Anda di halaman 1dari 10

A.

BOTANI

Kajian botani meliputi kajian dasar terhadap morfologi suatu spesies tumbuhan yang diamati.
Hasil yang diperoleh berupa perawakan serta bentuk organ vegetatif dan generatif. Pada kajian
botani akan dapat ditentukan perbedaan spesifik antar spesies dan antar genus dari family
Zingiberaceae.Famili Zingiberaceae secara umum lebih dikenal dengan kelompok tumbuhan
jahe-jahean yang memiliki ciri-ciri diantaranya berperawakan herba ,memiliki rimpang yang
berada di bawah permukaan tanah, batang semu, tipe daun lengkap dan daun tunggal. Organ
bunga/perbungaan memiliki bentuk yang khas dan warna yang unik yang dapat membedakan
antar genus dan spesies dari famili .Rimpang famili ini memiliki bentuk morfologi yang berbeda
serta warna rimpang yang berbeda . Rimpang Zingiberaceae pada umumnya mengandung
senyawa aromatik yang mencirikan masing-masing spesies dalam penggunaannya bagi
masyarakat lokal. Senyawa aromatik biasanya hasil metabolit sekunder berupa minyak
atsiri.Zingiberaceae mengandung sekitar 50 genus dengan jumlah spesies mencapai 1400 species
(Hsuan et al., 1998). Zingiberaceae memiliki tiga tribes yaitu Zingibereae, Alpinieae, dan
Hedychieae (Larsen et al. 1999). Zingiber merupakan satu-satunya genus pada tribe Zingibereae,
walaupun demikian Zingiber memiliki sekitar 100 spesies (de Guzman and Siemeosma 1999)
bahkan mencapai 141 species (Theilade 1999; Sabu 2006). Sebagian besar spesies Zingiberaceae
terdistribusi di hampir di seluruh Asia, Australia, dan Pasifik Selatan dengan pusat penyebaran di
daerah Asia Tenggara (Theilade 1999; Sabu 2003), termasuk Indonesia.

Zingiberaceae merupakan salah satu famili pada kelas Liliopsida yang banyak digunakan
sebagai obat. Famili Zingiberaceae memiliki tiga tribes yaitu Zingibereae, Alpinieae, dan
Hedychieae (Larsen et al. 1999). Bagi masyarakat lokal Indonesia berbagai spesies dari famili
Zingiberaceae bermanfaat ganda sebagai obat tradisional, bumbu masak, dan tanaman hias.
Sebagai contoh: kunyit (Curcuma longa), jahe (Zingiber officinale), lengkuas (Alphinia galanga),
dan kecombrang (Etlingera elatior). Selain memiliki metabolit sekunder yang berkhasiat obat
ternyata struktur bunga atau daun dari Zingeberaceae menarik (Larsen et al. 1999; Silalahi
2017), bahkan Etlingera elatior telah dijadikan sebagai bunga potong (Aswani et al. 2013).
1. Amomum ochreum Ridl.

Herba teresterial, tinggi 135 cm, rimpang di dalam tanah, beraroma lembut, warna kulit putih,
warna daging krem, warna sisik coklat dengan permukaan licin, serta jarak antar shoot 9 cm.
Pseudostem; warna coklat kehitaman, tinggi 5 cm, dan diameter pangkal 3,4 cm. Ligula; panjang
0,4 cm, ujung membulat, warna merah, dan permukaan licin. Pelepah daun; panjang 30 cm dan
warna hijau kemerahan. Tangkai daun; panjang 1,2 cm dan warna hijau kemerahan. Daun;
bentuk lanset, panjang 36 cm, lebar 8 cm, tepi rata, ujung meruncing, pangkal rata, warna hijau,
permukaan atas dan bawah licin, tulang daun jelas, serta jumlah lembaran daun 6. Buah; berasal
dari rimpang di tanah, arah perbuahan merayap di permukaan tanah, panjang 25 – 30 cm, warna
putih; kulit buah berduri kecil dan jarang, bentuk bulat; buah 3 – 6 per tangkai; diameter buah 4-
5 cm dan warna biji hitamZingiber merupakan genus tunggal pada tribe Zingibereae, namun
memiliki banyak spesies.

