Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

HIPERPLASIA ENDOMETRIUM DI RUANG MERPATI RSU SARI MULIA


PROGRAM STUDI KEBIDANAN DIPLOMA TIGA KEBIDANAN

NAMA : AKMAL OKTAVIA HEDRALITA


NIM :11194441920176

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya hasil LAPORAN KASUS HIPERPLASIA ENDOMETRIUM DI RUANG
MERPATI RSU SARI MULIA PROGRAM STUDI KEBIDANAN DIPLOMA TIGA
KEBIDANAN dapat diselesaikan pada waktunya. Penulisan ini sebagai bagian dari Tri
Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang peningkatan kualitas pendidikan. Penulisan ini tidak
akan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Rektor Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Bapak dr.Soedarto W.W,Sp.Og
2) Ketua Program Studi Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Ibu Ika
Mardiatul Ulfa,SST.,M.Kes
3) Sekretaris Program Studi DIII Kebidanan ibu Dewi Pusparani Sinambella, SST.,
M.Kes
4) Dosen Pembimbing Ibu Mega Yunita Sari,SST dan Pembimbing Lahan Praktik Ibu
HJ.Maria Olfah,SST
5) Direktur Rumah Sakit Sari Mulia Bapak dr.H.R.Soedarto W.W,Sp.Og
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, walaupun penulis berusaha
semaksimal mungkin dan telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
masukkan dari pembaca untuk perbaikan laporan ini akan sangat dihargai dan penulis tak
lupa mengucapkan terima kasih.

Banjarmasin, ….Agustus 2019

Penulis

Akmal Oktavia Hedralita


11194441920176

ii
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : LAPORAN KASUS HIPERPLASIA ENDOMETRIUM DI RUANG
MERPATI RSU SARI MULIA
NAMA : AKMAL OKTAVIA HEDRALITA
NIM : 11194441920176

Banjarmasin, ................................ 2019

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan Praktik


(CT) (CI)

Mega Yunita Sari,SST HJ.Maria Olfah,SST


NIK.1166O22018122 NIK.139.02.00.01

Mengetahui,
Sekretaris Jurusan
Program Studi Diploma Tiga Kebidanan

Dewi Pusparani Sinambella, SST., M.Kes


NIK. 1166032012051

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL: LAPORAN KASUS HIPERPLASIA ENDOMETRIUM DI RUANG
MERPATI RSU SARI MULIA
NAMA :AKMAL OKTAVIA HEDRALITA
NIM :11194441920176

Banjarmasin, ..................Agustus 2019

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan Praktik


(CT) (CI)

Mega Yunita Sari,SST HJ.Maria Olfah,SST


NIK.1166O22018122 NIK.139.02.00.01

iv
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Tanda dan Gejala
E. Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif
B. Data Objektif
C. Analisis Data
D. Penatalaksaan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperplasia Endometrium adalah suatu kondisi dimana terjadi
penebalan/pertumbuhan berlebihan dari lapisan dinding dalam rahim (endometrium),
yang biasanya mengelupas pada saat menstruasi. Kondisi ini merupakan proses yang
jinak (benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe atipik) dapat menjadi
kanker rahim
Wanita memiliki organ eksterna dan interna serta dilengkapi dengan hormon-
hormon reproduksi. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menjadikan wanita
rentan sekali terhadap berbagai penyakit terutama yang berhubungan dengan organ
reproduksi contohnya seperti Hiperplasia Endometrium.
Sebanyak 40.000 kasus terdiagnosis di Amerika pada tahun 2005. Risiko
terjadinya kelainan ini meningkat pada wanita dengan obesitas, diabetes, dan
penggunaan terapi pengganti hormon. Studi yang dilakukan oleh Kurman menyatakan
hiperplasia sederhana berhubungan dengan 1% progresi menjadi kanker, 3% progresi
menjadi hiperplasia kompleks, 8% progresi menjadi hiperplasia sederhana atipik.
Sementara hiperplasia kompleks atipik, 29% akan progresi menjadi kanker 2,4%.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan bagi mahasiswa untuk mengetahui teori tentang Hiperplasia
Endometrium dan dapat memberikan asuhan kebidanan pada Nn.R dengan
Hiperplasia Endometrium di ruang Merpati rumah sakit Sari Mulia Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian Hiperplasia Endometrium
b. Menjelaskan etiologi Hiperplasia Endometrium
c. Menjelaskan Patofisiologi Hiperplasia Endometrium
d. Menjelaskan tanda dan gejala Hiperplasia Endometrium
e. Menjelaskan Klasifikasi Hiperplasia Endometrium
f. Melakukan asuhan pada Nn.R usia 38 tahun dengan kasus Hiperplasia
Endometrium
g. Merumuskan diagnosa

1
C. Manfaat
1. Bagi lahan praktik
Dapat di jadikan acuan untuk penatalaksanaan yang dilakukan di RSU Sari Mulia
Banjarmasin.
2. Bagi instansi pendidik
Dapat digunakan sebagai informasi bagi instansi pendidik dalam pengembangan
dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa terutama mengenai
hiperplasia endometrium dan dapat memberikan asuhan kebidanan kepada pasien
dengan hiperplasia endometrium.

