Modul Praktikum Keperawatan Anak Ii
Modul Praktikum Keperawatan Anak Ii
KEPERAWATAN ANAK II
SEMESTER V REGULER PRODI S1 KEPERAWATAN
Nomor : SK.56a/K-AK/STIKKU/VIII/2017
Modul Praktikum ini Disusun Berdasarkan Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia
Tim Penyusun :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan karunianya kami bisa
menyelesaikan modul praktikum Keperawatan Anak II ini dengan baik dan tepat waktu. Sebelumnya,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikandukungannya dalam
pembuatan panduan ini terutamanya untuk Ketua STIKKU dan Ketua Prodi S1 Keperawatan.
Panduan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam menunjang proses pembelajaran
khususnya pengalaman klinik dilapangan. Panduan ini berisikan pedoman praktikum yang merupakan
capaian pembelajaran psikomotor mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran. Sebagai
sambutan terakhir, penulis mengharapkan semoga panduan ini bermanfaat guna meningkatkan proses
pembelajaran. Penulis juga meminta saran dan kritik yang membangun guna perbaikan kualitas panduan
praktik lapangan berikutnya. Atas segala perhatiannya, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis
2) Meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia mahasiswa, dosen beserta tenaga
kependidikan secara bertahap dan berkelanjutan;
3) Melaksanakan tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance), inovatif,
mandiri, dan mengedepankan pelayanan prima;
4) Mengembangkan kerjasama institusional dalam dan luar negeri dalam upaya optimalisasi kegiatan
Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pemberdayaan lulusan;
5) Meningkatkan kesejahteraan sivitas akademika yang berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan
profesionalitas
2) Menjadi perguruan tinggi yang mampu menghasilkan lulusan dan menyediakan dosen dan tenaga
kependidikan yang kompeten, profesional serta berioreintasi global;
3) Menjadi Perguruan Tinggi yang mampu menerapkan tata kelola perguruan tinggi yang baik (good
university governance), inovatif, mandiri, dan mengedepankan pelayanan prima;
4) Menjadi Perguruan Tinggi yang mampu mengembangkan kerjasama institusional baik dalam
maupun luar negeri sebagai upaya optimalisasi kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan
pemberdayaan lulusan;
5) Menjadi Perguruan Tinggi yang mampu meningkatan kesejahteraan sivitas akademika yang
berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan profesionalitas.
4) Berkembangnya Perguruan Tinggi dalam hal kerjasama institusional dalam dan luar negeri sebagai
upaya mengoptimalisasi kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pemberdayaan lulusan.
Visi Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
‘’ Menjadi Penyelenggara Pendidikan Ners yang Inovatif dan Bermutu Dalam Penanggulangan
Masalah Kesehatan Fisik dan Mental Berbasis Masyarakat Pada Tingkat Nasional Berdaya Saing
Global Tahun 2035’’
Misi Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
1) Menyelenggarakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara berkualitas, inovatif,
berkelanjutan, dan berorientasi global;
2) Meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia, mahasiswa, dosen beserta tenaga
kependidikan secara bertahap dan berkelanjutan;
3) Melaksanakan tata kelola Program Studi yang baik, inovatif, mandiri, dan mengedepankan
pelayanan prima;
4) Mengembangkan kerjasama institusional dalam dan luar negeri dalam upaya optimalisasi kegiatan
Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pemberdayaan lulusan;
5) Meningkatkan kesejahteraan sivitas akademika yang berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan
profesionalitas.
Tujuan Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
1) Terselenggaranya kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara berkualitas, inovatif,
berkelanjutan, dan berorientasi global;
2) Meningkatnya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia mahasiswa, dosen beserta tenaga
kependidikan secara bertahap dan berkelanjutan;
3) Terlaksananya tata kelola Program Studi yang baik, inovatif, mandiri, dan mengedepankan
pelayanan prima;
4) Terlaksananya kerjasama institusional dalam dan luar negeri dalam upaya optimalisasi kegiatan
Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pemberdayaan lulusan;
5) Meningkatnya kesejahteraan sivitas akademika yang berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan
profesionalitas
Sasaran Program Studi Pendidikan Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
1) Terwujudnya Program Studi S1 Keperawatan - Profesi Ners yang bermutu, berinovasi, dan
berorientasi global sesuai dengan Tridarma Perguruan Tinggi.
2) Terwujudnya dan dihasilkannnya lulusan Profesi Ners yang mempunyai kemampuan akademik
dan keterampilan di bidang kesehatan, baik aspek teoritik maupun praktik.
3) Terwujudnya Program Studi S1 Keperawatan - Profesi Ners yang dapat melaksanakan tata kelola
perguruan tinggi yang baik, inovatif, mandiri, dan mengedepankan pelayanan prima
4) Berkembangnya Program Studi S1 Keperawatan - Profesi Ners dalam hal kerjasama institusional
dalam dan luar negeri sebagai upaya mengoptimalisasi kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi dan
pemberdayaan lulusan.
Tercapainya Program Studi S1 Keperawatan - Profesi Ners dalam meningkatkan kesejahteraan sivitas
akademika yang berbasis budaya wirausaha, inovasi, dan profesionalistik
DAFTAR ISI
Perawatan Kolostomi……………………………………………………………………………………..………………………. 22
Pemberian Desferal……………………………………………………………………………………….…………………………33
Pemberian Kemoterapi……………………………………………………………………..………….……………………...….43
KPSP………………………………………………………………………………………….………………………………..…………..98
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada tubuh untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistem atau organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi)
dan mendengarkan (auskultasi). Pada umumnya, pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi). Khusus untuk pemeriksaan abdomen, sebaiknya auskultasi dilakukan sebelum palpasi.
Sebelum kita melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus melakukan komunikasi dengan
pasien. Secara khusus pemeriksaan fisik kardiovaskuler dalam pelaksanaannya tidak beda jauh dengan sistim
lain yaitu secara berurutan dilakukan pemeriksaan melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan (auskultasi). Pemeriksaan fisik kardiovaskuler biasanya dimulai dengan pemeriksaan tekanan
darah dan denyut nadi. Kemudian diperiksa tekanan vena jugularis, dan akhirnya baru pemeriksaan jantung.
Dalam pemeriksaan selanjutnya pada jantung disamping ditemukan adanya hasil pemeriksaan normal, juga bisa
kita dapati kelainan-kelainan hasil pemeriksaan fisik yang meliputi antara lain: batas jantung yang melebar,
adanya berbagai variasi abnormal bunyi jantung dan bunyi tambahan berupa bising (murmur). Selain anamnesis
dan pemeriksaan fisik, maka pemeriksaan penunjang cukup membantu pemeriksa dalam menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan fisis jantung meliputi : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
Inspeksi
Voussure Cardiaque
Merupakan penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium, di antara sternum dan apeks codis.
Kadang-kadang memperlihatkan pulsasi jantung . Adanya voussure Cardiaque, menunjukkan adanya : kelainan
jantung organis, kelainan jantung yang berlangsung sudah lama/terjadi sebelum penulangan
sempurna, hipertrofi atau dilatasi ventrikel.
Ictus
Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan mudah pulsasi yang disebut ictus
cordis pada sela iga V, linea medioclavicularis kiri. Pulsasi ini letaknya sesuai dengan apeks jantung. Diameter
pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum maksimum di tengah-tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu
sistolis ventrikel. Bila ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan adanya pembesaran ventrikel kiri.
Pada pericarditis adhesive, ictus keluar terjadi pada waktu diastolis, dan pada waktu sistolis terjadi retraksi ke
dalam. Keadaan ini disebut ictus kordis negatif. Pulpasi yang kuat pada sela iga III kiri disebabkan oleh dilatasi
arteri pulmonalis. Pulsasi pada supra sternal mungkin akibat kuatnya denyutan aorta. Pada hipertrofi ventrikel
kanan, pulsasi tampak pada sela iga IV di linea sternalis atau daerah epigastrium. Perhatikan apakah ada pulsasi
arteri intercostalis yang dapat dilihat pada punggung. Keadaan ini didapatkan pada stenosis mitralis. Pulsasi pada
leher bagian bawah dekat scapula ditemukan pada coarctatio aorta.
Palpasi
Hal-hal yang ditemukan pada inspeksi harus dipalpasi untuk lebih memperjelas mengenai lokalisasi
punctum maksimum, apakah kuat angkat, frekuensi, kualitas dari pulsasi yang teraba. Pada mitral insufisiensi
teraba pulsasi bersifat menggelombang disebut ”vantricular heaving”. Sedang pada stenosis mitralis terdapat
pulsasi yang bersifat pukulan- pukulan serentak diseubt ”ventricular lift”. Disamping adanya pulsasi perhatikan
adanya getaran ”thrill” yang terasa pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung. Getaran ini sesuai
dengan bising jantung yang kuat pada waktu auskultasi. Tentukan pada fase apa getaran itu terasa, demikian
pula lokasinya.
Perkusi
Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada penderita emfisema paru terdapat kesukaran
perkusi batas-batas jantung. Selain perkusi batas-batas jantung, juga harus diperkusi pembuluh darah besar di
bagian basal jantung. Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada daerah manubrium sterni
terdapat pekak yang merupakan daerah aorta. Bila daerah ini melebar, kemungkinan akibat aneurisma aorta.
Auskultasi Jantung
- bunyi jantung
- bising jantung
- gesekan pericard
Bunyi Jantung
- ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
- sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal.
- Sela iga III kanan untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari aorta
- Sela iga IV dan V di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk mendengar bunyi jantung
yang berasal dari katup trikuspidal.
Tempat-tempat auskultasi di atas adalah tidak sesuai dengan tempat dan letak anatomis dari katup-katup
yang bersangkutan. Hal ini akibat penghantaran bunyi jantung ke dinding dada.
- Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan pulmonal dan tanda
dimulainya fase diastole ventrikel.
Bunyi jantung I di dengar bertepatan dengan terabanya pulsasi nadi pada arteri carotis.
Intesitas dan Kualitas Bunyi
Kesimpulan : pada ictus cordis terdengar bunyi jantung I secara langsung sedang bunyi jantung II hanya
dirambatkan (tidak langsung). Sebaliknya pada daerah basis jantung bunyi jantung ke 2 merupakan bunyi jantung
langsung sedang bunyi I hanya dirambatkan. Beberapa gangguan intensitas bunyi jantung.
Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar pada akhir pengisian cepat ventrikel,
bernada rendah, paling jelas pada daerah apeks jantung.
Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Dalam keadaan patologis ditemukan pada
kelainan jantung yang berat misalnya payah jantung dan myocarditis. Bunyi jantung 1, 2 dan 3 memberi bunyi
seperti derap kuda, disebut sebagai protodiastolik gallop. Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang
dipaksakan akibat kontraksi atrium, paling jelas terdengar di apeks cordis, normal pada anak-anak dan pada
orang dewasa didapatkan dalam keadaan patologis yaitu pada A – V block dan hipertensi sistemik. Irama yang
terjadi oleh jantung ke 4 disebut presistolik gallop
Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan frekuensi nadi. Normal irama jantung
adalah teratur dan bila tidak teratur disebut arrhytmia cordis. Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam
semenit, kemudian dibandingkan dengan frekuensi nadi. Bila frekuensi nadi dan bunyi jantung masing-masing
lebih dari 100 kali per menit disebut tachycardi dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut
bradycardia. Kadang-kadang irama jantung berubah menurut respirasi. Pada waktu ekspirasi lebih lambat,
keadaan ini disebut sinus arrhytmia. Hal ini disebabkan perubahan rangsang susunan saraf otonom pada S – A
node sebagai pacu jantung. Jika irama jantung sama sekali tidak teratur disebut fibrilasi. Adakalanya irama
jantung normal sekali-kali diselingi oleh suatu denyut jantung yang timbul lebih cepat disebut extrasystole, yang
disusul oleh fase diastole yang lebih panjang (compensatoir pause). Opening snap, disebabkan oleh pembukaan
katup mitral pada stenosa aorta, atau stenosa pulmonal kadang-kadang didapatkan sistolik dalam fase sistole
segera setelah bunyi jantung I dan lebih jelas pada hypertensi sistemik.
Disebabkan :
- aliran darah bertambah cepat
- penyempitan di daerah katup atau pembuluh darah
- getaran dalam aliran darah oleh pembuluh yang tidak rata
- aliran darah dari ruangan yang sempit ke ruangan yang besar
- aliran darah dari ruangan yang besar ke ruangan yang sempit.
Hal-hal yang harus diperhatikan bila terdengar bising ;
1. Lokalisasi Bising
Tiap-tiap bising mempunyai lokalisasi tertentu, dimana bising itu terdengar paling keras (punctum
maximum). Dengan menetukan punctum maximum dan penyebaran bising, maka dapat diduga asal bising itu :
- punctum maximum di apeks cordis, berasal dari katup mitral
- punctum maximum di sela iga 2 kiri, berasal dari katup pulmonal
- punctum maximum di sela iga 2 kanan, berasal dari katup aorta
- punctum maximum pada batas sternum kiri, berasal dari ASD atau VSD.
2. Penjalaran Bising
Bising jantung masih terdengar di daerah yang berdekatan dengan lokasi dimana bising itu terdengar
maksimal, ke suatu arah tertentu, misalnya :
- Bising dari stenosa aorta menjalar ke daerah carotis
- Bising insufiensi aorta menjalar ke daerah batas sternum kiri.
- Bising dari insufisiensi mitral menjalar ke aksilia, punggung dan ke seluruh precordium.
- Bising dari stenosis mitral tidak menjalar atau hanya terbatas kesekitarnya.
