Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL BOOK REPORT

PEMBELAJARAN PKN DI ERA 21ST CENTURY

Oleh
HAFIZA SABILLA
2002090106

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADUYAH SUMATERA UTARA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas
ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Irfan Dahnial, S.Pd, M.Pd. yang telah membantu saya
baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Adapun yang menjadi tugas saya adalah “Critical Book Report”. Tugas critical book report ini
disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua khusunya dalam
hal Penginderaan jauh.
Saya menyadari, bahwa critical book report yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Merbau 1 Juni 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………...
BAB II
IDENTITAS NASIONAL
A. Ringkasan Buku……………………………………………………………………………………..
B. Kelebihan Buku……………………………………………………………………………………..
C. Kekurangan Buku…………………………………………………………………………………...
BAB III
NEGARA DAN KONSTITUSI
A. Ringkasan Buku……………………………………………………………………………………..
B. Kelebihan Buku……………………………………………………………………………………..
C. Kekurangan Buku…………………………………………………………………………………...
BAB IV
PENDIDIKAN DEMOKRASI
A. Ringkasan Buku……………………………………………………………………………………..
B. Kelebihan Buku……………………………………………………………………………………..
C. Kekurangan Buku…………………………………………………………………………………...
BAB V
HUBUNGAN WARGA NEGARA & NEGARA
A. Ringkasan Buku……………………………………………………………………………………..
B. Kelebihan Buku……………………………………………………………………………………..
C. Kekurangan Buku…………………………………………………………………………………...
BAB VI
NEGARA HUKUM & HAK ASASI MANUSIA
A. Ringkasan Buku……………………………………………………………………………………..
B. Kelebihan Buku……………………………………………………………………………………..
C. Kekurangan Buku…………………………………………………………………………………...
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Informasi Bibiliografi
Judul Buku : Dimensi Pembelajaran PKn di Era 21 Century
Penulis : Irfan Dahnial, M.Pd
ISBN : 978-623-315-192-4
Penerbit : CV. Pena Persada Redaksi
Tahun Terbit : 2021
Urutan Cetakan : Cetakan Pertama
Dimensi Buku : 11,5 cm X 28 cm
Tebal Buku : xxx + 221 halaman

A. Ringkasan Buku
a. Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan Abad 21
Kajian pkn dalam abad 21. Pendidikan memegang peranan sangat peting dan strategis
dalam membangun masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan: melek
teknologi dan media; melakukan komunikasi efektif; berfikir kkritis; memecahkan
masalah; berkolaborasi (Wahyono dan Pujiriyanto, 2010). Mata pelajaran pkn memiliki
dimensi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kewarganegaraan. Dimensi
pengetahuan mencakup empat bagian yaitu: Communication, Collaboration, Critical
thingking and problem solving, Creativity and innovation.
b. Pembudayaan Pancasila Dalam Kewarganegaraan
Kontekstualisasi pembudayaan pancasila, pada tataran praktis, dapat dilakukan antara
lain dengan pembudayaan musyawarah dan mengeliminir gemar berpekara. Budaya
musyawarah, secara potensial akan menjadikan hasil akhir yakni kesepakatan sebagai
milik dan tanggung jawab bersama. Pembudayaan Pancasila, hanya akan efektif bila
berkesuaian dengan struktur sosialnya. Proses pembudayaan nilai-nilai pancasila dapat
dilakukan melalui pembelajaran PKn. Hasil penelitian tentang PKn di berbagi negara
menunjukkan bahwa PKn mengarahkan warga negara untk mendalami kembali nilai-
nilai dasar, sejarah, dan masa depan bangsa bersangkutan sesuai dengan nilai-nilai paling
fundamental yang dianut bangsa bersangkutan. Secara terminologis, PKn diartikan
sebagai pendidikan poitk yang fokus materinya peranan warga negara dalam kehidupan
bernegara yang keseuanya diproses xalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai
dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara (Cholisin,2000), dalam (Samsuri, 2011).
c. Pendidikan Kewarganegaraan Secara Historis
Sejarah pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan di dunia
diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1790 di Amerika Serikat. Tujuan
pendidikan kewarganegaraan (civics education) agar penduduk Amerika yang memiliki
keragaman suku bangsa yang berasal dari banyak negara di duniayang datang ke
Amerika. Diharapkan dengan “civics” akan memiliki satu identitas sebagai bangsa
amerika. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada tahun 1957
saat pemerintahan Soekarno atau yang lebih dikenal dengan istilah civics. Penerapan
civics sebagai pelajaran di sekolah dimulai pada tahun 1961 dan kemudian berganti nama
menjadi pendidikan kewarganegaraan negara pada tahun 1968. Mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum sekolah Indonesia pada
tahun 1968. Saat terjadi pergantian tahunajaran yang awalnya januari-desember dan
diubah menjadi juli-juni pad tahun 1975, nama pendidikan kewarganegaraan diubah oleh
Kementrian Pendidikaan dan Kebudayaan Indonesia menjadi Pedidikan Moral Pancasila
(PMP). Nama mata pelajaran PMP diubah lagi tahun 1994 menjadi pendidikan pancasila
dan kewarganegaraan (PPKn). Pada masa Reformasi PPKn diubah menjadi PKn dengan
menghilangkan kata Pancasila yang dianggap sebagai produk orde baru.
d. Pendidikan Kewarganegaraan Secara Filosofis
Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan yang fluktuatif, baik
dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam substansi
kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan
negara. Landasan teori pendidikan kewarganegaraan secara filosofis. Landasan secara
filosofis yakni membangun semangat kebangsaan dalam mengisis kemerdekaan di segala
aspek bukan suatu hal yang mudah dan instan. Untuk itu diperlukan pendidikan
kewarganegaraan.
B. Kelebihan Buku
Penulis dalam menyajikan buku ini disertai dengan menurut para ahli. Hal ini merupakan
nilai plus bagi buku ini, penyertaan ini menjadikan para pembaca lebih banyak mendapat
informasi sehingga lebih mudah untuk dipahami. Di dalam buku ini terdapat banyak
makna tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi suatu bangsa dan negara.
Isinya di rinci dengan jelas dan mudah dipahami sehingga dapat meningkatkan minat
pembaca.
C. Kekurangan Buku
Di dalam buku ini masih ada beberapa kalimat yang masih membutuhkan penjelasan
namun tidak dijelaskan.
BAB II
IDENTITAS NASIONAL

A. Ringkasan Buku
a. Pengertian Identitas Nasional
Pengertian Identitas Nasional, Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki
setiap pihak yang dimaksud, sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang
lain. Sedangkan Nasional memiliki arti suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiiaan
tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Identitas nasional adalah
kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsayang membedakan
bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Identitas nasional dalam konteks bangsa
cenderung mengacu pada kebudayaan, adat istiadat, serta karakter suatu khas suatu
negara. Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-
simbol kenegaraan seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasinalyaitu Bahasa
Indonesia, Semboyan Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika, Dasar Falsafah Negara yaitu
Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta Bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Dengan terwujudnya identitas
bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta
memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam
hubungan internasionalakan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain.
b. Faktor Pembentuk Identitas Nasional
Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional yaitu faktor primodial
dan faktor kondisional. Faktor primodal atau faktor objektif adalah adalah faktor bawaan
yang bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan
demografi. Kondidi geografis ekologis yang membentuk Indoesia sebagai wilayah
kepulauan beriklim tropisdan terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah
dunia. Di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis,
ekonomis, sosial kultural bangsa indonesia. Sedangkan faktor kondisional atau faktor
subjektif adalah keadaan yang mempengaruhi terbentuknya identitas nasional. Faktor
subjektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa
Indonesia, serta identitasnya melalui interaksi berbagai faktor yang terlibat di dalamnya.
Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut.
c. Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa
Pemahamn sebuah identitas bangsa diharapkan akan memahami jati diri bangsa sehingga
menumbuhkan kebanggaan terhadap bangsanya sendiri. Karakter berasal dari bahasa latin
“kharakter, kharassein atau kharax”, dalam bahasa Prancis “caracter”. Dalam arti luas
karakter memiliki arti akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan seseorang
dengan orang lain. Sehingga karakter bangsa dapat diartikan sebagai tabiat atau watak
khas bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain. Unsuridentitas nasional
indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan
gabungan dari unsur-unsur pembentukan identitas, yaitu:
1. Suku bangsa
2. Agama
3. Kebudayaan
4. Bahasa
5. Sejarah
d. Identitas Nasional Bangsa Indonesia
Identitas Nasional Bangsa Indonesia, Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder.
Bersifat buatan karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga
bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder karena identitas
nasional lahir belakangan dibanding dengan idetitas ke suku bangsaan yang memang
telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif.
Identitas nasional kita terdiri dari empat elemen yang biasa disebut dengan konsesus
nasional. Konsesus dimaksud adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI), dan Bhineka Tunggal Ika.
e. Indonesia Menjadi Bangsa dan Negara
Indonesia dalam perjalanan menjadi bangsa dan negara begitu panjang sehingga banyak
terjadinya pertumpahan darah serta perlawanan kepada kaum penjajah pada masa kelam
itu, lahirnya bangsa dan negara Indonesia atas dasar kemarahan para pahlawan terdahulu
dalam memperjuangkan kemerdekaan demi menyatukan serpihan pulau-pulau yang
terpisah untuk menjadi satu menjadi sebuah nation state yang dirindukan sejak lama.
Kemudian dari berbagai peristiwa Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa dan negara
sudah sepantasnya rakyat Indonesia mengetahui perjuangan pemimpim-pemimpin
pergerakan, saat mengupayakan kemerdekaan bagi bangsa indonesia pada awal-awal
menjelang kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945. Peristiwa sejarah di sekitar proklamasi
kemerdekaan, tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarahbangsa Indonesia.
f. Eksistensi Identitas Nasional Bangsa Indonesia di Abad 21
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri negara
ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila harus terus dipertahankan oleh segenap bangsa indonesia sebagai
dasar negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang sejati untuk
bangsa Indonesia. Tantangan pada abad 21 ini yang bisa mengancam eksistensi
kepribadian bangsa yaitu bangs indonesia yang berada di pusaran arus glogalisasi
dunia.Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring
agar hanya nili-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja
yang terserap. Untuk itu generasi muda harus tetap menjadikan Pancasila sebagai
fundamen moral dan pendidikan di era globalisasi ini, agar nilai-nilai Pancasila tidak
luntur dan memberi dampak positif terhadap negara.
B. Kelebihan Buku
Isi dari buku ini sangat rinci dan jelas sehingga memudahkan pembaca dalam memahami
maknanya. Kata-katanya mudah dipahami. Di dalam buku ini terdapat banyak makna
tentang pentingnya identitas nasional bagi suatu bangsa dan negara.
C. Kekurangan Buku
Ada beberapa kata yang maknanya tidak ditampilkan sehingga sulit dimengerti.
BAB III
NEGARA DAN KONSTITUSI

A. Ringkasan Buku
a. Pengertian Negara
Menurut KBBI pengertian Negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan teringgi yang sah dan ditaati oleh rakyat, kelompok sosial yang menduduki
wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan
pemerintahan yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak
menentukan tujuan nasionalnya. Konsepsi Kelsen mengenai Negara menekankan bahwa
Negara merupakan suatu gagasan teknis semata-mata yang menyatakan fakta bahwa
serangkaian kaidah hukum tertentu mengikat sekelompok individu yang hidup dalam
suatu teritorial terbatas.Berdasarkan pasal 1 Konvensi Montevindo 1993 mengenai hak-
hak dan kewajiban negara mengemukakan karakteristik-karakteristik negara yang
merupakan subjek hukum internasional sebagai berikut:
1. Penduduk
2. Wilayah yang tetap
3. Pemerintah
b. Kedaulatan
Kedaulatan menurut Jean Bodin adalah kekuasaan tertinggi dari suatu negara yang tidak
dibatasi oleh hukum. Ini tidak berarti kedaulatan negara tidak ada batasnya. Kedaulatan
negara ini hanya berlaku terhadap orang, benda, dan peristiwa di dalam batas-batas
teritorial negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, kedaulatan suatu negara berhenti
sampai batas teritorial negara lain. Kedaulatan atas wilayah adalah kewenangan yang
dimiliki suatu negara untuk melaksanakan kewenangan sebatas dalam wilayah yang telah
menjadi bagian dari kekuasaannya. Sedangkan kedaulatan teritorial dapat dapat diartikan
sebagai kedaulatan yan dimiliki oleh suatu negara dalam melaksanakan yurisdiksi
eksekutif di wilayahnya. Sesuai dengan konsepsi internasional, kedaulatan memiliki 3
aspek utama yaitu:
1. Aspek ekstern kedaulatan
Adalah hak bagi setiap warga negara untuk secara bebas menentukan hubungannya
dengan berbagai negara atau kelompok lain tanpa trkanan, kekangan, atau
pengawasan dari negara lain.
2. Aspek intern kedaulatan
Adalah hak atau wewenangan eksklusif suatu negara untuk menentukan bentuk
lembaganya, cara kerja lembaga tersebut dan hak untuk membuat undang-undang
yang diinginkannya.
3. Aspek teritorial kedaulatan
Adalah kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimilki negar atas individu dan benda
yang terdapat di wilayah tersebut.
c. Konstitusi
Konstitusi dalam arti sempit berarti hanya mengandung norma-norma hukum yang
membatasi kekuasaan yang ada dalam negara. Sedangkan konstitusi dalam arti luas
adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar, baik yang tertulis
ataupun tidak tertulis maupu gabungan keduanya tidak hanya sebagai aspek hukum
melainkan juga non-hukum. Nyoman Dekker mengemukakan bahwa konstitusi didalam
berlakunya suatu konstitusi seagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Fungsi dasar
konstitusi adalah mengatur pembataan kekuasaan dalam negara.
d. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi merupakn sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan. Tujuan
dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jaln
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjainya kesewenangan yang dilakukan
penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arhan kepada penguasa untuk
mewujudkan tujuan negara. Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan sebagai
alat untuk mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada keddudukan, fungsi, dan
tujuan konstitusi dalam negara berubah dari zaman ke zaman.
e. Nilai Konstitusi
Berkenaan dengan penilaian terhadap pelaksanaan konstitusi, Karl Loewenstein dalam
bukunya Reflection on the value of constitution in our revolusionary, berpendapat bahwa
ada tiga jenis yang sekaligus tingkatan nilaikonstitusi, perihal nilai normatif konstitusi,
Karl Loewenstein sebagaimana dalam buku mereka Ilmu Negara, mengatakan dalam
setiap Undang-Undang Dasar ada dua masalah yaitu: a). sifat ideal dari Undang-Undang
Dasar itu teori, b). bagaimana melaksanakan Undang-Undang Dasar itu praktek.
f. Perkembangan Konstitusi
Perkembangan konstitusi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem politik pada waktu
tertentu, pada mulanya UUD 1945 dijadikan konstitusi, namun sempat tidak diberlakukan
pada pemerintahan Republik Indonesia Serikat dan masa sistem pemerintahan
parlementer, akhirnya UUD 1945 sebagai konstitusi di Indonesia diberlakukan kembali
hingga kini dan telah mengalami perubahan.
B. Kelebihan Buku
Di buku ini sangat rinci sekali penjelasannya, penyusunan kata yang begitu rapi sehingga
menarik minat pembaca. Di dalam buku ini terdapat banyak makna tentang pentingnya
suatu negara dan konstitusi.
C. Kekurangan Buku
Di dalam buku ini ada beberapa kata yang maknanya tidak ditampilkan sehingga sulit
dimengerti
BAB IV
PENDIDIKAN DEMOKRASI

A. Ringkasan Buku
a. Pendidikan Demokrasi Menurut Para Ahli
Edgar Bruce Walsey (1937) menyatakan bahwa social studies adalah ilmu-ilmu sosial
yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. The united states of education’s standard
terminology for curriculum and instruction menyatakan bahwa social studies berisi
aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi,
ilmu geografi,dan filsafat yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan
tinggi secara umum.
b. Perkembangan Pendidikan Demokrasi di Indonesia
UU NO. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional pasal 39 ayat (2) menyebukan
bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat: (a).
pendidikan pancasila, (b). pendidikan agama islam, (c). pendidikan kewarganegaraan. Di
perguruan tinggi, pendidikan kekwarganegaraan diejahwantahkan salah satunya
melaluimata kuliah kewiraan yang diimplementasikan sejak UU No. 2/1989 diberlakukan
sampai rezim orde baru runtuh. Seiring perkembangan zaman pendidikan kewiran sudah
tidak relevan dengan semangat reformasi dan demokrasi.
c. Paradigma Pendidikan Kewargaan (Civic Education)
Paradigma pendidikan dalam konteks suatu bangsa akan menunjukkan bagaimana proses
pendidikan berlangsung dan pada tahap berikutnya akan dapat meramalkan kualitas dan
profil lulusan sebagai hasil dari proses pendidikan. Paradigma pendidikan terkait dengan
4 hal yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan, yaitu peserta didik (mahasiswa),
dosen, materi dan manajemen pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan praksis,
terdapat dua kutub paradigma pendidikan yang paradoksal, yaitu: (1). Paradigma
Feodalistik, (2). Paradigma humanistik.
d. Urgensi Pendidikan Demokrasi
Definisi paling murni dan klasik setidaknya mengartikan demokrasi dengan “kekuasaan
rakyat atau pemerintahan rakyat”. Merujuk pandangan politicolog (pakar ilmu politik),
perumusan khazanah kebebasan berpendapat, membuka ruang lebar bagi msuknya ide-
ide beerpikir setiap warga negara. Sehingga kebebasan dianggap hal mutlak dalm etik
demokrasi. Di Indonesia sendiri, dengan kultur budaya yang khas terbuka dan bebasis
kekeluargaan, demokrasi masuk tanpa perlawanan, dan dianggap sebagai sistem rakyat.
e. Posisi Pendidikan Demokrasi
Menurut Gnadal dan Finn (1992) terutama di negara berkembang pendidikan demokrasi
sering dianggap taken for granted or ignored. Sesungguhnya, mereka tegaskan bahwa
pendidikan demokrasi seyogyanya ditempatkan sebagai bagian integral dari pedidikan
secara keseluruhan. Oleh karena itu pendidikan demokrasi perlu dilihat dalam dua setting
besar yaitu scholl based democracy education, yakni pendidikan demokrasi dalam
konteks pendidikan formal, dan society based democracy education, pendidikan
demokrasi dalm konteks atau yang berbasis kehidupan masyarakat. Secara instrumental
pendidikan demokrasi sudah digariskan dalam berbagai peraturan perundangan.
f. Tantangan Pendidikan Demokrasi dan Ham
Salah satu unsur dari budaya kewarganegaraan adalah civic virtue atau kabajikan atau
akhlak kewarganegaaran yang mencakup keterlibatan aktif warga negara, hubungan
kesejajaran, saling percaya dan toleran, kehidupan yang kooperatif, solidaritas, dan
semangat kemasyarakatan. Dengan kata lain tumbuh dan berkembangnya akhlak
masyarakat madani bersifat interaktif dengan tumbuh dan berkembangnya akhlak
kewarganegaraan yang merupakan unsur utama dari budaya kewarganegaraan. Oleh
karena diperlukan adanya peran pendidikan demokrasi yang mampu mengembangkan
akhlak kewarganegaraan, yang dalam waktu bersamaan mammpu memberi kontribusi
terhadap berkembangnya budaya kewarganegaraan yang menjadi inti dari masyarakat
madani. Dari situ dapat ditangkap tantangan bagi pendidikan demokrasi dan ham di
indonesia adalah bersistemnya pendidikan demokrasi dengan keseluruhan upaya
pengembangan kualitas warga negara dan hidup masyarakat.
g. Paradigma Baru Pendidikan Demokrasi
Paradigma ini berbeda dengan paradigma pendidikan demokrasi yang pernah ada pada
saat ini yang didasarkan asumsi normatif kepentingan politik, tujuan yang kenyatannya
monodinsional dan atomisik, tidak ada interaksi antar latar pendidikan, dan pengalaman
belajar yang serba terbatas antara lain bersifat test driven atau hanya digiring untuk lulus
tes dan bukan untuk mampu hidup yang demokratis di masyarakat.
h. Gerakan Pendidikan Demokrasi Pada Saat Ini
Dari kajian hasil pertukaran ide dan pengalaman dalam pendidikan demokrasi dalam lima
tahun terakhir ini, rupanya diperoleh kenyataan bahwa pendidikan demokrasi di masing-
masing negara di seluruh dunia memiliki aspek-aspek generik yang sama dan muatan
nasional dan lokal yang bervariasi. Dari situ muncul adanya kebutuhan bersama untuk
mengembangkan suatu A International Framework For Education In Democracy yang
berisikan aspek-aspek generik substansi pendidikan demokrasi. Dari fakta dan data
tentang perkembagan pendidikan demokrasi di dunia saat ini, kiranya dapat ditangkap
suatu makna adanya kecenderungan terjaadinya globalisasi pendidikan demokrasi, yang
tetap memperhatikan pengembangan muatan nasional dan lokal.
i. Alternatif Metodologi Pendidikan Demokrasi
Secara tradisional, khususnya di Indonesia, baik dalam rangka mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) atau sebelumnya Pendidikan Moral Pancasila
(PMP), demokrasi terkesan lebih banyak diajarkan dan bukan dipelajari atau learned
dengan peran guru/dosen/penatar/manggala yang lebih dominan. Dampak instruksional
dan pengiringnya pun tentu tak bisa dielakkan lagi lebih bersifat pengetahuan atau
knowledge oriented. Keadaan itulah yang ingin diatasi melalui upaya dikembangkannya
paradigma baru pendidikan kewarganegaraan yang urgensinya tampak begitu kuat,
sebagaimana ditemukan dalam National Survey: Needs-Assessment for New Indonesian
Civic Education (CICED, 1999). Sebagaimana dirumuskan sebelumnya, paradigma baru
pendidikan kewarganegaraan, yang notabene tercakup pendidikan demokrasi dan HAM
didalamnya, secara metodologis menuntut perbaikan dalam ketiga dimensinya, yakni
dalam curriculum content and instructional strategies; civic education classroom; and
learning environment (CICED, 1999).
j. Perkembangan Pemikiran Demokrasi
Sebagai negara demokrasi, demokrasi indonesia memiliki kehasan. Menurut Budiarjo
dalam buku dasar-dasar ilmu politik (2008), demokrasi yang dianut di indonesia adalah
demokrasi yang berdasarkan pancasila yang masih terus berkembang dan sifat dan ciri-
cirinya terdapat pelbagaitafsiran dan pandangan. Menurut Moh. Hatta, kita sudah
mengenal tradisi demokrasi jauh senbelum Indonesia merdeka, yakni demokrasi desa.
Demokrasi desa merupakan demokrasi asli Indonesia, yang bercirikan tiga halyaitu: 1).
Cita-cita rapat, 2). Cita-cita masa protes, 3). Cita-cita toong menolong.
1. Gagasan Soekarno
Demokrasi adalah suatu pemerintahan rakyat. Lebih lanjut lagi, bagi Soekarno
demokrasi adalah suatu cara dalam membentuk pemerintahan yang memberikan hak
kepada rakyat untuk ikut serta dalam proses pemerintahan
2. Gagasan Moh. Hatta
Konsep demokrasi Moh. Hatta berbeda dengan demokasi barat, yang melahirkan
kekuasaan kapitalisme. Moh. hatta menjadi peletak dasar konsep ke Indonesia yang
lebih mendalam yaitu konsep keadilan, keterbukaan, serta demokrasi. Pemikiran
Moh. Hatta tentang demokrasi Indonesia bedasarkan tugas sumber gagasannya yaitu
ajran islam, azas kekeluargaan, dan sosialisme barat, serta kondisi lingkungan sosial,
budaya, politik, ekonomi, dan pendidikan.
3. Gagasan Sutan Sjahrir
Sjahrir lebih membenci fasisme ketimbang kapitalisme barat, oleh karena itu tak
heran dia lebih suka berdialog dengan pihak sekutu barat. Kebencian Sjahrir pada
fasisme dan komunisme turut mempengaruhi konsepsinya mengenai demokrasi dan
pemerintahan di indonesia merdeka.
4. Gagasan Demokrasi Parlementer
Era demokrasi parlementer di Indonesia, juga disebut sebagai era demokrasi
konstitusional. Munculnya sistem parlementer di Indonesia karena jatuhnya kabinet
presidensial pertama pada 14 november 1945 yang disebabkan oleh keluarnya
maklumat wakil presiden No. X/1945 pada 16 oktober 1945 dan diikuti oleh
maklumat pemerintah 3 november 1945 yang berisi tentang seruan untuk mendirikan
partai-paartai politik di Indonesia.
5. Gagasan Demokrasi Terpimpin
Setelah berakhirnya era demokrasi parlementer, Indonesia mulai mmemasuki fase
demokrasi terpimpin. Demokrasi terpipin dimulai saat keluar dekrit presiden 5 juli
1959. Sebelum dekrit presiden diumumkan, demokrasi ini masih bertahan dengan
pembentukan sebuah kabinet transisi yang dipimpin oleh Ir. Djuanda dan disebut
sebagai kabinet djuanda.
6. Gagasan Demokrasi Pancasila
Era demokrasi pancasila diawali dengan suatu peristiwa sejarah yang sangat kelam
bagi indonesia, yatu G30S/PKI. Namun, terlepas dari peristiwa kemanusiaan yang
mengikutinya, G30S juga membawa satu angin perubahan sosial, politik, dan
ekonomi di Indonesia. Masa demokrasi pancasila menunjukkan keberhasilan dalam
politik, hakl ini dibuktikan dengan terselenggaranya pemilihan umum (pemilu) secara
teratur.
7. Gagasan Demokrasi Era Reformasi
Proses reformasi politik di indonesia pasca jatuhnya presiden Soeharto pada mei 1998
telah membuka peluang bagi tumbuhnya nilai-nilai demokrasi demi mewujudkan
suatu pemerintahan yang baik. Tumbangnya orde baru telah membuka peluang
terjadinya reformasi politik dan proses demokratisasi di indonesia. Oleh karenanya
rakyat Indonesia pasca-1998 menaruh harapan terhadap demokratisasi dibawah
kepemimpinan presiden Habibie dan kabinet reformasi pembangunan dapat berjalan
dengan baik.
B. Kelebihan Buku
Di dalam buku ini banyak sekali memuat materi demokrasi yang rinciannya sangat jelas
dan lengkap, ini yang menjadikan poin plus dari buku ini. Dan terdapat banyak makna
tentang pentingnya pendidikan demokrasi bagi suatu bangsa dan negara.
C. Kekurangan Buku
Di dalam buku ini ada beberapa kata yang maknanya tidak ditampilkan sehingga sulit
dimengerti.
BAB V
HUBUNGAN WARGA NEGARA DAN NEGARA

A. Ringkasan Buku
a. Pengertian Warga Negara dan Negara
1. Warga negara
Warga negara merupakan sesuatu yang saling berkaitan dengan manusia sebagai
seseorang dalam suatu ikatan yang terorganisir dalam suatu interaksi dengan negara.
Dari definisi warga negara, dapat kita ketahui bahwa sebagai manusia sekaligus
warga negara keterkaitan dengan manusia lainnya dan hal-hal yang mengelilinginya
saling terkait dalam suatu ikatan yang terorganisir dalam suatu interaksi negar yang
tak lain merupakan pengaturan serta tata tertib dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Negara
Negara merupakan alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoala-
persoalan bersama atas nama masyarakat. Negara sendiri merupakan integrasi dari
kekuasaan politik, sekaligus sebagai organisasi pokok dari kekuasaan politik. Oleh
karena itu negara mempunyai 2 tugas yaitu: (a). mengatur dan mengendalikan gejala-
gejala kekuasaan yang asosial, (b). mengorganisasi dan mengintegrasikan kegiatan
manusia maupun golongan-golongan kearah tercapainya tujuan.
b. Hak dan Kewajiban Warga Negara dan Negara
Kewajiban negara:
1. Melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa.
2. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia.
3. Menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing.
4. Untuk pertahanan dan keamanan dilakukan oleh TNI dan Kepolisian Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan akyat, sebagai kekuatan pendukung.
5. Membiayai pendidikan dasar.
6. Mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
7. Memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan
APBD.
8. Memajukan illmu pengetahuan daan teknologi.
9. Mempergunakan bumi dan air dan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
10. Memelihara fakir miskin dan anak yatim.
11. Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat.
12. Bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan umum.
Di dalam UUD 1945 tidak menyebutkan hak negara, meminjam teori keadilan
Aristoteles, maka ada keadilan yang diistilahkannya sebagai keadilan legalis, yaitu
keharusan warga negara untuk taat kepada negara.
Hak warga negara:
1. Memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya.
2. Pengakuan, penjaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil.
3. Bekerja serta mendapat imbalan, danperlakuan adil dalam hubungan kerja.
4. Memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
5. Berserikat dan berkumpul mengeluarkan pendapat.
6. Membentuk keluarga dan elanjutkan keturunan.
7. Hak anak atas kelangsungan hidup tumbuh dan berkembang.
8. Berkomunikasi dan memperoleh informasi.
9. Hidup sejahtera lahir dan batin.
10. Bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif.
11. Ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara.
12. Mendapat pendidikan.
Kewajiban warga negara:
1. Menjunjung hukum dan pemerintahan.
2. Menghormati hak asasi manusia.
3. Ikut serta dalam pertahan dan keamana negara.
4. Melaksanakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
5. Mengikuti pendidikan dasar.
c. Hubungan Antara Warga Negara dan Negara
Persoalan yang paling mendasar hubungan antara negara dan warga negara adalah
masalah hak dan kewajiban. Sesungguhnya dua hal ini saling terkait, karena berbicara
hak negara itu berarti berbicara tentang kewajiban negara, demikia pula sebaliknya. Hak
dan kewajiban merupakan hal yang harus dijalankan dengan seimbang. Demikian
hubungan antar negara dan warga negara, tiap-tiap warga negara memiliki ikatan secara
spiritual kepada negara, memiliki batin dan ruh yang kuat untuk negara selalu
menngkatkan kepedulian warga negaranya.
d. Hubungan Warga Negara Dengan UUD 1945
UUD 1945 adalah sumber hukum dasar tertulis yang mengikat dan mengatur
pemerintahan, lembaga negara, dan juga mengikat seluruh warga negara Indonesia.
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dari seluruh hukum yang ada di
Indonesia.
e. Kedudukan Peran Warga Negara Menurut UUD 1945
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, kedudukan warga negara pada dasarnya
adalah sebagai pilar terwujudnya negara. Pada dasarnya kedudukan warga negara bagi
negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang
kewarganegaraan, yaitu:
1. UUD 1945
2. UU No. 3 Tahun 1946
3. UU No. 62 Tahun 1958
4. UU No. 12 Tahun 2006
f. Teori Warga Negara
1. Pengertian warga negara dan kewarganegaraan
Secara umum warga negara mengandung arti peserta atau anggota dari suatu
organisasi perkumpulan, secara sederhana warga negara adalah anggota dari sebuah
negara. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara. Dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan
hukum. Akan tetapi ditandai dengan ikatan emosional, perasaan, keturunan, nasib,
sejarah, dan tanah air. Di negara Indonesia, asas kewarganegaraan ditegaskan dalam
UU No. 12 tahun 2006, sebagai berikut:
a. Asas iussanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan.
b. Asas iussoli adalah asas yang menetukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
negara tempat kelahiran.
c. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai ketentuan dalamundang-undang.
2. Cara memperoleh status kewarganegaraan
Berikut cara seseorang mendapat kewarganegaraan negara republik indonesia :
1. Keturunan
2. Kelahiran
3. Kewarganegaraan atau domisili
4. Melalui perkawinan
5. Pengangkatan
6. Pernyataan memilih
3. Kehilangan kewarganegaraan
Warga negara dapat kehilangan kewarganeraannya karena beberapa sebab:
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauan sendiri
2. Tidak menolak/melepaskan kewaranegaraan lain
3. Dinyatakan hilang kewaarganegaraannya oleh presiden atas permohonan sendiri
4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin presiden
5. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Indonesia selama 5 tahun terus menerus
bukan dalam rangka dinas negara.
4. Memperoleh kembali status kewarganegaraan (Repatriasi)
a. Persyaratan
Persyaratan untuk memperoleh kembali status WNI yang hilang diatur dalam
Pasal 9 UU 12/2006
b. Prosedur
Prosedur untuk memperoleh kembali status WNI yang hilang diatur dalam Pasal
10-18 UU 12/2006
c. Ketentuan pidana
Ketentuan pidana bagi seseorang yang melanggar UU No. 12 tahun 2006 diatur
dalam pasal 36, pasal 37, pasal38.
d. Keimigrasian
Keiimigrasian adlah kegiatan pengatura dan pengelolaan tentang keluar msuknya
orang di suatu negara dan keberadaan orang di suatu negara lain bukan negaranya.
g. Teori Terbentuknya Negara
1. Teori tentang pengertian negara
a. Teori perseorangan
Negara merupakan suatu masyarakat hukum yang disusun berdasarkan perjanjian
antar individu yang menjadi anggota masyarakat.
b. Teori golongan
Negara merupakan alat dari suatu golongan yang mempunyai kedudukan ekonomi
yang paling kuat untuk menindas orang lain yang golongan lebih lemah.
c. Teori intergralistik
Negara adalah susunan masyarakat yang intergral, yang erat antara semua
golongan, bagian dari seluru anggota masyarakat merupakan persatuan
masyarakat yang organis.
2. Unsur-unsur negara
a. Penduduk
b. Wilayah
c. Pemerintah
d. Kedaulatan
3. Fungsi negara
a. Fungsi pertahanan dan keamanan
b. Fungsi keadilan
c. Fungsi pengaturan dan keadilan
d. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran
4. Sifat negara
a. Sifat memaksa
b. Sifat monopoli
c. Sifat totalitas
5. Tujuan negara
a. Melindungi segenap bangsa
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Melaksanakan ketertiban dunia
6. Asal mula terjadinya negara
a. Teori ketuhanan, yaitu negara ada karena adanya kehendak tuhan
b. Teori perjanjian masyarakat, yaitu negara ada karena adanya perjanjian individu-
individu
c. Teori kekuasaan, yaitu negara ada karena kekuasaan/kekuatan
d. Teori hukum alam, yaitu negara ada kaena adanya keinginan untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
7. Bentuk negara
a. Negara kesatuan
b. Negara serikat
c. Perserikatan negara
d. Uni, dibagi 2 yaitu uni riil dan uni person
8. Proses terbentuknya negara
Terjadinya negara secara primer yang dimaksud dengan terjadinya negara secra
primer adalah teori yang membahs tentang terjadinya negara yang telah ada
sebelumnya. Ada 4 fase terjadinya negara yaitu:
a. Fase genootschap
b. Fase rijk
c. Fase staat
d. Fase democratischematie
Terjadinya negara secara sekunder yang dimaksud dengan terjadinya negara secara
sekunder adalah teori yang membahas tentang terjadinya negara yang dihubungkan
dengan egara yang telah ada sebelumnya. Fase terjadinya yakni:
a. Occupatie (peleburan)
b. Fusi (peleburan)
c. Cessie (penyerahan)
d. Accesie (penarikan)
e. Anexatie (penarikan)
f. Proklamasi
g. Innovation
h. Separatis (pemiahan)
B. Kelebihan Buku
Di dalam buku ini banyak sekali memuat pembahasan tentang teori-teori, yang
menjadikan suatu kelebihan untuk buku ini, penyusunan katanya sempurna dan rapi.
C. Kekurangan Buku
Di buku ini ada beberapa kata yang maknanya tidak ditampilkan sehingga sulit
dimengerti.
BAB VI
NEGARAH HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
A. Ringkasan Buku
a. Sejarah hak asasi manusia
Peringatan hak asasi manusia pada 10 desember mulai tahu 1950. Hak asasi manusia
laahir sebagai penghormatan terhadap individu. Setiap orang memiliki kedudukan, hak,
dan kesempatan yang sama dalam setiap hal. Di Indonesia terdapat pasal 27-34 dalam
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang mengatur tentang hak asasi manusia.
Perjalan hak asasi manusia hingga ditetapkanuntuk dijunjung tinggi oleh siapapun
bukanlah hal yang singkat. Pasukan Raja Cyrus the Greath, Raja Persia Kuno, berhasil
menaklukkan kota Babylon pada tahun 539 SM. Penaklukan tersebut membawa
kemajuan besar bagi peradaban manusia. Ia membebaskan para budak dan tidak hanya
itu, Raja Cyrus membebaskan setiap orang untuk memilih agama sesuai yang mereka
inginkan. Membangun persamaan ras pun ia lakukan demi kesetaraan harkat dan
martabat manusia. Keputusannya tersbut dituliskan dalam sebuah prasasti berbentuk
silinder tanah liat. Dekrit tersebut ditulis dalam bahasa Akkadia menggunakan aksara
runcing disebut sebagai cyrus cylinder. Catatan tersebuat kini diakui sebagai piagam hak
asasi manusia pertama di dunia. Dan cyrus cylinder diterjemahkan dalam 6 bahasa resmi.
b. Sejarah Internasional Hak Asasi Manusia
Para pakar eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya magna
charta pada tahun 1215 di Inggris. Magna Charta antara lain mencanangkan bahwa raja
yang tadinya memiliki kekuasaan absolut (raja yang menciptakan hukum, tapi ia tidak
terikat pada hukum), menjadi dibatasinya kekuasaannya dan mulai dapat dimintai
pertanggungjawaban di muka umum. Dari sinilah lahirnya doktrin raja tidak kebal hukum
lagi dan mulai bertanggungjawab kepada hukum. Sejak itu mulai dipraktekkan kalau raja
melanggar hukum harus diadili dan harus mempertanggungjawabkan kebijakannya
kepada parlemen. Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh perkembangan yang
lebih konkret, dengan lahinya Bill of Rights di Inggris pada tahun 1689. Pada masa itu
timbul adagium bahwa manusia sama di muka hukum, dan memperkuat timbulnya negara
hukum dan demokrasi. Perkembangan HAM selanjutnya ditandaai dengan munculnya
The American Declaration of Independence yang lahir dari paham roessau dan
montesqueu. Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana hak-
hak yang lebih rinci lagimelahirkan Rule Of Law.
c. Sejarah Nasional Hak Asasi Manusia
Deklarasi HAM yang dicetuskan di PBB merupakan puncak peradaban umat manusia
setelah dunia mengalami malpetaka akibat yang dilakukan negara fasis dan nazi jerman
pada Perang Dunia II. Deklarasi HAM mengandung makna ke luar dan ke dalam yaitu
makna ke luar yaitu komitmen untuk salinng menghormati dan menjunjung tinggi harkat
martabat kemanusiaan antar megara-bangsa, agar terhindar dari peperangan yang dapat
menghnacurkan nilai kemanusiaan. Sedangkan makna ke dalam yaitu bahwa deklarasi
HAM sedunia itu harus menjadi kriteria oleh rakyat dari msing-masing negara dalam
menilai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahnya. Adapun hakikat universal HAM
yang sesungguhnya, bahwa ke-30 pasal yang termasuk dalam Deklarasi HAM sedunia itu
adalah standar nilai kemanusiaan yang berlaku bagi siapapun, dari kelas sosial dan latar
belakang primodial apapun serta bertempat tinggal dimanapun dimuka bumi.
d. Perkembangan HAM di Indonesia
1. Periode sebelum kemerdekaan di Indonesia (1908-1945)
Sebelum Indonesia merdeka banyak organisasi berpemikiran HAM, telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat. R.A.