2
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengertian
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebih dari kelenjar,
dan stroma disertai pembentukan vaskularisasi dan infiltrasi limfosit pada
endometrium. Bersifat noninvasif, yang memberikan gambaran morfologi
berupa bentuk kelenjar yang irreguler dengan ukuran yang bervariasi.
Pertumbuhan ini dapat mengenai sebagian maupun seluruh bagian
endometrium.
Hiperplasia endometrium biasa terjadi akibat rangsangan/stimulasi
hormon estrogen yang tidak di imbangi oleh progesteron. Pada masa remaja
dan beberapa tahun sebelum menopause sering terjadi siklus yang tidak
berovulasi sehingga pada masa ini estrogen tidak di imbangi oleh progesteron
dan terjadilah hiperplasia. Kejadian ini juga sering terjadi pada ovarium
polikistik yang di tandai dengan kurangnya kesuburan (sulit hamil).
Hiperplasia endometrium juga merupakan suatu kondisi dimana lapisan
dalam rahim (endometrium) tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini merupakan
proses yang jinak (benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe atipik)
dapat menjadi kanker rahim.

B. Etiologi
Hormon yang ada di tubuh wanita estrogen dan progesteron mengatur
perubahan endometrium dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan
progesterone mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi
ovulasi (lepasnya sel telur dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi
(oleh sperma), maka kadar hormon (progesteron) akan menurun sehingga
menyebabkan haid/menstruasi.
Hiperplasia endometrium disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron, yang di hasilkan oleh ovarium. Perubahan level
kedua hormon ini tiap bulannya yang mengatur siklus menstruasi. Tetapi, bila
efek estrogen berlebihan atau tubuh memproduksi estrogen lebih banyak dari
progesteron, maka sel-sel endometrium akan terstimulasi untuk bertumbuh
dengan sangat cepat. Hiperplasia endometrium lebih sering terjadi pada gadis
remaja yang baru mendapat menstruasi pertama, dan juga pada wanita yang
mendekati masa menopause. Bagaimanapun, hiperplasia endometrium dapat
terjadi pada wanita yang dalam masa reproduksi, yakni bila sering tidak terjadi
ovulasi. Pada saat ovulasi, telur dilepaskan dari ovarium. Tetapi bila tidak
terjadi ovulasi, maka ovarium tidak melepas progesteron, sehingga estrogen
akan tetap tinggi.

3
Wanita yang beresiko tinggi terjadi hiperplasia endometrium :
1. Tidak menstruasi
2. Sindrom polikistik ovarium
3. Perimenopause (mendekati menopause) dan siklus menstruasi tidak
teratur
4. Terapi sulih hormon yang mengandung estrogen tetapi tanpa
progesteron untuk mengurangi efek dari gejela menopause (estrogen
berlebihan dapat meningkatkan resiko kanker endometrium)
5. Penggunaan tamoxifen untuk mencegah/ mengobati kanker
payudara
6. Ada tumor ovarium yang mensekresi estrogen (jarang terjadi)
7. Pada wanita yang lebih jarang terpapar hormon progesteron
beresiko lebih tinggi terhadap hiperplasia.

C. Patofisiologi
Hiperplasia endometrium ini diakibatkan oleh hiperestrinisme atau adanya
stimulasi unoppsed estrogen (estrogen tanpa pendamping progesteron/estrogen
tanpa hambatan). Kadar estrogen yang tinggi ini menghambat produksi
gonadotropin (feedback mechanism). Akibatnya rangsangan terhadap
pertumbuhan folikel berkurang, kemudian terjadi regresi dan di ikuti
perdarahan.
Pada wanita perimenopause sering terjadi siklus yang anovulatoar
sehingga terjadi penurunan produksi progesteron oleh korpus luteum sehingga
estrogen tidak di imbangi oleh progesteron. Akibat dari keadaan ini adalah
terjadinya stimulasi hormon estrogen terhadap kelenjar maupun stroma
endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang menyebabkan
proliferasi berlebih dan terjadinya hiperplasia pada endometrium. Juga terjadi
pada wanita usia menopause dimana sering kali mendapatkan terapi hormon
pengganti yaitu progesteron dan estrogen, maupun estrogen saja. Estrogen
tanpa pendamping progesteron (unpossed estrogen) akan menyebabkan
penebalan endometrium. Peningkatan estrogen juga dipicu oleh adanya kista
ovarium serta pada wanita dengan berat badan berlebih.
Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim terjadi karena kerja hormon
estrogen, sehingga jika terjadi penebalan berlebih itu menunjukkan adanya
peningkatan berlebih dari kadar hormon estrogen itu sendiri. Pada kasus
umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat di picu oleh
tumbuhnya kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena
faktor ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen tak
di imbangi oleh peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya di alami
oleh peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya di alami oleh wanita
yang tergolong kelebihan berat badan (berbadan gemuk) karena produksi
estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium sebenarnya bisa di
alami siapapun , baik yang sudah memiliki anak maupun belum.