3. Intensitas Bising
Levine membagi intensitas bising jantung dalam 6 tingkatan :
Tingkat IV : bising sangat keras, sehingga terdengar meskipun stetoskp belum menempel di dinding dada.
4. Jenis dari Bising
Jenis bising tergantung pada dase bising timbul :
Bising Sistole, terdengar dalam fase sistole (antara bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2)
Bising Diastole, terdengar dalam fase diastole (antara bunyi jantung 2 dan bunyi jantung 1), dikenal
antara lain :
- Mid-diastole, terdengar pada pertengahan fase diastole misalnya pada stenosis mitral.
- Early diastole, terdengar segara setelah bunyi jantung ke 2. misalnya pada insufisiensi sorta.
- Pre-sistole, yang terdengar pada akhir fase diastole, tepat sebelum bunyi jantung 1, misalnya pada stenosis
mitral. Bising sistole dan diastole, terdengar secara kontinyu baik waktu sistole maupun diastole. Misalnya
pda PDA
5. Bising Fisiologis atau Patologis
Bising fisiologis (fungsionil), perlu dibedakan dengan bising patalogis. Beberapa sifat bising fungsionil :
- Jenis bising selalu sistole
- Intensitas bising lemah, tingkat I-II dan pendek,
- Pada umumnya terdengar paling keras pada daerah pulmonal, terutama pada psisi telungkup dan ekspirasi
penuh.
- Dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Dengan demikian bising diastole, selalu merupakan bising patalogis, sedang bising sistole, dapat
merupakan merupakan bising patalogis atau hanya fungsionil. Bising fungsionil dijumpai pada beberapa
keadaan: demam, anemia, kecemasan, hipertiroid, beri-beri, atherosclerosis.
6. Kualitas dari Bising
Apakah bising yang terdengar itu bertambahkeras (crescendo) atau bertambah lemah (descrescendo).
Apakah bersifat meniup (blowing) atau menggenderang (rumbling).
7. Gerakan Pericard
Gesekan pericard merupakan gesekan yang timbul akibat gesekan antara pericard visceral dan parietal
yang keduanya menebal atau permukaannya kasar akibat proses peradangan (pericarditis fibrinosa). Gesekan
ini terdengar pada waktu sistole dan diastole dari jantung, namun kadang-kadang hanya terdengar waktu sistole
saja. Gesekan pericard kadang-kadang hanya terdengar pada satu saat saja (beberapa jam) dan kemudian
menghllang. Gesekan pericard sering terdengar pada sela iga 4-5 kiri, di tepi daerah sternum. Sering dikacaukan
dengan bising jantung.
1. Melakukan inspeksi dari sisi kanan pasien dan dari arah kaki
penderita untuk menentukan apakah simetris atau tidak simetris
2. Kemudian lakukan inspeksi dari sisisebelah kanan tempat tidur
pada dinding depan dada dengan cermat, perhatikan adanya
pulsasi
3. Perhatikan daerah apex kordis, apakah iktus kordis nampak atau
tidak Nampak
4. Mempalpasi iktus kordis pada lokasi yang benar
5. Meraba iktus kordis dengan ujung jari-jari, kemudian ujung satu
jari
6. Meraba iktus kordis sambil mendengarkan suara jantung
untuk menentukan durasinya
7. Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan ujung
jari-jari pada sela iga 3,4 dan 5 batas sternum kiri
8. Meminta penderita untuk menahan napas pada waktu ekspirasi
sambil mempalpasi daerah diatas
9. Mempalpasi daerah epigastrium dengan ujung jari yang
diluruskan untuk merasakan impuls/pulsasi ventrikel kanan
10. Arah jari ke bahu kanan
11. Mempalpasi daerah sela iga 2 kiri untuk merasakan impuls
jantung pada waktu ekspirasi
12. Mempalpasi daerah sela iga 2 kanan untuk meraskan impuls
suara jantung dengan tekhnik yang sama
b. Perkusi
( ............................................. )
Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior
Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
PERAWATAN KOLOSTOMI
I. PENDAHULUAN
Diversi usus atau fekal secara umum disebut pembedahan ostomi, dapat permanen atau
sementara. Ini dilakukan terutama pada obstruksi usus mekanis, paling umum adalah kanker
kolon, kolitis ulseratif, penyakit divertikular, dan trauma pada usus. Ostomi dibuat melalui
pembedahan dengan membuat lubang (stoma) melaui dinding abdomen dengan menggunakan
segmen proksimal dari usus. Feses kemudian dikeluarkan melalui stoma. Awalan yang mengikuti
ostomi menunjukkan segmen usus yang dikeluarkan melalui dinding abdomen.
- Ileostomi : lubang stoma yang dibuat di ileum.
- Kolostomi :
1. Kolostomi ascending : pembuatan lubang stoma di kolon ascenden (di sebelah kanan
abdomen). Stool yang keluar dari stoma berbentuk cair
2. Kolostomi Transverse : pembuatan lubang stoma di kolon transversum (disebelah atas
abdomen kearah tengah atau sisi kanan)
3. Kolostomi Descending / sigmoid : pembuatan lubang stoma di kolon desenden dan sigmoid
(di sebelah kiri bawah abdomen).
Kolostomi dibuat berdasarkan berbagai indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada
beberapa macam tergantung dari kebutuhan klien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen
maupun sementara.
1. Kolostomi permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila klien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan atau
pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga tidak memunginkan feces melalui
anus.Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel (dengan satu ujung
lubang).
2. Kolostomitemporer/sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feces
sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup
kembali. Kolostomi temporer ini mempounyai dua ujung yang dikeluarkan melalui abdomen
yang disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan berupa
mukosa kemerahan yang disebut Stoma. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya
masih terjadi pembengkakkan sehingga stoma tampak membesar.
Klien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparatomi
(pembukaaan dinding abdomen). Luka laparatomi sangat beresiko mengalami infeksi karena
letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan
feces yang dapat mengkontaminasi luka laparatomi. Perawat harus selalu memonitor kondisi
luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontamiansi feces.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong telah terisi feces atau jika
kantong kolostomi bocor dan feces cair mengotori abdomen. Perawat juga harus
mempertahankan kulit klien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari
terjadinya iritasi kulit dan untuk kenyamanan klien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi
harus segera diberi zink salep/zink oil atau segera konsultasikan pada dokter ahli jika klien
alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada klien yang alergi tersebut mungkin perlu
dipikirkan untuk remodifikasi kantong kolostomi agar kulit klien tidak teriritasi.
a. End Stoma :
End stoma/ terminal stoma dapat dibuat secara permanen maupun temporer. Stoma
dengan bentuk tunggal, dilakukan dengan bagian akhir proksimal colon dibuka,
dikeluarkan dan di jahit ke dinding abdomen
b. Loop Stoma :
Pembuatan stoma dari usus bagian distal dan proksimal yang bagian ujungnya di
keluarkan melalui dinding abdomen sehingga membentuk 2 stoma
d. Mucous Fistula :
Pembentukan stoma dari usus besar atau usus kecil, 1 stoma untuk mengalirkan faeces
yang lainnya untuk mengalirkan mucus
Jenis kantong kolostomi bervariasi sesuai dengan ukuran dan bentuk. Kantong kolostomi
harus ringan dan kedap bau. Beberapa kantong juga mempunyai filter arang yang dapat
melepaskan gas secara perlahan dan membantu mengurangi bau.
Jenis ini memungkinkan anda untuk membuka bagian bawah dari kantong untuk
mengalirkan output. tipe ini biasanya di tutup dg menggunakan klem.tipe ini biasanya di
gunakan untuk pasien dengan kolostomi ascenden dan kolostomi transversum.
Jenis kantong ini, ketika kantong telah terisi kemudia diambil dan dibuang, kemudian di
pasang lagi dengan yang baru. Kantong ini biasanya digunakan oleh pasien dengan
kolostomi desenden dan sigmoid. Output dari jenis kantong kolostomi ini tidak perlu
untuk dialirkan .
Digunakan untuk menampung urin output dari stoma urinary. Dapat digunakan sampai
beberapa hari
B. Jenis Kantong berdasarkan Jumlah Bagian Kantong :
1. One-piece:
Kantong ini terdiri dari kantong kecil dan penghalang kulit. Penghalang kulit mudah
lengket (adesif) yang ditempatkan disekitar stoma dan ditempelkan ke kulit sekitar
stoma. Ketika kantong kecil akan diganti dengan baru, kantong kecil baru harus di
rekatkan kembali ke kulit.
2. Two-piece:
Kantong ini terdiri dari dua bagian : Face plate yang bersifat adesif dan kantong
penampung faeces. Face plate tetap berada dalam tempatnya saat kantong yang telah
terisi faeces di ambil dan diganti dengan kantong baru kemudian kantong baru
dihubungkan ke face plate. Kantong baru tidak perlu dilengketkan kembali kekulit setiap
kali pergantian kantong,cukup di hubungkan kembali dengan face plate, sehingga sistem
ini sangat menolong untuk pasien dengan kulit sensitive
Klien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun
setelah operasi terutama tentang perawatan kolostomi bagi klien yang harus
menggunakan kolostomi permanen.
B. TUJUAN
C. PERSIAPAN KLIEN
3. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan klien (menutup gorden jendela, pintu
memasang penyekat tempat tidur (k/p), mempersilahkan keluarga untuk
menunggu diluar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi klien
dll)
SKALA PENILAIAN
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAN Tidak Butuh Baik
Dilakukan Latihan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT : 36
1. Kantong kolostomi sesuai kebutuhan
2. Kapas
3. Larutan NaCI 0,9 %/ air matang
4. Bedpan/pispot
5. Spidol
6. Gunting (k/p)
7. Pola ukuran stoma
8. Stoma powder
9. Stoma hasive paste
10. Waslap
11. Sabun mandi
12. Air hangat
13. Sepasang sarung tangan
14. Kasa kering
15. Bengkok/piala ginjal
16. Perlak dan pengalasnya
17. Kantong plastic
18. Tempat sampah
PERSIAPAN PASIEN : 6
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
PELAKSANAAN : 38
1. Mengatur posisi tidur klien (supinasi)
2. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan
klien (menutup korden, jendela, pintu
memasang penyekat tempat tidur (k/p),
mempersilahkan keluarga untuk menunggu
diluar kecuali jika diperlukan untuk belajar
merawat kolostomi klien dll)
3. Perawat mencuci tangan dan memakai
sarung tangan
4. Meletakkan perlak dan pengalasnya di
sebelah kanan/ kiri klien sesuai letak stoma
5. Meletakkan bengkok di atas perlak dan
didekatkan ke tubuh klien
6. Membuka set kolostomi,siapkan kapas berisi
cairan NaCI 0,9%/ air matang
7. Mengobservasi produk stoma (warna,
konsistensi, bau & jumlah), jika tipe kantong
kolostomi drainable, buka klem buang feses
ke pispot.
8. Membuka kantong kolostomi yang terpasang
pada tubuh klien dengan sangat hati-hati dan
tangan kiri menekan kulit klien.
9. Membuang kantong kolostomi kotor ke
tempat sampah/plastik
10.Membersihkan kulit sekitar stoma dengan
sabun dan air hangat dg menggunakan
waslap
11.Membersihkan stoma dan sisa feces/produk
stoma dengan kapas NaCI 0,9% dengan
sangat hati-hati (hindari perdarahan)
12.Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan
kassa/tisue.
13.Mengobservasi stoma dan kulit sekitar stoma
14.Berikan stoma powder sekitar kulit stoma,
dan stoma hasiv pasta disekitar stoma
15.Mengukur stoma dan gambar pola stoma
pada plastic penutup kantong dengan
menggunakan spidol, kemudian gambar pola
pada bagian yang adesif pada kantong
stoma kemudian gunting sesuai ukuran
stoma
16.Membuka salah satu sisi perekat kantong
kolostomi dan menempelkan dengan tepat
dengan menghindari udara masuk kantong
kolostomi
17.Menempelkan kantong kolostomi dengan
posisi Vertical/ horizontal/ miring sesuai
kebutuhan kilen (sesuaikan dengan aktivitas
klien). Klem kantong kolostomi jika
menggunakan tipe drainable pounch
18. Merapikan klien dan alat.
19.Melepas sarung tangan dan cuci tangan
EVALUASI : 4
1. Respon pasien pada saat pemasangan alat
2. Tindakan sesuai dengan prosedur
DOKUMENTASI : 10
1. Nama pasien
2. Nama perawat
3. Tanggal tindakan
4. Kondisi stoma(bentuk,warna stoma,kelaian
stoma) keluaran stoma(warna,jumlah)
5. Paraf perawat
Nilai Akhir Keterampian = Jumlah Nilai Yang Diperoleh x 100
Total Item
Rekomendasi :
Kuningan,
Penguji,
( )
Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior
Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
1. http://4mhie.wordpress.com/2007/11/13/perawatan-pasien-dengan-kolostomi-pada-
penderita-cancer-colorectal
2. http://www.drugs.com/cg/colostomy-care.html
3. http://www.healthsquare.com/mc/fgmc0549.htm
4. Loeb,Stanley.(1991). Illustrated Manual Of Nursing Practice. Spring House Corporation.
Pennysylvania
5. Blackley,Patricia.(2004).Practical Stoma Wound And Continence Management 2nd
Ed.National Publication of Australia.Australia
PENILAIAN DERAJAT EDEMA
A. Pengertian
B. Penyebab edema
Primer :
Sekunder
1. Daerah sacrum
2. Diatas tibia
3. Pergelangan kaki
D. Penilaian
METODE PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
INDIKASI
Dilakukan pada pasien yang diduga menderita:
1. Sindroma nefrotik
2. Gagal jantung kongestif
3. Sirosis hepatis
4. Oklusi vena
5. Hipotiroidisme
6. Limfedema
ACUAN
Informed Consent
Tujuan melakukan pemeriksaan : untuk mengetahui penyebab yang mendasari timbulnya edema
sehingga dapat diberikan terapi yang sesuai.
