seluruh tangan. Pastikan manik-
anak dalam jarak yang mudah manik tidak melekat di tangan
dijangkau anak. anak, tetapi jelas diambilnya.

10. Memindahkan Berikan anak sebuah kubus, lalu Anak memindahkan sebuah
kubus berikan satu lagi pada tangan yang kubus dari tangan yang satu
sama. Anak akan memindahkan kubus ketangan yang lain, tanpa
pertama ke tangan yang lain sehingga menggunakan anggota tubuhnya,
ia dapat mengambil kubus yang mulut, atau meja.
kedua.
11. Mengambil dua Letakan dua kubus diatas meja di Anak mengambil dua kubus dan
kubus depan anak. Dorong anak untuk dipegang setiap tangan, masing-
mengambil kubus, tetapi jangan masing satu kubus, secara
berikan kubus ke anak. bersamaan.

12. Memegang Lihat item motorik halus no 9. Anak mengambil manik-manik


dengan ibu jari pemeriksa dapat menunjuk/ dengan jari telunjuk dan ibu jari
dan jari menyentuh manik-manik untuk bersama-sama atau dengan
telunjuk. menarik perhatian anak. beberapa jari.

13. Membenturkan Letakkan satu kubus di masing-masing Anak memegang satu kubus di
dua kubus tangan anak dan dorong untuk masing-masing tangan dan
membenturkan kedua kubus membenturkan kubus tersebut
bersama-sama.pemeriksa dapat bersama-sama atau jika orang
memberikan contoh. Bila anak tidak tua melaaporkan bahwa anak
membenturkan kedua kubus, memukulkan benda yang lebih
tanyakan pada orang tua apakah anak kecil bersama-sama.
dapat membenturkan benda lebih
kecil bersama-sama dlm satu waktu.

14. Menaruh kubus Letakan tiga kubus dan satu cangkir di Anak memasukakn kubus ke
di cangkir atas meja di hadapan anak. Dorong dalam cangkir sedikitnya satu
anak untuk memasukan kubus ke kubus dan membiarkan yang lain.
dalam cangkir dengan memberikan
contoh dan aba-aba beberapa kali.

15. Mencoret-coret Letakkan kertas dan pensil di atas Anak membuat coretan yang
meja. Pemeriksa boleh meletakan bertujuan di kertas. Berikan skor
pensil di tangan anak dan gagal jika anak membuat coretan
mendorongnya untuk mencoret- pensil secara tidak sengaja.
coret, tapi jangan memberikan
contoh bagaimana cara mencoret-
coret. Perhatikan anak dengan
saksama demi keamanan mata
dan mulut anak pada saat
menggunakan pensil.
No. Item Cara pemeriksaan Syarat lulus
16. Mengeluarkan Contohkan pada anak 2-3 kali untuk Anak mengeluarkan/membuang
manic-manik mengeluarkan manik-manik dari manik-manik dari botol atau
dengan contoh. botol, kemudian minta anak untuk mengambil/ menggaruk botol
mengulanginya (jangan menggunakan yang tertutup untuk
kata buang atau tumpahkan). membukanya, lalu mengeluarkan
manik-manik tersebut. (Jangan
beri skor lulus jika anak
memindahkan manik-manik
dengan jari-jarinya).
17. Menara dari Anak di dudukkan di dekat meja, Anak meletakan satu kubus di
dua kubus kedua tangan di atas meja. Dorong atas kubus lainnya sehingga tidak
anak untuk menumpuk kubus satu jatuh saat anak memindahkan
demi satu dengan contoh dan aba- tangannya.
aba yang di berikan.
18. Menara dari Lihat item motorik halus nomor 17. Anak meletakkan satu kubus di
emmpat kubus atas kubus lainnya sehingga
tersusun sampai empat kubus
dan tidak jatuh saat anak
memindahkan tangannya.

19. Menara dari Lihat item motorik halus nomor 17. Anak meletakkan satu kubus
enam kubus diatas kubus lainnya sehingga
tersusun sampai enam kubus dan
tidak jatuh saat anak
memindahkan tangannya. Jika
lulus menara dari 6 kubus, berarti
anak juga lulus menara dari 4
kubus dan menara 2 kubus.
20. Meniru garis Anak di dudukan di kursi yang Anak membuan 1 garis vertikal
vertikal nyaman untuk menulis. Letakkan atau lebih di atas kertas, minimal
sebuah pensil dan selembar kertas di sepanjang 2,5 cm, dengan sudut
depan anak, kemudian katakana kemiringan tidak lebih dari 30
kepada anak untuk menggambar garis derajat.
vertikal pada anak. Jangan
membimbing tangan anak. Percobaan
dapat dilakukan tiga kali.
21. Menara dari Lihat item motorik halus nomor 17. Anak meletakan satu kubus di
delapan kubus atas kubus lainnya sehingga
tersusun sampai 8 kubus dan
tidak jatuh saat anak
memindahkan tangannya. Jika
lulus menara dari 8 kubus, berarti
anak juga lulus menara dari 6
kubus, menara dari 4 kubus, dan
menara dari 2 kubus.
22. Menggoyangkan Contohkan pada anak dengan Anak menggerakkan genggaman
ibu jari menggunakan 1 atau 2 tangan untuk baik dengan 1 tangan maupun 2
membuat genggaman, dengan posisi tangan tanpa membuat gerakan
ibu jari mengarah ke atas. Ayun- pada jari-jari selain ibu jari.
ayunkan ibu jari pemeriksa. Katakan
pada anak untuk mengayunkan atau
No. Item Cara pemeriksaan Syarat lulus
menggerakan ibu jari ke kanan dan
kekiri dengan cara yang sama. Jangan
membantu anak.

23. Mencontoh 0 Berikan pada anak pensil dan kertas. Anak menggambar beberapa
(lingkaran) Tunjukan kepada anak gambar bentuk yang mendekati atau
lingkaran di belakang lembar DDST II/ sangat mendekati lingkaran yang
pemeriksa dapat membuat gambar tertutup. (Gagal jika garis
sendiri tanpa menyebutkan bentuk berkelanjutan sehingga
gambar dan menggerakan jari membentuk spiral).
telunjuk atau pensil untuk
menunjukan bagaimana cara
membuat lingkaran, katakana kepada
anak : “buat satu gambar yang sama
seperti gambar ini”. Tes dapat
dilakukan tiga kali

24. Menggambar Berikan anak pensil dan kertas. Anak menggambar 3 atau lebih
orang 3 bagian Katakana pada anak untuk mggambar bagian. Bagian sepasang dinilai
seseorang. Patikan anak telah satu bagian.
menyelesaikan gambar sebelum
dinilai

25. Mencontoh Berikan anak pensil dan kertas. Anak menggambar 2 garis saling
tanda + (tanda Tunjukkan pada anak tanda + pada berpotongan,
plus) kertas. Tanpa menyebut bentuk setidaknya mendekati titik
gambar atau menggerakan jari atau tengah. Garis tidak perlu benar-
pensil untuk menunjukkan cara benar lurus
pembuatannya.

26. Memilih garis Tunjukkan pada anak 2 garis parallel Anak memilih garis yang lebih
yang lebih dan tanyakan pada anak mana yang panjang 3 dari 3 tes atau 5 dari 6
panjang lebih panjang. Putar kertas dan tes
tanyakan kembali, apabila anak tidak
menjawab benar sebanyak 3 kali,
maka ulang pertanyaan.

27. Mencontohkan Laksanakan item no.29. bila anak Anak menggambar bujur sangkar
persegi dengan tidak dapat mencontohkannya dengan garis lurus dan
petunjuk tunjukan cara membentuk 4 sudut
membuatnya.

28. Menggambar Laksanakan item no.24 Anak menggambar 3 atau lebih


orang 6 bagian bagian. Sama dengan item no. 24

29. Mencontohkan Berikan anak pensil dan kertas dan Merujuk pada syarat lulus item
persegi tunjukan pada anak gambar bujur motorik halusno.27
sangkar

3. Sektor Bahasa
No Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
1. Bereaksi Pegang bel sehingga anak tidak dapat Anak merespon bunyi bel
terhadap bel melihatnya, sembunyikan bel

2. Bersuara Selama tes, dengarkan suara lain yang Anda mendengar anak
dikeluarkan selain tangisan. mengeluarkan banyak suara

3. Ooh/ ahh Dengarkan apakah anak membuat Anda mendengar anak


suara seperti Ooh..atau aah.. mengeluarkan suara tersebut

4. Tertawa Dengar apakah anak tertawa dengan Anda mendengar anak tertawa
keras dengan keras.

5. Berteriak Dengar apakah anak mengeluarkan Anda mendengar anak


suara yang keras atau teriakan yang berteriak.
menyenangkan.

6. Menoleh ke Berdiri di belakang anak pada saat Anak merespon dengan


bunyi anak dipangku menghadap orang menoleh kea rah datangnya
kerincingan tuanya atau didudukan di atas meja. suara.