2. Lempuyang (Zingiber spp.)

merupakan spesies dari Zingiber yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat lokal Indonesia
sebagai obat tradisional khususnya sebagai bahan jamu (Burkil 1966; de Guzman and
Siemonsma 1999).

Secara umum lempuyang atau yang dikenal juga sebagai wild gingers dibedakan menjadi tiga
spesies yaitu lempuyang gajah (Zingiber zerumbet), lempuyang emprit/pahit (Zingiber
americans), dan lempuyang wangi (Zingiber aromaticum) (Husni dan Widjaja 1989), namun de
Guzman and Siemonsma (1999) dan Wahyuni et al. (2013) menggolongkan
lempuyang menjadi tiga varietas yaitu varietas zerumbet, emprit, dan aromaticum. Pemberian
nama lempuyang diduga berhubungan dengan karekter rhizoma yang dimiliki seperti lempuyang
gajah (rhizoma besar), lempuyang emprit (rhizoma kecil disebut juga lempuyang pahit karena
rasa rizomanya yang pahit), sedangkan lempuyang wangi (rhizoma dengan aroma yang wangi)
(de Guzman and Siemonsma 1999).

Walaupun secara morfologi struktur daun Zingiber zerumbet realatif sama dengan Zingiber
aromaticum, namun struktur anatominya. Daun Zingiber zerumbet memiliki ikatan pembuluh
pada tulang daun utama sebanyak 10 buah, banyak kristal silika pada jaringan bunga karang, sel
jaringan palisade melebar dengan ukuran 25-37,5 x 12,5 – 15 µm, jumlah sel epidermis pada
abaksial daun lebih dari 175 buah/satuan bidang memiliki jaringan hipodermis terdapat pada
ke dua permukaan daun, sel hipodermis bawah bentuknya tidak beraturan, jaringan palisade
terdiri atas satulapis sel, bulu panjang tetapi jarang dan tertanam dalam, sel epidermis pada
bagian abaksial daun tidak beraturan.Lempuyang memiliki batang tegak dengan tinggi sekitar 1-
2 m. Daun dan perbungaan dari Zingiber aromaticum berbentuk pinecone muncul dari rimpang
yang tebal atau batang bawah yang tumbuh. Daun kadang-kadang berwarna keunguan di
bawah tunas muda, tipis dengan ukuran sekitar 25-35 cm dengan pelepah mereka sangat
kuat di permukaan bawah. Tangkai daun berikuran sekitar 6cm panjang sedangkan ligule sangat
tipis, utuh,dan lebar, panjangnya sekitar 1,5-2,5 cm.

3. Curcuma sp.

Herba teresterial, tinggi ± 250 cm, rimpang di dalam tanah, tidak beraroma, warna kulit putih,
warna daging putih, warna sisik coklat dengan permukaan licin, dan jarak antar shoot 8 cm.
Pseudostem; warna putih kemerahan, tinggi 3 cm, dan diameter pangkal 3,5 cm. Lígula; panjang
± 20 cm, ujung runcing, warna merah muda, dan permukaan licin. Pelepah daun; panjang 46 cm
dan berwarna hijau. Tangkai daun; panjang 5 cm dan berwarna hijau. Daun; bentuk memanjang,
panjang 46 cm, lebar 10,3 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal runcing, warna hijau, permukaan
atas dan bawah licin, tulang daun jelas, serta jumlah lembaran daun 6-8. Buah berasal dari
rimpang di tanah, panjang 13 cm, warna merah, jumlah buah ± 15 per tangkai; dan diameter
buah 4-5 cm. Biji hitam.