4
D. Tanda dan Gejala Hiperplasia Endometrium
Gejala dari hiperplasia endometrium, yaitu siklus menstruasi tak teratur,
tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore) ataupun menstruasi terus-
menerus dan banyak (metrorrhagia).
Selain itu, akan sering mengalami plek bahkan muncul gangguan sakit
kepala, mudah lelah dan sebagainya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini
adalah penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia.
Hubungan suami-istri terganggu karna biasanya terjadi perdarahan yang cukup
parah.
Adapun gejala-gejala hiperplasia endometrium antara lain yaitu :
1. Perdarahan selama periode menstruasi yang lebih lama dari
biasanya
2. Siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari (dimulai dari hari
pertama periode menstruasi hingga hari pertama periode
menstruasi selanjutnya)
3. Usia di atas 35 tahun
4. Tidak pernah hamil sebelumnya
5. Riwayat pribadi terhadap kondisi tertentu, seperti diabetes melitus,
polycystic ovary syndrome, penyakit kantung empedu, atau
penyakit tiroid
6. Obesitas
7. Merokok
8. Riwayat keluarga terhadap kanker indung telur, usus besar, atau
rahim

E. Klasifikasi
Menurut World Health Organization (WHO) dan the international Society
of Gynecologic Pathologists terdapat 4 jenis hiperplasia yakni, simpel non
atipik, kompleks non atipik, simpel atipik, dan kompleks atipik. Klasifikasi ini
berdasarkan ada dan tidaknya gambaran sel atipik dan selanjutnya berdasarkan
kompleksitas kelenjarnya yaitu menjadi simpleks dan kompleks.

1. Hiperplasia Simpleks Non Atipik


Sebelumnya disebut sebagai hiperplasia kistika atau ringan dengan
gambaran yang tampak adalah banyak kelenjar yang mengalami proliferasi
dan dilatasi dengan tepi yang tidak teratur dan terdapat penonjolan dan
perlekukan kelenjar yang menonjol serta sering ada gambaran kistik, dan
dipisahkan oleh stroma yang masih banyak.
2. Hiperplasia Kompleks Non Atipik
Hiperplasia kompleks sebelumnya dikenal sebagai hiperplasia moderat
atau adenomatosa, dengan tampak suatu gambaran susunan kelenjar yang
padat. Pada kelenjar terdapat gambaran irreguler, dengan ukuran
bervariasi, , sebagian berdilatasi bercabang dengan lekukan dan tonjolan.
Lebih banyak adanya penonjolan dan perlekukan kelenjar dan kadang-
kadang kelenjar sering berdekatan dan menempel karena adanya (back-to

5
back position), dengan hanya sedikit stroma yang masih terlihat. Rasio
kelenjar dan stroma lebih dari 2:1. Derajat kepadatan kelenjar inilah yang
membedakan hiperplasia simpleks dan kompleks. Gambaran kelenjar
kistik kadang juga ditemukan.
3. Hiperlasia Simpleks Atipik
Hiperplasia atipik simpleks memperlihatkan gambaran kelenjar yang
kurang padat dibandingkan dengan jenis kompleks, sehingga resiko untuk
berkembangnya menjadi adenokarsinoma endometrium lebih tinggi.
4. Hiperplasia Kompleks Atipik
Secara umum hiperplasia atipik berbentuk kompleks dengan kelenjar yang
padat sekali. Bentuk dan ukuran kelenjar sangat tidak beraturan berbentuk

Adapun berdasarkan kajian medis (Norma D dan Dwi S,2013) , gangguan


penebalan dinding rahim ini bisa di bedakan menjadi 3 kategori yaitu:
1. Simpleks : kategori ringan dan tak akan berakhir dengan keganasan
sehingga penderita tetap masih bisa hamil
2. Kistik/kelenjar/adenomatous : juga tergolong tidak berbahaya
3. Atipik : Kategori berbahaya, biasanya merupakan bakal terjadinya
kanker

F. Penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
hyperplasia endometrium dengan cara USG, Dilatasi dan Kuretase, lakukan
pemeriksaan Hysteroscopy dan dilakukan juga pengambilan sampel untuk
pemeriksaan PA. Secara mikroskopis sering disebut Swiss cheese patterns.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pada wanita pasca menopause ketebalan endometrium pada pemeriksaan


ultrasonografi transvaginal kira kira < 4 mm. Untuk dapat melihat keadaan
dinding cavum uteri secara lebih baik maka dapat dilakukan pemeriksaan
hysterosonografi dengan memasukkan cairan kedalam uterus.