7. Menoleh Letakkan tangan anda di antara mulut Anak menoleh ke arah


ke arah anda. Berbisiklah sambil menyebut datangnya suara
datangnya suara nama anak beberapa kali
8. Bersuara 1 suku Dengarkan apakah anak menghasilkan Anda mendengarkan anak
kata satu suku kata menghasilkan satu suku kata.

9. Meniru bunyi Buat suara seperti batuk Anak meniru suara anda
kata-kata
10. Papa atau mama Dengarkan apakah anak mengucapkan Anak mengatakan papa atau
(tidak spesifik) kata papa atau mama mama
11. Kombinasi 2 Dengar apakah anak mengulang-ulang Anak dapat mengulang 2 suku
suku kata yang 2 suku kata yang sama kata
sama
12 Mengoceh Dengarkan apakah anak membuat Anak mengoceh
percakapan yang tidak masuk akal
kepada dirinya sendiri

13. Papa atau Dengarkan apakah anak mengucapkan anak mengucapkan kata papa
Mama (spesifik) kata papa kea rah papa atau mama atau mama dengan penuh
kea rah mama makna
14. Mengucapkan Tanyakan pada orang tua anak berapa Orang tua melaporkan anak
1kata banyak kata yang dapat diucapkan dapat
oleh anak dan kata apa saja mengucapkan 1 kata
15. Mengucapkan Tanyakan pada orang tua anak berapa Orang tua melaporkan anak
2kata banyak kata yang dapat diucapkan dapat
oleh anak dan kata apa saja mengucapkan 2 kata

16. Mengucapkan 3 Tanyakan pada orang tua anak berapa Orang tua melaporkan anak
kata banyak kata yang dapat diucapkan dapat mengucapkan 3 kata
oleh anak dan kata apa saja
No Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
17. Mengucapkan 4 Tanyakan pada orang tua anak berapa Orang tua melaporkan anak
kata banyak kata yang dapat diucapkan dapat mengucapkan 4 kata
oleh anak dan kata apa saja

18. Menunjuk 2 Pastikan anak dapat menunjuk suatu Anak menunjuk dengan benar 2
gambar gambar atau 3 gambar.

19. Kombinasi kata Dengarkan apakah anak sudah Anda mendengar anak
membuat kombinasi sedikitnya 2 kata mengucapkan kombinasi 2 kata
yang bermakna untuk menunjukkan
suatu tindakan

20. Menyebut 1 Tunjukan pada anak suatu gambar dan Anak menyebut 1 nama gambar
gambar biarkan anak menyebutkan nama dengan benar
gambar

21. Bagian tubuh 6 Pastikan anak dapat menunjuk bagian- Anak menunjuk dengan benar
bagian tubuh

22. Menunjuk 4 Lihat item no.18 Anak menunjuk dengan benar 4


gambar atau 5

23. Pembicaraan Selesai tes, perhatikan kemampuan Pemeriksa memahami sebagian


sebagian berbicara anak yang bermakna dari pembicaraan anak
dimengerti

24. Menyebut 4 Lihat item no.20 Anak menyebut 4 nama gambar


gambar dengan benar

25. Mengetahui 2 Minta anak 2 kegiatan pada gambar Anak dapat menunjukan 2 atau 3
Kegiatan gambar dengan benar

26. Mengerti 2 Tanyakan kepada anak pertanyaan Anak menjawab dengan benar 2
kata sifat yang berhubungan dengan kata sifat pertanyaan

27. Menyebut 1 Pastikan anak dapat menyebut warna Anak dapat menyebutka 1,2,
warna atau 3 warna

28. Kegunaan 2 Tanyakan pada anak satu per satu Anak menjawab dengan benar 2
benda kata yang berhubungan dengan kata pertanyaan
benda
29. Menghitung Letakkan 8 kubus di atas meja dii Anak meletakkan 1 kubus dan
1kubus depan anak mengatakan ada 1 kubus di atas
kertas
30. Kegunaan 3 Lihat item no.28 Anak menjawab dengan benar 3
benda pertanyaan

31. Mengetahui 4 Lihat item no.25 Anak dapat menunjuk 4 atau5


Kegiatan gambar dengan benar
No Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
32. Pembicaraan Lihat item no.23 Pemeriksa memahami seluruh
seluruhnya pembicaraan anak
dimengerti
33. Mengerti 4kata Minta anak berdiri Anak dapat menjalankan 4 tugas
depan dengan benar
34. Menyebut 4 Lihat item no.27 Anak dapat menyebutkan 4
warna warna dengan benar
35. Mangartikan 5 Tanya kepada anak 5 kata Anak dapat mengartikan 5 atau
kata 6 kata dengan benar
36. Mengerti 3 kata Lihat item no.26 Anak menjawab dengan 3
Sifat pertanyaan
37. Menghitung 5 Lihat item no.29 Anak meletakkan 5 kubus dan
kubus mengatakan ada 5 kubus di atas
Kertas
38. Menyebutkan 2 Tanyakan pertanyaan mengenai lawan Anak dapat menjawab 2 kata
lawan kata kata dengan benar
39. Mengartikan 7 Lihat item no. 35 Anak dapat mengartikan 7 kata
Kata dengan benar

4. Sektor Motorik Kasar


No. Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
1. Gerak seimbang Tidurkan anak terlentang, amati Anak menggerakan lengan dan
aktifitas lengan dan tungkai anak tungkainya dengan seimbang
2. Mengangkat Tidurkan anak dalam posisi tengkurap. Anak mengangkat kepala
kepala Amati gerakan kepala. sehingga dagu berjauhan dengan
permukaan tanpa
menoleh ke kiri dan ke kanan
3. Kepala Lihat item motorik kasar no.2 Anak mengangkat kepala 45̊
terangkat 45̊ selama beberapa detik
4. Kepala Lihat item motorik kasar no.2 Anak mengangkat kepala 90̊
terangkat 90̊ selama beberapa detik
5. Duduk dengan Pegang anak dalam posisi duduk Anak dapat mempertahankan
kepala tegak kepalanya tegak selama
beberapa detik
6. Menumpu Pegang anak dalam posisi berdiri, dan Anak dapat menumpukan beban
beban perlahan lepaskan pada kakinya beberapa detik
7. Dada terangkat Letakkan anak dalam posisi tengkurup Anak mengangkat kepala dan
dan menumpu dadanya menumpu pada lengan
pada lengan
8. Membalik Perhatikan apakah anak membalikkan Anak membalikan badannya
badan badannya dari posisi tengkurap ke dengan sempurna
terlentang
9. Bangkit dengan Letakkan anak dalam posisi terlentang, Untuk sesaat, kepala anak tidak
kepala tegak pegang tangan dan pergelangan terkulai ketika tubuhnya
tangan anak. Tarik anak ke posisi Diangkat
duduk.
No. Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
10. Duduk tanpa Pegang anak dalam posisi duduk, Anak duduk selama 5 detik atau
pegangan perlahan lepaskan lebih
11. Berdiri dengan Letakkan anak dalam posisi berdiri Anak berdiri selama 5 detik atau
berpegangan dengan berpegangan pada benda lebih
12. Bangkit untuk Dudukan anak di lantai, dorongkan Anak menarik badannya sendiri
berdiri anak untuk berdiri ke posisi berdiri
13. Bangkit lalu Saat anak berbaring/tengkurap/berdiri Anak berubah ke posisi duduk
duduk sambil dipegang, dorong anak ke posisi
duduk
14. Berdiri 2 detik Bantu anak berdiri, topang dari jarak Anak berdiri tanpa ditopang
dekat selama 2 detik atau lebih
15. Berdiri sendiri Lihat item motorik no.11 Anak berdiri tanpa ditopang
selama 10 detik atau lebih
16. Membungkuk Saat anak berdiri di lantai tanpa Anak membungkuk untuk
kemudian pegangan, letakkan mainan untuk mengambil benda
berdiri diambilnya

17. Berjalan Amati apakah anak sudah berjalan Anak dapat menyeimbangkan
dengan baik tubuh dengan baik

18. Berjalan Minta anak untuk berjalan mundur Anak mundur beberapa langkah
mundur tanpa duduk
19. Lari Dorong anak untuk berlari Anak berlari dengan baik tanpa
terjatuh
20. Berjalan Tanyakan kepada orang tua apakah Anak dapat menaiki tangga
menaiki tangga anak dapat menaiki tangga
21. Menendang Letakkan bola sekitar 15 cm di depan Anak menendang bola ke depan
bola ke depan anak tanpa berpegangan

22. Melompat Minta anak untuk melompat Anak melompat dan mengangkt
ke 2 kakinya
23. Melempar bola Beri anak bola dan berdiri 1 meter Anak melempar bola dengan
tangan ke atas darinya lengannya