4. Etlingera alatior (Jack) R.M. Sm.

Herba teresterial, tinggi ± 300 cm, rimpang di dalam tanah, beraroma tajam, warna kulit coklat,
warna daging putih, warna sisik coklat dengan permukaan licin, dan jarak antar shoot 31 cm.
Pseudostem; warna hijau, tinggi 4 cm dan diameter pangkal 2,4 cm. Ligula; panjang 1,5 cm,
ujung meruncing, warna hijau tua, dan permukaan licin. Pelapah daun; panjang 31 cm dan warna
hijau. Tangkai daun; panjang 2,1 cm dan warna hijau. Daun; bentuk lanset, panjang 25 cm, lebar
14 cm, tepi rata, ujung meruncing, pangkal tumpul, bagian atas dan bawah berwarna hijau,
permukaan licin, tulang daun jelas, dan jumlah lembaran daun 6-9. Bunga majemuk, muncul dari
rimpang, dan berwarna merah muda.

5. Etlingera littoralis (J. Konig) Giseke


Herba teresterial, tinggi ± 240 cm, rimpang di dalam dan di atas tanah, beraroma lembut, warna
kulit putih, warna daging putih, warna sisik putih dengan permukaan licin, dan jarak antar shoot
± 110 cm. Pseudostem; warna hijau , tinggi 5 cm dan diameter pangkal 4,5 cm. Ligula; panjang
2,5 cm, ujung membulat, warna hijau, permukaan licin, tepi berbulu. Pelepah daun; panjang 58
cm, warna hijau. Tangkai daun; panjang 1,3 cm, warna hijau. Daun; bentuk lanset, panjang 49
cm, lebar 10 cm, tepi rata dan berbulu, ujung runcing, pangkal runcing, bagian atas berwarna
hijau, bagian bawah berwarna merah muda, permukaan atas dan bawah licin, tulang daun jelas,
dan jumlah lembaran daun 8. Bunga majemuk, muncul dari rimpang, berwarna merah, serta
jumlah bunga mekar 3-6.

7. Globba nawawii Ibrahim & K. Larsen

Herba teresterial, tinggi 77 cm, rimpang di dalam tanah, beraroma lembut, warna kulit putih,
warna daging putih, warna sisik merah dengan permukaan licin, jarak antar shoot 2,5 cm.
Pseudostem; warna merah, tinggi 3 cm, diameter pangkal 1 cm. Ligula; panjang 0,2 cm, ujung
rata, warna hijau, permukaan licin. Pelepah daun; panjang 16 cm, warna merah. Tangkai daun;
panjang 0,3 cm, warna hijau. Daun; bentuk lanset, panjang 16 cm, lebar 7,5 cm, tepi rata, ujung
meruncing, pangkal runcing, bagian atas berwarna hijau dan bawah berwarna merah, permukaan
atas dan bawah licin, tulang daun jelas, jumlah lembaran daun 5.. Bunga majemuk, muncul dari
ujung pucuk, dan berwarna kuning.

8. Globba paniculata Valeton.

Herba teresterial, tinggi ± 99 cm, rimpang di dalam tanah, tidak beraroma, warna kulit merah,
warna daging putih, warna sisik merah dengan permukaan licin, jarak antar shoot 1-5 cm.
Pseudostem; warna merah muda, tinggi 1,5 cm, diameter pangkal 1,5 cm. Ligula; panjang 0,3
cm, ujung melengkung ke dalam, warna hijau, permukaan licin. Pelepah daun; panjang 28 cm,
warna hijau kemerahan. Tangkai daun; panjang 1,2 cm, warna merah. Daun; bentuk lanset,
panjang 25 cm, lebar 5 cm, tepi rata, ujung meruncing, pangkal runcing, bagian atas dan bawah
berwarna hijau, permukaan atas dan bawah licin, tulang daun jelas, jumlah lembaran daun 8.
Bunga majemuk, warna putih, dan tersusun teratur sepanjang tangkai perbungaan.