Persiapan pasien
Posisikan pasien berbaring dan membebaskan kedua tungkai dari pakaian/kaos kaki.
Cara pemeriksaan :
Inspeksi : edema dapat ditemukan pada palpebra, ekstremitas, atau pada vulva (wanita) atau
skrotum (pria).
Palpasi : regio tibia bagian anterior diberi tekanan ringan dengan ibu jari selama kurang lebih 10
detik lalu dilepaskan. Pada pitting edema akan timbul indentasi kulit yang ditekan, dan akan kembali
secara perlahan-lahan. Pada non-pitting edema tidak akan terjadi indentasi.
Pada pasien yang sudah berbaring lama maka cairan akan berkumpul di bagian terendah, biasanya
pada daerah punggung dan sakrum. Pasien dapat dimiringkan atau didudukkan, lalu dilakukan
penekanan ringan sama seperti pada ekstremitas.
SOP PENILAIAN DERAJAT EDEMA
SKALA PENILAIAN
Tidak Butuh Baik
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAN Dilakukan Latihan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT :
Rekomendasi :
Kuningan,
Penguji,
( )
Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior
Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
REFERENSI :
Burns EA, Korn K, Whyte J, Thomas J, Monaghan T. Oxford American Handbook of Clinical
Examination and Practical Skills. New York: Oxford University Press; 2011.
Turner R, Hatton C, Blackwood R. Lecture notes on Clinical Skills. 4th ed. Malden: Blackwell
Science; 2003.
Fakultas kedokteran universitas Hasanudin. 2016. Penuntun Pembelajaran Keterampilan Klinik
Sistem Urogenital.
Desi Deswita. 2011. Pemeriksaan Pitting Edema. Diakses pada tanggal 07 April 2012 pada
http://desideswita.wordpress.com/2011/04/01/pemeriksaan-pitting-edema
PEMBERIAN DESFERAL
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang Pemasangan Desferal, mahasiswa mampu
melakukan prosedur pemasangan desferal dengan benar dan tepat
Deskripsi
Memberikan obat desferal secara sub cutan yang diberikan melalui alat infusa pump dalam waktu
8-12 jam
Tujuan
Menurunkan/mencegah penumpukan Fe dalam tubuh baik itu hemocromatosis (penumpukan Fe di
bawah kulit) atau pun hemosiderosis (penumpukan Fe dalam organ)
Indikasi
Dilakukan pada klien dengan thalasemia yang mendapatkan transfusi darah secara rutin (berulang)
Kadar Fe ≥ 1000 mg/ml
Dilakukan 4 - 7 kali dalam seminggu post transfuse
Kontraindikasi
Tidak dilakukan pada klien dengan gagal ginjal
Klasifikasi thalasemia :
1. Thalasemia minor, biasanya tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, anemia ringan
2. Thalasemia intermediate, ditandai dengan splenomegali dan anemia yang muncul pada usia 2-
4 tahun, sehingga membutuhkan transfusi darah.
3. Thalasemia mayor, biasanya ditandai dengan munculnya gejala face cooley,
hepatosplenomegali, anemia berat, gangguan pertumbuhan dan deformitas tulang, dimana
gejala-gejala tersebut muncul lebih awal sejak usia 2-12 bulan dan sangat ketergantungan
terhadap transfusi darah.
1. Hemosiderosis, yaitu penumpukan Fe dalam organ baik itu dalam hepar (berakibat
hepatomegali), spleen (berakibat splenomegali), jantung, pancreas, atau kelenjar hypofise
(penurunan growth hormone).
2. Hemocromatosis, yaitu penumpukan Fe di bawah kulit sehingga warna kulit tampak hitam
keabuan. Penumpukan Fe tersebut dapat dikurangi atau dicegah dengan pemberian chelating
agent yaitu dengan pemasangan desferal, dimana kelebihan Fe ini akan dapat terbuang melalui
urin dan feces.
SKALA PENILAIAN
Tidak Butuh Baik
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAN Dilakukan Latihan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT:
Menyusun alat-alat yang diperlukan dengan
memperhatikan teknik aseptic dan antiseptik
1. Syringe 10 cc
2. Wing needle Tidak Steril :
3. Alas
4. Bengkok
5. Kapas alkohol pada tempat tertutup
6. Infusa pump
7. Obat yang diperlukan (desferal)
8. Pengencer (aquadest steril) dalam botol
9. Perban gulung/kantong infusa pump
10. Plester
11. Gunting plester
PERSIAPAN OBAT:
PERSIAPAN PASIEN :
1. Persilakan pasien membebaskan tungkai dari
pakaian/kaos kaki
2. Persilakan pasien untuk baring di tempat tidur
pemeriksaan
3. Lakukanlah cuci tangan rutin
4. Berdirilah di sebelah kanan pasien
PELAKSANAAN :
1. Mencuci tangan
2. Menggunakan sarung tangan sebagai tindakan
pencegahan infeksi silang pada pasien yang
menderita penyakit menular (AIDS, Hepatitis B)
3. Menjaga privacy dan mengatur kenyamanan
klien
4. Mendekati dan mengidentifikasi klien
5. Jelaskan prosedur kepada klien dengan bahasa
yang jelas
6. Memasang sampiran (bila perlu)
7. Memperhatikan teknik aseptic & antiseptic
8. Mendekatkan alat
9. Menyiapkan plester untuk fiksasi
10. Memasang alas/perlak
11. Mendekatkan bengkok pada klien
12. Menyuntikkan desferal dengan teknik steril
13. Bersihkan lokasi injeksi dengan alkohol dengan
teknik sirkuler atau atas ke bawah sekali hapus
14. Membuang kapas alkohol ke dalam bengkok
15. Membiarkan lokasi kering sendiri
16. Menyuntikkan obat dengan tepat (subkutan: area
Muskulus deltoid)
17. Memfiksasi wing needle dengan plester
18. Mengatur obat desferal pada alat infusa pump
19. Mencuci tangan
EVALUASI :
1. Melihat kondisi klien
2. Respon pasien pada saat pemasangan alat
3. Tindakan sesuai dengan prosedur
DOKUMENTASI :
1. Nama pasien
2. Nama perawat
3. Tanggal tindakan
4. Kondisi klien
5. Paraf perawat
Kuningan,
Penguji,
( )
Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior
Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
Daftar Pustaka
Ashwill & Droske, 1997. Nursing Care of Children. Principle and Practice. USA: W.B. Sanders
Company
Ball & Bindler, 1999. Pediatric Nursing Caring for Children. Stanford Connecticut: Appleton and
Lange Hazinski, M. F. 1999. Manual of Pediatric Critical Care. St Louis.Missouri: Mosby Inc
Markum, A. H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: FKUI
Mayers, M & Jacobson, A. 1995. Clinical Care Plans Pediatric Nursing. New York: MC
Graw-Hill,Inc Rollins, S. & Branty, D. 1991. Preparing the Child for Procedurs. St louis: Mosby
Wong & Whaley, 1996. Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA : CV Mosby Company
Wong, D. L. 1996. Clinical Manual For Pediatric Nursing. Fourth Edition. St Louis; The Mosby
Company.
PEMBERIAN KEMOTERAPI
Definisi kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat sitotoksik yang bertujuan untuk mengurangi dan menghentikan pertumbuhan
sel kanker (Wells & Murphy, 2009). Obat sitotoksik memiliki sifat mutagenik, karsinogenik, teratonik, bersifat toksik bagi
sistem reproduksi, genotoksik dan dapat menjadi toksik bagi organ lain (Maede,2014). Kemoterapi adalah terapi untuk
membunuh sel-sel kanker dengan obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika” (Sukardja, 2000, hal 213). Kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang diberikan kepada pasien pasien dengan tujuan kuratif maupun paliatif (Abdul Muthalib,
2006 dalam Sudoyo et al, 2006).
Tujuan Kemoterapi:
1. Menyembuhkan kanker
2. Mengurangi risiko metastasis
3. Menghambat pertumbuhan kanker
4. Menghambat pertumbuhan metastatis
5. Mengurangi gejala akibat kanker
6. mencegah kematian pasien karena kanker
Prinsip Kerja Kemoterapi dapat menghambat proliferasi sel kanker dan menginduksi kematian sel kanker (apoptosis).
Kemoterapi dapat diberikan secara tunggal, bisa juga bersama dengan modalitas lain seperti pembedahan dan
radioterapi, neo-adjuvant chemotherapy dan adjuvant chemotherapy.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan prosedur kemoterapi:
Penilaian Pre Kemoterapi.:
Histopatologi, Stadium, Status performa, Edukasi dan support pasien, Persiapan Obat
Penilaian sebelum kemoterapi
PASIEN
1. Penilaian harus mencakup semua pasien mengerti mengenai:
1) Jadwal yang diajukan and rencana pemberian kemoterapi
2) Efek samping kemoterapi
3) Prosedur dan waktu pemberian
4) memiliki cukup waktu untuk membicarakan apa yang menjadi kekhawatiran pasien
2. Jika perawat memiliki pertimbangan bahwa pasien tidak/belum mengerti mengenai hal-hal tersebut di atas, maka
harus didiskusikan kembali dengan praktisi medis yang telah memutuskan pengobatan yang akan diberikan
3. Identitas semua pasien yang akan menerima kemoterapi harus jelas.
4. Pastikan status alergi pasien.
5. Dilakukan secara sistematis sebelum pemberian, baik secara intravena atau oral
6. Pastikan semua pasien sudah menjalani pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
7. Kemoterapi harus ditunda jika terdapat ketidak pastian bahwa pemeriksaan belum dilakukan sebagaimana
mestinya.
OBAT
1. Peresepan obat kemoterapi harus jelas, tertanggal, akurat, ditandatangani, disertai nama dan nomor rekam medik
pasien.
2. Untuk pasien yang baru pertama kali mendapat regimen kemoterapi, perawat harus mengecek tanda tangan
dokter yang meresepkan
3. perawat harus yakin bahwa regimen kemoterapi yang dibuat sudah berdasarkan pengukuran berat badan dan
tinggi badan yang akurat.
4. Cek siklus pemberian kemoterapi
5. Perawat harus mengecek nama pasien, nama obat, dosis dan rute pemberian
6. Jika diperlukan cek juga obat tambahan yang diperlukan sudah termasuk dalam peresepan (pre med, GCSF, dll)
7. Cek volume pengenceran obat dan rencana hidrasi
8. Cek urutan pemberian obat kemoterapi
9. Obat kemoterapi dengan sediaan per-infus cek penampakan, tipe and volume cairan
10. Obat yang diberikan secara bolus, cek volume syringe sudah tepat
11. Perawat dan farmasi harus mengecek tanggal kadaluarsa obat
Toksisitas kemoterapi tergantung pada: Jenis obat, Dosis, Jadwal pemberian, Cara (rute) pemberian, Faktor
predisposisi pasien, Depresi sumsum tulang, Nausea vomitus, Diare, Konstipasi, Mucositis, Rambut rontok, Anoreksi,
Febris, Malaise, Depresi dan Kulit kering
Sifat Fisika obat Sitostatika Iritan:
1. Dapat menyebabkan reaksi inflamasi lokal
2. Sepanjang vena : nyeri tekan, rasa seperti terbakar kemerahan
3. Aliran darah akan kembali baik
4. Kejadian yang pendek tidak menyebabkan nekrosis
Sifat Fisika obat Sitostatika Vesikan
1. Infiltrasi obat ke sekitar jaringan menyebabkan eritem dan melepuh
2. Gejala timbul dalam 6-12 jam setelah extravasasi. Gejalanya biasanya gatal, tak sakit
3. Dapat terjadi nekrosis berat dengan kerusakan tendon dan sendi
4. Aliran darah tak dapat kembali baik
5. Tingkat kerusakan jaringan bergantung pada potensi obatnya, volume dan konsentrasi, tempat terjadinya, lamanya
kontak, penanganan awal. Efek iritasi obat-obat kemoterapi
Pencegahan Ekstravasasi
1. Akses IV harus baru saja dipasang, vena yang dipilih harus cukup besar dan utuh, saat dicoba dapat mengalirkan
darah dengan baik.
2. Tempat insersi dipilih berdasarkan urutan sebagai berikut:
- lengan (basilic, cephalic, and median antebrachial)
- punggung tangan
3. Hindari insersi pada vena yang mengalami sklerosis, trombosis atau yang sudah mengalami jaringan parut, begitu
juga pada tungkai yang mengalami gangguan sirkulasi. Walaupun masih kontroversi, kebanyakan ahli menyetujui
kanulasi vena di lengan yang satu sisi dengan payu dara yang sudah dimastektomi, selama tidak ada limfedema.
Pencegahan
1. Sebaiknya tidak dilakukan penutupan pada area insersi kanul vena, kecuali menggunakan bahan yang transparan.
2. Keutuhan iv line harus dipastikan sebelum menyuntikkan obat ke dalamnya dengan cara flushing menggunakan 5-10
cc larutan NaCl 0,9% atau Dextrose 5%
3. Selama kemoterapi berjalan, harus dimonitor ketat adanya nyeri (rasa terbakar yang ringan samapai berat pada
tempat
insersi dan sepanjang perjalanan vena), dan tempat insersi harus dilihat, apakah ada bengkak yang disertai
kemerahan.