24. Lompat jauh Letakkan selembar kertas, dan dorong Anak melompati mertas tanpa
anak untuk melompatinya melompatinya

25. Berdiri 1 kaki 1 Perintahkan anak untuk Anak dapat berdiri selama 1 detik
detik menyeimbangkan diri dengan 1 kaki
26. Berdiri 1 kaki 2 Lihat item no.25 Anak dapat berdiri selama 2 detik
detik
27. Melompat Anak dapat melompat dengan 1 kaki Anak dapat melompat dengan 1
dengan 1 kaki kaki sebanyak 2 kali atau lebih

28. Berdiri 1 kaki 3 Lihat item no.25 Anak dapat berdiri selama 3 detik
detik

29. Berdiri 1 kaki 4 Lihat item no.25 Anak dapat berdiri selama 4 detik
detik
30. Berdiri 1 kaki 5 Lihat item no.25 Anak dapat berdiri selama 5 detik
detik
No. Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
31. Berjalan Tunjukkan pada anak car berjalan pada Anak berjalan 4 langkah atau lebih
dengan garis lurus dengan menempelkan tumit
merapatkan ke depan jari yang berlainan
tumit ke jari
kaki

2. Skrining dengan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang)

a. Pengertian

SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara
keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh
masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional
(kesehatan, pendidikan dan sosial).
Deteksi dini melalui kegiatan SDIDTK sangat diperlukan untuk menemukan secara dini
penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional
pada anak sehingga dapat dilakukan intervensi dan stimulasi sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental
emosional yang menetap. Kegiatan SDIDTK tidak hanya dilakukan pada anak yang dicurigai
mempunyai masalah saja tetapi pada semua balita dan anak pra sekolah secara rutin setiap 6 bulan.
b. Tujuan

Program SDIDTK ini bertujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6
tahun tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya sehingga berguna
bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini.

c. Kegiatan

Jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam SDIDTK terdiri dari 3 kegiatan, diantaranya adalah :
1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali
atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang.
Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih, yaitu tenaga kesehatan
yang telah mengikuti pelatihan SDIDTK.
b) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)

Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau
diluar batas normal. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat
pelayanan.

2) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya Dengar (TDD), dan Tes Daya Lihat (TDL).
Tujuan pemeriksaan menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal
atau ada penyimpangan. Sedangkan tes daya dengar digunakan untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Tes Daya lihat bertujuan untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman
penglihatan menjadi lebih besar.
KPSP dikembangkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ)
untuk skrining pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak umur 6 tahun yang dilakukan oleh
orangtua/ pengasuh. Setiap umur tertentu ada 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan
anak, yang harus diisi (atau dijawab) oleh orangtua dengan ya atau tidak, sehingga hanya
membutuhkan waktu 10-15 menit. Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada
gangguan perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver II. Jika jawaban
ya sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban ya 9-10, anak dianggap
tidak ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya dilakukan KPSP lagi.
Untuk tes daya dengar, bacakan pertanyaan satu persatu kepada ibu/ pengasuh dengan lambat,
jelas, dan nyaring. Jawaban “ya” jika menurut orang tua, anak dapat melakukan dalam satu bulan
terakhir, jawaban “tidak” jika menurut orang tua anak tidak pernah, tidak tahu atau tidak dapat
melakukan dalam satu bulan terakhir. Untuk tes daya lihat dilakukan mulai anak berusia 3 tahun,
diulangi setiap 6 bulan, menggunakan poster huruf E dan penunjuk (untuk tatacara dapat dilihat
dalam lampiran). Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh guru, atau tenaga kesehatan (soejatmiko,
2001).

3) Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/ pemeriksaan untuk menemukan
gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme, gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan
mental emosional terlambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Pemeriksaannya menggunakan kuesioner KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional), ceklist
deteksi dini autism (CHAT), dan Kuesioner Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktifitas (GPPH).
CHAT (Checklist for Autism in Toddlers) telah direkomendasikan oleh American Academic of
Pediatrics (AAP) sejak 2001 sebagai salah satu alat skrining untuk deteksi dini gangguan autistik
(autistic spectrum disorder) anak umur 18 bulan sampai 3 tahun, disamping PDDST (pervasive
developmental disorder screening test) yang diisi oleh orangtua. CHAT dikembangkan di Inggris dan
telah dipublikasikan oleh Cohen dkk, sejak tahun 1992 serta telah digunakan untuk skrining lebih
dari 16.000 balita. Bila dicurigai ada risiko autis atau gangguan perkembangan lain maka dapat
dirujuk untuk penilaian komprehensif dan diagnostic (Soedjatmiko, 2001).
d. Jadwal Kegiatan SDIDTK menurut usia anak

Adapun untuk jadwal kegiatan pemeriksaan stimulasi deteksi dini ini dapat dilihat dalam table
dibawah ini :

Tabel 2.5
Jadwal Pelaksanaan SDIDTK
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Sumber : Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK, Tahun 2007
Umur Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini
Anak Penyimpangan Penyimpangan Penyimpangan Mental
Pertumbuhan Perkembangan Emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*
0 bulan √ √

3 bulan √ √ √ √

6 bulan √ √ √ √

9 bulan √ √ √ √

12 bulan √ √ √ √

15 bulan √ √

18 bulan √ √ √ √ √

21 bulan √ √ √

24 bulan √ √ √ √ √

30 bulan √ √ √ √

36 bulan √ √ √ √ √ √ √ √

42 bulan √ √ √ √ √ √

48 bulan √ √ √ √ √ √ √

54 bulan √ √ √ √ √ √

60 bulan √ √ √ √ √ √ √

66 bulan √ √ √ √ √ √

72 bulan √ √ √ √ √ √ √

e. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki dan
mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan
intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia
anak masih di bawah lima tahun.
Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara
intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi
perkembangan.

F. Penyimpangan pada Perkembangan

1. Gangguan Perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu seperti faktor
keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan dimana pada keluarganya rata-rata
perkembangan motorik lambat dan faktor lingkungan pula seperti anak tidak kesempatan untuk
belajar karena terlalu dimanjakan, selalu digendong atau diletakkan di babywalker terlalu lama dan
juga anak yang mengalami deprivasi maternal. Disamping itu, faktor kepribadian anak misalnya anak
sangat penakut, gangguan retardasi mental juga adalah penyebab perkembangan motorik yang
lambat. Selain itu, kelainan tonus otot, obesitas, penyakit neuromuskular seperti penyakit duchenne
muscular dystrophy dan buta juga merupakan antara gangguan perkembangan motorik
(Soetjiningsih, 2002).

2. Gangguan Perkembangan bahasa


Gangguan perkembangan bahasa dapat diakibatkan oleh berbagai faktor termasuk faktor genetik,
gangguan pendengaran, intelegensi yang rendah, kurang pergaulan dan kurang interaksi dengan
lingkungan sekitarnya, maturasi yang lambat, gangguan lateralisasi dan juga masalah yang dialami
oleh disleksia dan afasia. Salah satu penyebab yang dapat menganggu perkembangan sang anak
dalam berbicara adalah kelainan kongenital seperti bibir sumbing atau cleft palate lip (Soetjiningsih,
2002).

3. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntunan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Depkes RI, 2005).

4. Cerebral Palsy
Cerebral Palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, dan disebabkan
oleh karena kerusakan atau gangguan di sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang
dalam proses pertumbuhan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

5. Sindrom Down
Anak dengan sindrom down dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan terbatas
yang terjadi akibat jumlah kromosom 21 yang berlebihan. Perkembangan pada anak anak dengan
sindrom down biasanya lebih lambat dari anak yang normal.
Anak dengan sindrom down biasanya juga menderita kelainan seperti kelainan jantung kongenital,
hipotonia berat dan masalah biologis lainya yang dapat berperan dalam menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan menolong diri sendiri (Depkes RI, 2005).

6. Autisme

Merupakan gangguan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun.
Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan
berat dan mempengaruhi anak dengan sepenuhnya. Gangguan perkembangan yang ditemukan
pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku (Depkes RI, 2005).

7. Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah

Disfungsional susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan akedemik yang berada
dibawah normal, kelainan perilaku dan juga gangguan dalam berinteraksi sosial, misalnya ADHD dan
disleksia (Soetjiningsih, 2002).
Lampiran Formulir Denver II Halaman Depan
Lampiran Denver II Halaman Belakang
Lampiran Formulir KPSP

KPSP PADA BAYI UMUR 3 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak


1. Pada waktu bayi telentang, apakah masing-masing Gerak kasar
lengan dan tungkai bergerak dengan mudah?
Jawab TIDAK bila salah satu atau kedua tungkai atau
lengan bayi bergerak tak terarah/tak terkendali.

2. Pada waktu bayi telentang apakah ia melihat dan Sosialisasi &


menatap wajah anda? kemandirian

3. Apakah bayi dapat mengeluarkan suara-suara lain Bicara dan


(ngoceh) disamping menangis? bahasa

4. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti Gerak halus


gerakan anda dengan menggerakkan kepalanya dari
kanan/ kiri ke tengah?

5. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti Gerak halus


gerak-an anda dengan menggerakkan kepalanya dari
satu sisi hampir sampai pada sisi yang lain?