9. Globba patens Miq.


Herba teresterial, tinggi 84 cm, rimpang di dalam tanah, beraroma lembut, warna kulit putih,
warna daging putih, warna sisik merah dengan permukaan berbulu halus, jarak antar shoot 4 cm.
Pseudostem; warna merah, tinggi 3 cm, diameter pangkal 1,2 cm. Ligula; panjang 0,3 cm, ujung
rata, warna hijau, permukaan berbulu halus. Pelepah daun; panjang 24 cm, warna merah
kehijauan. Tangkai daun; panjang 0,4, warna hijau. Daun; bentuk jorong, panjang 25 cm, lebar
10 cm, tepi rata, ujung meruncing, pangkal runcing, bagian atas dan bawah berwarna hijau,
permukaan atas licin dan bawah berbulu halus, tulang daun jelas dengan permukaan berbulu
halus, jumlah lembaran daun 3-5. Bunga majemuk, muncul dari ujung pucuk, berwarna orange,
dan tersusun rapat di ujung, yang mekar 3.

10. Globba pendula Roxb.

Herba teresterial, tinggi ± 40 cm, rimpang di dalam tanah, tidak bersisik, beraroma lembut,
warna daging krem, jarak antar shoot 0,4 cm. Pseudostem; warna merah, tinggi 1,6cm, diameter
pangkal 0,5 cm. Ligula; panjang 0,2 cm, membulat, warna hijau bertotol merah. Pelepah daun;
panjang 4 cm, warna hijau bertotol merah. Tangkai daun; panjang 0,3 cm, warna hijau. Daun;
berbentuk jorong dengan panjang 8,5 cm, lebar 3 cm, tepi rata, ujung meruncing, pangkal
membulat, bagian atas dan bawah berwarna hijau, permukaan atas dan bawah kasap, tulang daun
kurang jelas, jumlah lembaran daun 8-12. Bunga majemuk, muncul dari ujung pucuk, berwarna
orange, tersusun berselang-seling, yang mekar 1-3. Buah bulat, berwarna hijau-putih, panjang 1-
2 cm dan lebar 1 cm.

11. Zingiber multibracteata Holtt.

Herba teresterial, tinggi 180 cm, rimpang di dalam tanah, beraroma tajam, warna kulit putih
kekuningan, warna daging putih, warna sisik coklat dengan permukaan licin, jarak antar shoot
3,5 cm. Pseudostem; warna putih, tinggi 2,4 cm, diameter pangkal 2,4 cm. Ligula; panjang 1,7
cm, ujung membulat, warna hijau, permukaan berbulu halus. Pelepah daun; panjang 48 cm,
warna hijau. Daun; bentuk lanset, panjang 45 cm, lebar 18 cm, tepi rata, ujung meruncing,
pangkal membulat, bagian atas dan bawah berwarna hijau, permukaan atas licin dan bawah
berbulu halus, tulang daun jelas dan permukaannya berbulu halus, jumlah lembaran daun 12-19.
Bunga majemuk berasal dari rimpang, arah tumbuh tegak, panjang 36 cm, warna merah muda;
jumlah bunga mekar satu; dan tangkai bunga berwarna putih dengan panjang 29 cm.
B. METABOLIT SEKUNDER

Metabolit sekunder tumbuhan merupakan metabolit yang dihasilkan dari proses metabolisme
sekunder, dengan menggunakan senyawa antara yang dari proses metabolisme primer, seperti
senyawa antara dari proses glikolisis (Taiz and Zeiger 2006). Secara umum metabolit
sekunder dibedakan menjadi alkaloid, flavonoid, dan terpenoid. Berbagai jenis metabolit
sekunder dihasilkan tumbuhan dengan fungsi yang berbeda beda seperti anti feedant, anti
mikroba, dan anti grazing. Tumbuhan menyimpan metabolit sekunder yang pada organ yang
berbeda. Metabolit sekunder yang ditemukan pada rhizome Zingiber zerumbet antara lain:
flavonoids (kaempferol, quercetin, dan curcumin) dan minyak atsiri/volatile oils (Dung et al.

Metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan digunakan manusia untuk berbagai tujuan, salah
satu di antaranya sebagai obat. Tumbuhan menyimpan metabolit sekundernya pada organ-organ
yang berbeda, tergantung fungsi dari metabolit sekunder tersebut. Sebagai contoh klorofil
disimpan terutama di bagian daun, sedangkan antosianin sebagian besar disimpan di bagian
bunga. Zingiberaceae sebagian besar menyimpan metabolit sekundernya khusunya minyat atsiri
pada bagian rhizomanya. Rhizoma dan daun merupakan bagian utama dari Zingiber zerumbet
dimanfaatkan sebagai obat. Di Indonesia rhizoma Zingiber zerumpet dimanfaatkan sebagai obat
diare, disentri, gangguan lambung, dan mengurangi rasa sakit (de Guzman and Siemonsma
1999), sedangkan di Brunei, rhizoma dimanfaatkan sebagai mandian pasca melahirkan dan
daun digunakan sebagai obat rematik, dan sakit persendian (de Guzman and Siemonsma 1999).
Minyak atsiri atau sering juga disebut essensial oils merupakan jenis terpenoid khususnya
seskuiterpenoid dan mono terpenoid yang banyak ditemukan pada Zingiberaceae. Essensial oils
mengakibatkan tumbuhan memiliki aroma khas yang juga digunakan sebagai salah satu
penciri spesies tumbuhan.

C. MANFAAT

Zingiber zerumbet telah lama digunakan berbagai etnis di Indonesia maupun etnis lainnya
sebagai obat tradisional maupun sebagai bahan jamu. Dalam bidang kuliner Zingiber zerumbet
banyak digunakan sebagai pemberi aroma makanan (food flavoring) dan appetizer. Berbagai
etnis di Asian, India, China, dan Arab telah lama memanfaatkan Zingiber zerumbet tujuan
pengobatan seperti sakit kepala, pembengkakan, pilek, bisul, luka dan kehilangan nafsu
makan, mual dan bahkan ketidaknyamanan menstruasi (Yob et al. 2011; Prakash et al. 2011).
Hasil bioessay terhadap rizoma Zingiber zerumbet menunjukkan sebagai anti- inflamantori
(Jyothilakshmi et al. 2016; Tzeng et al. 2013; Murakami et al. 2002), anti mikroba dan anti
analgesik.

Pemanfaatan terkait pengobatan di antaranya untuk mengobati beberapa penyakit sebagai

berikut.

(1) Panas dalam. Penyakit ini menurut masyarakat dapat diobati dengan jahe gajah (Zingiber
officinale var. Roscoe) ataupun jenis jahe lainnya seperti jahe emprit (Zingiber officinale var.
Amarum) dan jahe beureum (Zingiber officinale var. Rubrum). Ramuan dibuat dengan cara jahe
diiris kecil, ditumbuk, kemudian diperas. Selanjutnya perasan tersebut ditambahkan sedikit gula.
Setelah itu ramuan diminum. Jahe ini akan memberikan efek perut nyaman dan hangat. Rasa
hangat ini akibat adanya turunan senyawa non-volatil fenilpropanoid seperti gingerol dan
shogaol yang membuat rasa jahe pedas atau hangat (Mishra, 2009).

(2) Demam. Masyarakat mengobati penyakit demam dengan memanfaatkan jahe. Ramuannya