6
Dilatasi dan Kuretase
Dilakukan dilatasi dan kuretase untuk terapi dan diagnosa perdarahan uterus.

Biopsy
Diagnosis hiperplasia endometrium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
biopsi yang dapat dikerjakan secara poliklinis dengan menggunakan mikrokuret.
Metode ini juga dapatmenegakkan diagnosa keganasan uterus.
Histeroskopi
Histeroskopi adalah tindakan dengan memasukkan peralatan teleskop kecil
kedalam uterusuntuk melihat keadaan dalam uterus dengan peralatan ini selain
melakukan inspeksi juga dapat dilakukan tindakan pengambilan sediaan biopsi
untuk pemeriksaan histopatologi.

7
Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai
berikut:
1) Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai
terapi untuk menghentikan perdarahan.
2) Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar hormon
di dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa
terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan sebagainya. Rata-rata dengan
pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim
sudah bisa diatasi. Terapi progestin sangat efektif dalam mengobati hiperplasia
endometrial tanpa atipi, akan tetapi kurang efektif untuk hiperplasia dengan
atipi. Terapi cyclical progestin (medroxyprogesterone asetat 10-20 mg/hari
untuk 14 hari setiap bulan) atau terapi continuous progestin (megestrol asetat
20-40 mg/hari) merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan hiperplasia
endometrial tanpa atipi. Terapi continuous progestin dengan megestrol asetat
(40 mg/hari) kemungkinan merupakan terapi yang paling dapat diandalkan
untuk pasien dengan hiperplasia atipikal atau kompleks. Terapi dilanjutkan
selama 2-3 bulan dan dilakukan biopsi endometrial 3-4 minggu setelah terapi
selesai untuk mengevaluasi respon pengobatan.
3) Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan,
biasanya akan diganti dengan obat-obatan lain.Tanda kesembuhan penyakit
hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali normal. Jika sudah
dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan diri untuk kembali
menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika terlebih dahulu
memeriksakan diri pada dokter. Terutama pemeriksaan bagaimana fungsi
endometrium, apakah salurannya baik, apakah memiliki sel telur dan
sebagainya.
4) Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang terdeteksi ada
kanker, maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan rahim.
Penyakit hiperplasia endometrium cukup merupakan momok bagi kaum
perempuan dan kasus seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka
dari itu akan lebih baik jika bisa dilakukan pencegahan yang efektif.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS
Hari/Tanggal Masuk : Kamis, 15 Agustus 2019
Jam : 08:45 WITA
Tempat Pengkajian : Ruang Merpati RS.Sari Mulia Banjarmasin

A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTIFIKASI KLIEN
Nama : Nn.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jln.xxx
Status perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku/Banfsa : Banjar/Indonesia
Tanggal masuk RS : 15 Aug 2019
Nomor Rekam Medik : 70xxxx
2. IDENTIFIKASI PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jln.xxx
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan menstruasi lama dan banyak
b. Riwayat Perjalanan penyakit
Sejak tanggal 1 Agustus 2019 pasien mengatakan mengalami menstruasi lama
secara terus menerus, terkadang pusing dan apabila beraktivitas pasien
mengatakan mudah lelah. Kemudian pasien menuju ke IGD RS. Sari Mulia
Banjarmasin, pada tanggal 15 Agustus 2019. Di periksa oleh dokter jaga IGD
dan di sarankan untuk di rawat inap. Pasien menempati kamar di ruang Merpati
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sudah pernah mengalami hal serupa pada tahun 2017 dan sudah dilakukan
tindakan kuretase diagnostic
Pasien memiliki riwayat DM (Diabetes Melitus)
d. Riwayat Penyakit keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga ada yang menderita penyakit keturunan
DM

9
4. Pola Kebutuhan Biologis
a. Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi : Nasi, lauk, air putih , jus
Frekuensi : 3x sehari
Banyaknya : ¼ piring

b. Kebutuhan Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1-2x sehari
Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : lembek

BAK
Frekuensi : 4-5x sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Pesing khas urine

c. Riwayat Keputihan
Tidak ada

d. Riwayat Menstruasi (dalam 2 tahun belakangan)


Manarche : 13 tahun
Lama Menstruasi : 10-15 hari
Siklus : teratur, 15 hari
Dismenorrhea : tidak
Jumlah : 60 pads/siklus

e. Riwayat Pernikahan
Belum pernah menikah

10
B. DATA OBJEKTIF
Hasil Pemeriksaan
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Composmentis
b. Tanda-tanda vital : S : 36,5˚C
R : 20 x/menit
N : 85x/menit
Spo2 : 92%
BB: 66 kg
TB: 145 cm