4. Obat kemoterapi yang bersifat vesikan sebaiknya menggunakan akses vena sentral.
Penatalaksanaan Ekstravasasi
1. Hentikan pemberian obat kemoterapi.
2. Lepaskan syringe dan ganti dengan syringe 10 kosong. Lakukan aspirasi residu obat kemoterapi di tempat insersi
kanul vena.
3. Tutup luka bekas insersi dengan kasa steril ukuran 2x2 cm.
4. Hindari penekanan di daerah bekas insersi kanul.
5. Untuk ekstravasasi obat jenis vinca alkaloid, lakukan kompres hangat selama 15 menit atau lebih 4x/sehari.
6. Untuk ekstravasai obat anthracyclin, lakukan kompres dengan es selama 15 menit atau lebih, 4x/hari .
7. Pasien diinstruksikan untuk perawatan lokal, diberikan analgetik dan rencanakan untuk follow up:
1) ekstremitas yang terlibat dielevasikan selama 48 jam
2) Pasien dianjurkan untuk tetap menggunakan ekstremitas yang terlibat secara normal
3) Kontrol setiap 1 atau 2 kali seminggu
4) Jika nyeri menetap lebih dari 7 hari, pertimbangkan konsultasi dengan bagian bedah plastik, terutama jika
5) terdapat tanda2 ulserasi.
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping yang bervariasi, tergantung pada tipe dan jumlah obat yang diberikan.
Beberapa orang mengalami sedikit efek samping, bahkan ada yang tidak sama sekali.Sederet efek samping kemoterapi
yang dapat terjadi meliputi:
1. Mual dan muntah
Mual dan muntah adalah efek samping yang paling umum terjadi. Untuk mengurangi gejala ini, dokter dapat meresepkan
obat antimual.Selain itu, jahe atau suplemen jahe juga bisa Anda gunakan untuk mengatasi mual dan muntah.
2. Gangguan pada rambut, kuku, dan kulit
Sebagian pasien dapat mengalami rambut rontok atau rambut yang menjadi lebih tipis dan rapuh pada beberapa minggu
setelah memulai kemoterapi. Kuku juga dapat menjadi rapuh serta mudah retak.Sedangkan kulit pasien bisa menjadi
kering, terasa nyeri, dan lebih sensitif bila terkena sinar matahari. Dokter akan menyarankan beberapa hal berikut untuk
pasien yang akan beraktivitas di bawah cahaya matahari:
c) Mengenakan pakaian yang dapat melindungi dari sinar matahari, misalnya baju lengan panjang dan celana panjang,
serta topi
3. Rasa lelah
Keluhan ini dapat dirasakan setiap saat atau ketika melakukan aktivitas tertentu. Untuk menguranginya, dokter akan
menyarankan pasien untuk cukup beristirahat dan menghindari kegiatan yang terlalu melelahkan.
4. Gangguan pendengaran
Toksin dari beberapa obat kemoterapi dapat mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan telinga berdengung (tinnitus),
hilangnya pendengaran untuk sementara atau permanen, dan gangguan keseimbangan.
5. Infeksi
Kemoterapi dapat menyebabkan penurunan kemampuan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, risiko terjadinya infeksi akan
meningkat. Beberapa langkah dapat Anda lakukan untuk mencegah infeksi meliputi:
Cuci tangan secara rutin
Menjaga luka agar tetap bersih
Mengonsumsi makanan yang bersih dan sehat
Segera berobat apabila mengalami gejala infeksi
Bila perlu, dokter dapat meresepkan obat antibiotik untuk membantu dalam mengurangi risiko infeksi.
6. Gangguan perdarahan
Obat kemoterapi bisa mengurangi jumlah trombosit dalam darah, sehingga proses pembekuan darah tidak berjalan
dengan normal. Gangguan perdarahan yang dapat terjadi berupa:
Mudah mengalami memar
Berdarah lebih banyak dari biasanya, padahal hanya mengalami luka kecil
Sering mimisan atau mengalami gusi berdarah
Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan pasien untuk berhati-hati jika melakukan aktivitas yang berisiko memicu
cedera. Jika jumlah trombosit darah sangat rendah, pasien mungkin membutuhkan transfusi darah.
7. Anemia
Kemoterapi dapat mengurangi jumlah sel darah merah yang menyebabkan anemia. Kondisi kurang darah ini meliputi
kelelahan, sesak napas, dan jantung berdebar.Pasien akan disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya zat besi
guna menambah jumlah sel darah merah dalam tubuhnya. Contohnya, sayuran hijau, kacang, hati, dan daging merah.
8. Mukositis
Mukositis adalah peradangan pada membran mukosa yang dapat terjadi di sepanjang saluran cerna. Mulai dari rongga
mulut hingga ke dubur.Mukositis yang terjadi di mulut biasanya muncul 7-10 hari pascakemoterapi, dan dapat membuat
pasien kesulitan untuk makan atau berbicara.Sensasi seperti terbakar juga dapat dirasakan di sekitar mulut maupun bibir.
9. Tidak nafsu makan
Kemoterapi dapat memicu hilangnya nafsu makan pada pasien yang menjalaninya. Sebagai akibatnya, gangguan
penyerapan nutrisi pun bisa terjadiUntuk mengatasi penurunan nafsu makan, pasien bisa berusaha untuk makan dalam
porsi yang lebih kecil dan sering. Pasien juga bisa mengonsumsi minuman yang kaya nutrisi, seperti jus.Pasien yang
terus mengalami kesulitan makan dapat dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan asupan gizi lewat selang atau infus.
10. Gangguan kesuburan (infertilitas)
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mengganggu kesuburan pada pria maupun wanita. Pasien wanita juga tidak
disarankan untuk hamil ketika menjalani kemoterapi karena prosedur ini dapat memengaruhi perkembangan janin.
11. Gangguan pencernaan
Kemoterapi dapat menyebabkan diare atau sembelit yang muncul beberapa hari setelah pengobatan dimulai.
12. Gangguan mental dan kognitif
Beberapa gangguan kognitif dapat terjadi selama kemoterapi. Contohnya, masalah pada konsentrasi, pola pikir, dan daya
ingat jangka pendek.Tak cuma itu, kemoterapi juga dapat menyebabkan gangguan suasana hati (mood) serta depresi
Mukositis Orofaring
Mukositis
• terjadi pada seluruh saluran cerna mulai mulut sampai rectum.
• Mulai nyeri pada mulut sampai diare berdarah
• Luka pada mukosa mulut akibat port the entry kuman infeksi
• Candida dan virus herpes semakin memperburuk stomatitis nyaPenanganan Mukositis
• Jaga kebersihan mulut dengan sikat gigi lembut, NaCl 0,9% atau chlorhexidene gluconate
• Anestesi topikal : salcoat, dexaltin
• Antinyeri sistemik
• Nutrisi parenteral
SKALA PENILAIAN
Tidak Butuh Baik
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAN Dilakukan Latihan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT:
Menyusun alat-alat yang diperlukan dengan
memperhatikan teknik aseptic dan antiseptik
1. kanul vena
2. 3-way tap with extension (never use infusion
tubing ports)
3. 100/500 ml NaCl 0,9%
4. Alcohol swab, kasa steril, dressing towel, tape
5. Non sterile nitrile gloves
6. obat anti emetik/obat kemoterapi yang
diresepkan
PELAKSANAAN :
1. Mencuci tangan dan kenakan apron.
2. Menggunakan sarung tangan
3. Menjaga privacy dan mengatur kenyamanan
klien
4. Mendekati dan mengidentifikasi klien
5. Jelaskan prosedur kepada klien dengan bahasa
yang jelas
6. Memasang sampiran (bila perlu)
7. Atur peralatan:
- kanul vena
- 3-way tap with extension (never use infusion
tubing ports)
- 100/500 ml NaCl 0,9%
- Alcohol swab, kasa steril, dressing towel, tape
- Non sterile nitrile gloves
- obat anti emetik/obat kemoterapi yang
diresepkan
8. Tentukan akses vena yang akan digunakan
Prosedur
Hal yang harus di hindari :
- hindari tungkai yang telah ditusuk vena kurang
dari 60 menit
- Tungkai yang KGB nya sudah dibersihkan
- Tungkai dengan gangguan sirkulasi
- Fossa antecubiti, Vena yang rapuh, sklerosis,
dan nyeri
- Tonjolan tulang
Pemberian Obat vesikan
9. Selalu diberikan dalam urutan pertama, saat
vena dalam keadaan paling baik dan
keutuhannya masih terjamin.
10. Usap menggunakan kapas alcohol/swab alcohol
dan setelah selesai membuangnya ke dalam
bengkok
11. Suntikan obat vesikan melalui lubang sisi tabung
3-way dengan aliran infus yang cepat.
12. Selalu bilas selang infus dengan NaCl 0,9%
untuk menghindari tercampurnya obat
13. Nilai keutuhan vena setiap 10 mL dengan cara
mengecek lancar-tidaknya aliran infus yang cepat
14. Tidak menggunakan infusion pump pada vena
perifer
Contoh
CHOP
Cyclophosphamide : tidak vesikan, tidak iritan
Doxorubicin: vesikan dan iritan
Vincristine: tidak vesikan, tidak iritan
Prednison: tablet
15. Urutan pemberian: HOCP Ekstravasasi
Doxorubisin
16. Day 1: redness, pain Day 2-4: Progressing
redness, pain, oedema/swelling and erythema
Ekstravasasi Doxorubisin
17. Day 5-8: Blistering Day 8-10: Blistering in serious
phase, peelingEkstravasasi Doxorubisin
18. Day 12: Induration, onset of necrosis Day 14:
Invasive ulceration extending to deep structures
EVALUASI :
1. Melihat kondisi klien
2. Respon pasien pada saat tindakan
3. Tindakan sesuai dengan prosedur
DOKUMENTASI :
1. Nama pasien
2. Nama perawat
3. Tanggal tindakan
4. Kondisi klien
5. Paraf perawat
Penguji,
( )
Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior
Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
PEMERIKSAAN GULA DARAH
pengertian
Pemeriksaan Gula Darah adalah pemeriksaan Laboratorium dengan bahan pemeriksaan berupa darah yang bertujuan
untuk mengetahui kadar gula dalam darah
SKALA PENILAIAN
PROSEDUR/LANGKAH KEGIATAN Tidak Butuh Latihan Baik
Dilakukan Lagi
0 1 2
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
a. Kapas alkohol
b. Blood Lancet
c. Tisu/kapas kering
d. Alat pemeriksaan Gula Darah (GCT/Glucosure)
e. Darah kapiler
PERSIAPAN PASIEN
1. Salam terapeutik disampaikan pada pasien atau
keluarganya.
2. Memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilakukan
pada pasien atau keluarganya.
PELAKSANAAN
1. Cuci tangan
2. Baringkan bayi telentang tanpa dibedong dan bisa juga
dipangkuan ibunya
3. Petugas/perawat membersihkan ujung jari manis pasien dengan
kapas alkohol 70% dan biarkan kering
4. Petugas/perawat menyiapkan alat Gula Darah yang akan dipakai
Petugas.
5. Petugas/perawat rnemegang bagian jari yang akan ditusuk dan
menekan sedikit, kemudian petugas menusuk dengan lancet
steril sedalam kurang lebih 3mm.
6. Petugas/perawat menghapus tetes darah pertama dengan kapas
kering dan tetes berikutnya diteteskan pada strip Gula Darah
yang sudah dimasukkan pada alat Gula Darah.
7. Petugas/perawat membaca hasil pemeriksaan yang tertera pada
layar alat Gula Darah setelah 10 detik.