6. Pada waktu anda mengajak bayi berbicara dan Sosialisasi &


tersenyum, apakah ia tersenyum kembali kepada anda kemandirian

7. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia Gerak Kasar
dapat mengangkat kepalanya seperti pada gambar ini?

8. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia Gerak kasar
dapat mengangkat kepalanya sehingga membentuk
sudut 45º seperti pada gambar ?

9. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia Gerak kasar
dapat mengangkat kepalanya dengan tegak seperti
pada gambar ?

10. Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak digelitik Bicara & bahasa
atau diraba-raba?

KPSP PADA BAYI UMUR 6 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak


1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti Gerak halus
gerakan anda dengan menggerakkan kepala
sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain?
2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam Gerak kasar
keadaan tegak dan stabil?

Jawab TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh ke


kanan/kiri atau ke dadanya.
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari Gerak halus
bayi (jangan meletakkan di atas telapak tangan bayi).
Apakah bayi dapat menggenggam pensil itu selama
beberapa detik?

4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat Gerak kasar


mengangkat dada dengan kedua lengannya sebagai
penyangga seperti pada gambar ?

5. Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada Bicara & bahasa


tinggi atau memekik tetapi bukan menangis?
6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari Gerak Kasar
telentang ke telungkup atau sebaliknya?
7. Pernahkah anda melihat bayi tersenyum ketika melihat Sosialisasi &
mainan yang lucu, gambar atau binatang peliharaan kemandirian
pada saat ia bermain sendiri?
8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil Gerak halus
sebesar kacang, kismis atau uang logam?
Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan matanya.
9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak Gerak halus
jauh namun masih berada dalam jangkauan tangannya?

10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya Gerak kasar
lalu tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi
mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar
di sebelah kiri ?

Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti


gambar sebelah kanan.
Jawab: YA Jawab : TIDAK

KPSP PADA BAYI UMUR 9 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak


1. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya Gerak kasar
lalu tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak
mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar
di sebelah kiri ?
Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti
gambar sebelah kanan.
Jawab: YA Jawab : TIDAK

2. Pernahkah anda melihat bayi memindahkan mainan Gerak halus


atau kue kering dari satu tangan ke tangan yang lain?
Benda-- benda panjang seperti sendok atau kerincingan
bertangkai tidak ikut dinilai.
3. perhatian bayi dengan memperlihatkan selendang, Gerak halus
sapu tangan atau serbet, kemudian jatuhkan ke lantai.
Apakah bayi mencoba mencarinya? Misalnya mencari
di bawah meja atau di belakang kursi?
4. Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti Gerak halus
mainan/ kue kering, dan masing-masing tangan
memegang satu benda pada saat yang sama? Jawab
TIDAK bila bayi tidak pernah melakukan perbuatan ini.

5. Jika anda mengangkat bayi melalui ketiaknya ke posisi Gerak kasar


berdiri, dapatkah ia menyangga sebagian berat badan
dengan kedua kakinya? Jawab YA bila ia mencoba
berdiri dan sebagian berat badan tertumpu pada kedua
kakinya.
6. Dapatkah bayi memungut dengan tangannya benda- Gerak halus
benda kecil seperti kismis, kacang-kacangan, potongan
biskuit, dengan gerakan miring atau menggerapai
seperti gambar ?

7. Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, Gerak kasar


dapatkah bayi duduk sendiri selama 60 detik?

8. Apakah bayi dapat makan kue kering sendiri? Sosialisasi


Ya & Tidak
kemandirian
Ya Tidak
9. Pada waktu bayi bermain sendiri dan anda diam-diam Bicara &
datang berdiri di belakangnya, apakah ia menengok ke bahasa
belakang seperti mendengar kedatangan anda?
Suara keras tidak ikut dihitung. Jawab YA hanya jika
anda melihat reaksinya terhadap suara yang perlahan
atau bisikan.

10. Letakkan suatu mainan yang dinginkannya di luar Sosialisasi &


jangkauan bayi, apakah ia mencoba mendapatkannya kemandirian
dengan mengulurkan lengan atau badannya?
KPSP PADA BAYI UMUR 12 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/di pojok, Sosialisasi


kemudian muncul dan menghilang secara berulang- & kemandirian
ulang di hadapan anak, apakah ia mencari anda atau
mengharapkan anda muncul kembali?
2. Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil Gerak halus
pensil tersebut dengan perlahan-lahan. Sulitkah anda
mendapatkan pensil itu kembali?
3. Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih Gerak kasar
dengan berpegangan pada kursi/meja?
4. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, Bicara & bahasa
misalnya: “ma-ma”, “da-da” atau “pa-pa”. Jawab YA
bila ia mengeluarkan salah satu suara tadi.
5. Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi Gerak kasar
berdiri tanpa bantuan anda?
6. Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang Sosialisasi &
yang belum ia kenal? Ia akan menunjukkan sikap malu- kemandirian
malu atau ragu-ragu pada saat permulaan bertemu
dengan orang yang belum dikenalnya.
7. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak halus
kacang atau kismis, dengan meremas di antara ibu jari
dan jarinya seperti pada gambar?

8. Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan? Gerak kasar

9. Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu Bicara & bahasa
kata-kata yang lengkap). Apakah ia mencoba meniru
menyebutkan kata-kata tadi ?
10. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan Gerak halus
dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai
dan tutup panci tidak ikut dinilai

KPSP PADA BAYI UMUR 15 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan Gerak halus


dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai
dan tutup panci tidak ikut dinilai
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak kasar
berpegangan?

3. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan Sosialisasi &


atau melambai-lambai? kemandirian
Jawab TIDAK bila ia membutuhkan bantuan.

4. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia me- Bicara & bahasa
manggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama”
jika memanggil/melihat ibunya?
Jawab YA bila anak mengatakan salah satu diantaranya.

5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak kasar


selama kira-kira 5 detik?

6. Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak kasar


selama 30 detik atau lebih?

7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak kasar


anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali?

8. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi &


diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab kemandirian
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara
yang menyenangkan.

9. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan Gerak kasar


tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?

10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak halus
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada
gambar ?

KPSP PADA BAYI UMUR 18 BULAN


No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan Sosialisasi &


atau melambai-lambai? kemandirian
Jawab TIDAK bila ia membutuhkan bantuan.

2. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia me- Bicara & bahasa
manggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama”
jika memanggil/melihat ibunya?
Jawab YA bila anak mengatakan salah satu diantaranya.

3. Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak kasar


selama kira-kira 5 detik?

4. Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak kasar


selama 30 detik atau lebih?
5. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak kasar
anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali?

6. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi &


diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab kemandirian
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara
yang menyenangkan.

7. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan Gerak kasar


tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?

8. Apakah anak anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak halus
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan meng-
gunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar ?

9. Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia Gerak halus;


menggelindingkan/melemparkan kembali bola pada Sosialisasi &
anda? kemandirian

10. Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/gelas Sosialisasi &


dan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah? kemandirian

KPSP PADA BAYI UMUR 21 BULAN


No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak kasar


anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali?

2. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi &


diinginkannya tanpa menangis atau merengek? kemandirian

Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan


suara yang menyenangkan.

3. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan Gerak kasar


tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
4. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak halus
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan meng-
gunakan ibu jari dan jari telunjuk
seperti pada gambar ?

5. Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia Gerak halus


menggelindingkan/melemparkan kembali bola pada
anda?
6. Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/gelas Sosialisasi &
dan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah? kemandirian
7. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, Sosialisasi &
apakah anak meniru apa yang anda lakukan? kemandirian
8. Apakah anak dapat meletakkan satu kubus di atas Gerak halus
kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5-5.0 Cm.
9. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata Bicara & bahasa
yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”?
10. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau Gerak kasar
lebih tanpa kehilangan keseimbangan?
(Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik
mainannya).

KPSP PADA BAYI UMUR 24 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, Sosialisasi


apakah anak meniru apa yang anda lakukan? & kemandirian

2. Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus di atas Gerak halus


kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus
yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.

3. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata Bicara & bahasa
yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”?
4. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau Gerak kasar
lebih tanpa kehilangan keseimbangan?
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

(Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik


mainannya).
5. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, Gerak halus,
atau celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai). Sosialisasi &
kemandirian
6. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA Gerak kasar
jika ia naik tangga dengan posisi tegak atau
berpegangan pada dinding atau pegangan tangga.
Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak atau
anda tidak membolehkan anak naik tangga atau anak
harus berpegangan pada seseorang.

7. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, Bicara & bahasa


dapatkah anak menunjuk dengan benar paling sedikit
satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut,
atau bagian badan yang lain)?

8. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak Sosialisasi &


tumpah? kemandirian

9. Dapatkah anak membantu memungut mainannya Bicara & bahasa


sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta?

10. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola Gerak kasar
tenis) ke depan tanpa berpegangan pada apapun?
Mendorong tidak ikut dinilai..