2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : Kulit kepala bersih, warna rambut hitam, pertumbuhan rambut merata,
tidak ada benjolan
b. Muka : Simetris antara kiri dan kanan, tidak ada luka oedem
c. Mata : Cekung simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, pada saat di
lakukan palpasi pada kelopak mata normal
d. Telinga : Simetris antara kiri dan kanan, tidak ada lesi, pendengaran baik
e. Hidung : Tidak ada polip, tidak ada sekret
f. Mulut : Warna mukosa mulut normal , tidak ada lesi dan stomatitis
g. Leher : Tidak ada terlihat pembengkakan kelenjar tiroid, dan tidak ada
penyumbatan vena jugularis
h. Payudara : Tidak di lakukan pemeriksaan
i. Abdomen : Tidak ada lesi dan pada saat di tekan tidak merasakan nyeri
j. Ekstermitas Atas dan Bawah : Bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
fraktur
k. Genetalia : Tidak di lakukan pemeriksaan
3. Data Penunjang (HASIL LABORATORIUM)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Keterangan


Hematologi
Hemoglobin 12,6 gr/dL 12,8 - 16,0
Leukosit 10800 /uL 4000 - 11000
Eritrosit 5,92*(+) Juta/uL 4,50 - 5,50
Trombosit 481000*(+) /uL 150000 - 35000
Hematoktrit 40,6 % 35,0 - 45,0

Kimia Klinik
Gula Darah
Glukosa darah 191*(+) mg/dL 70 – 110
puasa

Fungsi Ginjal 18,44*(-) mg/dL 20,00 – 50,00


Ureum 0,47*(-) mg/dL 0,60 – 1,20
Creatinin

11
C. ANALISA DATA
1. Diagnosa : Nn.R usia 38 tahun dengan Hiperplasia Endometrium
2. Masalah : Pasien mengalami gangguan menstruasi
3. Kebutuhan : Memberikan KIE dan Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil observasi kepada pasien TTV px seperti Nadi : 120x/menit,
Suhu : 36,5˚C, Pernafasan : 20x/menit , dan tidak mengalami penurunan kesadaran
2. Memberitahu kepada pasien bahwa pasien menderita hiperplasia endometrium, yang
disebabkan karena hormon estrogen yang terlalu tinggi di dalam tubuh, akibatnya
terjadilah penebalan pada dinding rahim berlebih sehingga menjadi berbentuk tidak
normal “pasien sudah mengetahui keadaan dan penyebab pada dirinya”
3. Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan USG dan pemeriksaan
rahim secara rutin, melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar
menstruasi, jumlah menstruasi yang banyak ataupun tak kunjung haid dalam waktu
lama “ pasien sudah di rawat oleh dokter”
4. Menyarankan pasien memilih sabun untuk membersihkan vagina yang tidak
mengandung pewangi dan anti septis serta mengganti pembalut secara teratur agar
tehindar nya ruam pada vagina “ pasien mengerti anjuran tersebut apabila terjadi
menstruasi”
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
Telah dilakukan tindakan kuretase pada tanggal 17 Agustus 2019 pada jam 19:35
Terapi tindakan kuretase untuk menghentikan perdarahan
Pemberian Pengobatan hormonal untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam
tubuh
Terapi farmakologi

No Nama obat Dosis Indikasi Cara minum


1 Cefat 3x1 Antibiotik Oral
2 Mefinal 3x1 Analgetik Oral
3 Primolut 2x1 Hormon Oral
4 Regumen 2x1 Hormon Oral
I
nf : - RL 20 tpm
“ Terapi telah diberikan pada Nn.R”
6. Melakukan pendokumentasian, setiap tindakan asuhan.
“ Semua tindakan asuhan sudah diberikan”

