Kelompok IV DVT Non Reg A Keperawatan
Kelompok IV DVT Non Reg A Keperawatan
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Deep vein thrombosis mengacu pada gumpalan darah yang berkembang di
dalam vena yang lebih besar - biasanya jauh di dalam kaki bagian bawah atau
paha. DVT menyerang sekitar setengah juta orang Amerika setiap tahun dan
menyebabkan sampai 100.000 kematian. Bahayanya adalah bahwa bagian
dari pembekuan ini bisa pecah dan bergerak melalui aliran darah, di mana ia
dapat menetap di paru-paru yang menyebabkan penyumbatan dalam aliran
darah, kerusakan organ dan kematian. Deep Vein Thrombosis(DVT)
merupakan bekuan darah yang terbentuk di vena dalam, biasanya di tungkai
bawah. Kondisi ini cukup serius, karena terkadang bekuan tersebut bisa pecah
dan mengalir melalui peredaran darah ke organ-organ vital dan bisa
menyebabkan gangguan hingga kematian.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud DVT ?
2. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien DVT ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien stenosis pulmonal.
2. Tujuan khusus
Mahasiwa/i dapat mengetahui dan menjelaskan :
a) Anatomi fisiologi DVT
b) Definisi DVT
c) Etiologi DVT
d) Patofisiologi DVT
e) Manifestasi Klinis DVT
f) Pemeriksaan diagnostik DVT
1
g) Komplikasi DVT
h) Penatalaksanaan DVT
i) Asuhan keperawatan DVT
D. Manfaat
BAB II
2
LANDASAN TEORI
A. Anatomi fisiologi
3
paha, bermuara ke Vena Femoralis tepat di bawah selangkangan. Vena
Safena Magna mengalirkan darah dari bagian anteromedial betis dan paha.
Vena Safena Parva berjalan di sepanjang sisi lateral dari mata kaki melalui
betis menuju lutut, mendapatkan darah dari bagian posterolateral betis dan
mengalirkan darah ke Vena Poplitea, titik pertemuan keduanya disebut
Safenopoplitea. Diantara Vena Safena Magna dan Parva banyak didapat
anastomosis, hal ini merupakan rute aliran kolateral yang memiliki peranan
penting saat terjadi obstruksi vena.
B. Definisi
Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam yaitu sebagai
kondisi timbunya trombus pada vena dalam. (Kapita Selekta Kedekteran,
2014)
Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah
penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dalam.
Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena besar yang terdapat di
bagian paha dan betis.
Trombosis vena juga dapat muncul di pembuluh darah vena lainnya, seperti
lengan dan dapat menyebar hingga ke paru-paru. DVT yang menyerang paru-
paru ini dapat menyumbat separuh atau seluruh bagian dari arteri paru dan
4
menyebabkan timbulnya komplikasi berbahaya bernama emboli paru
(pulmonary embolism/PE) dan venous thromboembolism (VTE).
C. Etiologi
Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang berperan dalam
etiologi terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding
pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah.
Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin,
sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit. Etiologi
terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut :
Stasis vena
Kerusakan pembuluh darah.
Aktivitas faktor pembekuan.
D. Patofisiologi
5
hingga terjadi pengumpulan darah di ekstremitas bawah. Terjadinya stasis
darah yang berada di belakang katup vena menjadi faktor predisposisi
timbulnya deposisi trombosit dan fibrin sehingga mencetuskan terjadinya
trombosis vena dalam.
Cedera endotel meski diketahui dapat mengawali pembentukan trombus,
namun tidak selalu dapat ditunjukkan adanya lesi yang nyata, pada kondisi
semacam ini nampaknya disebabkan adanya perubahan endotel yang samar
seperti akibat terjadinya perubahan kimiawi, iskemia atau anoksia, atau
peradangan. Penyebab kerusakan endotel yang jelas adalah adanya trauma
langsung pada pembuluh darah, seperti akibat fraktur dan cedera pada
jaringan lunak, tindakan infus intra vena atau substansi yang mengiritasi
seperti kalium klorida, kemoterapi ataupun antibiotik dosis tinggi.