KPSP PADA BAYI UMUR 30 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, Sosialisasi &


atau celananya? kemandirian
(topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai).
2. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA Gerak kasar
jika ia naik tangga dengan posisi tegak atau
berpegangan pada dinding atau pegangan tangga.
Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak atau
anda tidak membolehkan anak naik tangga atau anak
harus berpegangan pada seseorang

3. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, Bicara & bahasa


dapatkah anak menunjuk dengan benar paling sedikit
satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut,
atau bagian badan yang lain)?
4. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak Sosialisasi &
tumpah? kemandirian
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

5. Dapatkah anak membantu memungut mainannya Bicara & bahasa


sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta?
6. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola Gerak kasar
tenis) ke depan tanpa berpegangan pada apapun?
Mendorong tidak ikut dinilai.
7. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas Gerak halus
tanpa bantuan/petunjuk?
8. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu Gerak halus
di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 - 5 cm.
9. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat Bicara & bahasa
berbicara seperti “minta minum”, “mau tidur”?
“Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
10. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar- Bicara & bahasa
gambar ini tanpa bantuan?

(Menyebut dengan suara binatang tidak ikut dinilai)

KPSP PADA BAYI UMUR 36 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas Gerak halus


tanpa bantuan/petunjuk?

2. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu Gerak halus


di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 - 5 cm.

3. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat Bicara & bahasa


berbicara seperti “minta minum”, “mau tidur”?

“Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.


4. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar- Bicara & bahasa
gambar ini tanpa bantuan?

(Menyebut dengan suara binatang tidak ikut dinilai).

5. Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut Gerak kasar


atau dada anda dari jarak 1,5 meter?
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bicara & bahasa
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberi-
kan perintah berikut ini:
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

“Letakkan kertas ini di lantai”.


“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
7. Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurang- Gerak halus
kurangnya 2.5 cm

Suruh anak menggambar garis lain di samping garis ini.

8. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Gerak kasar


Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas
dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan
tanpa didahului lari?

9. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Sosialisasi &


kemandirian
10. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak kasar
sedikitnya 3 meter?

KPSP PADA BAYI UMUR 42 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Sosialisasi &


kemandirian
2. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak kasar
sedikitnya 3 meter?

3. Setelah makan, apakah anak mencuci dan Sosialisasi &


mengeringkan tangannya dengan baik sehingga anda kemandirian
tidak perlu mengulanginya?

4. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak kasar
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda
kesempatan melakukannya 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 2 detik atau lebih?

5. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Gerak kasar


Apakah anak dapat melompati panjang kertas ini
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan


tanpa didahului lari?
6. Jangan membantu anak dan jangan menyebut Gerak halus
lingkaran. Suruh anak menggambar seperti contoh ini di
kertas kosong yang tersedia. Dapatkah anak
menggambar lingkaran?

7. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu Gerak halus


di atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 - 5 cm.
8. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga Sosialisasi &
atau permainan lain dimana ia ikut bermain dan kemandirian
mengikuti aturan bermain?
9. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, Sosialisasi &
baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk kemandirian
memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)

KPSP PADA BAYI UMUR 48 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Gerak kasar


sedikitnya 3 meter?
2. Setelah makan, apakah anak mencuci dan Sosialisasi &
mengeringkan tangannya dengan baik sehingga anda kemandirian
tidak perlu mengulanginya?
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak kasar
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda
kesempatan melakukannya 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 2 detik atau lebih?
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Gerak kasar
Apakah anak dapat melompati panjang kertas ini
dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan
tanpa didahului lari?
5. Jangan membantu anak dan jangan menyebut Gerak halus
lingkaran. Suruh anak menggambar seperti contoh ini di
kertas kosong yang tersedia. Apakah anak dapat
menggambar lingkaran?

6. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu Gerak halus


di atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

Kubus yang digunakan ukuran 2.5 - 5 cm.


7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga Sosialisasi &
atau permainan lain dimana ia ikut bermain dan kemandirian
mengikuti aturan bermain?

8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, Sosialisasi &


baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk kemandirian
memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)

9. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya Bicara & bahasa


tanpa dibantu?
Jawab TIDAK jika ia hanya menyebut sebagian namanya
atau ucapannya sulit dimengerti.

KPSP PADA BAYI UMUR 54 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu Gerak halus


di atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 - 5 cm.
2. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga Sosialisasi &
atau permainan lain dimana ia ikut bermain dan kemandirian
mengikuti aturan bermain?
3. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, Sosialisasi &
baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk kemandirian
memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)
4. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa Bicara & bahasa
dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya menyebut sebagian
namanya atau ucapannya sulit dimengerti.
5. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan Bicara & bahasa
membantu kecuali mengulangi pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”...........
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”....................
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”.....................
Jawab YA bila anak menjawab ke 3 pertanyaan tadi
dengan benar, bukan dengan gerakan atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil”
,”pakai mantel” atau “masuk kedalam rumah”.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”,
“tidur”, “berbaring/tidur-tiduran”, ”istirahat” atau
”diam sejenak”

6. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau Sosialisasi &


pakaian boneka? kemandirian
7. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak kasar
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda
kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik


atau lebih?
8. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut Gerak halus
kata “lebih panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan
ulangi pertanyaan tersebut. Setelah anak
menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi
pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang
lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
9. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama Gerak halus
gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini
di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

10. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bicara dan
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat bahasa
memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kerta ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di
bawah”, “di depan” dan “di belakang”.

KPSP PADA BAYI UMUR 60 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan Bicara & bahasa
membantu kecuali mengulangi pertanyaan
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”............
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”.....................
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”......................
Jawab YA bila anak menjawab ke 3 puertanyaan dengan
benar, bukan dengan gerakan atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil”
,”pakai mantel” atau “masuk kedalam rumah”.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”,
“tidur”, “berbaring/tidur-tiduran”, ”istirahat” atau
”diam sejenak”
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau Sosialisasi &


pakaian boneka? kemandirian
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak kasar
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda
kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik
atau lebih?
4. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut Gerak halus
kata “lebih panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan
ulangi pertanyaan tersebut. Setelah anak
menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi
pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang
lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama Gerak halus
gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini
di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bicara & bahasa
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat
memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kerta ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di
bawah”, “di depan” dan “di belakang”.
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel Sosial &
(tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada kemandirian
saat anda meninggalkannya?
Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, Bicara & bahasa
katakan pada anak:
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan
benar?
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali Gerak kasar
tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak
ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan
satu kaki?
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa Sosialisasi &
bantuan? kemandirian

KPSP PADA BAYI UMUR 66 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama Gerak halus


gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini
di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

2. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bicara & bahasa
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat
memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kerta ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di
bawah”, “di depan” dan “di belakang”.
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel Sosial &
(tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada kemandirian
saat anda meninggalkannya?
4. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, Bicara & bahasa
katakana pada anak:

“Tunjukkan segi empat merah”


“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan
benar?
5. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali Gerak kasar
tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan


satu kaki?
6. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa Sosialisasi &
bantuan? kemandirian
7. Suruh anak menggambar di tempat kosong yang Gerak halus
tersedia. Katakana padanya: “Buatlah gambar orang”
Jangan member perintah lebih dari itu. Jangan
bertanya/mengingatkan anak bila ada bagian yang
belum tergambar. Untuk bagian tubuh yang
berpasangan seperti mata, telinga, lengan, dan kaki,
setiap pasang dinilai satu bagian. Dapatkah anak
menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?
8. Pada gambar orang yang dibuat pada nomor 7, Gerak halus
dapatkah anak menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh?

9. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat Bicara & bahasa
yang belum selesai ini, jangan membantu kecuali
mengulang pertanyaan :
“ Jika kuda besar maka tikus ……………………….…”
“ Jika api panas maka es………………………………..”
“ Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang …….”
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es
dingin, ayah seorang pria)?
10. Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola Gerak kasar
tenis/bola kasti hanya dengan menggunakan kedua
tangannya? (Bola besar tidak ikut dinilai)

KPSP PADA BAYI UMUR 72 BULAN

No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

1. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, Bicara & bahasa


katakana pada anak:
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan


benar?
2. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali Gerak kasar
tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak
ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan
satu kaki?
3. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa Sosialisasi &
bantuan? kemandirian
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak

4. Suruh anak menggambar di tempat kosong yang Gerak halus


tersedia. Katakana padanya: “Buatlah gambar orang”
Jangan member perintah lebih dari itu. Jangan
bertanya/mengingatkan anak bila ada bagian yang
belum tergambar. Untuk bagian tubuh yang
berpasangan seperti mata, telinga, lengan, dan kaki,
setiap pasang dinilai satu bagian. Dapatkah anak
menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?
5. Pada gambar orang yang dibuat pada nomor 7, Gerak halus
dapatkah anak menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh?
6. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat Bicara & bahasa
yang belum selesai ini, jangan membantu kecuali
mengulang pertanyaan :
“ Jika kuda besar maka tikus ……………………….…”
“ Jika api panas maka es………………………………..”
“ Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang …….”
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es
dingin, ayah seorang pria)?
7. Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola Gerak kasar
tenis/bola kasti hanya dengan menggunakan kedua
tangannya?
(Bola besar tidak ikut dinilai)
8. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak kasar
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda
kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 11 detik
atau lebih?
9. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama Gerak halus
gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini
di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

10. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan Bicara & bahasa
membantu kecuali mengulangi pertanyaan sampai 3
kali bila anak menanyakannya.
” Sendok dibuat dari apa? ......................
” Sepatu dibuat dari apa? .......................
” Pintu dibuat dari apa? .........................
Dapatkah anak menjawab ketiga pertanyaan diatas
dengan benar?
Sendok dibuat dari besi, baja, plastik, kayu.
Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastik, kayu.
Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca.