12
7. Ada diet/pantangan untuk Px Hiperplasia yaitu:
1) Daging merah
Daging merah merupakan jenis makanan yang sangat tinggi protein namun sering
kali menyebabkan berbagai macam bentuk permasalahan kesehatan ketika
dikonsumsi berlebihan. Daging merah dapat juga menjadi makanan penyebab
penebalan dinding rahim yang perlu dihindari oleh setiap wanita. Daging merah
menjadi pantangan bagi mereka yang memang sudah mengalami kondisi penebalan
dinding rahim dalam proses penyembuhannya. Dagiing merah menjadi pantangan
penderita penebalan dinding rahim karena dapat meningkatkan hormon estrogen
secara berlebihan yang merupakan penyebab terjadinya penebalan dinding rahim
tidak normal. Penebalan dinding rahim merupakan salah satu faktor penghambat
kehamilan untuk wanita.
2. Makanan berlemak
Makanan berlemak memang selalu menjadi jenis makanan yang berdampak buruk
pada kesehatan namun berbanding terbalik dengan rasanya yang sangat enak.
Kandungan lemak yang tidak sehat dalam makanan berlemak tersebut dapat
memberikan pengaruh yang buruk pada keseimbangan hormon sehingga dapat
menyebabkan timbulnya kondisi penebalan dinding rahim yang sebenarnya
merupakan aktivitas biologis normal terjadi dalam siklus menstruasi. Beberapa jenis
makanan berlemak yang perlu dihindari bagi penderita penebalan dingin rahim
diantaranya seperti gorengan, susu tinggi lemak, kulit ayam, mentega, margarin,
makanan yang digoreng, serta biskuit maupun kue.
3) Makanan tinggi kandungan gula
Banyak mengkonsumsi gula sangat tidak baik bagi kesehatan termasuk dalam hal
penebalan dinding rahim. Makanan dengan kandungan gula tinggi dapat
menyebabkan masalah hormon yang terjadi semakin parah. Masalah hormon
merupakan pemicu munculnya keadaan penebalan dinding rahim yang tidak normal.
Makanan tinggi kandungan gula juga dapat berbahaya bagi penderita diabetes. Jenis
makanan maupun minuman yang memiliki kandungan gula tinggi seperit makanan
dalam kemasan, minuman kaleng, kue dengan hiasan gula melimpah, dan berbagai
macam makanan lainnya. [AdSense-B].
4) Alkohol
Mengkonsumsi alkohol atau makanan yang mengandung alkohol bagi manusia dapat
menyebabkan kerusakan fisik secara bertahap. Alkohol juga dapat meningkatkan
resiko terjadinya penebalan dinding rahim yang perlu diperhaitkan. Hal tersebut
dapat terjadi karean alkohol akan meningkatkan h0rmon estrogen sehingga bertolak
belakang dengan proses mengatasi penebalan dinding rahim. Untuk dapat
mengatasinya tanda tanda penebalan dinding rahim yang tidak nomal diperlukan
beberapa tindakan medis tertentu.

5) Makanan yang mengandung kafein

13
Jenis makanan penyebab penebalan dinding rahim selanjutnya yang patut dihindari
dan menjadi pantangan bagi penderita penebalan dinding rahim adalah makanan
yang mengandung kafein.
Kafein memang banyak terdapat pada beberapa jenis obat seperti permen.biskuit
kafein,dan lain sebagainya. Resiko terjadinya gejala endometriosis memang akan
lebih mudah dialami oleh mereka yang memang terlalu sering mengkonsumsi
minuman maupun makanan yang mengandung kafein.
6) Makanan kaleng
Makanan kaleng biasanya dibeli karena lebih praktis dan cepat dalam mengolahnya
untuk siap dikonsumsi. Meskipun praktis dan mudah diolah, makanan kaleng
ternyata tidak baik untuk kesehatan dan menjadi salah satu jenis makanan penyebab
penebalan dinding rahim. Makanan kaleng biasanya banyak mengandung bahan
pengawet yang berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Hindari makanan
kaleng bagi penderita hiperplasia endometrium dapat membantu mempercepat
proses penyembuhan dan lebih banyak memilih jenis makanan berupa kacang
kacangan, biji bijian, ikan, daging tanpa lemah, dan rempah rempah untuk sementara
waktu.
Makanan yang di sarankan untuk Px Hiperplasia yaitu:
1) Makanan yang dapat mempengaruhi hormon
Jenis makanan pertama yang sebaiknya diprioritaskan dalam pola makan
penderita penebalan dinding rahim adalah makanan yang dapat mempengaruhi
hormon untuk selalu seimbang dan tidak berlebihan. Ketidakseimbangan
hormon estrogen maupun progesteron pada wanita memang menjadi salah satu
penyebab terjadinya penyakit hiperplasia endometrium dan memicu gejala
endometriosis. Beberapa jenis makanan yang dapat membantu menghambat
reseptor estrogen dan menjadikan kadarnya tidak berlebih diantaranya seperti :
 Kacang-kacangan
 Buncis
 Buah arbei
 Apel
 Bawang putih
 Kubis
 Wortel
 Seledri
 Beras merah

2) Makanan tinggi serat

14
Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi juga disarankan untuk selalu
dikonsumsi oleh para penderita penyakit penebalan dinding rahim. Kandungan
serat yang tinggi mampu membantu proses metabolisme di dalam tubuh berjalan
dengan normal serta membantu mengurangi jumlah hormon estrogen di dalam
tubuh. Berkurangnya hormon estrogen tersebut dapat membantu proses
penyembuhan penyakit penebalan dinding rahim yang terjadi akibat tingginya
kadar estrogen di dalam tubuh. Asupan serat dapat diperoleh dari sayuran, buah
buahan, dan whole grain.
3) Makanan yang meningkatkan imunitas
Jenis makanan selanjutnya yang baik untuk penderita penebalan dinding rahim
adalah makanan yang meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh. Hal ini
dikarenakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit hiperplasia
endometrium adalah daya tahan tubuh yang lemah. Meskipun tidak secara
langsung mengatasi penebalan dinding rahim namun dengan meningkatnya
sistem imun tubuh maka keparahan dari penyakit tersebut dapat dicegah dan
membantu penyembuhan dari dalam tubuh. Beberapa jenis makanan yang dapat
memberikan pengaruh positif pada sistem imunitas tubuh diantaranya :
- Buah yang mengandung vitamin C tinggi seperti jeruk, jambu biji, pepaya,
kiwi, stroberi, dan lain lain.
- Sayuran dengan kandungan vitamin C tinggi seperti kubis, brokoli, kembang
kol, dan lainnya.
- Bawang putih, murbei, teh hijau, dan cabe rawit