8. Petugas/perawat melakukan pencatatan hasil pemeriksaan.
9. Catat hasilnya pada lembar keperawatan
10. Bereskan alat-alat dan kembalikan ke tempat semula
11. Cuci tangan
EVALUASI
1. Respon klien pada saat tindakan dilakukan.
2. Tindakan sesuai dengan prosedur baik yang steril maupun
tidak steril
Nilai Akhir Keterampian = Jumlah Nilai Yang Diperoleh x 100
DOKUMENTASI
1. Nama pasien
2. Nama perawat
3. Catat tanggal pemeriksaan
4. Hasil pemeriksaan
5. Paraf perawat
Total Item
Kuningan,
Penguji,
( )
Global rating :
Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa
Tidak Lulus Border Line Lulus Superior
Rekomendasi :
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan RL test secara lisan dengan tepat.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menyiapkan peralatan untuk tindakan RL test secara
mandiri dengan tepat
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan RL test secara mandiri dengan benar
PERSIAPAN
Persiapan Alat
1. Sphygmomanometer (tensimeter)
2. Stetoskop
3. Alat pencatata waktu (jam)
4. Pulpen
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Pasien diminta untuk berbaring dengan tenang
2. Periksa tekanan darahnya dengan tensimeter dan stetoskop sehingga didapatkan sistolik dan
diastolic [(nilai batas atas + nilai batas bawah):2]
3. Pertahankan tekanannya antara batas atas dan batas bawah (hasil perhitungan diatas), tetapi
tidak boleh melebihi angka 100 mmHg selama kurang lebih 10 menit
4. Turunkan tekanan, kemudian lepas manset, tunggu kurang lebih 5 menit sampai kulit lengan
bawah normal kembali
5. Di lengan bawah pasien, kurang lebih 4 cm dari lekuk siku, buat lingkaran menggunakan pulpen
dengan diameter 5 cm
6. Amati apakah kulit lengan bawah terdapat titik-titik merah kecil di bawah kulit yang disebut
petekie.
a. Hasil normal, yaitu apabila di dalam lingkaran berdiameter 5 cm terdapat 0 – 10 petekie
b. Hasil positif bila didapatkan > 10 petekie
7. Bereskan peralatan
8. Cuci tangan
Keterangan Skor :
1 = Mahasiswa tidak melakukan tindakan
2 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan maksimal
3 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan bimbingan minimal
4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan dengan tepat secara mandiri
Σ Bobot x Skor
Total Nilai = 100 =
40
Kebutuhan dasar anak untuk proses tumbuh kembangnya dalam setiap tahapan usia terdiri dari 3
(Tiga) berdasarkan konsep Asah-Asih-Asuh, yaitu:
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi : bagaimana kecukupan asupan pangan/ gizi anak, perawatan kesehatan dasar yang
diterima anak (imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur), pengobatan yang didapatkan
jika anak sakit, pemukiman yang layak, kebersihan anggota keluarga, sanitasi lingkungan,
ketersediaan pakaian, dan rekreasi
2. Kebutuhan emosi/ kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, atau psikososial bagi anak.
Tumbuh kembang pada masa anak sudah dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 18 tahun. Hal
ini sesuai dengan pengertian anak menurut WHO yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai berusia 18
tahun. Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak. Menurut
pedoman SDIDTK Depkes (2012), tahapan tersebut adalah :
Periode terpenting pada masa pranatal adalah trimester I kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan
otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Kehidupan bayi pada masa pranatal
dikelompokkan dua periode sebagai berikut :
a. Masa embrio, dimulai sejak konsepsi sampai usia kehamilan delapan minggu. Pada masa
ini, ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjdi suatu organisme yang berdeferensiasi
untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh.
b. Masa fetus yaitu sejak kehamilan sembilan minggu sampai kelahiran. Masa fetus ini
terbagi dua yaitu masa fetus dini (usia sembilan minggu sampai trisemester II). Yakni
terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukkan manusia sempurna, dan alat tubuh
mulai berfungsi. Berikutnya adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai
dengan pertumbuhan tetap berlangsung cepat disertai perkembangan fungsi. Pada masa
ini juga terjadi transfer imunoglobulin G (IgG) dari tubuh ibu melalui plasenta.
Terbagi atas masa bayi dini (1-12 bulan) dan masa bayi akhir (1-2 tahun). Masa bayi (1-12 bulan),
pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Umur lima bulan berat badan anak sudah
dua kali berat badan lahir dan umur satu tahun sudah tiga kali berat badan saat lahir. Sementara
untuk panjang badannya pada satu tahun sudah satu setengah kali panjang badan saat lahir.
Pada masa ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu usia 1-3 tahun (Usia Toddler) dan usia 3-6
tahun (Usia Prasekolah). Pada usia 1-3 tahun, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat daripada
saat masa bayi, tetapi perkembang motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami
penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot serta mulai berjalan-jalan.
Sedangkan usia 4-5 tahun, pertumbuhan gigi susu lengkap, anak kelihatan lebih langsing.
Pertumbuhan fisik juga relatif lambat. Anak mampu naik turun tangga tanpa bantuan, demikian juga
berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau melompat sudah mampu dilakukan. Anak mulai
berkemban superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
4. Masa Anak-Anak Tengah (6-12 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan anak-anak berlangsung secara lambat dan konsisten. Masa ini adalah
masa periode tenang sebelum akhirnya mereka mengalami pertumbuhan cepat di masa remaja.
Seorang anak yang sudah memasuki masa sekolah maka anak tersebut akan bertambah tinggi
sekitar 2 hingga 3 inci setiap tahunnya. Anak-anak akan mengalami penambahan berat tubuh 5 - 7
pon setiap tahunnya, pertambahan berat ini terutama terkait dengan peningkatan ukuran kerangka
dan sistem otak, maupun ukuran beberapa organ tubuh.
5. Masa Anak-Anak Akhir (12-19 tahun)
Terbagi menjadi masa pre pubertas yaitu usia 12-13 tahun, dan usia remaja yaitu 13-19 tahun. Pada
tahap ini hubungan antarsaraf (grey matter) yaitu proses menyambungkan bagian-bagian otak terus
berlangsung dan di perkuat. Pengulangan stimulasi akan memperkuat hubungan yang telah
terjalln. Jaringan lemak yang menyelimuti sel saraf (white matter) bertambah banyak, sehingga
terjadi percepatan penyampaian sinyal yang berarti otak bekerja sangat baik untuk mengontrol
sistem tubuh, dan hubungan antara sel saraf menjadi stabil. Pada tahap ini, bagian yang paling
terakhir mencapai kematangan adalah Prefrontal cortex yang berfungsi mengendalikan gerakan-
gerakan, juga pengambilan keputusan. Tidak heran jika banyak remaja terlihat sulit mengendalikan
tubuh mereka.
Menurut Freud kepribadian berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak dimana
mencari kesenangan, energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi
psikoseksual digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku. Kepribadian
sebagian besar dibentuk pada usia lima tahun, awal perkembangan berpengaruh besar
dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Fase Latent Saat eksplorasi dimana energi seksual tetap ada, tapi diarahkan ke
(6 -12 tahun). area lain (pengejaran intelektual dan interaksi sosial)
Fase Genital Individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan
(12 tahun ke jenis. Tahap awal fokus pada kebutuhan individu, kemudian pada
atas). kepentingan kesejahteraan orang lain
Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial.
Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat. Ada 8 (delapan) tingkatan
perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Setiap tingkatan berhubungan dengan kemampuan
dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik, orang akan merasa pandai, jika
tidak tertangani dengan baik orang akan tampil dengan perasaan tidak selaras.
Tabel 2.4 Tahapan perkembangan psikososial “Erik Erikson”
Developmental Basic Components Tugas yang harus Dijalani
Stage
Infancy Perilaku bayi didasari Menumbuhkan dan
(0-1 thn) dorongan mempercayai/ mengembangkan
tidak mempercayai orang- kepercayaan tanpa harus
Trust vs
orang di sekitarnya. Dia menekan kemampuan untuk
Mistrust
sepenuhnya mempercayai hadirnya suatu
orang tua, orang yang ketidakpercayaan.
dianggap asing dia tidak akan
dipercayainya Kepercayaan akan terbina
dengan baik apabila dorongan
oralis pada bayi terpuaskan
Preschool age (4- Anak telah memiliki beberapa Belajar punya gagasan
5 thn) kecakapan, terdorong (inisiatif) tanpa banyak
Initiative vs Guilt melakukan kegiatan, tapi melakukan kesalahan.
karena kemampuan masih
terbatas adakalanya Mempelajari kemampuan
mengalami kegagalan. shg baru dan merasa memiliki
menyebabkan memiliki tujuan.
Developmental Basic Components Tugas yang harus Dijalani
Stage
perasaan bersalah, tidak mau Orang tua mendorong anak
berinisatif atau berbuat. untuk mewujudkan gagasan
dan ide-idenya.
Tahap kelamin-lokomotor
(genital-locomotor stage)
Keberanian, kemampuan
untuk bertindak tidak terlepas
dari kesadaran dan
pemahaman mengenai
keterbatasan dan kesalahan
yang pernah dilakukan
sebelumnya.
Kecenderungan terjadinya
integritas lebih kuat
dibandingkan dengan
kecemasan menyebabkan
maladaptif, sementara
mereka tidak mau
menghadapi kesulitan dan
kenyataan di masa tua
Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan tentang kecerdasan,
pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan
syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi
social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan
4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu
mempu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan
pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Menurut Kohlberg tujuan pendidikan moral yaitu untuk mendorong individu-individu guna
mencapai tahapan-tahapan perkembangan moral selanjutnya. Tahapan tingkatan anak menuju ke
tingkatan dewasa:
a. Pre-Conventional level
Pada level ini anak memberikan jawaban terhadap aturan-aturan kebiasaan, baik dan buruk, salah
dan benar.
Tahap 1 : The punishment and obedience orientation
Perilaku anak bukan tumbuh sebagai suatu kesadaran dalam diri sendiri, akan tetapi melakukan
dengan keterpaksaan, dimana anak akan berfikir jika tidak patuh akan mendapat hukuman yang
telah diputuskan. Dengan adanya tahap ini anak bisa disiplin tetapi juga dapat takut akan dengan
kesalahannya.
Tahap 2: The instrumental relativist orientasi.
Pada tahap ini pandangan terhadap perbuatannya anak sadar memuaskan kebutuhannya sendiri
maupun dengan orang lain.
b. Conventional level
Pada level ini telah tumbuh kesadaran dan penghargaan terhadap individu lain, keluarga, kelompok,
atau negara dan hal hal tersebut di anggap memiliki nilai bagi dirinya. Tahap ini memberikan
penekanan kepada usaha aktif untuk mengidentifikasi diri dengan pribadi–pribadi atau kelompok
yang ada sekitarnya.
Tahap 3 : The interpersonal concordance of “Good boy nice gril” Orientation. Usaha dalam diri
seorang anak untuk menentukan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang di anggap memiliki
validitas yang diwujudkan tanpa harus mengaitkankannya dengan otoritas kelompok atau pribadi-
pribadi yang mendukung prinsip-prinsip tersebut, sekaligus terlepas dari identifikasi seseorang
terhadap kelompok.
Tahap 4 : The social contrack legalistic orientation (orientasi kontrak sosial legalistik). Perbuatan
yang benar didefinisikan sebagai kebenaran individual secara umum langsung kesadaran yang cukup
tinggi akan adanya perbedaan individu yang berkaitan dengan nilai-nilai ataupun pendapat-
pendapatnya.
Tahap 5 : The universal ethical principle orientation. Apa yang secara moral di pandang benar tidak
harus di batasi oleh hukum-hukum atau aturan-aturan social akan tetapi lebih di batasi kata hati dan
kesadaran menurut prinsip-prinsip. Sebelum seseorang dapat mencapai tahap perkembangan
moral yang paling tinggi, ia harus melewati terlebih dahulu memahami tahap-tahap yang bervariasi
tersebut.
5. Tahap perkembangan kepribadian “Sullivan”
a. Pengertian
Denver II merupakan salah satu alat skrining perkembangan untuk mengetahui sedini mungkin
penyimpangan perekembangan yang terjadi pada anak sejak lahir sampai berumur 6 tahun
(Andriana, 2011). Denver II telah dilakukan revisi utama dan standararisasi ulang dari Denver
Development Screning Test (DDST) dan Reviced Denver Developmental Screening Test (DDST-R).
b. Manfaat
Meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha menciptakan
kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan anak.
Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, dikelompokkan menjadi 4 sektor, yaitu :
1) Sektor personal sosial
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan. Dalam hal ini terdapat aspek penglihatan, pendengaran, komunikasi, gerak halus dan
kemandirian.
2) Sektor gerakan motorik halus (Fine Motor Adaptive)
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan kegiatan
yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil.
3) Sektor Bahasa (Language)
Yaitu kemampuan untuk memberikan refleks terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
Sehingga dalam skrining ini terdapat aspek pendengaran, penglihatan dan pemahaman, komunikasi
verbal),
4) Sektor gerakan motorik kasar (Gross Motor).
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena
dilakukan otot-otot besar. Contohnya duduk, melompat, berjalan, dll.
d. Tahap Pelaksanaan
2) Perlengkapan test :
Manik-manik
Bel/lonceng kecil
Bola tennis
Pensil merah
Boneka kecil dengan botol susu
Kertas kosong
3) Formulir Denver
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125 gugus tugas yang
disusun dalam formulir menjadi 4 sektor
Skala umur tertera pada bagian atas formulir terbagi dari umur dalam bulan dan tahun, sejak
lahir sampai berusia 6 tahun.
Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24 bulan. Kemudian
mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.
Pada tiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas kemampuan
perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90% dari populasi anak lulus pada tugas perkembangan
tersebut. Misalnya :
6 9 12 15
Keterangan :
25% populasi anak sudah dapat berjalan dengan baik pada usia 11 bulan lebih, 50% pada usia 12
1/3 bulan.
Pada ujung sebelah kiri dari daerah hitam menunjukkan bahwa 75% populasi sudah dapat
berjalan dengan baik pada usia 13 ½ bulan
Pada ujung kanan dari daerah hitam menunjukkan 90% populasi anak sudah dapat berjalan dg
baik pada usia 15 bulan.
Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak sebelah kiri,
contohnya R singkatan dari report, artinya tugas perkembangan tersebut dapat lulus
berdasarkan laporan dari orang tua/ pengasuh anak, tetapi apabila memungkinkan maka
penilai dapat memperhatikan apa yang biasa dilakukan oleh anak.
Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada pada
formulir.
R
I
f. Prosedur Pelaksanaan
1) Sapa orang tua/ pengasuh anak dengan ramah, jelaskan maksud dan tujuan
3) Hitung umur anak dan buat garis umur (catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan
pada formulir, umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir. Bila
anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas.
4) Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis
umur.
5) Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan dari kit sesuai dengan apa
yang ingin ditestkan.
6) Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan mulai dari sektor paling mudah
dan tugas perkembangan yang terletak disebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai
ke kanan garis umur.
7) Tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat disebelah kiri garis umur
dan tiap tugas perkembangan dalam garis umur.
8) Bila anak tidak mampu melakukan salah satu uji coba pada langkah 1 (gagal / menolak/ tidak ada
kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri garis umur pada sektor sama sampai anak
dapat ”lulus” 3 tugas perkembangan.
9) Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah i, lakukan tugas
perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama sampai anak :
gagal” pada 3 tugas perkembangan.
g. Skoring
Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu memberi laporan (tepat/
dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya)
Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu memberi
laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukan dengan baik.
