Anda di halaman 1dari 49

EKOSISTEM

BUATAN
- E KOS I ST E M
PE RSAWA H A N
- E KOS I ST E M K E B U N
C A M PU R A N
- TEGALAN
- PE K A R A N G A N
- KO L A M
- TA M B A K , d l l .
EKOSISTEM BUATAN:
Suatu suatu ekosistem yang lingkungannya diciptakan oleh manusia serta
memenuhi kriteria tertentu untuk disebut sebagai suatu ekosistem, contohnya
taman, perkotaan, perkebunan, sawah, dan kolam ikan.
Karakteristik Ekosistem Buatan
- Keberagaman spesies serta komposisi lingkungan cenderung lebih sedikit,
dibandingkan dengan ekosistem alami. Apabila ada spesies yang kurang
disuka cenderung untuk dihilangkan secara perlahan lahan.
- Ekosistem buatan dibuat dengan tujuan tertentu, oleh karena itu ekosistem
ini lebih rapuh serta rentan akan kegagalan akibat kurangnya keragaman
serta adanya ketergantungan pada campur tangan manusia.
- Menurut sudut pandang kepentingan manusia, ekosistem buatan lebih
produktif, karena ada campur tangan manusia
- Ekosistem buatan yang didampingi adanya perbaikan yang berkelanjutan
dapat meningkatkan pendapatan penduduk suatu daerah tertentu, serta
memungkinkan untuk dipakai sebagai perluasan tempat tinggal manusia.
dan yang terakhir.
- Ekosistem buatan bergantung pada hukum alam, karena manusia hanya
berperan sebagai penemu bukan sebagai pencipta hukum alam.
Rantai Makanan:
Pada ekosistem buatan ini rantai makanan yang terjadi cenderung terbatas
karena komponen ekosistem dan keragamannya pun lebih sedikit.
▪ Produsen, dikenal sebagai autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat membuat
mekanannya sendiri. Makhluk ini selalu menduduki tingkatan pertama di
dalam rantai makanan.
▪ Konsumen, dapat berupa karnivora (hewan yang memakan hewan lain) atau
omnivor (hewan yang memakan tumbuhan dan hewan lainnya). Omnivor ini
mirip dengan manusia, karena mengkonsumsi berbagai macam makanan.
▪ Detritivores dan decomposer, yaitu merupakan bagian terakhir dari rantai
makanan. Detritivor merupakan organisme yang memakan hewan dan
tumbuhan yang sudah mati, contoh detritivor adalah cacing tanah.
Decomposer seperti jamur dan bakteri yang melengkapi rantai makanan.
Mereka menguraikan sampah organik, dan mengembalikan nutrient ke tanah
atau samudera untuk kembali digunakan oleh autotrof.
Rantai makanan
CONTOH EKOSISTEM BUATAN
EKOSISTEM SAWAH
Adalah ekosistem buatan yang berupa lahan usaha bidang pertanian tanaman padi.
Secara fisik, ekosistem sawah memiliki permukaan yang rata, dilengkapi pematang,
dan hamparan tanaman padi. Ekosistem sawah memiliki tanah dengan kondisi yang
sedikit berair

Ciri-ciri Ekosistem Sawah


Berikut ini beberapa ciri ekosistem pada area pesawahan, diantaranya:
- Ekosistem berada di daratan dan umumnya terletak di dataran tinggi.
- Adanya biota hidup yang beradaptasi dengan dataran tinggi/ pegunungan.
- Areanya berlumpur dan selalu digenangi air
- Umumnya ditumbuhi tanaman padi, dan dipanen tergantung musimnya.
- Terjadi rantai makanan.
EKOSISTEM SAWAH IRIGASI:
- Merupakan sawah yang proses pengairan/sumber airnya berasal dari sungai
atau waduk, lalu dibuatkan irigasi untuk menyalurkan air ke area pesawahan.
- Hal ini dapat dilakukan secara teratur dan optimal sehingga tidak selalu
bergantung kepada curah hujan, jadi sawah jenis ini dapat bertahan di
berbagai musim.

EKOSISTEM SAWAH TADAH HUJAN:


- Merupakan jenis sawah yang sistem pengairannya sebagian besar hanya
mengandalkan curah hujan, sehingga sebagian besar cocok tanamnya
dilakukan saat musim hujan saja. Jika musim kemarau kemungkinan besar
akan dilanda kekeringan.
EKOSISTEM SAWAH SURJAN:
- Sistem surjan (alternating bed system) adalah
salah satu sistem pertanaman campuran yang
dicirikan oleh perbedaan tinggi permukaan
bidang tanam pada suatu luasan lahan
(perbedaan ketinggian ini minimal 50 cm).
- Bidang tanam dibuat memanjang sehingga dari
atas akan tampak seperti garis-garis (strip)
berselang-seling, karena masing-masing bidang
tanam yang berbeda tingginya ditanami oleh
Sumber: Google
komoditi tanam yang berbeda.