4) Makanan yang rendah lemak


Berbagai jenis makanan yang memiliki kandungan lemak tinggi menjadi salah
satu makanan penyebab penebalan dinding rahim yang harus dihindari dalam
proses penyembuhan hiperplasia endometrium. Untuk membantu penyembuhan
maka sebaiknya penderita hiperplasia endometrium lebih banyak memilih
makanan yang tidak mengandung lemak tinggi seperti ikan laut maupun ikan air
tawar, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit dan jerohan. [AdSense-B]
5) Makanan yang mengandung lemak omega 3
Konsusmi makanan berlemak memang menjadi pantangan untuk penderita
penebalan dinding rahim namun makanan yang mengandung lemak omega 3
sangat disarankan untuk dikonsumsi. Lemak omega 3 banyak terdapat di
berbagai jenis ikan yang memiliki manfaat mengurangi resiko terjadinya
hiperplasia endometrium atau endrometrosis. Ikan yang memiliki kandungan
lemak omega 3 tinggi diantaranya tuna albacore, makarel, salmon dan herring.
6) Makanan yang mengandung lycopene
Buah semangka, tomat, dan jeruk bali merupakan makanan yang mengandung
senyawa lycopene di dalamnya. Makanan yang mengandung lycopene tersebut
dapat membantu mengatasi masalah penebalan dinding rahim. Buah yang
disebutkan diatas juga memiliki kandungan vitmain yang baik untuk kesehatan
tubuh secara umum.
CATATAN PERKEMBANGAN

15
No Hari/Tanggal Catatan Perkembangan
1 Kamis, 13 Aug 2019 S: Px mengatakan menstruasi lama dan banyak
O: - Kesadaran : Composmentis
TD: 150/100 N: 93x/menit
R: 24x/menit T: 36,5˚C
A: Nn.R umur 38 thn dengan
Hiperplasia endometrium
P: - Observasi TTV dan kesadaran
Pasien
- Memberikan KIE pada pasien
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi
2 Jumat, 16 Aug 2019 S: Px mengatakan menstruasi lama dan banyak
O: - Kesadaran : Composmentis
TD: 150/90 N: 93x/menit
R: 24x/menit T: 36,5˚C
A: Nn.R umur 38 thn dengan
Hiperplasia endometrium
P: - Observasi TTV dan kesadaran
Pasien
- Memberikan KIE pada pasien
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi
3 Sabtu, 17 Aug 2019 S: Px mengatakan menstruasi lama dan banyak
O: - Kesadaran : Composmentis
TD: 150/90 N: 93x/menit
R: 24x/menit T: 36,5˚C
A: Nn.R umur 38 thn dengan
Hiperplasia endometrium
P: - Observasi TTV dan kesadaran
Pasien
- Memberikan KIE pada pasien
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi

BAB IV

16
PEMBAHASAN

Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebih dari kelenjar, dan


stroma disertai pembentukan vaskularisasi dan infiltrasi limfosit pada endometrium.
Pertumbuhan ini dapat mengenai sebagian atau seluruh lapisan endometrium. Angka
kejadian hiperplasia endometrium ini sangat bervariasi. Umumnya hiperplasia
endometrium dikaitkan dengan perdarahan uterus disfungsi yang seringkali terjadi pada
masa perimenopause, walaupun dapat terjadi pada masa reproduktif, pascamenars atau
pascamenopause.
Hiperplasia endometrium merupakan prekursor terjadinya kanker endometrium yang
terkait dengan stimulasi estrogen yang tidak terlawan (unopposed estrogen) pada
endometrium uterus. Stimulasi estrogen yang tidak terlawan dari siklus anovulatory dan
penggunaan dari bahan eksogen pada wanita postmenopause menunjukkan peningkatan
kasus hiperplasia endometrium dan karsinoma endometrium. Kelainan ini biasanya
muncul dengan perdarahan uterus abnormal. Resiko terjadinya progresifitas sangat
terkait dengan ada atau tidak adanya sel atipik.
The American Cancer Society (ACS) memperkirakan ada 40.100 kasus baru dari
kanker rahim yang di diagnosis pada tahun 2005, dimana 95% berasal dari endometrium.
Sistem klasifikasi dari hiperplasia endometrium sudah dibuat berdasarkan kompleksitas
dari kelenjar endometrium dan sel-sel atipik pada pemeriksaan sitologi. Hiperplasia
atipikal sangat terkait dengan progresifitas menjadi karsinoma endometrium.
Progresifitas dari hiperplasia endometrium, menjadi kondisi patologis yang lebih agresif
sangat terkait dengan diagnosis awal pada endometrium.
Hiperplasia sederhana (simple hyperplasia) lebih sering mengalami regresi jika
sumber estrogen eksogen dihilangkan. Bagaimanapun, hiperplasia atipikal seringkali
berkembang menjadi adenokarsinoma kecuali di intervensi dengan terapi medis. Terapi
dengan penggantian hormon sedang dalam penelitian untuk menentukan dosis dan tipe
progestin untuk melawan efek stimulasi berlebihan estrogen pada endometrium.
Pengkajian pada Nn.R umur 38 tahun pada tanggal 15 agustus 2019 jam 08:45,
Nn.R datang ke IGD Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin bersama keluarganya. Dari
data subjektif di dapatkan pasien mengalami gangguan menstruasi lama dan banyak.
Pasien merasakan terkadang pusing apabila beraktivitas dan mudah lelah. Gangguan
menstruasi ini di rasakan sejak 2 minggu yang lalu tetapi sebelumnya pasien pernah
mengalami gangguan menstruasi ini pada tahun 2017 dan pasien memiliki riwayat
penyakit keturunan diabetes melitus, lalu Pasien pernah melakukan terapi obat minum
(oral) pada tahun 2017 secara rutin tetapi pasien merasa ketergantungan oleh sebab itu
pasien memeriksakan dirinya ke IGD Rumah Sakit Sari Mulia dan di rawat inap di kamar
ruang merpati. Dari data objektif di peroleh keadaan umum pasien, nadi 85x/menit, suhu
36,5˚C , Respirasi 20x/menit.