Hiperkoagulabilitas darah tergantung pada interaksi kompleks antara
berbagai variabel termasuk endotel pembuluh darah, faktor-faktor pembekuan
dan trombosit, komposisi dan sifat-sifat aliran darah, sistem fibrininolitik
intrinsik pada sistem pembekuan darah. Keadaan hiperkoagulasi bisa terjadi
jika terjadi perubahan pada salah satu dari variabel-variabel tersebut.
Trombosis vena, apapun rangsangan yang mendasarinya, akan
meningkatkan resistensi aliran vena dari ekstremitas bawah. Dengan
meningkatnya resistensi, pengosongan vena akan terganggu, menyebabkan
peningkatan volume dan tekanan darah vena. Trombosis bisa melibatkan
kantong katup hingga merusak fungsi katup. Katup yang tidak berfungsi atau
yang inkompeten mempermudah terjadinya stasis dan penimbunan darah di
ekstremitas.
Dalam perjalanan waktu dengan semakin matangnya trombus akan
menjadi semakin terorganisir dan melekat pada dinding pembuluh darah.
Sebagai akibatnya, resiko embolisasi menjadi lebih besar pada fase-fase awal
trombosis, namun demikian ujung bekuan tetap dapat terlepas dan menjadi
emboli sewaktu fase organisasi. Selain itu perluasan trombus dapat
membentuk ujung yang panjang dan bebas selanjutnya dapat terlepas menjadi
emboli yang menuju sirkulasi paru-paru. Perluasan progresif juga
6
meningkatkan derajat obstruksi vena dan melibatkan daerah-daerah tambahan
dari sistem vena. Pada akhirnya, patensi lumen mungkin dapat distabilkan
dalam derajat tertentu atau direkanalisasi dengan retraksi bekuan dan lisis
melalui system fibrinolitik endogen. Tetapi beberapa kerusakan residual tetap
bertahan.
E. Manifestasi klinis
7
4. Sindroma post-trombosis.
Penyebab terjadinya sindroma ini adalah peningkatan tekanan vena
sebagai konsekuensi dari adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena
besar. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding
vena dalam di daerah betis sehingga terjadi imkompeten katup vena dan
perforasi vena dalam.
Semua keadaan di atas akan mengakibatkan aliran darah vena dalam
membalik ke daerah superfisilalis apabila otot berkontraksi, sehingga
terjadi edema, kerusakan jaringan subkutan, pada keadaan berat bisa
terjadi ulkus pada daerah vena yang di kenai.
Manifestasi klinis sindroma post-trombotik yang lain adalah nyeri pada
daerah betis yang timbul / bertambah waktu penderitanya berkuat (venous
claudicatio), nyeri berkurang waktu istirahat dan posisi kaki ditinggikan,
timbul pigmentasi dan indurasi pada sekitar lutut dan kaki sepertiga
bawah.
Trombosis vena dalam (DVT) menyerang pada pembuluh-pembuluh
darah sistem vena dalam . Serangan awalnya disebut trombosis vena dalam
akut, adanya riwayat trombosis vena dalam akut merupakan predisposisi
terjadinya trombosis vena dalam berulang. Episode DVT dapat
menimbulkan kecacatan untuk waktu yang lama karena kerusakan katup-
katup vena dalam. Emboli paru adalah resiko yang cukup bermakna pada
trombosis vena dalam.
Kebanyakan trombosis vena dalam berasal dari ekstremitas bawah,
banyak yang sembuh spontan dan sebagian lainnya menjadi parah dan luas
hingga membentuk emboli. Penyakit ini dapat menyerang satu vena atau
lebih, vena di daerah betis adalah vena-vena yang paling sering terserang.
Trombosis pada vena poplitea, femoralis superfisialis dan segmen-segmen
vena iliofemoralis juga sering terjadi.
DVT secara khas merupakan masalah yang tidak terlihat karena
biasanya tidak bergejala, terjadinya emboli paru dapat menjadi petunjuk
8
klinis pertama dari trombosis. Pembentukan trombus pada sistem vena
dalam dapat tidak terlihat secara klinis karena kapasitas system vena yang
besar dan terbentuknya sirkulasi kolateral yang mengitari obstruksi.