- Dalam sistem surjan, bidang yang rendah disebut "lembah" dan yang tinggi
disebut "bukit". Lembah biasanya ditanami padi pada musim hujan dan
palawija pada musim kemarau.
- Pada tempat-tempat yang sering mengalami surplus air pada musim
penghujan, bagian lembah digunakan sebagai pengontrol kelebihan air,
menjadi penampung kelebihan air. Genangan air tinggi tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman di bagian "bukit".
EKOSISTEM SAWAH pasang surut:
- Sawah ini dibuat di dekat sungai, rawa-rawa atau di dekat pantai.
- Sawah pasang surut memanfaatkan debit air untuk sistem irigasinya. Ketika
debit air banyak, air yang tidak tertahan akan meluber dan mengairi sawah-
sawah.
- Karena dibuat di dekat pantai, tanaman yang ditanam di sawah pasang surut
harus tahan terhadap kontaminasi air garam. Jika tidak, maka tanaman akan
cepat mati dan tidak dapat dipanen.
- Ekosistem sawah pasang surut dapat ditemukan di daerah pantai utara Jawa,
pantai timur Sumatera dan Kalimantan bagian barat.
EKOSISTEM SAWAH RAWA:
- Merupakan sawah yang proses pengairan/sumber airnya berasal dari sungai
atau waduk, lalu dibuatkan irigasi untuk menyalurkan air ke area pesawahan.
- Hal ini dapat dilakukan secara teratur dan optimal sehingga tidak selalu
bergantung kepada curah hujan, jadi sawah jenis ini dapat bertahan di
berbagai musim.
EKOSISTEM SAWAH LEBAK:
- Ekosistem sawah lebak merupakan ekosistem sawah yang dibuat diantara
dua sungai yang besar.
- Sistem irigasinya memanfaatkan aliran air kedua sungai besar di kanan
kirinya. Ketika musim kemarau para petani tidak perlu menunggu air hujan
karena debit air di sungai besar masih cukup untuk mengairi sawah. Ketika
musim penghujan debit sungai begitu banyak, maka sawah lebak rawan
terhadap banjir atau tergenang air.
- Sistem irigasi yang baik harus dibangun untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Jika sistem irigasi sudah tepat, maka sawah lebak sangt
menguntungkan bagi petani karena tidak memerlukan banyak biaya selama
bercocok tanam.
- Ekosistem lebak dapat dijumpai di sekitar Sungai Musi dan Sungai Ogan di
Sumatera.
- Saat ini sawah lebak jarang ditemui karena sangat beresiko terkena banjir
dari luapan sungai saat musim hujan. Banyak petani mengalih fungsikan
sawah jenis ini menjadi perkebunan seperti sawit, karet, dll.
EKOSISTEM SAWAH BENCAH:
- Artinya: sawah yang mendapatkan air dari selokan
- Merupakan sawah yang menggunakan sistem cocok tanam di lahan-lahan
basah, seperti area rawa atau sungai yang sudah disurutkan airnya.
- Saat ini sawah bencah sudah jarang ditemukan juga, karena memiliki resiko
yang sama seperti sawah lebak.
KOMPONEN PADA EKOSISTEM SAWAH
➢ Komponen biotik: padi sebagai tanaman primer; rumput dan gulma lainnya
sebagai tanaman sekunder; burung, tikus, katak, dan beberapa serangga
sebagai hama; terkadang ditemukan ular sawah sebagai predator tikus dan
katak; cacing dan mikroorganisme lainnya dalam tanah (berperan sebagai
detritivore. Umumnya manusia membuat sawah hanya untuk ditanami padi
saja. Adapun komponen biotik di sawah dibagi menjadi:
1. Produsen
Merupakan organisme yang dapat menghasilkan/membuat makanannya sendiri, seperti
tumbuhan padi dan tanaman lainnya.

2. Konsumen
Yaitu organisme yang membutuhkan produsen sebagai makanannya. Jadi organisme ini tidak
dapat membuat makanannya sendiri sehingga selalu bergantung kepada produsen untuk
bertahan hidup. Bisanya merupakan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) dan pemakan biji-
bijian (omnivora) atau dalam rantai makanan disebut Konsumen Primer.
Di sawah juga selain hewan herbivora dan omnivora, ada juga hewan karnivora atau pemakan
daging. Jika dalam rantai makanan disebut konsumen sekunder.

3. Pengurai
Yaitu organisme yang menguraikan sisa-sisa organisme hidup yang sudah mati, sehingga
menjadi zat organik. Beberapa contohnya sepeti bakteri, cacing, dan jamur.
➢ Komponen abiotik:

Berikut ini beberapa unsur biotik yang terdapat di sawah, misalnya:


1. Tanah
Terbentuk dari pelapukan batuan yang disebabkan iklim, tumbuhan lumut, dll. Tanah subur diperlukan oleh organisme
hidup khususnya tanaman. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi tanaman.