Lampiran Kuesioner CHAT


Sumber: American Academy of Pediatrics, Committee on Children with Disabilities. Technical Report: The
Pediatrician’s Role in Diagnosis and Management of Autistic Spectrum Disorder in Children Pediatrics 107: 5 May
2001
Lampiran Kuesioner KMME dan GPPH
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika

Depkes RI. 2007. Pedoman Pelaksanaan Stimuasi, Deteksi dan Intervensi DiniTumbuh Kemang Anak
di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI.

Dhamayanti, M. 2006. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Jurnal Sari Pediatri 2006;
8; 9 -15

Fiva A Kadi, Herry Garna, Eddy Fadlyana. 2008. Perkembangan Menurut Cara Kuesioner Praskrining
Perkembangan (KPSP) dan Denver II Pada Anak Usia 12-14 Bulan Dengan Berat Lahir Rendah. Jurnal
Sari Pediatri Vol. 10 No.1 Bulan Juni 2008

Gunarsa, DS. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta : Bugung Mulia 2008

Moersintowati. 2000. Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Simposium Penatalaksanaan Mutakhir Bidang
Ilmu Kesehatan Anak Untuk Mencapai Tumbuh Kembang Optimal. Bandung : IDAI Jawa Barat

Nur M Artha, Sutomo R, Gamayanti I, 2014. Kesepakatan Hasil Antara Kuesioner Praskrining
Perkembangan, Parents Evaluation of Developmental Status, dan test Denver II Untuk Skrining
Perkembangan Anak Balita. Jurnal Sari Pediatri Vol. 16 No. 4 Bulan Desember 2014

Novianti. 2015. Makalah Konsep pertumbuhan dan perkembangan Pada anak.

Santrock, JW. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Jakarta

Setiawan, SA. 2014. Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Alat Permainan Edukatif (APE)
Dengan Perkembangan Anak Prasekolah Usia 4-5 Tahun di Desa Tapak Kecamatan Panekan
Kabupaten Magetan. Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31

Sujatmiko. 2001. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Jurnal Sari Pediatri Vol. 3 No. 3
Hal 175-188

Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC


Sari Pediatri, Vol. 14, No. 2, Agustus 2012

Studi Deskriptif infeksi HIV pada Anak di Rumah Sakit Umum


Pusat Adam Malik Medan
Evalina R
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit Umum Pusat
Adam Malik, Medan

Latar belakang. Anak mendapat infeksi HIV terutama akibat transmisi selama dalam kandungan, saat persalinan,
dan saat mendapat air susu ibu. Bayi dan anak yang terinfeksi HIV kemungkinan akan berkembang menjadi
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) atau akan tetap asimtomatis sampai beberapa tahun sebelum terjadi
infeksi oportunistik.
Tujuan. Menilai profil infeksi HIV di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UniversitasSumatera
Utara, Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik, Medan.
Metode. Penelitian deskriptif retrospektif terhadap semua anak dengan infeksi HIV antara tahun 2006 sampai 2010.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Hasil. Selama periode 5 tahun didapatkan 53 anak dengan diagnosis infeksi HIV (35 laki-laki dan 18
perempuan), 46 (86,8%) lahir secara spontan dan 7 (13,2%) dengan seksio sesaria. Dari riwayat pemberianmakan
saat bayi, Asi dan formula diberikan kepada 41 (77,4%) anak dan 12 (22,6%) anak hanya mendapatsusu formula.
Supresi imun berat terdapat pada 38 (71,7%) anak, supresi imun sedang pada 8 (15,1%),supresi imun ringan pada
2 (3,8%) anak dan 5 (9,4%) anak tanpa supresi imun. Malnutrisi berat ditemukan pada 30 (56,6%) anak, 16 (30,1%)
malnutrisi sedang, dan 7 (13,2%) anak gizi normal. Gambaran klinisadalah malnutrisi berat pada 30 (56,6%)
anak, kandidiasis mulut 18 (34%) anak dan diikuti dengan diare berkepanjangan 14 (26,4%) anak dan tuberkulosis
pada 13 (24,5%) anak. Empat puluh lima (84,9%) anakmemiliki kedua orang tua positif terinfeksi HIV, 6 (11,3%)
anak hanya ibu yang positif HIV, dan 2 (3,8%)anak kedua orang tuanya tidak terinfeksi HIV (satu anak adopsi dan
satu lagi ada riwayat transfusi). Tigapuluh tujuh (69,8%) anak sudah mendapat terapi antiretroviral (ART), 8
(15,2%) anak belum terindikasi ART, dan 8 (15,2%) anak hilang dari pemantauan. Tiga puluh sembilan (73,6%)
anak masih hidup, 6(11,3%) anak sudah meninggal, dan 8 (15,1%) anak tidak diketahui.
Kesimpulan. Anak dengan infeksi HIV mayoritas lahir secara spontan, mendapat ASI campur susu formula dan
mengalami malnutrisi berat serta supresi imun berat saat diagnosis ditegakkan.
Sari Pediatri 2012;14(2):73-8.