Refuse/ menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba, penolakan dapat dikurangi
dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus dilakukan”, jika tidak menanyakan kepada anak
apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh ibu tidak diskor sebagai penolakan).
By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai kesempatan
untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba
dengan tanda R.
h. Interpretasi Nilai
1) Lebih (advanced)
Apabila seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan
perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.
Garis umur
P
2) Normal
Apabila seorang anak gagal/ menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis umur
dikategorikan sebagai normal.
Garis umur Garis umur
F R
Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas perkembangan dimana garis
umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka dikategorikan sebagai normal.
Garis umur
R
3) Caution/ peringatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak tugas perkembangan, dimana garis umur terletak pada
atau antara persentil 75 dan 90.
Garis umur Garis umur
F R
Garis umur Garis umur
R F
4) Delay/ keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap disebelah kiri
garis umur.
Garis umur Garis umur
F R
Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak
ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak dimasukkan dalam
mengambil kesimpulan.
Garis umur Garis umur
NO NO
i. Interpretasi Hasil Penilaian
a) Normal
Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
b) Suspect / di duga
7. Meraih Anak duduk dipangkuan orang tua, Anak mengulurkan tangan kearah
kedua tangannya diletakan diatas objek atau paling tidak
meja. Letakkan mainan kerincingan menggerakkan tangan untuk
yang mudah dijangkau, dorong anak mencapai mainan tersebut.
untuk mengambil mainan tersebut.
8. Mencari benang Anak didudukkan dipangkuan orang Anak tampak jelas mencari
tua, tarik perhatiannya pada benang benang kea rah bawah atau ke
merah yang dipegang pemeriks. Saat lantai.
anak melihat kearah benang, jauhkan
benang sehingga seolah-olah
menghilang. Jangan gerakkan tangan
kecuali untuk melepaskan benang
No. Item Cara pemeriksaan Syarat lulus
merah. Ulangi jika respon anak tidak
jelas.
9. Menggaruk Anak didudukkan di panggkuan orang Anak mengambil manik-manik
manik-manik tua, kedua tangannya diatas meja. dengan menggunakan gerakan
Jatuhkan satu manik-manik didepan seluruh tangan. Pastikan manik-
anak dalam jarak yang mudah manik tidak melekat di tangan
dijangkau anak. anak, tetapi jelas diambilnya.
10. Memindahkan Berikan anak sebuah kubus, lalu Anak memindahkan sebuah
kubus berikan satu lagi pada tangan yang kubus dari tangan yang satu
sama. Anak akan memindahkan kubus ketangan yang lain, tanpa
pertama ke tangan yang lain sehingga menggunakan anggota tubuhnya,
ia dapat mengambil kubus yang mulut, atau meja.
kedua.
11. Mengambil dua Letakan dua kubus diatas meja di Anak mengambil dua kubus dan
kubus depan anak. Dorong anak untuk dipegang setiap tangan, masing-
mengambil kubus, tetapi jangan masing satu kubus, secara
berikan kubus ke anak. bersamaan.
13. Membenturkan Letakkan satu kubus di masing-masing Anak memegang satu kubus di
dua kubus tangan anak dan dorong untuk masing-masing tangan dan
membenturkan kedua kubus membenturkan kubus tersebut
bersama-sama.pemeriksa dapat bersama-sama atau jika orang
memberikan contoh. Bila anak tidak tua melaaporkan bahwa anak
membenturkan kedua kubus, memukulkan benda yang lebih
tanyakan pada orang tua apakah anak kecil bersama-sama.
dapat membenturkan benda lebih
kecil bersama-sama dlm satu waktu.
14. Menaruh kubus Letakan tiga kubus dan satu cangkir di Anak memasukakn kubus ke
di cangkir atas meja di hadapan anak. Dorong dalam cangkir sedikitnya satu
anak untuk memasukan kubus ke kubus dan membiarkan yang lain.
dalam cangkir dengan memberikan
contoh dan aba-aba beberapa kali.
15. Mencoret-coret Letakkan kertas dan pensil di atas Anak membuat coretan yang
meja. Pemeriksa boleh meletakan bertujuan di kertas. Berikan skor
pensil di tangan anak dan gagal jika anak membuat coretan
mendorongnya untuk mencoret- pensil secara tidak sengaja.
coret, tapi jangan memberikan
contoh bagaimana cara mencoret-
coret. Perhatikan anak dengan
saksama demi keamanan mata
dan mulut anak pada saat
menggunakan pensil.
No. Item Cara pemeriksaan Syarat lulus
16. Mengeluarkan Contohkan pada anak 2-3 kali untuk Anak mengeluarkan/membuang
manic-manik mengeluarkan manik-manik dari manik-manik dari botol atau
dengan contoh. botol, kemudian minta anak untuk mengambil/ menggaruk botol
mengulanginya (jangan menggunakan yang tertutup untuk
kata buang atau tumpahkan). membukanya, lalu mengeluarkan
manik-manik tersebut. (Jangan
beri skor lulus jika anak
memindahkan manik-manik
dengan jari-jarinya).
17. Menara dari Anak di dudukkan di dekat meja, Anak meletakan satu kubus di
dua kubus kedua tangan di atas meja. Dorong atas kubus lainnya sehingga tidak
anak untuk menumpuk kubus satu jatuh saat anak memindahkan
demi satu dengan contoh dan aba- tangannya.
aba yang di berikan.
18. Menara dari Lihat item motorik halus nomor 17. Anak meletakkan satu kubus di
emmpat kubus atas kubus lainnya sehingga
tersusun sampai empat kubus
dan tidak jatuh saat anak
memindahkan tangannya.
19. Menara dari Lihat item motorik halus nomor 17. Anak meletakkan satu kubus
enam kubus diatas kubus lainnya sehingga
tersusun sampai enam kubus dan
tidak jatuh saat anak
memindahkan tangannya. Jika
lulus menara dari 6 kubus, berarti
anak juga lulus menara dari 4
kubus dan menara 2 kubus.
20. Meniru garis Anak di dudukan di kursi yang Anak membuan 1 garis vertikal
vertikal nyaman untuk menulis. Letakkan atau lebih di atas kertas, minimal
sebuah pensil dan selembar kertas di sepanjang 2,5 cm, dengan sudut
depan anak, kemudian katakana kemiringan tidak lebih dari 30
kepada anak untuk menggambar garis derajat.
vertikal pada anak. Jangan
membimbing tangan anak. Percobaan
dapat dilakukan tiga kali.
21. Menara dari Lihat item motorik halus nomor 17. Anak meletakan satu kubus di
delapan kubus atas kubus lainnya sehingga
tersusun sampai 8 kubus dan
tidak jatuh saat anak
memindahkan tangannya. Jika
lulus menara dari 8 kubus, berarti
anak juga lulus menara dari 6
kubus, menara dari 4 kubus, dan
menara dari 2 kubus.
22. Menggoyangkan Contohkan pada anak dengan Anak menggerakkan genggaman
ibu jari menggunakan 1 atau 2 tangan untuk baik dengan 1 tangan maupun 2
membuat genggaman, dengan posisi tangan tanpa membuat gerakan
ibu jari mengarah ke atas. Ayun- pada jari-jari selain ibu jari.
ayunkan ibu jari pemeriksa. Katakan
pada anak untuk mengayunkan atau
No. Item Cara pemeriksaan Syarat lulus
menggerakan ibu jari ke kanan dan
kekiri dengan cara yang sama. Jangan
membantu anak.
23. Mencontoh 0 Berikan pada anak pensil dan kertas. Anak menggambar beberapa
(lingkaran) Tunjukan kepada anak gambar bentuk yang mendekati atau
lingkaran di belakang lembar DDST II/ sangat mendekati lingkaran yang
pemeriksa dapat membuat gambar tertutup. (Gagal jika garis
sendiri tanpa menyebutkan bentuk berkelanjutan sehingga
gambar dan menggerakan jari membentuk spiral).
telunjuk atau pensil untuk
menunjukan bagaimana cara
membuat lingkaran, katakana kepada
anak : “buat satu gambar yang sama
seperti gambar ini”. Tes dapat
dilakukan tiga kali
24. Menggambar Berikan anak pensil dan kertas. Anak menggambar 3 atau lebih
orang 3 bagian Katakana pada anak untuk mggambar bagian. Bagian sepasang dinilai
seseorang. Patikan anak telah satu bagian.
menyelesaikan gambar sebelum
dinilai
25. Mencontoh Berikan anak pensil dan kertas. Anak menggambar 2 garis saling
tanda + (tanda Tunjukkan pada anak tanda + pada berpotongan,
plus) kertas. Tanpa menyebut bentuk setidaknya mendekati titik
gambar atau menggerakan jari atau tengah. Garis tidak perlu benar-
pensil untuk menunjukkan cara benar lurus
pembuatannya.
26. Memilih garis Tunjukkan pada anak 2 garis parallel Anak memilih garis yang lebih
yang lebih dan tanyakan pada anak mana yang panjang 3 dari 3 tes atau 5 dari 6
panjang lebih panjang. Putar kertas dan tes
tanyakan kembali, apabila anak tidak
menjawab benar sebanyak 3 kali,
maka ulang pertanyaan.
27. Mencontohkan Laksanakan item no.29. bila anak Anak menggambar bujur sangkar
persegi dengan tidak dapat mencontohkannya dengan garis lurus dan
petunjuk tunjukan cara membentuk 4 sudut
membuatnya.
29. Mencontohkan Berikan anak pensil dan kertas dan Merujuk pada syarat lulus item
persegi tunjukan pada anak gambar bujur motorik halusno.27
sangkar
3. Sektor Bahasa
No Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
1. Bereaksi Pegang bel sehingga anak tidak dapat Anak merespon bunyi bel
terhadap bel melihatnya, sembunyikan bel
2. Bersuara Selama tes, dengarkan suara lain yang Anda mendengar anak
dikeluarkan selain tangisan. mengeluarkan banyak suara
4. Tertawa Dengar apakah anak tertawa dengan Anda mendengar anak tertawa
keras dengan keras.
9. Meniru bunyi Buat suara seperti batuk Anak meniru suara anda
kata-kata
10. Papa atau mama Dengarkan apakah anak mengucapkan Anak mengatakan papa atau
(tidak spesifik) kata papa atau mama mama
11. Kombinasi 2 Dengar apakah anak mengulang-ulang Anak dapat mengulang 2 suku
suku kata yang 2 suku kata yang sama kata
sama
12 Mengoceh Dengarkan apakah anak membuat Anak mengoceh
percakapan yang tidak masuk akal
kepada dirinya sendiri
13. Papa atau Dengarkan apakah anak mengucapkan anak mengucapkan kata papa
Mama (spesifik) kata papa kea rah papa atau mama atau mama dengan penuh
kea rah mama makna
14. Mengucapkan Tanyakan pada orang tua anak berapa Orang tua melaporkan anak
1kata banyak kata yang dapat diucapkan dapat
oleh anak dan kata apa saja mengucapkan 1 kata
15. Mengucapkan Tanyakan pada orang tua anak berapa Orang tua melaporkan anak
2kata banyak kata yang dapat diucapkan dapat
oleh anak dan kata apa saja mengucapkan 2 kata
16. Mengucapkan 3 Tanyakan pada orang tua anak berapa Orang tua melaporkan anak
kata banyak kata yang dapat diucapkan dapat mengucapkan 3 kata
oleh anak dan kata apa saja
No Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
17. Mengucapkan 4 Tanyakan pada orang tua anak berapa Orang tua melaporkan anak
kata banyak kata yang dapat diucapkan dapat mengucapkan 4 kata
oleh anak dan kata apa saja
18. Menunjuk 2 Pastikan anak dapat menunjuk suatu Anak menunjuk dengan benar 2
gambar gambar atau 3 gambar.