dapat dibuat dengan cara jahe dibakar, ditumbuk, dan diperas. Air dari perasannya diminum.
Pengobatan ini sejalan dengan yang disebutkan oleh Mills dan Bone (2000) bahwa ekstrak jahe
dapat mengurangi demam sampai 38%, sedangkan aspirin menurunkan demam sampai 44 %.
Pada anak-anak, balita ataupun bayi yang sering mengalami demam, masyarakat sering
menyebutnya step. Penyakit ini biasanya ditandai dengan kejang-kejang disertai panas. Step pada
anak dapat diobati dengan panglay (Zingiber cassumunar Roxb.). Ramuannya dibuat dengan cara
ditumbuk, tetapi masyarakat sering mengolahnya dengan cara dibeuweung/ dikunyah lalu
dioleskan ke seluruh badan. Pengobatan ini biasanya sering dilakukan oleh paraji/ dukun
beranak. Ozaki et al. (1991) menyebutkan bahwa panglay (Zingiber cassumunar Roxb.)
mengandung senyawa methanol yang mempunyai aktivitas analgesik atau penahan sakit.

(3) Peluruh kencing. Masyarakat menyebutkan bahwa cikur (Kaempferia galanga Linn.) dapat

melancarkan kencing atau peluruh kencing (diuretik). Ramuan dibuat dengan cara cikur diparut
dan disaring airnya, kemudian diminum. Selain dibuat seperti ramuan, bisa juga dimakan
langsung seperti lalapan. Efek farmakologis yang ditimbulkannya adalah kencing lancar. Hal ini
dikarenanakan cikur (Kaempferia galanga Linn.) memiliki sifat analgesik (Winarto, 2003).
(4) Memar. Masyarakat mengobati memar dengan cikur (Kaempferia galanga Linn.) yang
ditumbuk dengan beras. Tumbuhan ini mengandung senyawa sulfoamida, yaitu senyawa
kemoteraputika yang digunakan didalam pengobatan untuk mengobati bermacam-macam
penyakit infeksi, antara lain disentri baksiler yang kuat, radang usus dan untuk mengobati infeksi
yang telah resistansi terhadap anti biotika (Nuraini dan Widjajanti,1988). Campuran cikur
(Kaempferia galanga Linn.) dengan beras ini kemudian disimpan atau dioleskan diatas memar.
Setelah diberi ramuan tersebut, kulit atau bagian yang memar akan terasa dingin dan tidak terasa
sakit atau sakitnya berkurang serta dapat mencegah terjadinya infeksi. Cara yang sama juga
dapat menggunakan jahe (Zingiber officinale var. Roscoe), namun tidak dicampur dengan beras
penumbukannya.

(5) Obat luka luar. Masyarakat menyebutkan bahwa luka luar karena beberapa sebab seperti
jatuh ataupun yang lainnya dapat disembuhkan dengan laja bodas (Alpinia galanga (L.) Willd)
dengan cara dibelah kemudian dioleskan ke bagian luka. Gholib dan Darmono (2008)
menyebutkan bahwa laja bodas (Alpinia galanga (L.) Willd.) mengandung alkaloid, flavonoid,
steroid, tannin kuinon, dan minyak atsiri yang mampu mengurangi gejala dan mengobati luka
yang terinfeksi kapang Trchophyton mentagrophytes.

(6) Maag. Penyakit ini menurut masyarakat dapat disembuhkan dengan memanfaatkan
konengkonengan/ temu-temuan seperti koneng temen (Curcuma domestica Val.), koneng gede
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.), dan koneng bodas (Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc.).
Ramuannya dibuat dengan cara diparut, diperas, kemudian perasannya diseduh dengan air
hangat. Efek farmakologis yang ditimbulkan dari ramuan tersebut, yaitu rasa nyaman di lambung
dan menghilangkan rasa melilit akibat sakit maag. Hal ini karena pengaruh kandungan kimia dari
rimpang kunyit, yaitu minyak atsiri, kurkumin, desmotoksi kurkumin, bidesmotoksi kurkumin,
dan lemak (Suprihatin,1992).

(7) Sakit pinggang. Masyarakat menyebutkan sakit pinggang atau nyeuri cangkeng dapat
disembuhkan dengan lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.). Tumbuhan ini memiliki
kandungan kimia yang dapat meredakan rasa nyeri seperti sakit pinggang. Winangsih et al
(2013) menyebutkan bahwa simplisia tanaman lempuyangwangi sejak lama dikenal sebagai
bahan ramuan obat. Ramuannya dapat dibuat dengan cara diparut, diperas, ditambahkan madu,
lalu diminum dua kali sehari.