Kata kunci: HIV, supresi imun, anak

ampir semua anak yang terinfeksi human

H
Alamat korespondensi:
Dr. Evalina R, Sp.A, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
immunodeficiency virus (HIV)
Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H.Adam Malik Jl. BungaLau mendapatkannya selama dalam kan-
no.17 Medan. Telp (061) 8361721 – 8365663. Fax. (061) 8361721 dungan, saat proses kelahiran, dan
E-mail: ritaerusli@yahoo.co.id ; kotak Pos 697 Medan – 20136. melalui air susu ibu. Semakin banyak
- Erupsi pruritik papular
jumlah wanita yang terifeksi HIV berakibat meningkat- - Infeksi virus wart luas
nya jumlah anak yang tertular HIV.1-2 Penggunaan obat - Angular cheilitis
anti retrovirus untuk pencegahan transmisi HIV dari ibuke - Moluskum kontagiosum luas
anak menghasilkan penurunan angka transmisi yang - Ulserasi oral berulang
dramatis pada bayi sampai dibawah 2% di beberapa - Pembesaran kelenjar parotis persisten yang tidak
negara dan mengakibatkan angka anak dengan infeksi dapat dijelaskan
HIV menjadi sangat menurun.3-5 - Eritema ginggival lineal
Apabila seorang bayi terlahir dari ibu dengan HIV - Herpes zoster
positif, idealnya dokter spesialis anak bertemu dengan - Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang
ibu tersebut sebelum bayi lahir untuk mendiskusikan (otitis media, otorrhoea, sinusitis, tonsillitis )
mengenai penanganan bayi selanjutnya salah - Infeksi kuku oleh fungus
satunya adalah mengenai pemberian makanan.6-7 Bayi
dan anak yang terinfeksi HIV mungkin akan Stadium klinis 3
berkembang menjadi AIDS atau asimptomatis
untuk beberapa tahun sebelum berkembang menjadi
- Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak
infeksi oportunistik. Bayi yang terinfeksi HIV secara
berespons secara adekuat terhadap terapi standar
vertikal, AIDS dapat berkembang dengan cepat pada
- Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari
bulan-bulan awal dari kehidupannya berupa gagal
atau lebih )
tumbuh, malnutrisi berat, diare, kandidiasis oral yang
- Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih
persisten atau rekuren atau dengan pneumonia
dari 37,5o C intermiten atau konstan, >1 bulan)
pneumocystis jiroveci.8
- Kandidosis oral persisten (di luar saat 6-8 minggu
Tata laksana utama adalah dengan pengawasan yang pertama kehidupan)
ketat dan multidisiplin berupa pencegahan terhadap - Oral hairy leukoplakia
infeksi berupa profilaksis dan vaksinasi, pengobatan - Periodontitis/ginggivitis ulseratif nekrotikans akut
secepatnya terhadap infeksi oportunistik dan dukungan - TB kelenjar
nutrisi untuk mencegah gagal tumbuh serta pemberian - TB Paru
terapi anti retroviral.9 - Pneumonia bakterial yang berat dan berulang
- Pneumonistis interstitial limfoid simtomatik
- Penyakit paru-berhubungan dengan HIV yang
Metode kronik termasuk bronkiektasis
- Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8g/dl ),
Penelitian studi deskriptif. Data diperoleh dari rekam neutropenia (<500/mm3) atau trombositopenia
medis pasien Poliklinik Alergi Imunologi Departemen (<50 000/ mm3)
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Rumah Sakit Umum Pusat Adam Stadium klinis 4
Malik, Medan dengan diagnosis infeksi HIV dari
Januari 2006 sampai September 2010. Diagnosis - Malnutrisi, wasting, dan stunting berat yang tidak
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis sesuai dapat dijelaskan dan tidak berespons terhadap
klasifikasi WHO.18 terapi standar
- Pneumonia pneumosistis
Stadium klinis WHO - Infeksi bakterial berat yang berulang (misalnya
empiema, piomiositis, infeksi tulang dan sendi,
Stadium klinis 1 meningitis, kecuali pneumonia)
- Asimtomatik - Infeksi herpes simplex kronik (orolabial atau
- Limfadenopati generalisata persisten kutaneus >1 bulan atau viseralis di lokasi
manapun)
Stadium klinis 2 - TB ekstrapulmonar
- Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat - Sarkoma Kaposi
dijelaskan
Terdapat 53 anak dengan diagnosis infeksi HIV,
- Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, atau terdiri dari 35 anak laki-laki (66%) dan 18 anak
paru) perempuan (34%). Berdasarkan riwayat orang tua, 45
- Toksoplasmosis susunan saraf pusat (di luar masa (84,9%) anak memiliki kedua orang tua dengan positif
neonatus) terinfeksi HIV, 6 (11,3%) anak ibu yang positifterinfeksi
- Ensefalopati HIV HIV dan 2 anak (3,8%) kedua orang tua yang tidak
- Infeksi sitomegalovirus (CMV), retinitis atau terinfeksi HIV (satu anak adalah anak adopsi dan satu
infeksi CMV pada organ lain, dengan onset umur anak memiliki riwayat transfusi darah 5 tahun yang
>1 bulan lalu).
- Kriptokokosis ekstrapulmonar termasuk meni- Dari 53 anak, 46 anak (86,8%) lahir secara
ngitis pervaginam dan 7 anak lahir secara seksio sesaria
- Mikosis endemik diseminata (histoplasmosis, (13,2%). Diagnosis infeksi HIV ditegakkan saat anak
coccidiomycosis) usia 0-11 bulan 8 orang (15,1%), 12-35 bulan 17 orang
- Kriptosporidiosis kronik (dengan diarea) (32,1%), 36-59 bulan 13 orang (24,5%) dan pada usia
- Isosporiasis kronik
5 tahun 15 orang (28,3%). Cara pemberian makan
- Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis disemi-
sejak lahir yaitu makanan campuran air susu ibu (ASI)
nata
dan susu formula diberikan kepada 41 (77,4%) anak
- Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan
dan 12 (22,6%) anak mendapatkan susu formula.
dengan HIV yang simtomatik
Tidak terdapat anak pada subyek penelitian kami yang
- Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma
mendapat ASI eksklusif. Malnutrisi berat terdapat
serebral pada 30 (56,6%) anak, 16 (30,2%) anak dengan
- Progressive multifocal leukoencephalopathy malnutrisi sedang, dan 7 (13,2%) anak tanpa malnutrisi.
Karakteristik subyek penelitian tertera pada Tabel 1.
Selain berdasarkan kriteria klinis dilakukan jugapenilaian
laboratorium, yaitu pemeriksaan antibodi HIV untuk
anak usia diatas 18 bulan dan dengan pemeriksaanvirologi Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian
HIV berupa PCR RNA (viral load)untuk anak berusia kurang
Karakteristik subyek Total (%)
dari 18 bulan. Tanda yang mengarahkan kemungkinan
infeksi HIV adalah infeksioportunistik, yaitu infeksi dengan Jenis kelamin
kuman, parasit, jamur atau protozoa, yang lazim tidak Laki-laki 35(66)
menyebabkan penyakit pada anak normal. Karena Perempuan 18(34)
gangguan fungsi imun, terutama imunitas selular, maka Riwayat infeksi HIV orang tua
anak akan menjadi sakit apabila terpajan pada organisme Ayah dan ibu 45(84,9)
Hanya ibu 6(11,3)
tersebut, lebih lama,lebih berat, serta sering berulang. 10-15
Ayah dan ibu tidak terinfeksi 2(3,8)
Data dasar yang dikumpulkan adalah umur, jeniskelamin, Cara kelahiran
urutan kelahiran, cara persalinan, faktor risiko dari orang Per vaginam 46(86,8)
tua, dan usia saat diagnosis HIV ditegakkan. Dicatat juga Seksio cesaria 7(13,2)
cara pemberian makan yaitu apakah si anak sejak lahir Usia saat terdiagnosis (bulan)
mendapat ASI (air susu ibu)ekslusif, susu formula ataukah 0-11 8(15,1)
campuran ASI dan susuformula. Gejala klinis saat pertama 12-35 17(32,1)
kali datang, infeksioportunistik, dan tingkat supresi imun 36-59 13(24,5)
yang terdapatpada subyek juga dicatat. 5 15(28,3)
Jenis makanan
Asi + susu formula 41(77,4)
Hasil Susu formula 12(22,6)
Status nutrisi saat terdiagnosis
Penelitian berlangsung selama 5 tahun yaitu dari Malnutrisi berat 30(56,6)
Malnutrisi sedang 16(30,2)
Januari 2006 sampai dengan September 2010.
Normal 7(13,2)
AIDS pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubinstein,
Dari 53 anak, secara klinis saat pertama kali datang dan Amman pada tahun 1983 di Amerika Serikat.16-17
adalah malnutrisi berat 30 (56,6%) anak, jamur di Diagnosis HIV pada anak didasarkan pada
mulut 18 (34%) anak, diare berkepanjangan14 (26,4%) anamnesis pajanan HIV, gejala klinis yang men-
anak, dan tuberkulosis paru 13 (24,5%) anak. curigakan, dan dipastikan dengan pemeriksaan
Berdasarkan supresi sistem imun, supresi imun berat 38 laboratorium penunjang. Pemeriksaan polymerase chain
(71,7%) anak, supresi imun sedang 8 (15,1%) reaction (PCR) HIV DNA, dan RNA dengan
anak, supresi imun ringan 2 (3,8%) anak, dan 5 (9,4%) sensitivitas 99% dan spesifisitas 98% digunakan untuk
anak tanpa mengalami supresi imun. menegakkan diagnosis pada anak yang terpapar HIV
Tiga puluh tujuh anak (69,8%) saat ini sudah pada 18 bulan pertama kehidupan.8,17
mendapatkan ARV, 8 (15,1%) anak belum terindikasi Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak
untuk mendapatkan ARV, dan 8 (15,1%) anak hilang bervariasi dari asimptomatis sampai penyakit berat
dari pemantauan. Sampai tulisan ini dibuat, 39 yang dinamakan Acquired Immunodeficiency Syndrome
(73,6%) anak masih hidup, 6 (11,3%) anak meninggal, (AIDS). Butir poin penting anamnesis dan gejala
dan 8 (15,1%) anak tidak diketahui keberadaannya. klinis yang dapat mengarah kediagnosis HIV dapat
Kondisi pasien secara keseluruhan tertera pada didasarkan pada berbagai penyakit yang terangkum
Gambar 1. dalam Integral Management of Childhood Illness (IMCI)
dari WHO, di antaranya pneumonia, malnutrisi dan
diare melanjut atau kronik. Pada anak, infeksi
Pembahasan HIVterutama terjadi pada usia dini karena sebagian
besar (lebih dari 80%) infeksi HIV pada anak adalah
Virus ini pertama kali ditemukan oleh Montagnier akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. 11 Pada
dari Perancis pada tahun 1983 dan oleh Gallo dari penelitian kami, diagnosis HIV ditegakkan
Amerika pada tahun 1984. Infeksi HIV/AIDS (Human berdasarkan gejala klinis, mayoritas anak datang
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency pertama kali adalah dengan keluhan malnutrisi, jamur
Syndrome) pertama kali dilaporkan di Amerika pada dimulut, diare kronis, dan tuberkulosis paru.
tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual. Pada anak