19. Kombinasi kata Dengarkan apakah anak sudah Anda mendengar anak
membuat kombinasi sedikitnya 2 kata mengucapkan kombinasi 2 kata
yang bermakna untuk menunjukkan
suatu tindakan
20. Menyebut 1 Tunjukan pada anak suatu gambar dan Anak menyebut 1 nama gambar
gambar biarkan anak menyebutkan nama dengan benar
gambar
21. Bagian tubuh 6 Pastikan anak dapat menunjuk bagian- Anak menunjuk dengan benar
bagian tubuh
25. Mengetahui 2 Minta anak 2 kegiatan pada gambar Anak dapat menunjukan 2 atau 3
Kegiatan gambar dengan benar
26. Mengerti 2 Tanyakan kepada anak pertanyaan Anak menjawab dengan benar 2
kata sifat yang berhubungan dengan kata sifat pertanyaan
27. Menyebut 1 Pastikan anak dapat menyebut warna Anak dapat menyebutka 1,2,
warna atau 3 warna
28. Kegunaan 2 Tanyakan pada anak satu per satu Anak menjawab dengan benar 2
benda kata yang berhubungan dengan kata pertanyaan
benda
29. Menghitung Letakkan 8 kubus di atas meja dii Anak meletakkan 1 kubus dan
1kubus depan anak mengatakan ada 1 kubus di atas
kertas
30. Kegunaan 3 Lihat item no.28 Anak menjawab dengan benar 3
benda pertanyaan
17. Berjalan Amati apakah anak sudah berjalan Anak dapat menyeimbangkan
dengan baik tubuh dengan baik
18. Berjalan Minta anak untuk berjalan mundur Anak mundur beberapa langkah
mundur tanpa duduk
19. Lari Dorong anak untuk berlari Anak berlari dengan baik tanpa
terjatuh
20. Berjalan Tanyakan kepada orang tua apakah Anak dapat menaiki tangga
menaiki tangga anak dapat menaiki tangga
21. Menendang Letakkan bola sekitar 15 cm di depan Anak menendang bola ke depan
bola ke depan anak tanpa berpegangan
22. Melompat Minta anak untuk melompat Anak melompat dan mengangkt
ke 2 kakinya
23. Melempar bola Beri anak bola dan berdiri 1 meter Anak melempar bola dengan
tangan ke atas darinya lengannya
24. Lompat jauh Letakkan selembar kertas, dan dorong Anak melompati mertas tanpa
anak untuk melompatinya melompatinya
25. Berdiri 1 kaki 1 Perintahkan anak untuk Anak dapat berdiri selama 1 detik
detik menyeimbangkan diri dengan 1 kaki
26. Berdiri 1 kaki 2 Lihat item no.25 Anak dapat berdiri selama 2 detik
detik
27. Melompat Anak dapat melompat dengan 1 kaki Anak dapat melompat dengan 1
dengan 1 kaki kaki sebanyak 2 kali atau lebih
28. Berdiri 1 kaki 3 Lihat item no.25 Anak dapat berdiri selama 3 detik
detik
29. Berdiri 1 kaki 4 Lihat item no.25 Anak dapat berdiri selama 4 detik
detik
30. Berdiri 1 kaki 5 Lihat item no.25 Anak dapat berdiri selama 5 detik
detik
No. Item Cara Pemeriksaan Syarat Lulus
31. Berjalan Tunjukkan pada anak car berjalan pada Anak berjalan 4 langkah atau lebih
dengan garis lurus dengan menempelkan tumit
merapatkan ke depan jari yang berlainan
tumit ke jari
kaki
a. Pengertian
SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara
keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh
masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional
(kesehatan, pendidikan dan sosial).
Deteksi dini melalui kegiatan SDIDTK sangat diperlukan untuk menemukan secara dini
penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional
pada anak sehingga dapat dilakukan intervensi dan stimulasi sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental
emosional yang menetap. Kegiatan SDIDTK tidak hanya dilakukan pada anak yang dicurigai
mempunyai masalah saja tetapi pada semua balita dan anak pra sekolah secara rutin setiap 6 bulan.
b. Tujuan
Program SDIDTK ini bertujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6
tahun tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya sehingga berguna
bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini.
c. Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam SDIDTK terdiri dari 3 kegiatan, diantaranya adalah :
1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali
atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang.
Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih, yaitu tenaga kesehatan
yang telah mengikuti pelatihan SDIDTK.
b) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau
diluar batas normal. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat
pelayanan.
Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya Dengar (TDD), dan Tes Daya Lihat (TDL).
Tujuan pemeriksaan menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal
atau ada penyimpangan. Sedangkan tes daya dengar digunakan untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Tes Daya lihat bertujuan untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman
penglihatan menjadi lebih besar.
KPSP dikembangkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ)
untuk skrining pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak umur 6 tahun yang dilakukan oleh
orangtua/ pengasuh. Setiap umur tertentu ada 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan
anak, yang harus diisi (atau dijawab) oleh orangtua dengan ya atau tidak, sehingga hanya
membutuhkan waktu 10-15 menit. Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada
gangguan perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver II. Jika jawaban
ya sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban ya 9-10, anak dianggap
tidak ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya dilakukan KPSP lagi.
Untuk tes daya dengar, bacakan pertanyaan satu persatu kepada ibu/ pengasuh dengan lambat,
jelas, dan nyaring. Jawaban “ya” jika menurut orang tua, anak dapat melakukan dalam satu bulan
terakhir, jawaban “tidak” jika menurut orang tua anak tidak pernah, tidak tahu atau tidak dapat
melakukan dalam satu bulan terakhir. Untuk tes daya lihat dilakukan mulai anak berusia 3 tahun,
diulangi setiap 6 bulan, menggunakan poster huruf E dan penunjuk (untuk tatacara dapat dilihat
dalam lampiran). Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh guru, atau tenaga kesehatan (soejatmiko,
2001).
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/ pemeriksaan untuk menemukan
gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme, gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan
mental emosional terlambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Pemeriksaannya menggunakan kuesioner KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional), ceklist
deteksi dini autism (CHAT), dan Kuesioner Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktifitas (GPPH).
CHAT (Checklist for Autism in Toddlers) telah direkomendasikan oleh American Academic of
Pediatrics (AAP) sejak 2001 sebagai salah satu alat skrining untuk deteksi dini gangguan autistik
(autistic spectrum disorder) anak umur 18 bulan sampai 3 tahun, disamping PDDST (pervasive
developmental disorder screening test) yang diisi oleh orangtua. CHAT dikembangkan di Inggris dan
telah dipublikasikan oleh Cohen dkk, sejak tahun 1992 serta telah digunakan untuk skrining lebih
dari 16.000 balita. Bila dicurigai ada risiko autis atau gangguan perkembangan lain maka dapat
dirujuk untuk penilaian komprehensif dan diagnostic (Soedjatmiko, 2001).
d. Jadwal Kegiatan SDIDTK menurut usia anak
Adapun untuk jadwal kegiatan pemeriksaan stimulasi deteksi dini ini dapat dilihat dalam table
dibawah ini :
Tabel 2.5
Jadwal Pelaksanaan SDIDTK
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Sumber : Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK, Tahun 2007
Umur Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini
Anak Penyimpangan Penyimpangan Penyimpangan Mental
Pertumbuhan Perkembangan Emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*
0 bulan √ √
3 bulan √ √ √ √
6 bulan √ √ √ √
9 bulan √ √ √ √
12 bulan √ √ √ √
15 bulan √ √
18 bulan √ √ √ √ √
21 bulan √ √ √
24 bulan √ √ √ √ √
30 bulan √ √ √ √
36 bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 bulan √ √ √ √ √ √
48 bulan √ √ √ √ √ √ √
54 bulan √ √ √ √ √ √
60 bulan √ √ √ √ √ √ √
66 bulan √ √ √ √ √ √
72 bulan √ √ √ √ √ √ √
Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki dan
mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan
intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia
anak masih di bawah lima tahun.
Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara
intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi
perkembangan.
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu seperti faktor
keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan dimana pada keluarganya rata-rata
perkembangan motorik lambat dan faktor lingkungan pula seperti anak tidak kesempatan untuk
belajar karena terlalu dimanjakan, selalu digendong atau diletakkan di babywalker terlalu lama dan
juga anak yang mengalami deprivasi maternal. Disamping itu, faktor kepribadian anak misalnya anak
sangat penakut, gangguan retardasi mental juga adalah penyebab perkembangan motorik yang
lambat. Selain itu, kelainan tonus otot, obesitas, penyakit neuromuskular seperti penyakit duchenne
muscular dystrophy dan buta juga merupakan antara gangguan perkembangan motorik
(Soetjiningsih, 2002).
3. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntunan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Depkes RI, 2005).
4. Cerebral Palsy
Cerebral Palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, dan disebabkan
oleh karena kerusakan atau gangguan di sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang
dalam proses pertumbuhan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
5. Sindrom Down
Anak dengan sindrom down dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan terbatas
yang terjadi akibat jumlah kromosom 21 yang berlebihan. Perkembangan pada anak anak dengan
sindrom down biasanya lebih lambat dari anak yang normal.
Anak dengan sindrom down biasanya juga menderita kelainan seperti kelainan jantung kongenital,
hipotonia berat dan masalah biologis lainya yang dapat berperan dalam menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan menolong diri sendiri (Depkes RI, 2005).
6. Autisme
Merupakan gangguan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun.
Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan
berat dan mempengaruhi anak dengan sepenuhnya. Gangguan perkembangan yang ditemukan
pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku (Depkes RI, 2005).
Disfungsional susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan akedemik yang berada
dibawah normal, kelainan perilaku dan juga gangguan dalam berinteraksi sosial, misalnya ADHD dan
disleksia (Soetjiningsih, 2002).
Lampiran Formulir Denver II Halaman Depan
Lampiran Denver II Halaman Belakang
Lampiran Formulir KPSP
7. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia Gerak Kasar
dapat mengangkat kepalanya seperti pada gambar ini?
8. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia Gerak kasar
dapat mengangkat kepalanya sehingga membentuk
sudut 45º seperti pada gambar ?
9. Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia Gerak kasar
dapat mengangkat kepalanya dengan tegak seperti
pada gambar ?
10. Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak digelitik Bicara & bahasa
atau diraba-raba?
10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya Gerak kasar
lalu tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi
mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar
di sebelah kiri ?
9. Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu Bicara & bahasa
kata-kata yang lengkap). Apakah ia mencoba meniru
menyebutkan kata-kata tadi ?
10. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan Gerak halus
dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai
dan tutup panci tidak ikut dinilai
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak kasar
berpegangan?
4. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia me- Bicara & bahasa
manggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama”
jika memanggil/melihat ibunya?
Jawab YA bila anak mengatakan salah satu diantaranya.
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak halus
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada
gambar ?
2. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia me- Bicara & bahasa
manggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama”
jika memanggil/melihat ibunya?
Jawab YA bila anak mengatakan salah satu diantaranya.
8. Apakah anak anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak halus
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan meng-
gunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar ?
3. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata Bicara & bahasa
yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”?
4. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau Gerak kasar
lebih tanpa kehilangan keseimbangan?
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak
10. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola Gerak kasar
tenis) ke depan tanpa berpegangan pada apapun?
Mendorong tidak ikut dinilai..
4. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika Gerak kasar
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda
kesempatan melakukannya 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 2 detik atau lebih?
10. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bicara dan
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat bahasa
memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kerta ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di
bawah”, “di depan” dan “di belakang”.
1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan Bicara & bahasa
membantu kecuali mengulangi pertanyaan
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”............
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”.....................
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”......................
Jawab YA bila anak menjawab ke 3 puertanyaan dengan
benar, bukan dengan gerakan atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil”
,”pakai mantel” atau “masuk kedalam rumah”.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”,
“tidur”, “berbaring/tidur-tiduran”, ”istirahat” atau
”diam sejenak”
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bicara & bahasa
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat
memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kerta ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di
bawah”, “di depan” dan “di belakang”.
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel Sosial &
(tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada kemandirian
saat anda meninggalkannya?
Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, Bicara & bahasa
katakan pada anak:
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan
benar?
No Jenis Pemeriksaan Perkembangan Ya Tidak
9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali Gerak kasar
tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak
ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan
satu kaki?
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa Sosialisasi &
bantuan? kemandirian
2. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bicara & bahasa
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat
memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kerta ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di
bawah”, “di depan” dan “di belakang”.
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel Sosial &
(tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada kemandirian
saat anda meninggalkannya?
4. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, Bicara & bahasa
katakana pada anak:
9. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat Bicara & bahasa
yang belum selesai ini, jangan membantu kecuali
mengulang pertanyaan :
“ Jika kuda besar maka tikus ……………………….…”
“ Jika api panas maka es………………………………..”
“ Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang …….”
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es
dingin, ayah seorang pria)?
10. Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola Gerak kasar
tenis/bola kasti hanya dengan menggunakan kedua
tangannya? (Bola besar tidak ikut dinilai)
10. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan Bicara & bahasa
membantu kecuali mengulangi pertanyaan sampai 3
kali bila anak menanyakannya.
” Sendok dibuat dari apa? ......................
” Sepatu dibuat dari apa? .......................
” Pintu dibuat dari apa? .........................
Dapatkah anak menjawab ketiga pertanyaan diatas
dengan benar?
Sendok dibuat dari besi, baja, plastik, kayu.
Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastik, kayu.
Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca.
Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika
Depkes RI. 2007. Pedoman Pelaksanaan Stimuasi, Deteksi dan Intervensi DiniTumbuh Kemang Anak
di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI.
Dhamayanti, M. 2006. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Jurnal Sari Pediatri 2006;
8; 9 -15
Fiva A Kadi, Herry Garna, Eddy Fadlyana. 2008. Perkembangan Menurut Cara Kuesioner Praskrining
Perkembangan (KPSP) dan Denver II Pada Anak Usia 12-14 Bulan Dengan Berat Lahir Rendah. Jurnal
Sari Pediatri Vol. 10 No.1 Bulan Juni 2008
Gunarsa, DS. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta : Bugung Mulia 2008
Moersintowati. 2000. Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Simposium Penatalaksanaan Mutakhir Bidang
Ilmu Kesehatan Anak Untuk Mencapai Tumbuh Kembang Optimal. Bandung : IDAI Jawa Barat
Nur M Artha, Sutomo R, Gamayanti I, 2014. Kesepakatan Hasil Antara Kuesioner Praskrining
Perkembangan, Parents Evaluation of Developmental Status, dan test Denver II Untuk Skrining
Perkembangan Anak Balita. Jurnal Sari Pediatri Vol. 16 No. 4 Bulan Desember 2014
Santrock, JW. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Jakarta
Setiawan, SA. 2014. Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Alat Permainan Edukatif (APE)
Dengan Perkembangan Anak Prasekolah Usia 4-5 Tahun di Desa Tapak Kecamatan Panekan
Kabupaten Magetan. Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31
Sujatmiko. 2001. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Jurnal Sari Pediatri Vol. 3 No. 3
Hal 175-188
Latar belakang. Anak mendapat infeksi HIV terutama akibat transmisi selama dalam kandungan, saat persalinan,
dan saat mendapat air susu ibu. Bayi dan anak yang terinfeksi HIV kemungkinan akan berkembang menjadi
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) atau akan tetap asimtomatis sampai beberapa tahun sebelum terjadi
infeksi oportunistik.