Dari hasil pemeriksaan tersebut pada kasus Nn.R yang melatar belakangi terjadi
hiperplasia endometrium adalah tubuh yang menghasilkan hormon estrogen tanpa

17
pendamping hormon progesteron (unopposed estrogen) akan menyebabkan penebalan
endometrium ( dinding rahim) serta peningkatan hormon estrogen juga dapat di picu oleh
adanya riwayat penyakit diabetes melitus dan berat badan berlebih. Dari pemeriksaan
penunjang dilakukan USG diketahui terdapat endometriosis tebal 2,5. Terapi yang di
berikan pada pasien telah dilakukan tindakan kuretase untuk menghentikan perdarahan,
inf RL 20 tpm, selanjutnya adalah terapi pengobatan progesteron untuk
menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuh rata-rata dengan pemberian pengobatan
hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan pada dinding rahim bisa di atasi.
Hiperplasia endometrium yang di alami pasien merupakan jenis hiperplasia simpleks non
atipik , hal ini di karenakan dari hasil pemeriksaan memenuhi kriteria hiperplasia
simpleks non atipik. Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus
haid kembali normal jika sudah di nyatakan sembuh, pasien telah bisa mempersiapkan
diri untuk pulang.

BAB V
PENUTUP

18
A. Kesimpulan
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebih dari kelenjar, dan
stroma di sertai pembentukan vaskularisasi dan infiltrasi limfosit pada
endometrium. Bersifat noninvasif, yang memberikan gambaran morfologi berupa
bentuk kelenjar yang irreguler dengan ukuran yang bervariasi. Gejalanya tidak haid
dalam jangka waktu lama (amenorrhoe) ataupun menstruasi terus-menerus dan
banyak (metrorrhagia). Di klasifikasikan menjadi 4 yaitu hiperplasia simpleks non
atipik, hiperplasia kompleks non atipik, hiperplasia simpleks atipik, dan hiperplasia
kompleks atipik. Penegakan diagnosa melalui kuretase. Pengobatan awal dengan
kuretase dan terapi hormon
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Tetap memberikan asuhan yang tepat pada pasien dan sesuai kebutuhan
pasien serta meningkatkan pelayanan lebih baik untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
2. Bagi instansi pendidikan
Lebih mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan di masa yang
akan datang mengenai asuhan kebidanan pada Nn.R dengan hiperplasia
endometrium.
3. Bagi mahasiswa
Mahasiswa lebih memahami bagaimana penatalaksanaan asuhan
kebidanan terhadap penderita hiperplasia endometrium, apa saja penyebab,
tanda-tanda gejala klinisnya dan terapi apa saja yang dapat diberikan pada
penderita hiperplasia endometrium serta bagaimana cara mencegah
terjadinya peningkatan hormon estrogen secara berlebih yang memicu
penebalan pada dinding rahim.

DAFTAR PUSTAKA

19
Prawiroharjo Sarwono.2009.Ilmu Kandungan.Jakrta:YYBSP

Bagus,Ida 2010. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri dan Ginekologi.


Jakarta: EGC

Arif Mansjoer, dkk.2009.Kapita selekta kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius

Brunner and suddarth.(2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

NANDA Internasional (2014). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Editor: T Heather. Alih bahasa: Sumawarti,M & Subekt,. B. Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai