Disusun oleh :
ROLAND BERNANDO
14401.19.045
i
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena atas rasmat – Nya maka
kami Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MANAJEMEN
NYERI PERSALINAN” dengan lancer, dan selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini berumuskan tentang latar belakang, tujuan, dan rumusan masalah yang juga
nantinya diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan untuk kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga mmakalah ini memberikan informasi kepada kita
semua, semoga Allah SWT selalu meridhoi segala urusan.
Daftar Isi
ii
Kata Pengantar.................................................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................2
B. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Persalinan................................................................................................................3
B. Sebab – Sebab Yang Menimbulkan Persalinan....................................................................4
C. Perubahan Faktor Reproduksi...............................................................................................5
D. Mekanisme Persalinan........................................................................................................12
E. Pimpinan Persalinan...........................................................................................................18
F. Adaptas Terhadap Persalinan.............................................................................................30
G. Definisi Nyeri.....................................................................................................................34
H. Teori Nyeri..........................................................................................................................36
I. Ciri – Ciri Nyeri dan Faktor – Faktor Pencetus..................................................................37
J. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri......................................................................37
K. Cara Mengatasi Nyeri.........................................................................................................38
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................72
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janinyang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasibelakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik padaibu maupun pada janin. Persalinan adalah saat
yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan kebahagiaan melihat dan
memeluk bayinya. Tetapi, persalinan juga disertai rasa nyeri yang membuat kebahagiaan
yangdidambakan diliputi oleh rasa takut dan cemas. Beberapa penelitianmenunjukkan
bahwa pada masyarakat primitif, persalinannya lebih lama dannyeri, sedangkan
masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%)
persalinan disertai rasa nyeri. Nyeri dalamkebidanan adalah sesuatu yang dikatakan oleh
pasien, kapan saja adanyanyeri tersebut. Nyeri adalah masalah yang alamiahdalam
menghadapipersalinan. Apabila tidak diatasi maka menimbulkan masalah lain
yaitumeningkatkan rasa khawatir (Wiknjosastro, 2002)
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan,baik secara
farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemennyeri secara farmakologi lebih efektif
dibanding dengan metodenonfarmakologi namun metode farmakologi lebih mahal, dan
berpotensi mempunyai efek yang kurang baik. Sedangkan metode nonfarmakologi
bersifat murah, simpel, efektif, dan tanpa efek yang merugikan.
Metode nonfarmakologi juga dapat meningkatkan kepuasan selamapersalinan
karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya.Relaksasi, teknik pernapasan,
pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, musik,
guided imagery, akupresur,aromaterapi merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang
dapatmeningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh yang efektif
terhadap pengalaman persalinan (Handerson., Jones.2006).
iv
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami tentang persalinan normal dan menejemen nyeri persalinan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang persalinan
b. Mahasiswa mampu mengetahui tentang sebab-sebab tentang persalinan
c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang tanda-tanda permulaas persalinan
d. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan system reproduksi
e. Mahasiswa mampu mengetahui Mekanisme persalinan
f. Mahasiswa mampu mengetahui definisi nyeri persalinan
g. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan nyeri persalinan
v
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membrane dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada system reproduksi
wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. Persalinan sendiri
dapat dibahas dalam bentuk mekanisme yang terjadi selama proses dan tahapan yang
dilalui wanita [ CITATION Bob \l 1033 ].
Pesalinan adalah suatu proes pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat
hidup di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan
(partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan
lahir biasa. very adalah momentum kelahiran janin sejak kala II (akhir kala I), [ CITATION
Rus98 \l 1033 ].
vi
Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.
Partus presipatatus adalah partus yang ditaksir, janin disebut mungkin di kamar
mandi, di atsa beca dan sebagainya.
Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvi.
vii
(1) Teori penurunan hormone : 1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan
kadar hormone estrogen dan progesteron. Progesterone bekerja sebagai penenang otot
– otot polos rahim akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
his bila kadar progesterone turun.
(2) Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar esterogen dan
progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
(3) Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemia otot – otot rahim, sehingga menggangu sirkulasi utero – plasenter.
(4) Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus
Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin,
akan timbul kontraksi uterus.
(5) Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis
dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser.
Amniotomi : pemecahan ketuban.
Oksitoksin drips : pemberian oksitoksin menurut teteasan per infuse.
Pada kehamilan pertama, rahim akan turun dan terdorong ke depan, yakni sekitar
dua minggu sebelum aterm, saat bagian presentasi janin (biasanya kepala) turun ke dalam
panggul sejati [ CITATION Bob \l 1033 ].
(1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
(2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
viii
(3) Perasaan sering – sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
(4) Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi – kontraksi lemah dari
uterus, kadang – kadang disebut “false labor pains”.
(5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur
darah (bloody show).
Seperti telah dikemukakan terdahulu, factor – factor yang berperan dalam persalinan
adalah :
Pada waktu partus akan terjadi perubahan – perubahan pada uterus, serviks,
vagina, dan dasar panggul.
Wanita mungkin mengeluh merasa nyeri yang menetap pada punggung bagian
bawah dan tekanan pada sakroiliaka akibat relaksasi sendi panggul. Kadang-kadang,
ix
wanita dapat mengalami kontraksi yang kuat, sering, tetapi tidak teratur (Braxton Hicks
di dalam [ CITATION Bob \l 1033 ]).
Menurut [ CITATION Bob \l 1033 ] terdapat dua fenomena lain yang sering terjadi pada
hari-hari sebelum persalinan ialah
1. Berat menurun 0,5 sampai 1,5 kg karena tubuh kehilangan air akibat perpindahan
elektrolit, yang merupakan hasil perubahan kadar esterogen dan progesterone
2. Suatu lonjakan energy. Wanita mengatakan tiba-tiba mereka memiliki energy tinggi
yang mereka gunakan untuk membersihkan rumah dan berbenah. Aktivitas ini sering
digambarkan sebagai “naluri bersarang” [ CITATION Bob \l 1033 ].
Awitan persalinan sejati tidak dapat disebabkan oleh suatu sebab saja. Banyak
factor penyebab lain, termasuk perubahan pada uterus, serviks, dan hipofisis anterior
wanita. Hormone-hormon yang dihasilkan hipotalamus, hipofisis, dan korteks adrenal
janin yang normal turut mempengaruhi awitan persalinan. Distensi uterus yang progresif,
peningkatan tekanan intrauterine, dan penuaan plasenta tampaknya berkaitan dengan
iritabilitas miometrium. Hal ini merupakan akibat peningkatan konsentrasi esterogen dan
prostaglandin serta penurunan kadar progesterone. Semua factor ini bekerja sama hingga
dihasilkan kontraksi uterus yang kuat, teratur, ritmik, yang biasanya berakhir dengan
dilahirkannya janin dan plasenta. Masih belum dimengerti sepenuhnya, perubahan mana
yang lebih dan bagaimana semua keseimbangan itu dapat terjaga.
Impuls saraf aferen dan eferen ked an dari uterus mempengaruhi kontraktilitas uterus.
Meskipun impuls saraf ke uterus akan menstimulasi kontraksi, uterus yang merupakan
organ tidak bersaraf ini masih berkontraksi dengan baik selama persalinan karena
x
oksitosin yang terkandung dalam darah yang bersirkulasi merupakan pengatur persalinan.
Oleh karena itu, wanita yang lumpuh masih dapat melahirkan pervaginam (Bobak,
2004).
Tahap Persalinan
Persalinan dianggap “normal” jika wanita berada pada atau dekat masa aterm,
tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin dengan presentasi puncak kepala, dan
persalinan selesai dalam 24 jam. Proses persalinan normal yang berlangsung sangat
konstan terdiri dari
Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi
kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Pada umumnya, awitan
persalinan sulit ditentukan. Wanita mungkin dating ke bangsal dalam keadaan hamper
melahirkan, sehingga awitan persalinan hanya dapat diperkirakan. Tahap pertama
biasanya berlangsung jauh lebih lama daripada waktu yang diperlukan untuk tahap kedua
dan ketiga. Akan tetapi, banyak variasi yang terjadi, tergantung pada factor-faktor
esensial seperti yang dibahas sebelumnya. Dilatasi lengkap dapat berlangsung kurang
dari satu jam pada sebagian kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi
seviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam.
Menurut [ CITATION Bob \l 1033 ], Tahap pertama persalinan dibagi dalam tiga bagian
:
1. Fase laten,
2. Fase aktif
3. Fase transisi
xi
Selama fase laten, effacement lebih banyak mengalami kemajuan daripada penurunan
janin. Selama fase aktif dan fase transisi, dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi
berlangsung lebih cepat. Tidak ada batasan mutlak untuk lama tahap pertama persalinan
hingga dapat dikatakan normal (Willson, Carrington, 1991). Variasi durasi pada tahap
pertama mencerminkan perbedaan dalam hal populasi klien dan praktik klinis. Rata-rata
durasi total tahap pertama persalinan pada kehamilan pertama berkisar dari 3,3 jam
sampai 19,7 jam. Pada kehamilan berikutnya ialah 0,1 sampai 14,3 jam [ CITATION Bob \l
1033 ].
Tahap kedua persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir.
Friedman (1978) member batas atas statistic untuk tahap pertama dan tahap kedua
persalinan.
Nulipara Multipara
Tahap
pertama
Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Plasenta
biasanya lepas setelah tiga atau empat kontraksi uterus yang kuat, yakni setelah bayi
lahir. Plasenta harus dilahirkan pada kontraksi uterus berikutnya. Namun, kelahiran
plasenta setelah 45 sampai 60 menit masih dianggap normal [ CITATION Bob \l 1033 ].
xii
Tahap keempat persalinan ditetapkan berlangsung kira - kira dua jam setelah plasenta
lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis
berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan periode yang penting untuk memantau
adanya komplikasi, misalnya perdarahan abnormal [ CITATION Bob \l 1033 ].
Salah satu dari beberapa hal yang paling penting dicemaskan oleh ibu hamil dan
pasangannya selama kehamilan adalah bagaimana mereka tahu bahwa persalinan telah
dimulai. Untuk ini akan membantu bila anda megetahui bahwa persalinan tidak
mempunyai titik awal yang pasti. Anda tidak hamil di menit ini dan lahir di menit
berikutnya, seakan – akan anda hanya beralih dari satu keadaan fisik ke keadaan fisik
lainnya yang sama sekali berbeda. Pada tahap awal persalinan, laher rahim atau serviks
mengalami perubahan selama beberapa hari. Dari bentuknya yang panjang dan kaku
seperti ujung hidung, menjadi lebih pendek dan lunak sehingga mirip tekstur bibir. Anda
mungkin tidak menyadari sedang terjadi sesuatu. Atau anda merasakan nyeri seperti nyeri
menstruasi selama beberapa hari ketika persalinan dimulai. Pada akhirnya anda akan
merasakan dengan jelas bahwa bayi sedang keluar; terjadi pelepasan sumbat lendir yang
selama ini menutup leher rahim, atau air ketuban mulai keluar, atau kontraksi mulai
terasa [ CITATION Mar04 \l 1033 ].
xiii
berwarna agak merah muda karena khususnya jika ini persalinan pertama.
mengandung sedikit darah. Ajukan pertanyaan di bawah ini
kepada diri sendiri dan hubungi bidan
YANG TIDAK NORMAL jika anda tidak yakin apa yang harus
Seharusnya keluarannya tidak mengandung anda lakukan.
banyak darah seperti menstruasi. Jika anda
mengalmi perdarahan, hubungi bidan, TANYAKAN PADA DIRI
dokter atau rumah sakit terdekat. SENDIRI :
1. Kapan kontraksi di mulai ?
Ketuban anda sudah pecah 2. Seberapa lama kontraksi
Hubungi bidan yang akan membantu anda berlangsung sekarang ini ?
melahirkan di rumah, atau rumah sakit jika 3. Seberapa sering ?
anda melahirkan di sana, dan mintalah 4. Seberapa nyeri ?
sarannya. Beberapa pertanyaan akan (sulit untuk dijawab. Tetapi
diajukan kepada anda : tanyakan pada diri sendiri apakah
1. Menurut dugaan anda, kapan anda masih bisa bicara atau
ketuban pecah ? bekerja ketika anda megalaminya,
2. Apakah air ketuban mengalir dengan atau apakah anda harus berhenti
deras atau anda sekedar melihat dan menyandar serta
pakaian dalam anda basah ? berkonsentrasi pada pernapasan).
3. Apakah warna cairan yang keluar ? 5. Apakah saya dapat meghadapi
4. Bagaiman baunjya ? sendii atau lebih senang bila
5. Apakah anda sudah mengalami ditemani pendukung kelahiran?
pengeluaran lendir ? 6. Apakah saya lebih memilih untuk
6. Apakah anda mengalami kontraksi ? didampingi oleh bidan ?
xiv
kehijauan atau berbau tidak enak. Jika
berlumpur, berarti bayi anda sudah buang DOMINO, atau pergilah ke rumah
air besar di dalam rahim, yang sering kali sakit tempat anda melahirkan,
menandakan bahwa ia mengalami distress setelah anda memberitahukan
(meskipun tidak selalu) dan perlu segera kedatanagn anda ke pihak rumah
dilahirkan. sakit.
D. Mekanisme Persalinan
Bentuk dan diameter panggul wanita berbeda pada ketinggian yang berbeda dan
bagian presentasi janin menempati jalan lahir dalam proporsi yang besar. Supaya dapat
dilahirkan, janin harus beradaptasi dengan jalan lahir selama proses penurunan. Putaran
dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran manusia disebut mekanisme
persalinan. Tujuh gerakan cardinal presentasi puncak kepala pada mekanisme persalinan
ialah engagement, penurunan, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, putaran paksi luar
(restitusi), dan akhirnya kelahiran melalui ekspulsi. Meskipun fase-fase ini dibahas secara
terpisah, tetapi kombinasi gerakan-gerakan ini terjadi bersamaan. Contohnya engagement
meliputi penurunan dan fleksi [ CITATION Bob \l 1033 ].
I. KALA PERSALINAN
Proses persalinan menurut [ CITATION Rus98 \l 1033 ] terdiri dari 4 kala, yaitu :
Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap
10 cm.
Kala II : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran urin.
Kala IV : mulai lahirnya uri selama 1 – 2 jam.
xv
In Partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks
mendatar dan terbuka.
Primi Multi
xvi
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat cepat, dan lebih
lama, kira – kira 2 -3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot – otot dasar panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada
rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah
kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1 ½ - 2 jam,
pada multi ½ - 1 jam.
4. Kala IV
xvii
Lamanya persalinan pada primi dan mulai adalah :
Primi Multi
xviii
Mekanisme Persalinan pada prsentasi oksipitoanterior kiri menurut [ CITATION Bob
\l 1033 ] terdiri dari 6 yaitu :
1. Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Kepala
dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul. Pada
kebanyakan wanita nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai
karena otot-otot abdomen masih tegang, sehingga bagian presentasi terdorong
ke dalam panggul. Pada wanita multipara yang otot-otot abdomennya lebih
kendur kepala seringkali tetap dapat digerakkan di atas permukaan panggul
sampai persalinan dimulai.
Penurunan
Efek ketiga kekuatan itu dimodifikasi oleh ukuran dan bentuk bidang panggul
inu dan kapasitas kepala janin untuk bermolase [ CITATION Bob \l 1033 ].
2. Fleksi
xix
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau
dasar penggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke
arah dada janin. Dengan fleksi, sukoksipitobregmatika yang berdiameter lebih
kecil (9,5cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul [ CITATION Bob \l
1033 ].
4. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi kea rah anterior
oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis,
kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi: pertama-tama oksiput,
kemudian wajah, dan terakhir dagu[ CITATION Bob \l 1033 ].
xx
derajat membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan bahunya.
Dengan demikian, kepala dapat terlihat berputar lebih lanjut. Putaran paksi
luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan yang mirip dengan
gerakan kepala. Seperti telah diketahui, bahu anterior turun terlebih dahulu.
Ketika ia mencapai pintu bawah, bahu berputar kea rah garis tengah dan
dilahirkan di bawah lengkung pubis. Bahu posterior diarahkan kea rah
perineum sampai ia bebas keluar dari introitus vagina[ CITATION Bob \l 1033 ].
6. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan
badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kea rah simfisis pubis.
Ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai. Ini merupakan akhir
tahap kedua persalinan dan waktu saat tubuh bayi keluar seluruhnya, dicatat
dalam catatan medis [ CITATION Bob \l 1033 ].
E. Pimpinan Persalinan
Pertanyaan yang sering diajukan pada ibu hamil adalah bolehkah bersalin di
rumah atau harus di rumah sakit ? walaupun 85 % persalinan berjalan normal. Namun 15
% nya dijumpai komplikasi yang memerlukan penanganan khusus. Antenatal care yang
baik dapat mencegah komplikasi – komplikasi dan mencoba menjawab pertanyaan di
atas. Masalah di Negara berkembang adalah tentang fasilitas rumah sakit, ketenagaan,
sosio – budaya dan sosio – medis masih memegang peranan, dibandingkan dengan
negara – negara maju[ CITATION Rus98 \l 1033 ].
xxi
Negara Persalinan di Rumah Sakit Persalinan di Rumah
0,0% 100,0 %
Menurut [ CITATION Rus98 \l 1033 ] untuk Negara – negara berkembang seperti Indonesia,
yang dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit ialah :
xxii
Ibu – ibu dengan resiko tinggi lainnya
Posisi litotomi : adalah posisi yang umum di mana wanita berbaring terlentang
dengan lutut di tekuk, kedua paha diangkat ke samping kanan dan kiri.
Posisi duduk (squading positon) : sekarang posisi bersalin duduk telah
dikembangkan di Negara – Negara Amerika Latin. Untuk itu di buat meja bersalin
khusus di mana wanita dapat duduk sambil melahirkan.
Cara berbaring :
o Menurut Walcher : di tepi tempat tidur
o Menurut Tjeenk – Wilink : memakai bantal
o Menurut Jonges : untuk melebarkan pintu bawah panggul
o Menurut posisi Sims : posisi miring
Seperti telah dibicarakan di atas, pemeriksaan wanita hamil meliputi pemeriksaan seluruh
tubuh, begitu pula pemeriksaan wanita yang akan melahirkan, yaitu :
xxiii
Pemeriksaan urin : protein dan gula
Pemeriksaan darah : Hb, golongan darah
(5) Persiapan bagi ibu :
Bersihkan dan cukur daerah genitalia eksterna
Ibu hamil di suruh kencing atau lakukan keteterisasi guna mengosongkan
kandung kencing
Klisma supaya rectum kosong
Pakaian diganti dengan yang longgar
(6) Persiapan semua alat – alat untuk persalinan biasa :
Beberapa pasang sarung tangan steril
Gunting siebold, gunting tali pusat
Beberapa klem tali pusat dan klem lainnya
Benang atau plastic klem untuk talipusat
Alat pengisap lendir bayi
Jodium tintur dengan kapas lidinya
Alat – alat untuk penjahit luka
Obat – obatan dan jarum suntiknya
Kain kasa steril dan sebagainya
Kala I
Pekerjaan penolong (dokter, bidan, penolong lainnya) dalam kala I adalah mengawasi
wanita in – partu sebaik –baiknya serta menanamkan semangat diri kepada wanita ini
bahwa proses persalinan adalah fisiologis. Tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada
penolong.
Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila
ketuban belum pecah, wanita in – partu boleh duduk atau berjalan. Bila berbaring,
sebaiknya kesisi dimana punggung berada. Ketika ketuban sudah pecah dilarang jalan;
harus berbaring.periksa dalam pervaginaan dilarang, kecuali ada indikas, karena setiap
xxiv
pemeriksaan akan membawa infeksi, apabila bila dilakukan tanpa memperhatikan
sterilitas (asepsis). Pada kala pembukaan dilarang mengedan, karena belum waktunya
dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya kala I berakhir apabila pembukaan
sudah lengkap sampai 10 cm.
Kala II
Pada permulaan kala II umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul.
Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Bila belum pecah, harus
dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbullah his mengedan.
Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan.
1. Letakkan berbaring merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas
siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut di katup.
2. Dengan sikap seperti di atas, tetapi badan miring kearah punggung janin berada dan
hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas.
Bila kepala janin sampai di dasar pinggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu); rambut
kepala kelihatan. Tiap his kepala lebih maju, anus terbuka, perineum meregang. Penolong
harus menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril,
supaya tidak terjadi robekan (rupture perinea). Pada primigravida dianjurkan melakukan
episotomi.
Episiotomy
Dilakukan bila perineum sudah menipis dan kepala janin tidak masuk lagi dalam vagina,
yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perineum ; ada 3 arah irisan : medialis,
medio – lateralis, dan lateralis. Tujuan episiotomy adalah supaya tidak terjadi robekan
perineum yang tidak teratur dan robekan pada m. spinhincter ani (rupture perinea totalis)
yang bila tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan beser berak
(inkontinensia alvi).
xxv
Ekspresi Kristeller
Mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan ; tujuannya membantu tenaga ibu untuk
melahirkan kepala. Cara ini kurang dibenarkan, jika mau dilakukan juga hanya boleh 2 –
3 kali saja. Bahayanya adalah : rupture uteri, atonia uteri, trauma organ – organ dalam
perut, dan solusio plasenta[ CITATION Rus98 \l 1033 ].
Perasat Ritgen
Bila perineum meregang dan menipis, maka tangan kiri penolong menekan bagian
belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perineum. Dengan ujung – ujung jari
tangan kanan yang melalui kulit perineum dicoba mengait dagu janin dan ditekan kea rah
simfisis pelan – pelan. Dengan pimpinan yang baik dan sabar, maka lahirlah kepala
dengan ubun – ubun kecil (subbocciput) di bawah simfisis sebagai hipomochlion secara
berturut – turut kelihatan ; bregma (ubun – ubun besar), dahi, muka dan dagu. Perhatikan
apakah tali pusat melilit, kalau ada, lepaskan. Kepala akan mengadakan putaran restitsi
kea rah punggung janin berada. Lahirkanlah bahu depan dengan menarik kepala kearah
anus (bawah); lalu bahu belakang dengan menarik pelan – pelan kea rah simfisis (atas).
Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah, yaitu dengan mengait kedua ketiak
janin[ CITATION Rus98 \l 1033 ].
Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menarik napas dan menangis,
menggerakkan tangan dan kakinya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah. Kira –
kira membuat sudut 30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan, dan
lendir diisap dengan pengisap lendir. Tali pusat di klem pada 2 tempat; 5 – 10 cm di
umbilicus, lalu di gunting / di potong diantaranya. Ujung pada bayi diikat kuat dengan
pita atau benang atau klem plastic sehingga tidak ada perdarahan. Akhirnya bayi diurus
sebaik – baiknya[ CITATION Rus98 \l 1033 ].
Lakukanlan pemeriksaan ulang pada ibu ; kontraksi atau palpasi rahim, kandung kemih
penuh atau tidak. Kalau penuh harus dikosongkan, sebab dapat menghalangi kontraksi
rahim dan menyulitkan kelahiran uri[ CITATION Rus98 \l 1033 ].
xxvi
Kala III
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran uri ini cukup penting, karena kelalaian
dapat menyebabkan risiko perdarahan yang dapat membawa kematian. Kala ini
berlangsung mulai dari bayi lahir sampai uri keluar lengkap. Biasanya uri akan lahir
spontan dalam 15 – 30 menit, dapat ditunggu sampai 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu
bila terjadi banyak perdarahan[ CITATION Rus98 \l 1033 ].
Kontraksi rahim akan mengurangi area uri, karena rahim bertambah kecil dan dindingnya
bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi – kontraksi tadi menyebabkan bagian
yang longgar dan lemah dari uri pada dinding rahim; bagian ini akan terlepas, mula –
mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Kadang –
kadang ada sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim[ CITATION Rus98 \l
1033 ].
Proses penglepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah di
belakang uri akan membantu penglepasan uri ini. Bila penglepasan sudah komplit, maka
kontraksi rahim mendorong uri yang sudah lepas ke SBR, lalu ke vagina dan
dilahirkan[ CITATION Rus98 \l 1033 ].
xxvii
Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian sewaktu
keluarnya uri. Di tempat tempat yang lepas terjado perdarahan antara uri dan desidu
basalis, disebut retroplasenter hematoma[ CITATION Rus98 \l 1033 ].
Jadi jelaslah, bahwa setelah anak lahir tugas kita belum selesai, masih ada satu hal berat
yang masih dapat mengancam jiwa ibu, yaitu pimpinan kala III dan pengawasan kala IV.
SCHULTZE
Lepasnya seperti kita menutup paying, cara ini yang paling sering terjadi (80%).
Yang lepas duluan adalah bagian temgah, lalu terjadi retroplasental hematoma
yang menolak uri mula – mula di bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut
cairan ini, perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri
lahir.
DUNCAN
Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggirnya uri lahir duluan (20 %). Darah
akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
Serempak dari tengan dan pinggir plasenta.
Untuk mengetahui cara lepasnya uri ini dapat diselidiki dengan dua cara :
(1) Memasukkan zat kontras ke dalam uri melalui pembuluh darah tali pusat, lalu
di buat gambar rontgen.
(2) Secra klinis, meneliti sewaktu uri lahir melalui vagina dan vulva.
xxviii
Perasat – perasat untuk Mengetahui Lepasnya Uri
KUSTNER
o Dengna meletkkan tangan disertai tekanan pada/di atas simfisis; tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk ….. belum lepas; diam atau maju …..
sudah lepas.
KLEIN
o Sewaktu ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali …. Belum
lepas. Diam atau turun …. Lepas.
STRASSMAN
o Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar…. belum
lepas, tak bergetar ….. sudah lepas.
o Rahim menonjol diatas simfisis.
o Tali pusat bertambah panjang
o Rahim bundar dan keras
o Keluar darah secara tiba – tiba
Normalnya, penglepasan uri ini berkisar ¼ – ½ jam sesudah anak lahir, namun
kita dapat menunggu paling lama sampai 1 jam. Tetapi bila terjadi banyak
perdarahan atau bila pada persalinan – persalinan yang ada riwayat perdarahan
post partum, mka tak boleh menunggu, sebaiknya plasenta langsung plasenta
dikeluarkan dengan tangan. Juga kalau perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau
satu niebekken, sebaiknya uri langsung dikeluarkan secara manual dan diberikan
uterus tonika.
Segera sesudah lahir, anak diurus dan tali pusat di klem. Biasanya, rahim yang telah
menyelesaikan tugas berat mengeluargkan anak, akan beristirahat beberapa menit.
Dalam masa ini tugas kita adalah :
xxix
o Memeriksa keadaan vital ibu : tensi, nadi, dan pernapasan.
Mengawasi perdarahan
Mencari tanda – tanda penglepasan uri, kalau sudah lepas segera melahirkannya.
Kalau tidak ada perdarahan dan konsitensi uterus baik (keras); kita hanya
menunggu dan mengawasi; jangan buru – buru melahirkan uri. Bila rahim
memerlukan stimulasi setelah beberapa menit, lakukan message pelan – pelan.
Bila kita sabar menunggu, niasanya uri akan lahir spontan, dan bila sudah ada
tanda – tanda lepasnya uri, plasenta segera dilahirkan dengan :
o Menyuruh ibu mengedan
o Memberi tekanan pada fundus uteri
Dorong pada fundus hanya boleh dikerjakan pada rahim yang kontraksinya baik, sebab
pada rahim yang lembek dapat menimbulkan inversio uteri. Jangan mendorong sampai
serviks melewati introitus vagine, karena terancam akan bahaya infeksi.
Metode CREDE
(1) Empat jari pada dinding rahim belakang, ibu jari di fundus depan tengah.
(2) Lalu pijat rahim dan sedikit dorong kebawah, tapi jangan terlalu kuat, seperti
memeras jeruk.
(3) Lakukan sewaktu sudah his.
(4) Jangan tarik tali pusat, kaena dapat terjadi inversion uteri.
Selaput janin biasanya lahir dengan mudah, namun kadang – kadang masih ada yang
tertinggal, ini dapat dikeluarkan dengan jalan :
xxx
Menrik pelan – pelan
Memutar atau memilinnya seperti tali
Memutar pada klem
Manual atau digital
Uri dan selaput ketuban harus diperksa sebaik – baiknya setelah dilahirkan apakah
lengkap atau tidak lengkap. Yang diperiksa yaitu :
Kalau tidak lengkap disebut ada sisa uri, dapat menyebabkan perdarahan yang banya dan
infeksi.
KALA IV
Darah yang keluar harus ditakar sebaik – baiknya. Kehilangan darah pada persalinan
biasa disebabkan oleh luka pada penglepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum.
Rata – rata dalam batas normal, jumlah perdarahan adalah 250 cc, biasanya 100 – 300 cc.
bila pedarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap abnormal; harus dicari sebab –
sebabnya. Penting diingat; jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan
urin lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang dan
perhatikanlah 7 pokok penting berikut :
(1) Kontraksi rahim : baik atau tidak dapat diketahui dengan palpasi. Bila perlu
dilakukanlah message dan berikan uterus tonika : methergen, ermetrin dan pitosin.
(2) Perdarahan : ada atu tidak, banyak atau biasa.
(3) Kandung kencing : harus kosong, kalau penuh ibu disuruh kencing dan kalau tidak
bisa lakukan kateter.
(4) Luka – luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
(5) Uri dan selaput harus lengkap
xxxi
(6) Keadaan umum ibu : tensi, nadi, pernapasan, rasa sakit
(7) Bayi dalam keadaan baik
Repture perinel
Definisi
Robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Episiotomi adalah rupture
perinea yang artifisialis [ CITATION Bob \l 1033 ].
Partus presipitatus
Kepala janin besar dan janin besar
Pada presentasi defleksi (dahi, muka)
Pada primigravida (para)
Pada letak sungsung dan after coming head
Pimpinan persalinan yang salah
Pada obstetric pervaginam : ekstrasi vakum, ekstrasi forsep, versi dan ekstraksi, serta
embriotomi.
Kalau luka – luka ini tidak dijahit dengan baik, maka akan menyebabkan lapangnya
perineum dan pada ruptura perinei kompleks dapat terjadi beser berak (inkontenensia
alvi). Secara estetis kemaluan menjadi kurang baik[ CITATION Bob \l 1033 ].
xxxii
Penanganan
Untuk mencegah luka yang jelek dan pinggir luka yang tidak rata dan kurang bersih,
pada beberapa keadaan dilakukan episiotomy: dan pada keadaan lain dengan
pimpinan persalinan yang baik.
Bila dijumpai robekan perineum, lakukan penjahitan luka dengan baik lapis demi
lapis : perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina (dead
space) yang biasanya dapat dimasuki bekuan – bekuan darah yang akan
menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.
Berikan antibiotic yang cukup
Pada luka perineum lama (old perineal tear), lakukan perineoplastik dengan membuat
luka baru dan menjahitnya kembali sebaik – baiknya.
Ibu dan janin harus beradaptasi secara anatomis dan fisiologis selama proses persalinan.
Pengkajian ibu dan janin yang akurat membutuhkan pengetahuan tentang adaptasi yang
diharapkan terjadi[ CITATION Bob \l 1033 ].
Menurut [ CITATION Bob \l 1033 ] adaptasi ada 2 yaitu:
1. Adaptasi Janin
Adaptasi anatomis yang harus dialami janin untuk melalui jalan lahir telah dibahas.
Beberapa adaptasi fisiologis yang penting juga harus terjadi. Perawat harus
mengetahui perubahan-perubahan yang akan terjadi terkait dengan denyut jantung
janin, sirkulasi janin, gerakan napas, dan perilaku lain (Bobak, 2004).
a. Denyut Jantung Janin
Pemantauan denyut jantung janin (DJJ) memberi informasi yang dapt
dipercaya dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang
berkaitan dengan oksigenasi. Stress pada unit uteroplasenta akan tercermin
dalam pola DJJ yang khas. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki
pengetahuan dasar tentang factor-faktor yang terlibat dalam oksigenasi janin
dan tentang respon janin yang menunjukkan oksigenasi janin yang adekuat.
xxxiii
DJJ rata-rata pada aterm ialah 140 denyut/menit. Batas normalnya ialah 110
sampai 160 denyut/menit. Pada kehamilan yang lebih muda, DJJ lebih tinggi
dengan nilai rata-rata sekitar 160 denyut / menit pada usia gestasi 20 minggu.
Laju denyut akan menurun secara progresif dengan semakin matangnya janin
saat mencapai aterm. Akan tetapi, percepatan sementara dan deselarasi DJJ
yang sedikit dini dapat terjadi sebagai respon terhadap gerakan janin yang
spontan, periksa dalam, tekanan fundus, kontraksi uterus, dan palpasi
abdomen.
b. Sirkulasi Janin
Sirkulasi janin dapat dipengaruhi oleh banyak factor. Diantaranya ialah posisi
ibu, kontraksi uterus, tekanan darah, dan aliran darah tali pusat. Kontraksi
uterus selama persalinan cenderung mengurangi sirkulasi melalui arterifol
spiralis, sehingga mengurangi perfusi melalui ruang intervilosa. Kebanyakan
janin sehat mampu mengompensasi stress ini. Biasanya aliran darah tali pusat
tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin.
c. Pernapasan dan Perilaku Janin
Perubahan-perubahan tertentu menstimulasi kemoresptor pada aorta dan
badan carotid guna mempersiapkan janin untuk memulai pernapasan setelah
lahir. Perubahan-perubahan ini meliputi hal-hal berikut :
7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru (selama
persalinan pervaginam).
Tekanan oksigen (Po2) janin menurun.
Tekanan karbon dioksida (Pco2) arteri meningkat
pH arteri menurun.
Gerakan janin masih sama seperti pada masa hamil, tetapi menurun setelah
ketuban pecah.
2. Adaptasi Ibu
Pemahaman yang mendalam tentang adaptasi Ibu selama masa hamil akan membantu
perawat mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan wanita selama bersalinan.
Perubahan lebih lanjut terjadi seiring kemajuan tahapan persalinan wanita itu.
xxxiv
Berbagai system tubuh beradaptasi terhadap proses persalinan, menimbulkan gejala,
baik yang bersifat obyektif maupun subyektif.
a. Perubahan Kardiovaskuler
Perawat dapat berharap akan menemukan beberapa perubahan pada system
kardiovaskuler wanita selama bersalinan. Pada setiap kontraksi, 400 ml darah
dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam system vaskuler ibu. Hal ini akan
meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama
persalinan dan sekitar 3% sampai 50% pada tahap kedua persalinan.
Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah. Ada beberapa factor yang
mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah, yang menurun pada arteri uterus
akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer. Timbul tahanan
perifer, tekanan darah meningkat, dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada
tahap pertama persalinan, kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik
sampaisekitar 10 mmHg. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah diantara
kontraksi memberi data yang lebih akurat. Pada tahap kedua, kontraksi dapat
meningkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan tekanan diastolic sampai 25
mmHg. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolic akan tetap sedikit
meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memang memiliki risiko hipertensi
kini risikonya meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak.
Wanita harus diberi tahu bahwa ia tidak boleh melakukan maneuver valsalva
(menahan napas dan menegangkan otot abdomen) untuk mendorong selama tahap
kedua. Aktivitas ini menigkatkan tekanan intratoraks, mengurangi aliran balik
vena, dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan tekanan darah
meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama wanita melakukan
maneuver valsalva, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat
wanita menarik napas.
Hipotensi supine terjadi saat vena kava asenden dan aorta desenden tertekan. Ibu
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine, jika pembesaran
uterus berlebihan akibat kehamilan kembar, hidramnion, obesitas, atau dehidrasi
xxxv
dan hipovelemia. Selain itu, rasa cemas dan nyeri serta penggunaan analgesic dan
anestetik dapat menyebabkan hipotensi.
Sel darah putih (SDP) menigkat, sering kali sampai > 25.000/mm3. Meskipun
mekanisme yang menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat masih belum
diketahui., tetapi diduga hal itu terjadi akibat stress fisik atau emosi atau trauma
jaringan. Persalinan sangat melelahkan. Melakukan latihan fisik saja dapat
meningkatkan jumlah sel darah putih.
b. Perubaha pernapasan
Sistem pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan
pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasn. Hiperventilasi
dapat mnyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan
hipokapnea (karbondioksida menurun). Pada tahap kedua persalinan, jika wanita
tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengonsumsi oksigen hamper dua kali
lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.
c. Perubahan pada Ginjal
Pada trimester kedua, kendung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi,
kandung kemih dapat teraba di atas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita
dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alas an
edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan
rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons
rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
d. Perubahan Integumen
Adaptasi system integument jelas terlihat khususnya pada datya distensibilitas
daerah introitus vagina (muatra vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda
pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang, namun dapat terjadi
xxxvi
robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak
dilakukan episiotomy atau tidak terjadi laserasi.
e. Perubahan Muskuloskeletal
System musculoskeletal mengalami stress selama persalinan. Diaphoresis,
keletihan, proteinuria (+1), dan kemungkinan penigkatan suhu menyertai
peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak
berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi
pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari
kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
f. Perubahan Neurologi
System neurologi menunjukkan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman
selama persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita masuk ke tahap pertama
persalinan dan saat masuk ke setiap tahap berikutnya. Mula-mula ia mungkin
merasa euphoria. Euphoria membuat wanita menjadi serius kemudian mengalami
amnesia di antara traksi selama tahap kedua. Akhirnya, wanita merasa sangat
senang atau merasa letih setelah melahirkan. Endorphin endogen (senyawa mirip
morfin yang diproduksi tubuh secara alami) meningkatkan ambang nyeri dan
menimbulkan sedasi. Selain itu, anesthesia fisiologi jaringan perineum, yang
ditimbulkan teanan bagian presentasi, menurunkan persepsi nyeri.
g. Perubahan Pencernaan
Persalinan mempengaruhi system saluran cerna wanita. Bibir dan mulut dapat
menjadi kering akibat wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai
respon emosi terhadap persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi
saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita
seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah
bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respon reflex terhadap dilatasi
serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan. Perawat dapat
meraba tinja yang keras atau tertahan pada rectum[ CITATION Bob \l 1033 ].
h. Perubahan Endokrin
System endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan
oleh penurunan kadar progesterone dan peningkatan kadar esterogen,
xxxvii
prostaglandin, dan oksitosin. Metabolism meningkat dan kadar glukosa darah
dapat menurun akibat proses persalinan [ CITATION Bob \l 1033 ].
G. Definisi Nyeri
Menurut [ CITATION Jud12 \l 1033 ] Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan
emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jarinagn yang actual atau
potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the
Study of Pain); awitan yang tiba – tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang
dari enam bulan.
Menurut [ CITATION Jud12 \l 1033 ] Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dari
emosi yang tidak menyenangkan, akibat kerusakan jaringan actual dan potensial atau
digambarkan dengan istilah kerusakan ( International Association for the Study of Pain );
awitan yang tiba – tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya lebih dari enam bulan.
xxxviii
Nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif, berbeda antara satu orang dengan
orang lain dan dapat juga berbeda pada orang yang sama diwaktu berbeda. Definisi klien
tentang nyeri adalah apapun yang dikatakan klien tentang nyeri yang dirasakannya, ada
kapanpun klien mengatakan keberadaanya. Sangat penting bagi perawat untuk
mengadopsi definisi klien mengenai nyeri dan mempercayai apa yang klien katakan.
Perawat cenderung mempercayai klien hanya jika mereka mengetahui bentuk fisik
penyebab rasa nyeri tersebut (McCaffery et al., 1989). Hal ini menghalangi pemahaman
subjektifitas pengalaman nyeri. Sebagai contoh, bila seorang wanita dalam persalinan
mengeluhkan rasa nyeri yang hebat, harus dipercayai, walaupun jika tidak terlihat
penyebab fisik untuk nyeri persalinan tersebut. Kecenderungan untuk menilai
ketidaknyamanan wanita berdasarkan hasil pemantauan elektronik harus dihindari. Klien
juja dapat mengomunikasikan rasa nyerinya melalui cara nonverbal. Pada beberapa klien,
peningkatan bermakna dalam kecepatan dan kedalaman pernapasan dapat menjadi
peringatan bagi perawat untuk menilai intensitas ketidaknyamanan[ CITATION Ree11 \l
1033 ].
H. Teori Nyeri
Nyeri merupakan fenomena misterius dan kompleks dengan mekanisme mendasar yang
telah dapat di jelaskan secara tuntas. Meskipun terdapat beberapa teori mengenai nyeri,
teori awal Melzack et al. (1965 ) merupakan teori klasik yang dapat diterima. Teori ini
dan peran endorphin dalam teori nyeri didiskusikan dibawah ini.
1. Kontribusi Melzack
Mungkin kontribusi terpenting dalam teori melzack adalah kemungkinan yang
ditawarkannya mengenai individualitas pengalaman nyeri. Sebuah kesimpulan telah
jelas selama beberapa tahun: ketika membandingkan stimulus yang diberikan pada
beberapa orang, satu orang mungkin mengalami nyeri yang intens, yang lain
mengalami nyeri sedang, sedang yang lainnya lagi tidak mengalami nyeri sama
sekali. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme nyeri melibatkan sejumlah factor
xxxix
yang menentukan eksistensi nyeri dan mempengaruhi sifat pengalaman nyeri. Factor
ini tidak hanya meliputi stimulasi serabut nyeri, tetapi juga stimulasi kutaneus, input
sensori, pikiran dan perasaan yang lain.
2. Endorphin
Pada tahun 1975, telah ditemukan substansi seperti opiate yang terbentuk
secara alami didalam tubuh. Substansi tersebut disebut endorphin. Saat ini beberapa
endorphin telah di isolasi, tetapi masih banyak endorphin lain yang belum di isolasi.
Peran endorphin dalam menyebabkan dan meredakan nyeri belum dapat di
klasifikasi.
xl
nyeri dengan menempel kebagian reseptor opiate pada saraf otak dan sumsum tulang
belakang (Pittman et. al., 1980) di dalam buku[ CITATION Ree11 \l 1033 ].
Kadar endorphin berbeda antara satu orang dengan orang lain, hal ini
menjelaskan mengapa sebagian orang merasa lebih nyeri disbanding orang lain.
Individu yang memiliki kadar endorphin tinggi lebih sedikit mengalami nyeri.
Demikian juga, misalnya, individu yang memiliki kadar endorphin rendah sebelum
pembedahan memerlukan analgesia yang lebih banyak setelah operasi dibandingkan
individu yang memiliki kadar endorphin yang lebih tinggi. Perbedaan kadar
endorphin dapat diwariskan, yang dapat menjelaskan perbedaan sensitifitas nyerinya
ditemukan diantara sekelompok manusia (Terenius, 1981) di dalam buku [ CITATION
Ree11 \l 1033 ].
xli
masase (pijatan), dapat meningkatkan endorphin, yang pada akhirnya dapat
meredakan rasa nyeri (West, 1981). Beberapa orang berspekulasi bahwa akupresure
dapat mengurangi nyeri dengan melepaskan endorphin, tetapi tidak ada penelitian
yang dapat mendukung hipotesis ini[ CITATION Ree11 \l 1033 ].
Dalam mengkaji nyeri perawat perlu memastikan lokasi nyeri secar jelas meliputi
dimana nyeri itu dirasakan, misalnya nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah. Untuk
lebih memperjelas dapat pula digunakan istilah – istilah seperti proksimal, distal, medial,
dan lateral[ CITATION Rob96 \l 1033 ].
Menurut [ CITATION Rob96 \l 1033 ] Intensitas nyeri dinyatakan dengan nyeri
ringan, sedang, berat, atau sangat nyeri. Waktu dan durasi dinyatakan dengan sejak kapan
nyeri dirasakan, berapa lama terasa, apakah nyeri berulang, bila nyeri berulang maka
dalam selang waktu berapa akhir. Kualitas nyeri dinyatakan sesuai dengan pa yang
diutarakan pasien misalnya nyeri seperti “dipukul – pukul”, nyeri seperti “diiris – iris
pisau”, dll. Perilaku nonverbal pada pasien yang mengalami nyeri dapat diamati oleh
perawat, misalnya ekspresi wajah kesakitan, gigi mencengkram, memejamkan mata rapat
– rapat, menggigit bibir bawah, dll.
Menurut Jean A. Bachman di dalam buku [ CITATION Bob \l 1033 ] , Wanita hamil
sering khawair tentang rasa nyeri yang akan mereka alami saat melahirkan dan
bagaimana mereka akan bereaksi untuk mengatasi nyeri tersebut. Intervensi yang dapat
dilakukan meliputi beraneka ragam metode persiapan persalinan yang membantu ibu atau
pasangan mengatasi rasa tidak nyaman dalam persalinan. Intervensi yang dipilih
tergantung pada keadaan dan pilihan, baik ibu itu maupun tenaga kesehatan yang
merawatnya.
xlii
Nyeri persalinan menjadi lebih ringan sering dengan makin sering dan efektifnya
pengendalian nyeri interventif sehingga ikatan ikatan antara persalinan dan nyeri masih
kuat. Anggapan yang tetap ada mengenai tak terelekannya nyeri persalinan, bahkan jika
hal itu hanya sebagai konsep yang hadir untuk memengaruhi ibu agar memikirkan
metode pengendalian nyeri yang ia inginkan sebelum melihat persalinan sebagai
perjalanan yang berlanjut (Halldorsdottir 7 karlsdottin, 1996) saat wanita menganggap
persalinan sebagai komponen utama <yang terdiri dari ‘nyeri dan kerja keras ‘. Penulis
mempertimbangkan di sisni sifat perjalanan. Saat seperti masalah yang memengaruhi
sikap kita terhadap pengalaman nyeri persalinan. Hal ini melibatkan memeriksa ide yang
berkaitan dengan asal fisik nyeri persalinan pada persalinan tanpa komplikasi dan dalam
persalinan dengan beberapa masalah [ CITATION Ros04 \l 1033 ].
Menurut [ CITATION Bob \l 1033 ], Rasa Tidak Nyaman Selama Proses Persalinan ada 3
yaitu :
2. Iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen local mengalami deficit)
akibat kontraksi arteri miometrium.
Impuls rasa nyeri pada tahap pertama persalinan ditransmisi melalui segmen saraf
spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas.
Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks.
Rasa tidak nyaman akibat perubahan serviks dan iskemia rahim ialah nyeri visceral.
Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar
punggung dan menurun ke paha. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama
kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antarkontaksi.
xliii
Selama tahap kedua persalinan, yakni tahap pengeluaran bayi, ibu mengalami nyeri
somatic atau nyeri pada perineum. Rasa tidak nyaman pada perineum ini timbul
akibat peregangan jaringan perineum supaya janin dapat melewati bagian ini, juga
akibat tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal saat kontraksi. Rasa nyeri juga
dapat diakibatkan pengeluaran janin menggunakan forsep atau tekanan pada bagian
terendah janin, yakni kandung kemih, usus, atau struktur sensitive panggul yang lain,
impuls nyeri selama tahap kedua persalinan dihantar melalui S1-4 dan system
parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang dialami pada persalinan tahap ketiga
ialah nyeri rahim, nyeri yang mirip dengan nyeri yang dialami pada awal tahap
pertama persalinan.
Nyeri dapat berupa nyeri local disertai kram dan sensasi robekan akibat distensi dan
laserasi serviks, vagina atau jaringan perineum. Rasa tidak nyaman sering
digambarkan sebagai sensasi terbakar yang dirasakan saat jaringan meregang. Nyeri
juga dapat beralih sehingga dapat dirasakan dipunggung, di pinggang, dan di
paha[ CITATION Bob \l 1033 ].
b. Ekspresi Nyeri
Rasa nyeri muncul akibat respons psikis dan reflex fisik. Kualitas rasa nyeri fisik
dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa sakit, denyutan, sensasi tajam,
rasa mual, dank ram. Rasa nyeri pada persalinan menimbulkan gejala yang dapat
dikenali. Peningkatan aktivitas system saraf simpatik timbul sebagai respon terhadap
nyeri dan dapat mengakibatkan perubahan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
dan warna kulit. Palor dan diaphoresis dapat timbul (Potter dan Perry, 1995).
Serangan mual, muntah, dan keringat berlebihan juga sangat sering terjadi. Ekspresi
afektif tertentu akibat suatu penderitaan juga sering terlihat. Perubahan afektif
meliputi peningkatan rasa cemas disertai lapang peerseptual yang menyempit,
mengerang, menangis, gerakan tangan (yang menandakan rasa nyeri) dan ketegangan
otot yang sangat di seluruh tubuh. Ekspresi nyeri dapat bervariasi sesuai kultur
budaya. Misalnya, wanita Amerika asli menahan nyeri dengan menunjukkan sikap
diam, sedangkan wanita Hispanik menahan nyeri dengan bersikap sabar, tetapi
xliv
menganggap hal yang wajar jika perlu berteriak-teriak (Mattson, Smith, 1993 di
dalam buku [ CITATION Bob \l 1033 ]).
c. Persepsi Nyeri
Walau ambang nyeri hamper sama pada semua individu tanpa memandang jenis
kelamin, social, etnik, atau perbedaan cultural, tetapi perbedaan-perbedaan ini
memainkan peran penting dalam persepsi nyeri tiap individu. Pengaruh factor-faktor,
seperti budaya, counterstimuli, dan distraksi untuk mengatasi rasa nyeri tidak
dimengerti sepenuhnya. Arti nyeri dan ekspresi verbal maupun nonverbal tentang
nyeri tampaknya dipelajari dan interaksi dalam kelompok social primer. Pengaruh
budaya dapat menimbulkan harapan yang tidak realistis. Misalnya, wanita Asia
percaya bahwa berteriak dan memperlihatkan rasa nyeri ialah hal yang memalukan
dan mereka tidak mengerluarkan kata-kata saat merasa nyeri (Mattson, Smith, 1993).
Rasa nyeri berbeda pada setiap individu. Melalui pengalaman nyeri, manusia
mengembangkan beraneka mekanisme untuk mengatasi nyeri tersebut. Ketegangan
emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut dapat memperberat pesepsi nyeri selama
persalinan. Nyeri atau kemungkinan nyeri dapat menginduksi ketakutan, sehingga
timbul kecemasan yang berakhir dengan kepanikan. Keletihan dan kurang tidur dapat
memperberat nyeri. Persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi persepsi wanita
tentang nyeri bersalin. Karena wanita primipara mengalami persalinan yang lebih
panjang, mereka merasa lebih letih. Hal ini membuat peningkatan nyeri seperti suatu
lingkaran setan (Gatson-Johansson,dkk., 1988 di dalam buku [ CITATION Bob \l 1033 ]).
Wanita yang menggunakan obat-obatan terlarang mengalami nyeri yang sama dengan
wanita lain saat bersalin. Biasanya penggunaan obat penahan nyeri tidak perlu
dicegah. Akan tetapi, pemantauan ketat komplikasi yang berkaitan dengan setiap obat
merupakan bagian dari pengkajian perawat[ CITATION Bob \l 1033 ].
Kadang-kadang stimulus nyeri yang sangat kuat dapat diacuhkan. Kelompok sel saraf
tertentu di dalam medulla spinalis, batang otak, dan korteks serebri memiliki
kemampuan untuk mengatur impuls nyeri melalui suatu mekanisme penghambat.
Teori gate-control ini bermanfaat bagi perawat untuk memahami cara pendekatan
yang dipakai dalam member penyuluhan kepada orang tua tentang program
xlv
persalinan atau pemakaian hypnosis pada persalinan. Menurut teori ini, sensasi nyeri
dihantar sepanjang saraf sensori menuju ke otak dan hanya sejumlah sensasi atau
pesan tertentu dapat dihantar melalui jalur saraf ini pada saat bersamaa. Dengan
memakai teknik distraksi, seperti pijatan dan music, jalur saraf untuk persepsi nyeri
dihambat atau dikurangi. Distraktor ini dianggap bekerja menutup pintu hipotetis di
medulla spinalis, sehingga menghambat sinyal nyeri mencapai otak. Rangsang nyeri
kemudian menghilang[ CITATION Bob \l 1033 ].
Pada kesempatan lain, kelelahan ibu, ukuran atau posisi janin, dan kondisi-kondisi
lain membutuhkan penggunaan obat di samping implementasi tindakan untuk
mengatasi rasa tidak nyaman. Nyeri bersalin dapat menimbulkan respons fisiologis
yang mengurangi kemampuan rahim berkontraksi, sehingga memperpanjang waktu
persalina. Perawat harus memahami bahwa setiap wanita mengalami dan merasakan
nyeri dengan cara yang unik dan bahwa ia harus memahami rasa nyeri wanita tersebut
sebagaimana diungkapkannya. Rasa khawatir dan rasa cemas dapat timbul pada fase
akhir persalinan, sehingga keterampilan yang telah dipelajari di kelas punyuluhan
bagi orang tua menjadi tidak berguna (Wuitchik, dkk, 1990 didalam buku [ CITATION
Bob \l 1033 ]).
Saya tahu tubuh saya mampu bertahan tapi saya takut. Mereka mengatakan jika
Anda takut, tubuh akan menegang dan anda akan merasa lebih nyeri, jadi semuanya
seperti lingkaran syetan. Saya jadi tambah takut dan tidak bias keluar dari ketakutan
ini. Saya berusaha untuk tidak memikirkan persalinan, karena semakin
memikirkanya, saya semakin takut.
Saya berusaha untuk tidak mendengarkan cerita-cerita yang mengerikan dari orang
lain sangat menakutkan. Memang sulit untuk mendengar semua itu dan tetap percaya
diri.
Saya membeli semua majalah tentang bayi dan ketika kehamilan saya berusia tiga
bulan, ada sebuah artikel yang berjudul “Segala sesuatu yang perlu anda ketahui
tentang jahitan” yang merinci segala sesuatu yanag tidak beres dalam persalinan.
Saya hanya bias duduk dan menangis karena saya begit kawatis akan persalinan ini.
xlvii
Pendukung kelahiran atau bidan dapat membungkus botol panas dengan
handuk dan meletakan di lekukan punggung anda; atau sebaliknya, anda dapat
menggunakan sesuatu yang sangat dingin untuk meredahkan nyeri, misalnya
botol es yang di bungkus handuk.
Pijatan yang kuat dan terus menerus pada punggung dan bahwa akan
membuat anda nyaman. Pendukung kelahiran dapat menempatkan tumit
telapak tanganya di tulang ekor anda dan menggoyangkan telapak tangan
dalam gerakan memutar kecil. Jika anda tidak menyukainya, katakanlah.
Meskipun demikian, ada banyak hal yang bisa anda laukan untuk membantu diri selama
persalinan. Seringkali calon ibu meremehkan kekuatan dirinya dalam menahan nyeri.
Mitos turun temurun selalu menekankan bagian yang sulit dari persalinan, bukan bagian
yang menggembirakan dan memuaskan. Jelas akan sangat membantu para gadis kecil
yang kelak akan menjadi ibu, jika orang dewasa mulai memberikan gambaran yang
berbedah tentang persalinan, bukan gambaran yang menakutkan[ CITATION Mar04 \l 1033 ].
Menurut [ CITATION Mar04 \l 1033 ] Peran dari nyeri : HAL PERTAMA yang perlu di
bicarakan tentang nyeri persalinan adalah bahwa beberapa wanita tidak mengalaminya.
Jumlahnya mungkin hanya sedikit, tetapi anda juga akan menjumpai banyak wanita yang
lain yang beranggapan bahwa nyeri persalinan bukanlah sesuatu yang luar biasa dan
masih berada di bawah nyeri yang pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Saya tidak mengalami nyeri apapun. Saya tidak bias menyebutnya sebagai nyeri. Saya
tidak mengatakan bahwa prosesnya sangat nyaman; jelas tidak enak dan saya
mengetahui semua yang terjadi, tetapi semuanya tidak menyakitkan dan saya dalam
keaadaan sadar bahkan bias beradu pendapat.
xlviii
Saya mengalami nyeri seperti nyeri mensturasi yang berat, yang tidak menyenangkan
tetapi saya tidak mengalami nyeri dalam artian yang mengerikan.
Sebenarnya, tidak terasanya nyeri persalinan malah dapat menimbulkan masalah jika
calon ibu sudah mengantisipasi bahwa masa peralihan untuk menjadi seorang ibu dilalui
dengan nyeri persalinan. Wanita kadang-kadang merasa bahwa nyeri persalinan adalah
sesuatu yang penting secara psikologis karena ini menguji komitmenya kepada bayi.
Saya memang merasakan kontraksi tetapi tidak terlalu menyakitkan dan saya sungguh
kehilangan sensasi itu; saya piker seharusnya saya mengalaminya. Jadi untuk lain kali,
saya menantikan rasa nyeri tersebut.
Saya semakin merasa bahwa nyeri persalinan itu memang diperlukan. Bukan karena
saya menikmatinya , ow ya, saya memang sedikit menikmatinya dan bagi saya,
persalinan tanpa nyeri bukanlah sesuatu yang saya inginkan rasanya tidak ada
keberhasilan.
Dari sudut pandang evolusi, tampaknya nyeri persalinan bukanlah sesuatu yang berada
diluar kemampuan seorang wanita. Alam menggunakan nyeri untuk beberapa tujuan
tertentu yang sangat penting. Nyeri kontraksi yang pertama mengatakan kepada calon ibu
bahwa persalinan sudah di mulai; jika calon ibu tidak merasakan apa-apa, bayi beresiko
dilahirkan di tempat yang tidak tepat. Bertambahnya kekuatan kontraksi secara bertahap
memberi petunjuk tenyang sejauh mana perjalanan persalinan sehingga saat kelahiran
sudah mendekat, calon ibu dapat meminta bantuan dan pergi ketempat yang aman untuk
melahirkan[ CITATION Mar04 \l 1033 ].
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memberi respons secara naluria terhadap nyeri. Jika
kepala anda terbentur lemari, otomatis anda menggosok bagian yang terbentur karena
menggosokan ini membuat tubuh memproduksi endorphin, yaitu pereda nyeri alami. Jika
anda mengalami nyeri lambung yang parah, Anda akan berbaring dan meringkuk dengan
botol panas di lambung karena kehangatan dan berada dalam posisi tertentu yang
membuat[ CITATION Mar04 \l 1033 ].
xlix
Menyamankan Diri Semua posisi ini akan lebih membantu jika
anda menggabungkanya dengan gerakan
Yang paling penting adalah nyamankan
mengayun-ayunkan panggul kedepan dan
diri.Terlepas apakah Anda melahirkan
kebelakang atau memutar. Sejak dulu gerakan
dirumah atau di rumah sakit, usahakan untuk
mengayun adalah gerakan yang membuat anda
terus bergerak untuk mencoba posisi baru
nyaman; menenangkan anda dan membantu
guna mencari posisi mana yang paling cocok
bayi menjelajai panggul serta menemukan
untuk Anda. Kemungkinan besar, apa yang
jalan keluar yang termudah.
terasa nyaman bagi anda adalah posisi yang
paling mudah bagi bayi untuk lahir. Hampir
semua calon ibu menemukan bahwa posisi
MENGELUARKAN SUARA
berdiri selama persalinan akan lebih
membantu dalam menghadapi nyeri. Ini Jangan ragu jangan merasa bahwa anda tidak
karena tulang-tulang panggul dapat membuka pantas mengeluarkan suara, itu bukan tindakan
lebih lebar daripada jika anda duduk pada yang benar, atau bahwa anda akan dianggap
tulang ekor, dan gaya tarik bumi membantu mengganggu atau cengeng. Telah di ketahui
bayi turun melaluli panggul anda. bahwa mengeluarkan suara adalah cara efektif
Ketika berkontraksi, Rahim maju kedepan untuk meredahkan nyeri, lihatlah reaksi anak
sehingga anda akan merasa lebih nyaman jika kecil ketika mereka terluka. Persalinan adalah
merasa kedepan, membantu Rahim bekerja pengalaman yang hiruk-pikuk jika erangan
lebih efektif. atau jeritan membantu anda, lakukanlah.
Berjongkok sambil menopang diri ingin di pijat dan kapan; katakana apa yang
dengan menyandar ke depan dengan terasa membantu dan apa yang tidak. Pijat bias
menggunakan dukungan tangan atau ke lebih menyenangkan jika pendukung kelahiran
lutut pendukung kelahiran sementara ia menggunakan minyak yangb tidak beraromah
dalam posisi duduk. atau minyak pijat favorit anda untuk mencega
luka gesek ketika ia menggosok kulit anda.
Pernapasan
Penggunaan Air
Selama persalinan, calon ibu bernapas dengan
berbagai cara. Beberapa napas Kebanyakan dari kita menemukan bahwa
menarik
panjang dan lama untuk membantu mereka mandi rendam atau mandi pancur membuat
melewati kontraksi; ada yang bernapas relaks ketika kita sedang stress. Air sangat
dangkal dan pendek mengatasi menenangkan otot yang nyeri. Begitupula di
untuk
kontraksi; ada juga yang bernapas bertahap, dalam persalinan. Berendam di dalam air
yaitu menarik napas pendek, menarik napas hangat akan sangat membantu calon ibu untuk
pendek sekali lagi, lalu mengembuskan napas relaks dan lebih akan menghadapi nyeri
pendek, dilanjutkan dengan mengembuskan kontraksi. Jika airnya cukup dalam, anda bias
napas pendek sekali lagi. Anda boleh mencoba berbagai posisi untuk menambah
melakukan yang manapun, sejauh pernapasan kenyamanan. Jika anda tidak dapat
anda teratur dan tidak menjadi panic sehingga menggunakan bak rendam atau kolam lahir,
anda mulai terengah-engah dan akhirnya cobala mandi pancur selama persalinan.
li
Relaksasi
Anda lebih nyaman. Nyeri menberi tauh pada kita cara membantu diri untuk pulih dari cidera. Di
dalam persalinan, tidak terjadi cidera, tetapi nyeri mengajarkan cara melahirkan kepada calon
ibu. Nyeri membimbing calon ibu untuk mencoba berbagai posisi demi mendapat kenyamanan,
dan dengan bergerak-gerak serta berganti posisi, ia membantu menekan kepala bayi ke sekeliling
leher Rahim sehingga leher Rahim membuka secara merata. Pada tahap persalinan lebih lanjut,
penggantian posisi akan menggeser bayi, membantunya menemukan jalan termudah untuk
melalui panggul ibu [ CITATION Mar04 \l 1033 ].
lii
mengobservasi mencari isyarat untuk mengidentifikasi tingkat keinginan wanita
untuk mengontrol rasa nyeri.
Metode nonfarmakologi untuk meredakan rasa nyeri diajarkan dalam kelas
persiapan melahirkan dalam berbagai bentuk. Tanpa mempertimbangkan apakah
ibu dan pasangannya telah mengikuti kelas persiapan, pernah membaca buku atau
majalah tentang masalah ini, perawat dapat mengajarkan teknik untuk
meringankan rasa nyeri bersalin[ CITATION Bob \l 1033 ].
Grantly Dick-Read ialah seorang dokter Inggris yang menulis dua buku,
Natural Childbirth (1993) dan Chilbirth Without Fear (1994). Ia menulis
bahwa rasa nyeri melahirkan merupakan akibat pengaruh social dan sindrom
takut-tegang-nyeri.
Untuk mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui melalui
pemahaman dan keyakinan, program Dick-Read meliputi pemberian informasi
tentang persalinan dan melahirkan, disamping nutrisi, hygiene, dan latihan
fisik. Kelas-kelas ini mengajarkan tiga teknik : latihan fisik untuk membuat
tubuh siap saat melahirkan, latihan relaksasi secara sadar; dan latihan pola
napas.
Pola napas meliputi napas dalam pada abdomen hampir sepanjang masa
bersalin, napas pendek menjelang akhir tahap pertama dan sampai pada waktu
liii
terakhir ini, menahan napas pada tahap kedua persalinan. Para pengajar
metode Dick-Read berpendapat bahwa berat otot-otot abdomen terhadap
uterus yang berkonsentrasi meningkatkan rasa nyeri. Wanita melahirkan diajar
untuk mendorong otot-otot perutnya ke atas saat rahim naik selama suatu
kontraksi. Dengan demikian otot-otot abdomen terangkat dari uterus yang
berkontraksi.
Pada sekitar tahun 1960, metode Lamaze menjadi popular di Amerika Serikat,
setelah Marjorie Karmel memperkenalkan metode psikoprofilaksis (PPM)
dalam bukunya, Thank You, Dr. Lamaze. The Amarican Society for
Psychoprohylaxis in Obstetrics (ASPO) didirikan pada tahun 1960 dan the
National Association of Childirth Education, Inc. (NACE) dibentuk pada
tahun 1970 untuk mempromosikan metode Lamaze dan mempersiapkan
pengajar metode ini. Pada tahun 1971, the National Council of Chilbirth
Education Specialists, Inc (CCES) didirikan untuk menawarkan seminar unuk
melatih pengajar.
liv
Wanita ini diajar untuk merelaksasikan otot-otot yang tidak terlibat saat ia
mengontraksi kelompok otot tertentu. Ia akan menerapkan, yakni dengan
merelaksasikan semua otot lain saat rahim berkontraksi. Wanita yang
mengikuti kelas persiapam dengan memakai metode Lamaze selama tahap
pertama persalinan mempertahankan control neuromuscular pada tingkat yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang mempersiapkan diri
dengan caranya sendiri (Bernardini, Maloni, Stegman, 1983). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Cronenweet dan Brickman (1983) dan Mackey
(1990), mempertahankan kendali erat kaitannya dengan rasa puas.
lv
dan suasana tenang sehingga peristiwa melahirkan menjadi lebih alami. Ibu
yang memakai metode Bradley sering tertidur saat bersalin, tetapi sebenarnya
mereka berada dalam tingkat relaksasi mental yang dalam [ CITATION Bob \l
1033 ].
lvi
kemampuan wanita dalam mengatasi persalinan dan menekan penggunaan
obat-obatan (Bobak,2004).
Homeopati
lvii
kali karbonikum untuk meredakan nyeri punggung selama persalinan
[ CITATION Dia09 \l 1033 ].
Hidroterapi
lviii
Salah satu percobaan acak terkontrol menunjukkan bahwa nyeri
tidak meningkat secara drastic pada ibu yang menggunakan hidroterapi
(Cammu et al 1994). Moore (1997) dan Daune et al (2001) menyatakan
bahwa pendekatan yang aktif dan agresif terhadap persalinan
mengharuskan bidan mempertanyakan tindakan dan sikapnya terhadap hal
ini. Mereka mengatakan bahwa saat ini terdapat banyak sekali intervensi
yang tidak hanya bersifat bedah atau medis[ CITATION Dia09 \l 1033 ].
TENS
Teknik pernapasan
Saat yang paling sulit untuk tetap mempertahankan control selama kontraksi
tetap mempertahankan control selama kontraksi ialah saat dilatasi serviks
mencapai 8-10 cm. Periode ini juga disebut periode transisi. Bahkan bagi
wanita yang telah melakukan persiapan untuk persalinannya, konsentrasi pada
teknik pernapasan sukar dipertahankan. Jenis yang dapat digunakan ialah pola
lx
perbandingan 4:1 yaitu napas, napas, napas, napas, hembus (seperti ketika
meniup lilin). Perbandingan ini dapat meningkat menjadi 6:1 atau 8:1. Pola ini
dimulai dengan menarik napas rutin untuk membersihkan dan diakhiri dengan
membuang napas dalam untuk meniup kontraksi. Efek samping yang tidak
diinginkan pada jenis pernapasan ini ialah hiperventilasi. Wanita harus
diinformasikan tentang gejala-gejala alkalosis respiratoric melayang
(lightheadedness), pusing, kesemutan pada jari, dan baal di daerah sirkumoral.
Alkalosis dapat diatasi dengan meminta wanita menghembuskan napas
kedalam kantung plastic yang ditempatkan di mulut dan hidungnya. Cara ini
membuat wanita tersebut akan menghirup kembali karbondioksida dan
mengganti ion bikarbonat. Ia dapat juga bernapas di dalam kedua tangan yang
diletakkan melingkar di mulut dan hidungnya bila kantung plastic tidak
tersedia[ CITATION Bob \l 1033 ].
Saat kepala janin mencapai dalam dasar panggul, wanita akan merasakan
keinginan untuk mendorong dan secara otomatis wanita itu akan mulai
member tekanan kebawah dengan mengontraksi otot-otot abdomennya.
Penurunan janin tidak dapat berlangsung sampai serviks terbuka lengkap dan
bagian terbawah janin bebas bergerak ke bawah jalan lahir. Upaya mendorong
sebelum pembukaan lengkap tercapai akan menekan serviks diantara kepala
janin dan tulang panggul. Kompresi ini dapat menyebabkan denyut jantung
janin tidak terdengar, edema serviks, atau robekan serviks. Bahkan juga dapat
memperlambat proses dilatasi. Wanita ini dapat mengontrol keinginan untuk
mendorong dengan menarik napas dalam atau dengan mengeluarkan bunyi
seperti ketika mengekspresikan rasa terkejut bercampur takut. Ini merupakan
cara bernapas yang baik digunakan saat kepala janin muncul perlahan (Bobak,
2004).
Teknik
lxi
Peralatannya terdiri atas empat electrode dan kabel yang
menghubungkan dengan unit tens, yang mempunyai control untuk mengubah
frekuensi dan intensitas impuls. Electrode di pasang sejajar T10 dan L1 pada
punggug ibu. Metode ini diketahui efektif utnuk mengendalikan nyeri selama
kala 1 persalinan (Jhohnson 1997). Dua electrode lainnya di pasang diantara
S2 dan S4 dan dapat mengendalikan nyeri kala 2 persalinan.tombol control
boost memberikan pola stimulasi dermatome yang mempunyai intesitas dan
frekuensi yang tinggi sehingga dapat mengendalikan nyeri selama kontraksi
terus menerus. Erdapat beberapa kontra indikasi terhadap penggunaan tens
dalam persalinan (Walsh 1999). Terdapat sedikit resiko terjadinya
pemantauan janin. Alergi kulit juga dapat terjadi akibat penggunaan electrode
atau plaster. Terakhir, klien pacemaker ridak boleh menggunakan metode ini
untuk mengendalikan nyeri. Tens sering sekali lebih efektif jika dilakukan di
awal persalinan[ CITATION Dia09 \l 1033 ].
Tens bekerja dengan ambang bawah serat aferen dari, misalnya serat
reseptor sentuhan. Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya hambatan
neuron dalam jaras nyeri. Pada saat jaras nyeri teraktivitas oleh reseptor
sentuhan, terjadi peningkatan input sinaps kedalam jaras nyeri tersebuts
sehingga seseorang dapat mengusap atau memasase area yang nyeri untuk
menghilangkan nyeri ; tens berfungsi dengan cara sama. Penelitian tentang
tens mengakui kurangnya data ilmiah untuk memperkuat fakta bahwa ibu
bersalin memang menganggap metode ini sangat efektif. Kenyatannya,
metode ini digunakan sebagai penunjang metode pereda nyeri lainnya,dan
menyebabkannya sangat sulit untuk diverifikasi oleh peneliti (Lihat Carrol et
al 1997). Namun demikian terdapat indikasi kua untuk mendukung
penggunaan tens pada ibu bersalin[ CITATION Dia09 \l 1033 ].
lxii
SEDATIF
Agens sedative, seperti barbiturate, berfungsi menurunkan ansietas, meningkatkan
relaksasi, dan menginduksi rasa kantuk hanya pada masa prodormal atau pada
tahap awal persalinan, dan jika tidak terdapat nyeri. Apabila wanita merasa nyeri,
sedative tanpa kandungan analgesic dapat meningkatkan rasa khawatir dan
menyebabkan ibu menjadi hiperaktif dan disorientasi. Efek yang tidak diinginkan
meliputi depresi vasomotor dan depresi pernapasan baik pada ibu maupun pada
bayi baru lahir. Karena factor-faktor yang tidak menguntungkan, barbiturate
jarang digunajan (SCOTT, DKK., 1990) di dalam buku [ CITATION Bob \l 1033 ].
lxiii
Analgesia dapat diinduksi oleh pengondisian positif (misalnya dengan metode
Lamaze, imajiner relaksasi) dan obat-obatan analgesia. Pemahaman dasar tentang
proses persalinan dan kelahiran normal serta persiapan fisiologis dan persiapan
fisik yang adekuat dapat menurunkan persepsi nyeri selama proses melahirkan.
Hal yang khususnya penting ialah perawatan antenatal yang adekuat secara luas.
Upaya untuk menenagkan ibu dan pemberian nasehat akan sangat bermanfaat.
Partisipasi dalam kelas persiapan kelahiran, seperti yang diajukan oleh Dick-Read
(1959) atau psikoprofilaksis oleh Lamaze (1972) atau Bradley (1974), akan sangat
membantu dalam menurunkan distress.
3. Anlgesik Sistemik
Analgesia sistemik tetap merupakan metode analgesia yang diberikan kepada
wanita bersalin saat personel pemberi analgesia regional yang terlatih tidak
berada di tempat (Scott, dkk., 1990). Analgesia sistemik menembus barier
darah-otak untuk dapat member efek analgesic pusat. Analgesia ini juga
menembus barier plasenta. Efek yang timbul pada janin bergantung kepada
dosis maternal, farmakokinetik obat tertentu, dan rute serta waktu pemberian.
Pemberian intra vena (IV) lebih sering dipilih daripada pemberian per
intramuskuler (IM) karena awitan efek obat lebih cepat dan lebih dapat
dipercaya. Kelas yang mengajarkan obat-obatan analgesic yang digunakan
meliputi obat-obatan narkotika, campuran narkotika agonis-antagonis, dan
tranquilizer. Tranquilizer yang digunakan ialah obat-obatan berpotensi-
analgesik (ataraktik).
lxiv
Meperidin ialah agens narkitika yang paling sering diberikan
kepada wanita bersalin (Scott, dkk., 1990). Setelah injeksi IV, awitan
dating dengan cepat (30 detik) dan efek maksimum dicapai dalam lima
sampai 10 menit. Efek puncak setelah injeksi IM dicapai dalam 40 sampai
50 menit, dengan durasi sekitar 3 jam. Untuk meminimalkan depresi
neonatus, secara ideal proses kelahiran harus berlangsung kurang dari 1
atau lebih dari 4 jam setelah injeksi IM. Karena takikardi merupakan efek
samping yang dapat timbul, meperidin digunakan dengan sangat hati-hati
pada wanita yang menderita penyakit jantung.
Fentanil merupakan analgesic narkotika yang kerjanya cepat dan
kuat. Setelah injeksi IV, awitan efek samping obat terjadi dalam dua menit
dan berlangsung selama sekitar 30-60 menit. Awitan efek samping obat
setelah injeksi IM timbul dalam 7-15 menit mencapai efek puncak dalam
20-30 menit, dan berlangsung selama 1-2 jam. System saraf ousat (SSP)
tambahan dan depresi pernapasan terjadi jika fentanil diberikan bersama
alcohol. Antihistamin, antidepresan, atau sedative atau hipnotik lain.
lxv
Fenotiazin yang disebut obat tranquilizer mengandung materi
yang meningkatkan sedikit efek analgesic yang tidak diinginkan atau
analgesic umum, tetapi meningkatkan sebagian besar efek analgesic
yang diinginkan. Ataraktik ini tidak meredakan nyeri, tetapi
meningkatkan ansietas dan rasa takut, juga memiliki efek narkotika
yang potensial. Efek potensial ini menyebabkan 2 jenis obat bekerja
sama dengan lebih efektif sehingga penambahan ataraktik
menyebabkan dosis narkotika dapat diturunkan. Agens penyebab
analgesic mencakup senyawa, seperti prometason (Phenergan),
propiomazin (Largon), hidroksizin (Vistaril), dn promazin (Sparine).
Selain itu, untuk menigkatkan efek analgesic, ataraktik
(tranquilizer) juga berfungsi sebagai antinausea dan antimimetik.
Kombinasi agens dapat diberikan secara aman sampai akhir tahap
pertama persalinan. Dosis yang biasa diberikan adalah sebagai
berikut : prometazin 25-50 mg IM atau 15-50 mg IM ; promazin 50
mg IM atau 5-10 mg IV ; hidroksin 25-50mg IM. Karena injeksi
hidroksin diberikan hanya melalui injeksi IM, awitan efek menjadi
lebih lambat dan kurang dapat diprediksi. Masalah pada janin atau
neonatus jarang timbul akibat pemberian dosis ini.
Antagonis Narkotik
Agens narkotika, seperti mepiridin dan fentanil, dapat
menimbulkan depresi SSP yang terlalu brat pada ibu atau pada bayi
baru lahir. Antagonis narkotika seperti nalokson (narcan) dan
naltrekson (trexan) membalik kerja narkotika dengan segera. Selain itu
antagonis narkotika juga melawan efek endorphin, yakni menimbulkan
stress. Endorphin merupakan opioid endogen yang disekresi oleh
kelenjar hipofisis dan bekerja pada SSP dan SSPerifer untuk
mengurangi nyeri. Beta-endorfin ialah jenis endorphin yang paling
kuat. Fungsi fisiologis endorphin belum dimengerti sepenuhnya.
Endorphin diduga meningkat selama masa hamil dan bersalin dan
lxvi
dapat meningkatkan kemampuan ibu yang sedang melahirkan
sehingga ia dapat lebih menoleransi nyeri akut.
lxvii
dalam keadaan sadar, relaksasi otot sangat baik, dan perdarahan tidak
berlebih. Ibu yang tetap sadar dapat turut berpertisipasi dalam proses
kelahiran anaknya. Biasanya tidak diperlukan obat anestesi lain (misalnya
obat inhalasi). Apabila stirrups dipasang dengan hati-hati agar berada pada
posisi yang tepat. Anestesi spinal dapat menjadi metode pilihan untuk wanita
yang memiliki masalah pernapasan berat atau menderita penyakit hati, ginjal,
atau penyakit metabolic karena metode ini mengurangi stress proses
persalinan dan melahirkan pada system tersebut.
Kerugian anestesi spinal ialah adanya reaksi obat (misalnya alergi)
mielitis kimia atau infeksi yang jarang, hipotensi, dan anestesi spinal tinggi
disertai paralisis otot-otot pernapasan. Resusitasi jantung paru (RJP) mungkin
perlu dilakukan. Apabila dilakukan pemberian anestesi spinal, kebutuhan
untuk melakukan kelahiran opertif (episiotomy, ekstraksi forsep rendah)
cenderung meningkat karena usaha volunteer untuk mengeluarkan janin
lenyap. Setelah melahirkan terjadi peningkatan tedensi atoni kandung kemih,
antoni rahim, dan nyeri kepala spinal.
Nyeri kepala setelah pungsi lumbal (spinal) kebocoran cairan
serebrospinalis dari tempat pungsi di meniges (membrane yang membungkus
medulla spinalis) dianggap sebagai factor penyebab utama nyeri kepala
setelah pungsi lumbal. Nyeri kepala dapat terjadi secara postural dan hanya
timbul jika kepala ditegakkan atau jika tubuh dalam posisi berdiri. Diduga
dengan mengubah posisi penurunan volume cairan serebrospinalis
menimbulkan tarikan pada struktur SSP yang sensitive terhadap nyeri. Nyeri
kepala, masalah pendengaran dan penglihatan dapat sangat mengganggu
sampai berhari-hari atau berminggu-minggu.
3) Anestesi Umum
lxix
4) Anestesi kombinasi untuk melahirkan secara sesaria
Anestesi umum ringan dianggap oleh orang sebagai anestesi yang ideal
untuk kelahiran sesaria. Efek anestesi ini dicapai dengan memberikan suatu
kombinasi thiopental, oksigen-nitrogen oksida dan suksinilkolin. Ibu diberi
oksigen dengan kadar 100% selama 3 menit, diikuti secara hamper berturut-
turut pemberian thiopental dan suksinilkolin. Selama intubasi tekanan krikoid
diperthankan, seringkali oleh perawat untuk mencegah aspirasi muntah. Saat
berada dalam keadaan somnolen, wanita diberi campuran oksigen dan
nitrogen oksida. Kebanyakan laporan mengatakan bahwa ibu menoleransi
anestesi dengan sangat baik.
4. Analgesi Inhalasi
Inhalasi gas yang dilakukan ibu secara mandiri dapat menolong terutama
pada kala kedua persalinan. Ibu menghirup anestesi inhalasi yang
konsentrasinya subanestetik, seperti metoksifluran (Penthane). Apabila obat
ini diberikan dengan tepat wanita akan tetap sadar tetapi rasa nyerinya jauh
mereda. Anestesi ini dilakukan oleh ibu sendiri dalam bentuk kapsul dan
masker yang diikatkan pada pergelangan tangan. Tenaga kesehatan mengatur
konsentrasi yang diinginkan dan ibu menghirup obat ini saat terjadi kontraksi.
Tujuan metode ini ialah ibu tetap sadar sementara mengalami analgesi yang
dalam dan ibu juga mengalami amnesia terhadap peristiwa nyeri.
Perawat harus tetap mendampingi ibu dan tidak boleh member ibu obat
karena dapat terjadi overdosis. Perawat juga harus memantau tanda-tanda vital
setiap 30 menit dan DJJ setiap 15 menit. Wanita ini harus tetap sadar dan
tidak menjadi delirium atau tegang. Perawat memberitahu tenaga kesehatan
dan mencabut anestesi dari tangan wanita itu, jika timbul aritmia jantung, atau
keasadaran hilang atau DJJ abnormal. Dewasa ini analgesi inhlasi ini jarang
digunakan di Amerika Serikat.
Agens inhalasi lain meliputi halotan (Fluothane) dan nitrogen oksida.
Inhalasi halotan merelaksasi rahim dengan cepat dan mempercepat manipulasi
lxx
rahim, versi dan ekstraksi. Efek yang diharapkan ialah sensitivitas hilang
terhadap sentuhan, nyeri, dan stimulus lain.
Suatu kombinasi 50% nitrogen oksida (gas tertawa) dengan oksigen 50%
dapat diberikan untuk menghasilkan efek analgesi pada akhir kala pertama
dan jika kontraksi terjadi pada periode mengedan di kala kedua. Pemberian
nitrogen oksida konsentrasi rendah menghilangkan nyeri pada ibu, tetapi ibu
tetap dapat mengedan sewaktu terjadi kontraksi pada kala kedua persalinan.
Pada pemakaian analgesi/ anestesi nitrogen oksida, perhatian harus ditujukan
untuk mencegah depresi pernapasan pada neonatus dan ibu (Bobak, 2004).
lxxii
lxxiii
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membrane
dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada
system reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum
persalinan dimulai. Persalinan sendiri dapat dibahas dalam bentuk
mekanisme yang terjadi selama proses dan tahapan yang dilalui wanita
[ CITATION Bob \l 1033 ].
74
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol.
1). Jakarta: EGC.
Diane M. Fraser. (2009). Myles Buku Ajar Bidan (14 ed.). Jakarta: EGC.
75