Tujuan. Menilai profil infeksi HIV di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UniversitasSumatera
Utara, Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik, Medan.
Metode. Penelitian deskriptif retrospektif terhadap semua anak dengan infeksi HIV antara tahun 2006 sampai 2010.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Hasil. Selama periode 5 tahun didapatkan 53 anak dengan diagnosis infeksi HIV (35 laki-laki dan 18
perempuan), 46 (86,8%) lahir secara spontan dan 7 (13,2%) dengan seksio sesaria. Dari riwayat pemberianmakan
saat bayi, Asi dan formula diberikan kepada 41 (77,4%) anak dan 12 (22,6%) anak hanya mendapatsusu formula.
Supresi imun berat terdapat pada 38 (71,7%) anak, supresi imun sedang pada 8 (15,1%),supresi imun ringan pada
2 (3,8%) anak dan 5 (9,4%) anak tanpa supresi imun. Malnutrisi berat ditemukan pada 30 (56,6%) anak, 16 (30,1%)
malnutrisi sedang, dan 7 (13,2%) anak gizi normal. Gambaran klinisadalah malnutrisi berat pada 30 (56,6%)
anak, kandidiasis mulut 18 (34%) anak dan diikuti dengan diare berkepanjangan 14 (26,4%) anak dan tuberkulosis
pada 13 (24,5%) anak. Empat puluh lima (84,9%) anakmemiliki kedua orang tua positif terinfeksi HIV, 6 (11,3%)
anak hanya ibu yang positif HIV, dan 2 (3,8%)anak kedua orang tuanya tidak terinfeksi HIV (satu anak adopsi dan
satu lagi ada riwayat transfusi). Tigapuluh tujuh (69,8%) anak sudah mendapat terapi antiretroviral (ART), 8
(15,2%) anak belum terindikasi ART, dan 8 (15,2%) anak hilang dari pemantauan. Tiga puluh sembilan (73,6%)
anak masih hidup, 6(11,3%) anak sudah meninggal, dan 8 (15,1%) anak tidak diketahui.
Kesimpulan. Anak dengan infeksi HIV mayoritas lahir secara spontan, mendapat ASI campur susu formula dan
mengalami malnutrisi berat serta supresi imun berat saat diagnosis ditegakkan.
Sari Pediatri 2012;14(2):73-8.
H
Alamat korespondensi:
Dr. Evalina R, Sp.A, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
immunodeficiency virus (HIV)
Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H.Adam Malik Jl. BungaLau mendapatkannya selama dalam kan-
no.17 Medan. Telp (061) 8361721 – 8365663. Fax. (061) 8361721 dungan, saat proses kelahiran, dan
E-mail: ritaerusli@yahoo.co.id ; kotak Pos 697 Medan – 20136. melalui air susu ibu. Semakin banyak
- Erupsi pruritik papular
jumlah wanita yang terifeksi HIV berakibat meningkat- - Infeksi virus wart luas
nya jumlah anak yang tertular HIV.1-2 Penggunaan obat - Angular cheilitis
anti retrovirus untuk pencegahan transmisi HIV dari ibuke - Moluskum kontagiosum luas
anak menghasilkan penurunan angka transmisi yang - Ulserasi oral berulang
dramatis pada bayi sampai dibawah 2% di beberapa - Pembesaran kelenjar parotis persisten yang tidak
negara dan mengakibatkan angka anak dengan infeksi dapat dijelaskan
HIV menjadi sangat menurun.3-5 - Eritema ginggival lineal
Apabila seorang bayi terlahir dari ibu dengan HIV - Herpes zoster
positif, idealnya dokter spesialis anak bertemu dengan - Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang
ibu tersebut sebelum bayi lahir untuk mendiskusikan (otitis media, otorrhoea, sinusitis, tonsillitis )
mengenai penanganan bayi selanjutnya salah - Infeksi kuku oleh fungus
satunya adalah mengenai pemberian makanan.6-7 Bayi
dan anak yang terinfeksi HIV mungkin akan Stadium klinis 3
berkembang menjadi AIDS atau asimptomatis
untuk beberapa tahun sebelum berkembang menjadi
- Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak
infeksi oportunistik. Bayi yang terinfeksi HIV secara
berespons secara adekuat terhadap terapi standar
vertikal, AIDS dapat berkembang dengan cepat pada
- Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari
bulan-bulan awal dari kehidupannya berupa gagal
atau lebih )
tumbuh, malnutrisi berat, diare, kandidiasis oral yang
- Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih
persisten atau rekuren atau dengan pneumonia
dari 37,5o C intermiten atau konstan, >1 bulan)
pneumocystis jiroveci.8
- Kandidosis oral persisten (di luar saat 6-8 minggu
Tata laksana utama adalah dengan pengawasan yang pertama kehidupan)
ketat dan multidisiplin berupa pencegahan terhadap - Oral hairy leukoplakia
infeksi berupa profilaksis dan vaksinasi, pengobatan - Periodontitis/ginggivitis ulseratif nekrotikans akut
secepatnya terhadap infeksi oportunistik dan dukungan - TB kelenjar
nutrisi untuk mencegah gagal tumbuh serta pemberian - TB Paru
terapi anti retroviral.9 - Pneumonia bakterial yang berat dan berulang
- Pneumonistis interstitial limfoid simtomatik
- Penyakit paru-berhubungan dengan HIV yang
Metode kronik termasuk bronkiektasis
- Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8g/dl ),
Penelitian studi deskriptif. Data diperoleh dari rekam neutropenia (<500/mm3) atau trombositopenia
medis pasien Poliklinik Alergi Imunologi Departemen (<50 000/ mm3)
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Rumah Sakit Umum Pusat Adam Stadium klinis 4
Malik, Medan dengan diagnosis infeksi HIV dari
Januari 2006 sampai September 2010. Diagnosis - Malnutrisi, wasting, dan stunting berat yang tidak
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis sesuai dapat dijelaskan dan tidak berespons terhadap
klasifikasi WHO.18 terapi standar
- Pneumonia pneumosistis
Stadium klinis WHO - Infeksi bakterial berat yang berulang (misalnya
empiema, piomiositis, infeksi tulang dan sendi,
Stadium klinis 1 meningitis, kecuali pneumonia)
- Asimtomatik - Infeksi herpes simplex kronik (orolabial atau
- Limfadenopati generalisata persisten kutaneus >1 bulan atau viseralis di lokasi
manapun)
Stadium klinis 2 - TB ekstrapulmonar
- Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat - Sarkoma Kaposi
dijelaskan
Terdapat 53 anak dengan diagnosis infeksi HIV,
- Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, atau terdiri dari 35 anak laki-laki (66%) dan 18 anak
paru) perempuan (34%). Berdasarkan riwayat orang tua, 45
- Toksoplasmosis susunan saraf pusat (di luar masa (84,9%) anak memiliki kedua orang tua dengan positif
neonatus) terinfeksi HIV, 6 (11,3%) anak ibu yang positifterinfeksi
- Ensefalopati HIV HIV dan 2 anak (3,8%) kedua orang tua yang tidak
- Infeksi sitomegalovirus (CMV), retinitis atau terinfeksi HIV (satu anak adalah anak adopsi dan satu
infeksi CMV pada organ lain, dengan onset umur anak memiliki riwayat transfusi darah 5 tahun yang
>1 bulan lalu).
- Kriptokokosis ekstrapulmonar termasuk meni- Dari 53 anak, 46 anak (86,8%) lahir secara
ngitis pervaginam dan 7 anak lahir secara seksio sesaria
- Mikosis endemik diseminata (histoplasmosis, (13,2%). Diagnosis infeksi HIV ditegakkan saat anak
coccidiomycosis) usia 0-11 bulan 8 orang (15,1%), 12-35 bulan 17 orang
- Kriptosporidiosis kronik (dengan diarea) (32,1%), 36-59 bulan 13 orang (24,5%) dan pada usia
- Isosporiasis kronik
5 tahun 15 orang (28,3%). Cara pemberian makan
- Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis disemi-
sejak lahir yaitu makanan campuran air susu ibu (ASI)
nata
dan susu formula diberikan kepada 41 (77,4%) anak
- Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan
dan 12 (22,6%) anak mendapatkan susu formula.
dengan HIV yang simtomatik
Tidak terdapat anak pada subyek penelitian kami yang
- Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma
mendapat ASI eksklusif. Malnutrisi berat terdapat
serebral pada 30 (56,6%) anak, 16 (30,2%) anak dengan
- Progressive multifocal leukoencephalopathy malnutrisi sedang, dan 7 (13,2%) anak tanpa malnutrisi.
Karakteristik subyek penelitian tertera pada Tabel 1.
Selain berdasarkan kriteria klinis dilakukan jugapenilaian
laboratorium, yaitu pemeriksaan antibodi HIV untuk
anak usia diatas 18 bulan dan dengan pemeriksaanvirologi Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian
HIV berupa PCR RNA (viral load)untuk anak berusia kurang
Karakteristik subyek Total (%)
dari 18 bulan. Tanda yang mengarahkan kemungkinan
infeksi HIV adalah infeksioportunistik, yaitu infeksi dengan Jenis kelamin
kuman, parasit, jamur atau protozoa, yang lazim tidak Laki-laki 35(66)
menyebabkan penyakit pada anak normal. Karena Perempuan 18(34)
gangguan fungsi imun, terutama imunitas selular, maka Riwayat infeksi HIV orang tua
anak akan menjadi sakit apabila terpajan pada organisme Ayah dan ibu 45(84,9)
Hanya ibu 6(11,3)
tersebut, lebih lama,lebih berat, serta sering berulang. 10-15
Ayah dan ibu tidak terinfeksi 2(3,8)
Data dasar yang dikumpulkan adalah umur, jeniskelamin, Cara kelahiran
urutan kelahiran, cara persalinan, faktor risiko dari orang Per vaginam 46(86,8)
tua, dan usia saat diagnosis HIV ditegakkan. Dicatat juga Seksio cesaria 7(13,2)
cara pemberian makan yaitu apakah si anak sejak lahir Usia saat terdiagnosis (bulan)
mendapat ASI (air susu ibu)ekslusif, susu formula ataukah 0-11 8(15,1)
campuran ASI dan susuformula. Gejala klinis saat pertama 12-35 17(32,1)
kali datang, infeksioportunistik, dan tingkat supresi imun 36-59 13(24,5)
yang terdapatpada subyek juga dicatat. 5 15(28,3)
Jenis makanan
Asi + susu formula 41(77,4)
Hasil Susu formula 12(22,6)
Status nutrisi saat terdiagnosis
Penelitian berlangsung selama 5 tahun yaitu dari Malnutrisi berat 30(56,6)
Malnutrisi sedang 16(30,2)
Januari 2006 sampai dengan September 2010.
Normal 7(13,2)
AIDS pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubinstein,
Dari 53 anak, secara klinis saat pertama kali datang dan Amman pada tahun 1983 di Amerika Serikat.16-17
adalah malnutrisi berat 30 (56,6%) anak, jamur di Diagnosis HIV pada anak didasarkan pada
mulut 18 (34%) anak, diare berkepanjangan14 (26,4%) anamnesis pajanan HIV, gejala klinis yang men-
anak, dan tuberkulosis paru 13 (24,5%) anak. curigakan, dan dipastikan dengan pemeriksaan
Berdasarkan supresi sistem imun, supresi imun berat 38 laboratorium penunjang. Pemeriksaan polymerase chain
(71,7%) anak, supresi imun sedang 8 (15,1%) reaction (PCR) HIV DNA, dan RNA dengan
anak, supresi imun ringan 2 (3,8%) anak, dan 5 (9,4%) sensitivitas 99% dan spesifisitas 98% digunakan untuk
anak tanpa mengalami supresi imun. menegakkan diagnosis pada anak yang terpapar HIV
Tiga puluh tujuh anak (69,8%) saat ini sudah pada 18 bulan pertama kehidupan.8,17
mendapatkan ARV, 8 (15,1%) anak belum terindikasi Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak
untuk mendapatkan ARV, dan 8 (15,1%) anak hilang bervariasi dari asimptomatis sampai penyakit berat
dari pemantauan. Sampai tulisan ini dibuat, 39 yang dinamakan Acquired Immunodeficiency Syndrome
(73,6%) anak masih hidup, 6 (11,3%) anak meninggal, (AIDS). Butir poin penting anamnesis dan gejala
dan 8 (15,1%) anak tidak diketahui keberadaannya. klinis yang dapat mengarah kediagnosis HIV dapat
Kondisi pasien secara keseluruhan tertera pada didasarkan pada berbagai penyakit yang terangkum
Gambar 1. dalam Integral Management of Childhood Illness (IMCI)
dari WHO, di antaranya pneumonia, malnutrisi dan
diare melanjut atau kronik. Pada anak, infeksi
Pembahasan HIVterutama terjadi pada usia dini karena sebagian
besar (lebih dari 80%) infeksi HIV pada anak adalah
Virus ini pertama kali ditemukan oleh Montagnier akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. 11 Pada
dari Perancis pada tahun 1983 dan oleh Gallo dari penelitian kami, diagnosis HIV ditegakkan
Amerika pada tahun 1984. Infeksi HIV/AIDS (Human berdasarkan gejala klinis, mayoritas anak datang
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency pertama kali adalah dengan keluhan malnutrisi, jamur
Syndrome) pertama kali dilaporkan di Amerika pada dimulut, diare kronis, dan tuberkulosis paru.
tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual. Pada anak