Gambar 1. Kondisi Klinis dan prognosis


tanpa mengalami supresi imun. Tata laksana infeksi
Sembilan dari sepuluh anak yang terinfeksi oleh HIV HIV pada anak berdasarkan rekomendasi WHO 2010,
mendapatkannya dari ibu selama proseskehamilan, proses untuk anak usia dibawah 2 tahun ARV segera diberikan
kelahiran, dan air susu ibu selama proses menyusui.18 tanpa melihat jumlah CD4, dan pada anak usia antara
Penelitian kami mendapatkan hasil 45 (84,91%) anak 2 sampai 5 tahun ARV diberikan apabila nilai CD4
memiliki kedua orang tua yang positif terinfeksi HIV, 6 absolut <750 sel / mm3 atau persentase CD4 <25%.
(11,32%) anak ibu yang positif terinfeksi HIV, dan 2 Bila usia anak diatas 5 tahun, ARV diberikan kalau
(3,77%) anak kedua orang tua negatif terinfeksi HIV dan CD4 absolut <350 sel / mm3.23
setelah ditelusuri salah seorang dari anak tersebut adalah Infeksi HIV berkembang sangat cepat pada bayidan
anak adopsi dan seorang lagi terdapat riwayat transfusi anak, apabila tanpa terapi. sepertiga dari anak
darah 5 tahun yang lalu dengan alasan transfusi karena dengan HIV akan meninggal karena AIDS sebelum
anemia. berusia 1 tahun, dan setengahnya sebelum berusia
Untuk mencegah transmisi HIV dari ibu ke anak yang 2 tahun.23 Tanda yang mengarahkan kemungkinan
dikandungnya, obat antiretroviral (ARV) diberikan kepada infeksi HIV adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi
ibu sebelum lahir dan selama bersalin, untuk bayinya dengan kuman, parasit, jamur atau protozoa, yang
sesudah lahir dan memberikan makanan bayi yang aman lazimnya tidak menyebabkan penyakit pada anak
sangat direkomendasikan.19 Kelahiran dari ibu penderita normal. Karena gangguan fungsi imun, terutama
HIV sebaiknya per abdominam karenawalaupun viral load imunitas selular, maka anak akan menjadi sakit apabila
tidak terdeteksi tapi ternyatamasih dapat dijumpai virus terpajan pada organisme tersebut, lebih lama, lebih
diserviks maupun vagina.20 Dari 53 subyek penelitian berat, serta sering berulang. Anak juga akan sering
kami, 86,7% lahir secara pervaginam dan mayoritas menderita diare berulang.10-12
mendapatkan makanan campuran (ASI dan susu Penanganan bayi yang lahir dari ibu HIV positif
formula). Salah satu faktorrisiko terjadinya transmisi dimulai dengan perawatan bayi baru lahir dengan
adalah pemberian ASIatau mixed feeding (pemberian ASI menerapkan kewaspadaan universal, pemberian ARV
dan susu formulabersama-sama).21 kepada bayi, pemilihan nutrisi, imunisasi, pencegahan
Pada penelitian kami pemeriksaan assay antibody digunakan infeksi oportunistik, pemantauan tumbuh kembang,
untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV, dan menjadi dan penetuan status HIV bayi. Bayi yang terlahir dari
dasar penegakan diagnosis HIV pada anak umur lebih dari ibu HIV positif, statusnya harus diketahui sesegera
18 bulan. Sementara pada anak usia kurang dari 18 bulan mungkin setelah lahir.22
diperlukan uji diagnostik laboratorik yang mampu Setelah seorang anak yang sudah indikasi
mendeteksi virus atau komponennya (PCR atau kultur).10 untuk mendapatkan ART, perlu dipastikan dan
Pemeriksaan laboratorium lain bersifat melengkapi diperhatikan kepatuhan jangka panjang dan respons
informasi dan membantu dalam penentuan stadium serta yang baik terhadap ART. Pemantauan yang perlu
pemilihan obat ARV. dilakukan adalah evaluasi klinis, berat badan, dan
Jumlah limfosit CD4 menurun dan CD8 mening- kat tinggi badan, perhitungan dosis ART, obat lain yang
sehingga rasio CD4/CD8 menurun. Parameterimunologis diberikan bersamaan dan kepatuhan minum obat.24
digunakan bersamaan dengan penilaian klinis sebagai dasar Pada subyek penelitian kami terdapat 8 anak yang
pertimbangan untuk memulai pemberian ARV. Untuk anak tidak kontrol dan tidak diketahui keberadaannya
usia dibawah 5 tahun penilaian imunologis menggunakan saat ini.
persentase CD4, untuk anak diatas 5 tahun dapat
menggunakan nilai absolut CD4. Jumlah absolut atau
persentase CD4 dipakai untuk menilai penekanan sistem Kesimpulan
imun dansebagai parameter untuk memulai pemberian ARV
padaanak yang terinfeksi HIV.10,22 Berdasarkan supresi sistem Anak positif HIV sebagian besar mendapatkan infeksi
imun pada subyek, mayoritas anak (71,7%) datangdalam dari ibunya selama dalam kandungan, selama proses
keadaan supresi imun berat, dan hanya 9,4% kelahiran, dan selama proses menyusui. Dengan
pemberian ART diharapkan replikasi virus pada anak
dapat dihambat dan anak hidup normal seperti anak
lainnya.
shedding in thegenital tract of woman. Lancet
Daftar pustaka 2001;358:1593-601.
21. Read JS. Prevention of mother-to-child
1. Thisyakorn U. Epidemiology and clinical problems of AIDS in childrentransmission
in South EastofAsia.
HIV. Dalam: Read JS,
MDVI1996;23:8s-10s. Zeichner SL, penyunting. Handbook of
2. UNAIDS report on the global AIDS epidemic: Executivesummary/UNAIDS, 2009. HIV care. Cambridge:
pediatric
3. Thisyakorn U. Slow progression of human immunode-ficiency infectionCambridge
in a 14-year-old boy Press; 2006.h.107-33.
University
born to an HIV-infected mother. JPID 2007; 2:105-8. 22. World Health Organization. Antiretroviral
4. US Department of human health and Services. Guide-lines of HIV infection.
therapyDidapat dari:infection in infants and
for HIV
http://AIDSinfo.nih. gov/guidelines/. children: toward universalaccess:
5. British HIV Association (BHIVA). Guidelines on the management recommendation for a public health
of HIV infection. Didapat dari: http://www. bhiva.org/. approach. Geneva: WHO press 2010 revision.
6. Thisyakorn U. Breast feeding and perinatal HIV transmission in 23. Newell M. ‘Mortality of infected and
Thailand. SCN News 1998; 17:10. uninfected infantsborn to HIV-infected
7. Chansinghakul D, Soongsawang K, Pancharoen C, Thaithumyanon mothers in Africa: a pooledanalysis’, Lancet
P, Limpongsanurak S, Thisyakorn U. Prevention of mother-to-child 2004;364:94-41.
HIV transmission: MTCT-plus initiative program. Accepted for 24. Departemen kesehatan RI. Pedoman tatalaksana
publication in JPID. infeksi HIV dan terapi antiretroviral pada
8. Pizzo PA, Wilfert CM. Pediatrics AIDS: the challenge of anak di Indonesia. Dalam: Kurniati N,
HIV infection in infants, children and adolescents. Edisi penyunting. Jakarta: DepKes RI, 2008.
ke-3. Baltimore: Williams & Wilkins; 1994.
9. Thisyakorn U. Pediatrics AIDS. PKB HIV 2009.h.7- 13.
10. Matondang CS, Kurniati N. Infeksi HIV pada bayi dananak.
Dalam: Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N. Bukuajar alergi-
imunologi anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit IDAI;
2007.h.379-416.
11. Boogs JM. Human immunodeficiency virus disease and
related opportunistic infection. Dalam: Adelman CD,
Casale TB, Corren J. Manual of allergy and immunology.Edisi
ke-4. Philadelphia: Lippincot William & Wilkins;
2002.h.418-39.
12. Mcfarland EJ. Human immunodeficiency virus (HIV)
infection. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ,
Sondheimer JM, penyunting. Current pediatric diagnosisand
treatment. Edisi ke-16. Colorado: The McGraw- Hill;
2003.h.1140-9.

13. Paul ME, Shearer WT. Pediatric human immunode-


ficiency virus infection. Dalam: Leung DYM,
SampsonHA, Geha RS, Szefler SJ, penyunting.
Pediatricallergy principles and practice. Missouri:
Mosby;2003.h.110-7.
14. Yogev R, Chadwick EG, Acquired immunodeficiency
syndrome (human immunodeficiency virus). Dalam:
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Textbook
ofpediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: W.B Saunders;
1998.h.1109-21.
15. WHO. Recommendations on the diagnosis of HIV
infection in infantsand children. Geneva; 2010.
16. Abrams E, Moon RY, Robinson LG, van Dyke RB.
Routine pediatric care. Dalam: Reads JS, Zeichner
SL, penyunting. Handbook of pediatric HIV care.
Cambridge: Cambridge University Press; 2006.h.134-
76.
17. Roitt I, Brostoff J, Male D. Immunology. Edisi ke-
6.London: Mosby; 2001.h.317-9.
18. UNAIDS. ‘UNAIDS report on the global AIDS
epidemic’. Geneva; 2010.
19. WHO/UNAIDS/UNICEF. ‘Towards Universal Access:
Scaling up priority HIV/AIDS interventions in the
health sector’. Geneva; 2010.
20. Kovacs A, Wasserman SS, Burns D, Wright DJ,
Cohn J,Landay A, dkk. Determinants of HIV-1

Anda mungkin juga menyukai