Diagnosisnya sulit karena tanda dan gejala klinis DVT tidak spesifik
dan beratnya keadaan tidak berhubungan langsung dengan luasnya
penyakit.
Gejala-gejala dari DVT berhubungan dengan rintangan dari darah yang
kembali ke jantung dan aliran balik pada kaki. Secara klasik, gejala-gejala
termasuk:
Nyeri
Bengkak
Hangat dan
Kemerahan.
Sesak
F. Pemeriksaan diagnosis
Untuk mendiagnosa penderita DVT dengan benar diperlukan
pemeriksaan dan evaluasi pada penderita secara hati-hati dan seksama,
meliputi keluhan dan gejala klinis serta adanya faktor resiko terjadinya
trombosis vena yang didapat pada penderita sebagaimana dijelaskan pada
gambaran klinis di depan.
Namun karena keluhan dan gejala klinis penyakit vena tidak spesifik dan
sensitif untuk menegakkan diagnosis sebagai DVT maka perlu ditambah
dengan metode-metode evaluasi noninvasif maupun invasif. Tujuan dari hal
tersebut adalah untuk mendeteksi dan mengevaluasi obstruksi atau refluks
vena melalui katup-katup yang tidak berfungsi baik.
Selanjutnya ada pemeriksaan fisik yang bisa dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa trombosis vena dalam antara lain:
Tes dari Homan (Homan’s test) yakni dengan melakukan dorsofleksi pada
kaki maka akan didapatkan peningkatan rasa nyeri pada betis belakang.
9
Nilai diagnostik pemeriksaan ini rendah dan harus hati-hati karena bisa
menjadi pemicu terlepasnya trombus.
Tanda dari Pratt (Pratt’s sign), dilakukan squeezing pada otot betis maka
akan timbul peningkatan rasa nyeri.
10
sederhana, tidak invasif tetapi memerlukan teknik dan pengalaman yang
baik untuk menjamin akurasinya.
G. Komplikasi
Beberapa komplikasi DVT yang tidak segera ditangani selain penyakit
emboli paru yang telah disebutkan sebelumnya adalah sindrom paska
trombosis. Kondisi ini menyebabkan sumbatan pada salah satu pembuluh
darah di paru.
H. Penatalaksanaan
DVT dapat dicegah dengan memulai pola hidup sehat, seperti olahraga
ringan agar tubuh tetap bergerak dan sirkulasi darah tetap terjaga, pola diet
sehat, mengurangi berat badan bagi penderita obesitas, serta jangan
merokok.Bagi Anda yang memiliki risiko DVT dan merencanakan perjalanan
panjang, pastikan Anda telah memberitahukan rencana tersebut kepada orang
terdekat maupun dokter. Pastikan juga Anda memiliki perlindungan
kesehatan perjalanan yang aktif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
11
diinginkan selama perjalanan berlangsung. Beberapa kegiatan yang sebaiknya
dilakukan atau diperhatikan selama perjalanan, seperti perbanyak minum air
putih dan sebisa mungkin hindari minuman beralkohol karena dapat
menyebabkan dehidrasi. Tindakan pencegahan lainnya bisa dilakukan dengan
menghindari konsumsi pil tidur, perbanyak gerak badan dan tungkai, berjalan
singkat jika memungkinkan, dan gunakan stocking kompresi elastis.
Pengobatan Deep Vein Thrombosis
Tujuan penatalaksanaan DVT pada fase akut adalah menghentikan
bertambahnya trombus, membatasi bengkak yang progresif pada tungkai,
melisiskan atau membuang bekuan darah (trombektomi), mencegah
disfungsi vena atau sindroma paska trombosis di kemudian hari, dan
mencegah emboli. Obat yang utama adalah pemberian antikoagulan,
pada hal-hal khusus bisa ditambahkan obat trombolitik, dilakukan
trombektomi atau filter vena kava.
a) Antikoagulan
Unfractionated heparin (UFH) merupakan antikoagulan yang sudah
lama digunakan untuk penatalaksaan DVT pada saat awal. Mekanisme
kerja utama heparin adalah meningkatkan kerja antitrombin III
sebagai inhibitor faktor pembekuan dan melepaskan tissue factor
pathway inhibitor (TFPI) dari dinding pembuluh darah. Terapi ini
diberikan dengan bolus 80 IU/Kg BB intravena dilanjutkan dengan
infus 18 IU/kgBB/jam dengan pemantauan nilai Activated Partial
Thromboplastin Time (APTT) sekitar 6 jam setelah bolus untuk
mencapai target APTT 1,5-2,5 kali nilai kontrol. Sebelum memulai
pemberian heparin, APTT, protrombin time (PT), dan jumlah
trombosit harus diperiksa terutama pada pasien dengan risiko tinggi
atau dengan gangguan hati atau ginjal.
b) Terapi Trombolitik
Terapi ini tidak dianjurkan pada DVT karena risiko perdarahan
intrakranial yang besar, kecuali kasus tertentu pada DVT dengan
oklusi total, terutama pada trombosis di iliofemoral yang masif.10
12
Terapi ini bertujuan untuk melisikan trombus secara cepat dengan cara
mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Terapi ini umumnya
hanya efektif pada fase awal dan penggunaanya harus benar-benar
dipertimbangkan secara baik karena mempunyai risiko perdarahan 3
kali lipat dibandingkan dengan terapi antikoagulan saja.
c) Trombektomi
Trombektomi dipertimbangkan dilakukan terutama pada pasien
dengan trombosis iliofemoral akut yang kurang dari 7 hari dengan
harapan hidup lebih dari 10 tahun.
d) Filter Vena Kava Inferior
Filter ini digunakan pada trombosis di atas lutut pada kasus dimana
anti koagulan merupakan kontraindikasi atau gagal mencegah emboli
berulang.
e) Latihan Fisik
Latihan fisik yang mungkin direkomendasikan kepada pasien DVT
adalah berjalan. Beristirahat dengan tungkai yang terangkat juga
disarankan agar kaki berada lebih tinggi dari pinggang demi
mengembalikan aliran darah dari betis.Alternatif pengobatan lain
dapat juga diberikan jika penggunaan obat antikoagulan tidak
memberikan hasil yang sesuai bagi pasien. Inferior vena cava filters
(IVC) ditempatkan pada pembuluh darah untuk menyaring gumpalan
darah dan menghentikannya mengalir menuju jantung dan paru-paru.
IVC dapat dipasang secara permanen atau dilepaskan setelah
penggumpalan darah berkurang. Keduanya dilakukan dengan
menggunakan prosedur operasi dengan bius lokal. IVC juga dapat
digunakan pada pasien penderita emboli paru dan pada kondisi cedera
parah
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
1. ketidakefektifan pola nafas
Definisi : inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
Faktor resiko :
perubahan kedalaman pernafasan
bradipneu
ortopneu
dipneu
Faktor yang berhubungan :
keletihan otot pernafasan
keletihan
14
3. Resiko intoleran aktivitas.
Definisi : beresiko mengalami ketidakcukupan energi psikologis atau
fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan Aktivitas
kehidupan sehari – hari yang harus atau yang di inginkan.
Faktor yang berhubungan
Masalah pernafasan
Masalah sirkulasi
Status fisik kurang Bugar
Perubahan tekanan darah di eksremitas.
4. Nyeri
Definisi : secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan.
Faktor yang berhubungan :
Agen, injuri, ( biologi, kimia,fisik, psikologis )
Faktor resiko :
Gangguan tidur
Perubahan autonomic dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Perubahan respon autonom seperti diaphoresis, perubahan tekanan
darah, nafas, nadi.
15
16
B. Penyimpangan KDM
17
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah
penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dalam.
Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena besar yang terdapat di
bagian paha dan betis.
Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang berperan dalam
etiologi terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding
pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah.
Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin,
18
sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit. Etiologi
terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut : Stasis vena,
Kerusakan pembuluh darah, Aktivitas faktor pembekuan.
B. SARAN
Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa
khususnya tentang sistem kardiovaskuler.
DAFTAR PUSTAKA
19