Kartini adalah orang pertama yang mengungkapkan pemikiran megenai HAM 40
tahun sebelum proklamasi. Sarekat islam menekankan pada usaha-usaha untuk
memperoleh kehidupan layak bebasdari diskriminasi. Partai komunis lebih condong
pada hak-hak yang bersifat sosial dan berkenaan dengan alat produksi. Indische partij
yang paling menonjol hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan perlakuan sama dan
hak kemerdekaan. Partai nasional indonesia mengedepankan untuk hak memperoleh
kemerdekaan. Organissai pendidikan nasional indonesia menekankan pada hak
politik, yaitu hak mengeluarkan pendapat, menentukan nasib sendiri, berserikat dan
berkumpul, dan turut dalam penyelenggaraan negara.
2. Periode orde lama (1945-1966)
Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secar formal karena telah masuk ke dalam
hukum dasar negara UUD 1945. Komitmen terhadap HAM pada periode awal
sebagaimana ditunjukkan daalam maklumat pemerintahbtanggal 1 november.
Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai
politik . sebagaimana tertera dalam maklumat pemerintah 3 november 1945.
3. Periode orde baru (1966-1998)
Pada periode ini proses penegakan HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak
lagi dihormati, dilindungi, dan ditegakkan. Sikap defensive pemerintah tercermin
dengan peran mediai yang tidak bebas, kebebasn berpendapat dibatasi bahkan
dilarang. Banyak kasus pelanggaran HAM yang belum terpecahkan sampai sekarang
yaitu tragedi semanggi, tanjung priok, peristiwa tri sakti. Pada periode ini terbentuk
KOMNAS HAM berdasarkan KEPRES No. 50 tahun 1993 tanggal 7 juni 1993.
4. Periode reformasi
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan dampak yang sangat
besar pada penegakkan HAM di Indonesia. Pada saaat ini mulai dilakukan pengkajian
tentang beberapa kebijakan pemerintah yang berlawanan dengan HAM. Strategi
penegakan HAM pada masa ini memalui 2 tahap yaitu tahap penetuan dan tahap
penataan aturan secara konsisten. Pada tahap penetuan telah ditetapkan beberapa
panentuan perundang-undangan tentang HAM yaitu amandemen konstitusi
negara(UUD 1945),(TAP MPR), (UU), peraturaan pemerintah dan lainnya.
e. Pengertian negara hukum
Negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan hukum. Dalam negar hukum, kekuasaan pemerintah
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum).supremasi hukum harus mencakup 3
ide dasar hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Oleh karena itu di negara
hukum, hukum tidak boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.
f. Pengertian negara hukum menurut para ahli
Prof. R. Djokosutomo, SH, menjelaskan bahwa hukum negara adlah aturan hukum.
Menyatakan dirinya sebagi subjek hukum juga dapat dituntut untuk melanggar hukum.
Plato dan Aristoteles Negara hukum adalah negara yang diperintah oleh keadilan, dalam
filsafat, baik ofensif dan disebutkan bahwa konsep hukum negar memiliki aspirasi.
Hugo Krabbe Negara diharuskan memiliki negara hukum rechstaat dan setiap tindakan
negara harus didasarkan pada hukum atau harus bertanggung jawab kepada hukum.
Prof. Dr. Ismail Suny, SH. M. CL negara hukum indonesia mencakup beberapa unsur,
yaitu menegakkan hukum, pambagian kekuasaan, perlindungan keberadaan HAM dan
membela obat prosedural.
g. Indonesia sebagai negara hukum
Dasar pijakan Indonesia negara hukum tertuang dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang
meneyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Sebelumnya landasan
negara hukum Indonesia ditemukan dalam penjelasan umum UUD 1945 tentang sistem
pemerintahan negara, yaitu: (1). Indonesia adlah negara yang berdasr atashukum
(rechstaat). (2). Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Konsepsi negara
hukum Indonesia dapat dilihat juga di Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yakni
pada Bab XIV tentang perekonomian negara dan kesejahteraan sosial Pasal 33 dan 34
UUD 1945.
B. Kelebihan Buku
Di dalam buku ini penulis sangat banyak menyampaikan materi berdasar teori-teori hal
ini yang menjadi kelebihan dari buku ini.
C. Kekurangan Buku
Buku ini masih ada beberapa kata yang maknanya tidak ditampilkan sehingga sulit
dimengerti.
BAB VII
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa critical book merupakan
kegiatan mengkritisi buku untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku, baik dalam
sistematika penulisan, penggunaan bahasa, isi materi dan tampilan buku. Hal tersebut dilakukan
agar buku yang dikritik dapat direvisi agar menjadi buku yang lebih baik.
Buku Dimensi Pembelajaran PKN Di Era 21 Century karya Pak Irfan Dahnial ini sudah layak
untuk dibaca karena termasuk kedalam buku yang bagus. Meskipun demikian buku tersebut juga
memiliki beberapa kelemahan yang membuat buku ini menjadi kurang sempurna.
Secara Tampilan, buku tersebut terlihat menarik dan materi di dalamnya tersusun rapi dan
lengkap. Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami, meskipun ada beberapa kata yang tidak
disiratkan artinya.

Anda mungkin juga menyukai