2. Air
Semua makhluk hidup sangat membutuhkan air, di sawah air berperan penting untuk melarutkan dan membawa
sumber makanan bagi tanaman padi. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan tergantung iklim di
tempat tersebut.

3. Cahaya matahari
Cahaya matahari sangat penting bagi makhluk hidup, terutama untuk tumbuhan dalam proses fotosintesis. Cahaya
matahari mempengaruhi keragaman jenis ekosistem juga, karena dapat menentukan suhu diberbagai daerah bumi.

4. Udara
Udara mengandung berbagai macam jenis gas seperti oksigen, nitrogen, karbondioksida, dll. Oksigen berguna untuk
bernafas, nitrogen berguna untuk membentuk protein, dan karbon dioksida berguna untuk tumbuhan dalam proses
fotosintesis.

5. Iklim
Iklim merupakan keadaan cuaca dalam jangka waktu yang panjang, misalnya per-periode atau per-tahun. Sedangkan
cuaca merupakan iklim pada suatu daerah dalam jangka yang pendek seperti mingguan dan bulanan.
TUGAS
1. Sebutkan (bila perlu disertai dengan gambar) perbedaan antara tiap-tiap
jenis sawah.
2. Berikan 3 buah contoh rantai makanan yang terjadi pada sawah
EKOSISTEM kebun campuran
- Kebun campuran pada umumnya terdiri dari berbagai macam tanaman setahun
(sayuran dan pangan) yang diselingi oleh bamboo atau pohon-pohonan.
Lokasinya biasanya agak jauh dari rumah (tidak sedekat pekarangan), dimana
pohon yang banyak ditanam adalah buah-buahan (Wiradinata, 1989)
- Suatu areal tertentu billa di dalamnya terdapat percampuran antara tanaman
semusim (annual) dan tanaman tahunan (perennial) pada suatu saat dan musim
tertentu dikenal sebagai kebun campuran atau disebut juga talun muda
(Iskandar et al., 1981)

Kebun campuran, antara lain:


- Talun
- Perkebunan
- Ladang berpindah
- Kebun
EKOSISTEM TALUN:
- Talun adalah salah satu sistem agroforestry yang khas, ditanami dengan
campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman (annual),
dimana strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui di luar
pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman
(Soemarwoto dan Soemarwoto, 1984).
- Fungsi ekologi talun antara lain adalah memberikan perlindungan terhadap
plasma nutfah, sebagai habitat seperti jenis burung dan serangga penyerbuk,
memberi perlindungan terhadap tanah dari bahaya erosi, dan sebagai
penghasil seresah dan humus.
- Sedangkan fungsi sosial ekonominya antara lain adalah memberikan manfaat
ekonomi dari hasil produksinya yang dapat dijual atau yang didapat
dimanfaatkan secara langsung seperti kayu bakar, bahan bangunan, dan
buah-buahan (Abdoellah dan Iskandar dalam Dwiana dkk, 2013).
Fungsi Talun:
Menurut Soemarwoto dalam Dwiana dkk, 2013, fungsi talun dapat dibedakan
menjadi 4 bagian, yaitu:
(1) Produksi subsisten
Produksi subsiten merupakan pemanfaatan hasil talun untuk kebutuhan
sehari-hari. Buah-buahan, sayuran/lalab, dan obat tradisional merupakan hasil
talun yang dapat diambil setiap waktu oleh pemilik.
(2) Produksi komersil
Hasil talun selain mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari penduduk
pedesaan, juga mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi
pemilik lahan, padahal hanya memerlukan biaya yang rendah untuk
perawatannya. Hal ini dikarenakan hasil talun seperti bambu, buah-buahan
dan tumbuhan lainnya memiliki nilai jual yang tinggi.
(3) Sumber daya nutfah dan konservasi tanah
Keanekaragaman jenis tumbuhan yang sangat tinggi di talun menjadikan
talun memiliki fungsi penting sebagai sumber daya nutfah. Selain itu,
dengan struktur multi strata dan bermacam-macamnya komposisi
spesies, berbagai organisme menggunakan talun sebagai habitatnaya.
Terbentuknya strata tajuk yang berlapis-lapis, terakumulasi lapisan
seresah pada lantai talun, dan adanya sistem rotasi pada beberapa talun,
sangat efektif melindungi tanah dari erosi dan hempasan air hujan
sehingga menjaga kesuburan tanah.
(4) Fungsi sosial
Masyarakat dalam memasak sehari-hari biasanya menggunakan kayu
bakar. Pengguna kayu bakat menggunakan talun sebagai sumber kayu
bakarnya. Adanya kayu bakar yang diperoleh dari talun merupakan
indikasi dari adanya fungsi sosial bagi masyarakat sekitar. Begitu pula jika
talun dipanen, orang yang membantu akan mendapatkan bagian hasil
panen.
Struktur Vegetasi Talun
- Sebagai salah satu komponen agroekosistem, komposisi dan struktur talun
serta fungsi tumbuhan yang ditemukan di dalamnya dipengaruhi oleh
berbagai faktor biofisik, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat setempat.
- Adanya berbagai faktor tersebut dan intensitas pengelolaan lahan oleh
pemiliknya memungkinkan struktur vegetasi talun berbeda-beda pada
setiap daerah.
- Struktur multi strata dan bermacam-macamnya komposisi spesies pada
talun sangat penting bagi berbagai organisme dalam menggunakan talun
tersebut sebagai habitatnya, terutama pada suatu daerah yang cukup jauh
dari hutan. (Yanto dalam Kusuma, 2013)
EKOSISTEM PERKEBUNAN
Perkebunan diciptakan dengan tujuan meningkatkan hasil kebun sayur dan
buah-buahan untuk kepentingan manusia.
Adapun komponen ekosistem perkebunan pada umumnya, yaitu sebagai
berikut:
- Komponen biotik : lumut, rumput, tanaman kebun seperti berbagaimacam
buah dan sayur (berperan sebagai produsen atau pembuat nutrisi/makanan),
jamur, lalat, nyamuk, semut, ulat, kupu-kupu, belalang, burung (berperan
sebagai konsumen), cacing dan mikroorganisme lainnya dalam tanah
(berperan sebagai detritivor).
- Komponen abiotik : tanah, batu, air, cahaya, dan udara
EKOSISTEM hutan tanaman produksi:
Ekosistem hutan tanaman ialah ekosistem produksi dengan vegetasi yang
terdiri atas tumbuhan budidaya yang dengan sengaja ditanam di area tertentu.
Umumnya jenis tumbuhan yang dibudidayakan mempunyai nilai hemat tinggi,
laksana tanaman mahoni, jati, pinus, damar, kelapa sawit, karet, dan beda
sebagainya.
EKOSISTEM LADANG BERPINDAH:
- Perladangan berpindah adalah sistem pertanian saat lahan digunduli,
khususnya dibakar untuk pertanian. Sistem rotasi digunakan, area dibudidaya
selama beberapa tahun kemudian ditinggalkan kosong untuk regenerasi;
sementara kegiatan pertanian yang lain, lahan dapat dibudidaya terus
menerus.May 10, 2016

- Pertanian perladangan berpindah menciptakan ekosistem alami


Jika dikelola dengan baik, metode peladangan berpindah dapat menyediakan
jasa ekosistem penting serta melindungi keanekaragaman hayati.

- Stigma negatif pertanian tebang bakar berkontribusi kehancuran hutan dan


pelepasan gas rumah kaca sudah lama melekat dalam metode tradisional ini.
Menurut studi terbaru, bila dilakukan secara benar metode perladangan
berpindah ini sesungguhnya menciptakan ekosistem alami dengan
keanekaragaman hayati tinggi, kaya dengan cadangan karbon dan resiko
erosi tanah yang rendah.
Pembersihan ladang di Danau Sentarum, Kalimantan
Barat. Saat ini akibat tekanan sosial ekonomi terjadi
perubahan pola penggunaan lahan tradisional. Tim
Cronin/CIFOR
Dampak perladangan berpindah:
Perladangan berpindah memiliki korelasi yang kuat dengan kerusakan ekosistem hutan,
terutama pada pulau-pulau kecil dampaknya sangat signifikan.
Beberapa dampak yang dapat dikemukakan adalah:
1. Terjadi banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
2. Terjadi penurunan drastis kesuburan tanah. Kondisi di lapangan menunjukan bahwa
bekas-bekas areal berladang telah menjadi semak belukar ataupun padang alang-alang.
3. Terjadi perubahan iklim dan yang paling drastis adalah kondisi iklim mikro dimana suhu
o
meningkat rata-rata sebesar 1–3 C dengan penurunan kelembaban relatif sebesar 5–
10%
4. Terjadi gangguan habitat satwa, dimana lebih disebabkan oleh perubahan kondisi
vegetasi sebagai akibat perladangan berpindah dan hal ini berpengaruh signifikan
terhadap habitat satwa. Akibatnya ekosistem hutan yang sebelumnya merupakan tempat
makan, minum, bermain dan tidur menjadi terganggu, sehingga satwa cendrung
bermigrasi ke tempat lain, ataupun memilih tetap bertahan dengan kondisi cover yang
terganggu.
5. Terjadi penurunan biodiversitas, yang secara umum disebabkan perladangan yang
dilakukan dengan cara tebang habis dan bakar sehingga banyak spesies langka atau
endemik juga ikut musnah.
6. Terjadi peningkatan luas lahan Imperata cylindrica karena pembukaan hutan untuk
aktivitas perladangan. Perladangan berpindah biasanya dengan menggunakan masa
istirahat lahan (masa bera) 10 – 20 tahun. Artinya selama periode waktu 10 – 20 tahun,
lahan tersebut akan ditinggalkan dan dibiarkan membentuk hutan sekunder (Aong).
Aong biasa didominasi oleh vegetasi berupa Macaranga spp dan terdapat juga
beberapa spesies asli dari hutan yang dibuka pada awalnya. Setelah masa bera
tersebut maka lahan yang sama akan dibuka kembali untuk berladang pada periode ke
II. Setelah periode ke II, hutan sekunder (Aong) mulai sulit untuk terbentuk karena
lahan mulai didominasi oleh alang-alang (Imperata cylindrica) sehingga secara umum
jika sistem pengulangan ini dilakukan sampai pada periode ke III biasanya lahan sudah
didominasi alang-alang.
EKOSISTEM kebun:
- Kebun adalah lahan pertanian atau usaha tani yang sudah menetap, yang
ditanami tanaman tahunan secara permanen atau tetap, baik sejenis
meupun secara campuran.
- Tanaman yang biasa ditanam di lahan kebun antara lain kelapa serta jenis
buah-buahan, seperti mangga, rambutan, dan lain-lain.
- Perkebunan ialah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu
pada tanah dan atau atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang
sesuai, mengolah serta memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut,
dengan bantuan ilmu pengetahuan serta teknologi, permodalan serta
manajemen untuk bisa mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha kebun
dan masyarakat.
Jenis kebun
- Pertanian kebun rakyat
Pertanian kebun rakyat ialah kebun yang diusahakan oleh rakyat serta umumnya
banyak diusahakan di luar Pulau Jawa. Ciri-ciri pertanian kebun rakyat antara
lain diuraikan sebagai berikut.
• Areal tidak begitu luas, ialah hanya beberapa hektare saja.
• Pengerjaan dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga secara gotong royong
serta bersifat tradisional.
• Modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar.
• Hasil perkebunan rakyat sebagian besar dapat digunakan untuk kebutuhan
lokal.

- Pertanian kebun besar


Pertanian kebun besar ialah kebun yang diusahakan oleh yaitu badan-badan
besar seperti Perusahaan Perkebunan Negara (PPN), Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Modal Swasta Nasional,
serta Modal Asing yang bekerja sama dengan pemerintah.
Ciri kebun
Adapun karakteristik yang menjadi manfaat kebun sehingga mampu
membedakan dengan lahan pertanian lainnya, antara lain:
- Luas
Untuk ukuran luas kebun ini begitu relatif serta bergantung pada jumlah
komoditas yang bisa dihasilkan. Akan tetapi, suatu kebun membutuhkan
suatu luas minimum untuk dapat menjaga keuntungan melewati sistem
produksi yang digunakannya.
- Sistem Kepemilikan
Sistem kepemilikan lahan tidak adalah syarat mutlak dalam sistem
perkebunan. Sehingga bagi berbagai komoditas meningkat sistem
penyewaan lahan ataupun sistem dari pembagian usaha. Contohnya yaitu
kebun Inti Rakyat atau biasa disebut PIR.
Fungsi kebun
Karyono (1980), Abedin dan Quddus (1991) mengatakan bahwa fungsi kebun
secara umum dapat dibedakan dalam dua aspek yaitu;
- Aspek Subsisten
Kebutuhan subsisten diperoleh dari produksi lahan yang bisa digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi pemiliknya. Misalnya
dalam implementasi ini ialah produksi subsisten dari kebun campur,
umumnya bisa didapat dari tanaman penghasil pangan, obat-obatan,
sayuran, bumbu masak, pakan hewan, serta kayu bakar.

- Aspek Komersial
Produksi komersial sisa dari yang dikonsumsi bisa dijual untuk tambahan
penghasilan. Sedangkan untuk contoh aspek dalam produksi komersial
sebagian besar bisa didapat dari tanaman yang dapat dipergunakan
sebagai bahan bangunan, buah-buahan dan jenis-jenis komoditas
perdagangan seperti kelapa, cengkih, kopi, dan lain-lain.

Contoh Kebun:
Kelapa sawit, teh, kelapa, kakao atau coklat, kopi, karet
KOMPONEN PADA EKOSISTEM kebun campuran
➢ Komponen biotik:
1. Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat
organic (organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan
yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contoh produsen
adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau.
2. Heterotrof / Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-
bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen
heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan
berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur,
dan mikroba.
3. Pengurai / dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang
berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena
makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap
sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana
yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai
adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan
pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu.
d. Manusia
Di dalam agroekosistem ataupun ekosistem buatan manusia yang diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia, manusia sangat berperan penting di dalamnya, mulai
dari persiapan awal sampai dengan pasca panen, dan bahkan sebagai konsumen hasil
produksi.
e. Biota tanah
Di dalam tanah, berdasarkan berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian secara
umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang mrnguntungkan dan yang
merugikan. Berdasarkan spesifikasi fungsinya, jasad hayati tanah digolongkan menjadi:
- Jasad fungsional, contohnya bakteri nitromonas dan nitrobacter yang berperan dalam
nitrifikasi, bakteri rhizobium alam fiksasi N-bebas, endomikoriza dalam penyediaan
dan penyerapan hara P oleh tanaman.
- Jasad nonfungsional, contohnya media dekomposer bahan organik.
f. Hewan ternak
Kehadiran hewan ternak seperti kerbau juga dapat menjadi komponen yang meng-
untungkan dalam pertanian, terutama dalam tipe persawahan. Kerbau dapat digunakan
sebagai alat bantu manusia dalam membajak sawah secara tradisional.
g. Pathogen
Pathogen dapat diartikan sebagai mikroorganisme yang menyebabkan timbulnya
penyakit pada tanaman.
h. Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau tumbuhan yang tumbuh tidak
sesuai dengan tempatnya. Kehadiran gulma pada suatu lahan pertanian
menyebabkan berbagai kerugian yakni menurunkan ngka hasil, menurunkan mutu
hasil, menjadi inang alternative hama atau patogen, mempersulitpengolahan dan
mempertinggi biaya produksi, dapat menumbuhkan zat beracun dari golongan fenol
bagi umbuhan lainnya, dan mengurangi debit dan kualitas air.
i. Hama
Ada beberapa hama yang dikenal dalam pertanian yakni Nematoda parasitic
tanaman, serangga hama tanaman, tungau, siput, hewan vertebrata, satwa liar dan
burung (Arifin, 2013).
➢ Komponen abiotik:
Komponen Abiotik Ekosistem pekarangan desa dan talun yaitu sebagai
berikut:
a. Air.
Tak kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri akan air. Oleh sebab itu, air
merupakan salah satu komponen abiotic yang sangat menentukan kelangsungan
hidup organisme.
b. Tanah.
Tanah merupakan tempat hidup seluruh kehidupan. Sebagian besar penyusun
makhluk hidup baik langsung maupun tidak langsung berasal dari tanah.Oleh sebab
itu tak mungkin ada kehiduan tanpa adanya tanah.
c. Udara
Udara atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer bumi. Gas-gas di
atmosfer ini disamping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur
zat tertentu, seperti oksigen, karbondioksida, nitrogen dan hidrogen.
d. Cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotic yang berfungsi sebagai sumber
energi primer bagi ekosistem.
e. Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu, hal itu karena pada
setiap tubuh makhluk hidup akan berlangsung proses kimia yang berkitan erat
dengan suhu.
f. Kelembaban
Kelembapan adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara mempunyai pengaruh
yang besar terhadap ketersediaan air dalam tubuh. Tersedianya air dalam tubuh
berperan besar dalam menunjang proses metabolisme.
g. Arus angin
Arus angin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perikehidupan tumbuhan.Di
samping itu, arus angin juga berpengaruh dalam menjaga kesuburan tanah suatu
lingkungan. Pada daerah yang arus anginnya kencang, hanya jenis tumbuhan yang
mempunai perakaran kuat dan berbatang liat yang dapat bertahan
hidup. Sedangkan tumbuhan yang perakarannya tidak kuat dan batangnya tidak liat,
maka akan mudah terangkat atau patah oleh kencangnya angin.
h. Derajat keasaman / pH
Derajat keasaman atau pH pada media memberi pengaruh yang besar terhadap
distribusi organisme. Pada lingkungan yang berbeda pH-nya akan berbeda pula
organisme yang hidup disana.
i. Iklim
Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil interaksi berbagai
komponen abiotik lainnya, seperti kelembapan udara, suhu, curah hujan, dan lain-
lain.
Iklim suatu daerah sangat menentukan jenis tanaman dan hasil produksi
pertaniannya.
j. Topografi
Topografi adalah altitude dan latitude suatu tempat. Topografi mempunyai pengaruh
besar terhadap penyebaran makhluk hidup, yang tampak jelas adalah penyebaran
tumbuhannya.
k. Garam mineral
Tumbuhan mengambil zat hara dari tanah atau air di lingkungan berupa larutan ion
garam-garam mineral.
l. Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jazat pengganggu). Pestisida juga
merupakan factor penting dalam agroekosistem. (Arifin, 2013).
EKOSISTEM tegalan
- Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada
pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan
terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya
sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata.
- Tegalan adalah tanah kering yang terletak di sekitar daerah pemukiman
(desa) karena keadaannya yang kering tidak dapat diubah menjadi sawah
(Sugeng HR, 1989).
- Menurut Prasetyo (2006), tegalan adalah suatu daerah dengan lahan
kering yang bergantung pada turunnya air hujan atau lahan yang tidak
memperoleh pengairan tekhnis ataupun setengah teknis.
-
EKOSISTEM peKARANGAN
- Pekarangan adalah tanah di sekitar perumahan, kebanyakan berpagar
keliling, dan biasanya ditanami padat dengan beraneka macam tanaman
semusim maupun tanaman tahunan untuk keperluan sendiri sehari-hari dan
untuk diperdagangkan. Pekarangan kebanyakan saling berdekatan, dan
besama-sama membentuk kampung, dukuh, atau desa (Terra, 1948).

- Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar


rumah yang mudah diusahakan dengan tujuan
untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro
melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan
sering juga disebut sebagai lumbung hidup,
warung hidup atau apotik hidup. Dalam kondisi
tertentu, pekarangan dapat memanfaatkan
kebun/rawa di sekitar rumah (Wikipedia, 2012).
Fase-fase pekarangan:
1. Terbentuk sesudah menebang hutan, disebut dengan fase kebun.
Pada fase kebun ditanami tanaman-tanaman semusim. Hasil tanaman
dari kebun dikonsumsi sendiri oleh keluarga petani dan sebagian lagi
dijual
2. Fase setelah dua tahun, di kebun mulai tumbuh anakan tanaman keras.
Makin lama ruangan bagi tanaman semusim makin berkurang. Maka
mulailah terbentuk kebun campuran. Kebun campuran berperan
penting dalam konservasi tanah dan air.
3. Fase ini terjadi sesudah tanaman semusim dalam kebun campuran
dipanen, lapangan biasanya ditinggalkan selama kurang lebih 2-3
tahun, sehingga didominasi oleh tanaman keras yang disebut kebun
talun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pekarangan
dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan (Karyono, 1981), yaitu:
1. Faktor fisik:
• Ketinggian tempat dari permukaan laut
• Curah hujan
• Hari hujan
• Pergantian musim

2. Faktor sosial budaya dan ekonomi


• Luas pekarangan
• Luas pemilikan sawah
• Kombinasi bentuk pemilikan tanah
• Bentuk rumah
• Tingkat pendidikan kepala keluarga
• Jumlah anggota keluarga
• Jarak tempat dari kota
Fungsi Pekarangan:
Menurut penyelidikan Dinas Perkebunan Rakyat dahulu dalam Satiadireja
(1984), fungsi pekarangan adalah:
• Penghasil makanan tambahan, yaitu tambahan pada makanan pokok
(beras, jagung, ubi kayu).
• Pekarangan memberikan hasil setiap hari, hingga bagi petani menjadi
sumber bahan makanan tetap atau menjadi sumber penghasil uang.
• Pekarangan menghasilkan rempah-rempah, obat-obatan, keperluan rumah
tangga dan bunga-bungaan.
• Pekarangan menghasilkan bahan bangunan-bangunan, terutama bambu,
yang banyak ditanam di pinggir pekarangan.
• Pekarangan menghasilkan kayu bakar, baik dari pohon buah-buahan
maupun dari kayu-kayuan yang ditanam sebagai kayu bakar.
• Pekarangan menghasilkan bahan-bahan dasar untuk berbagai kerajinan
tangan.
• Di beberapa daerah pekarangan menghasilkan pula berbagai hewan
ternak.
Ekosistem pekarangan bisa cenderung stabil jika :
1. Permukaan pekarangan datar sehingga erosi minim
2. Tanaman di pekarangan beranekaragam dengan tajuk berlapis-lapis sehingga
dapat menahan air hujan yang jatuh.
3. Terbentuknya iklim mikro yang lebih sejuk.
4. Pembentukan humus tidak terganggu dan terus mendapat bahan organik.
5. Dapat dilaksanakan daur ulang limbah rumah tangga.

TUGAS
1. Gambarkan 2 buah contoh denah pola pekarangan.
2. Gambarkan masing-masing 1 buah contoh:
a. Pola stratifikasi vertikal dapa pekarangan (dalam
bentuk tampak-potongan)
b. Pola stratifikasi horizontal pada pekarangan
(dalam bentuk sketsa)
3. Berikan 3 buah contoh rantai makanan yang terjadi
pada pekarangan
EKOSISTEM KOLAM
- Kolam adalah perairan di daratan yang lebih kecil ukurannya daripada
danau. Kolam terbentuk secara alami atau dapat dibuat manusia.
Pembatasan pasti yang membedakan danau dan kolam tidak pernah
tuntas. Wikipedia
- Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah
tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau
hewan air lainnya.
- Berdasarkan pengertian teknis (Susanto, 1992), kolam merupakan suatu
perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat manusia agar
mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan target
produksinya. Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus dapat
berfugsi sebagai sumber makanan alami bagi ikan, artinya kolam harus
berpotensi untuk dapat menumbuhkan makanan alami.
- Ekosistem kolam ditandai oleh adanya bagian perairan yang tidak dalam sehingga
(kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) memungkinkan tumbuh-tumbuhan
berakar dapat tumbuh di semua bagian perairan.
- Tidak ada batasan tegas yang dapat dibuat antara danau dan kolam.
- Kolam dapat dijumpai dikebanyakan daerah dengan curah hujan yang cukup.
- Kolam sementara yaitu kolam kering untuk beberapa waktu dalam kurun
waktu setahun, terutama menarik dan mendukung komunitas yang unik.
Organisme di dalam kolam seperti ini harus dapat bertahan pada stadium
dorman selama periode kering atau dapat bergerak ke dalam dan keluar
kolam, seperti amfibi dan serangga air yang dewasa.
- Kolam yang terjadi karena pembendungan atau penggalian oleh manusia,
atau oleh binatang seperti “beaver” adalah salah satu yang paling banyak.
- Ekosistem Kolam memiliki kekhasan tersendiri, sebab unit biosistem yang
ada didalamnya berbeda dengan yang ada di ekosistem lainnya. Secara
umum komponen ekosistem kolam juga tersusun atas komponen Abiotik dan
Biotik.
EKOSISTEM TAMBAK
- Tambak adalah tempat yang dibuat sedemikian rupa agar mahluk hidup
bisa dibudidayakan dan memungkinkan untuk diambil manfaatnya. Adapun
binatang yang populer dibudidayakan dengan sistem tambak adalah ikat
mujair, ikan bandeng, ikan nila, ikan bawal, kepiting, udang, dan masih
banyak lagi lainnya. Organisme ini kemudian yang membentuk ekosistem
yang terbatas pada wilayah tambak tersebut
- Ekosistem tambak adalah ekosistem buatan yang sengaja diciptakan untuk
keperluan budidaya perikanan.
- Ekosistem tambak berupa kolam buatan yang biasanya berada di daerah
pantai. Kolam ini diisi air dan dimanfaatkan sebagai media budidaya
berbagai jenis ikan, kerang, atau udang.
Fungsi Tambak
Sebagai ekosistem buatan, fungsi tambak yang diharapkan antara lain:
- Sebagai tempat hidup ikan atau habitat buatan bagi mahluk hidup yang
hendak dibudidayakan.
- Sebagai wadah ataupun tempat tumbuhnya berbagai makanan alamiah
yakni plankton, klekap dan lain-lain. Secara tidak langsung menjadi tempat
hewan lainnya untuk mencari makanan, missal burung-burung air dan masih
banyak lainnya.
- Sebagai tempat “terperangkapnya” berbagai macam
hewan air yang liar dan bisa menjadi sumber pasma
nutfah yang sangat baik memaksimalkan hasil
budidaya di tambak.
- Menghasilkan sumberdaya dengan nilai ekonomis yang
diharapkan bisa menjadi sumber penghidupan
masyarakat.
EKOSISTEM WADUK/BENDUNGAN
- Waduk merupakan lokasi penampungan air guna memenuhi
keperluan manusia seperti pengairan/irigasi pertanian,
pembangkit tenaga listrik, lokasi rekreasi, dan sarana olahraga.
- Waduk adalah ekosistem baru dengan substrat dasar
seringkali berasal dari kebun atau sawah maupun hutan
dengan sifat geologi yang berbeda-beda. Pada umumnya,
komunitas biotik dari ekosistem ini terbentuk masih dalam fase
suksesi dengan usia yang berbeda-beda, tadinya sekian
banyak macam ikan ditebarkan kemudian tidak sedikit
tumbuhan pendatang tumbuh, contohnya kiambang dan
enceng gondok yang menutupi permukaan dan mempengaruhi
kondisi waduk.
- Ekosistem waduk adalah ekosistem buatan
yang berupa bangunan penahan atau
penimbun air yang digunakan untuk
berbagai kebutuhan manusia dimana dalam
proses pembuatannya manusia memiliki
peran yang sangat besar.
EKOSISTEM permukiman
- Ekosistem pemukiman adalah ekosistem buatan yang
sengaja dibangun sebagai lingkungan tempat tinggal atau
hunian serta sebagai kegiatan yang mendukung ber-
langsungnya kehidupan manusia.
- Yang termasuk ekosistem pemukiman misalnya:
• Kawasan perkotaan,
• Kawasan perdesaan, dan lain sebagainya.
EKOSISTEM kebun binatang
- Kebun binatang juga merupakan salah satu ekosistem buatan.
- Tempat ini dibuat dengan tujuan sebagai sarana edukasi pengenalan hewan liar
maupun domestic. Terkadang kebun binatang juga dijadikan sebagai tempat
penangkaran hewan yang dilindungi.
- Terdapat banyak hewan di kebun binatang, meliputi hewan air, darat dan udara
yang semuanya dipelihara di dalam kandang yang baik.

Komponen ekosistem kebun binatang terdiri


dari:
- Komponen biotik : berbagai macam hewan
air, darat dan udara; pohon, rumput, lumut,
sebagai pelengkap habitat hewan-hewan
tersebut agar kandangnya menyerupai
habitat aslinya.
- Komponen abiotik : tanah, batu, air, cahaya,
dan udara

Sumber: Google

Anda mungkin juga menyukai