(8) Gatal-gatal. Kaligata atau gatal-gatal merupakan penyakit yang sifatnya menyerang secara
mendadak. Ditandai dengan muculnya bentol-bentol besar di seluruh badan dan rasa gatal.
Masyarakat menyebutkan bahwa panglay (Zingiber cassumunar Roxb.) adalah salah satu
tumbuhan yang dapat menyembuhkan penyakit gatal-gatal ini dengan cara mengoleskan panglay
(Zingiber cassumunar Roxb.) yang sudah halus ke seluruh tubuh yang terkena gatal dan bentol,
sehingga dapat memberikan rasa hangat serta menyembuhkan. Wijayakusumah dkk (1997)

menyebutkan bahwa panglay (Zingiber cassumunar Roxb.) mempunyai khasiat untuk obat.
Tumbahan ini mengandung senyawa kimia antara lain alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, dan
saponin. Lebih khusus, semua minyak atsiri mengandung senyawa fenol dan terpen yang
mempunyai khasiat sebagai antiseptik (Supriyatna dkk, 2014). Sementara itu Ozaki et al. (1991)
menyebutkan bahwa panglay (Zingiber cassumunar Roxb.) mempunyai fungsi antiinflamasi (anti
radang) dan analgesik.

(9) Tifus. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyposa.

Menurut masyarakat, dengan meminum ramuan dari air temu-temuan seperti koneng temen
(Curcuma domestica Val.), koneng gede (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), dan koneng bodas
(Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc.) dapat menyembuhkan penyakit tifus. Hal ini dikarenakan
temu-temuan tersebut memiliki kandungan zat yang bersifat antibakteri. Secara efek
farmakologis, efek yang paling terlihat setelah meminum ramuan adalah panas yang mulai
menurun. Genus dari Curcuma ini memiliki sifat antibakteri sehingga mampu mengobati
penyakit tifus yang disebabkan oleh bakteri (Hartanto dkk, 2014).

(10) Keseleo. Penyakit ini yang oleh masyarakat sering disebut misalah bisa disebabkan karena
berbagai hal, salah satu penyebab yang sering terjadi dikarenakan jatuh. Keseleo ini dapat
menyebabkan pembengkakan. Masyarakat menyebutkan bahwa untuk mencegah atau
mengurangi pembengkakan tersebut biasanya menggunakan cikur (Kaempferia galanga Linn.)
yang ditumbuk dengan beras. Kemudian dioleskan ke bagian yang keseleo. Efek yang dirasakan
sama seperti pada penyakit memar, yaitu rasa dingin pada bagian yang dioles. Hal tersebut
dikarenakan cikur (Kaempferia galanga Linn.) mengandung minyak atsiri yang dapat mengobati
keseleo (Hartanto dkk, 2014).

Pemanfaatan tumbuhan famili zingiberaceae sebagai pangan berhubungan dengan manfaat jenis-
jenis tumbuhan ini oleh masyarakat untuk dikonsumsi dan manfaat ekonominya. Masyarakat
banyak menanam famili zingiberaceae untuk bumbu masak, seperti laja putih (Alpinia galanga
(L.) Willd.), laja beureum (Alpinia purpurata K.Schum.), koneng temen (Curcuma domestica
Val.), koneng gede (Crcuma xanthorrhiza Roxb.), cikur (Kaempferia galanga Linn.), jahe gajah
(Zingiber officinale var. Roscoe), dan jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum). Lawrence
(1964) menyebutkan bahwa famili zingiberaceae memiliki nilai ekonomi sebagai pemberi rasa,
bumbu, bahan minyak wangi, dan tanaman hias. Jenis-jenis tersebut ditanam oleh masyarakat di
pekarangan ataupun kebun dengan memaksimalkan lahan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai