Anda di halaman 1dari 6

LEGENDA PUYANG DUSUN KECIAK

ALKISAH, terdapat sebuah dusun kecil yang agak sunyi namun tenang dan
nyaman. Di dusun kecil ini ada sebuah kuburan yang dianggap momentum, anggun
dan mengagumkan ceritanya. Dulu tinggal seorang puyang, namanya Puyang Dusun
Keciak. Riwayat hidup Puyang ini dari keturunan orang biasa anak yatim piatu dan
sejak umur lima tahun tinggal di tempat pamannya. Sewaktu umur 10 tahun di
dalam pikirannya tersirat untuk belajar silat dan ilmu sihir.
Pada suatu hari Puyang Dusun Keciak ini berkata kepada pamannya. “Paman
aku ingin sekali belajar ilmu sihir dan silat.”
“Tampang seperti engkau ingin belajar ilmu sihir dan silat?” jawab pamannya
sambil bercanda.
“Badanmu dan lagi banyak kudis,”
“Asal tidak cacat berat paman? Bersediakah paman melepaskan saya?” kata
Puyang Dusun Keciak.
“Paman berat hati melepasmu pergi, apalagi berpisah dengan paman. Tapi
agar kamu berilmu paman dengan ikhlas melepaskanmu pergi. Hanya tongkatmu
untuk bekalmu di perjalanan. Bila kamu dalam bahaya hembuslah ujung
Tongkatmu,” kata pamannya.
Akhirnya Paman Puyang Dusun Keciak merestui kepergiannya dan ia
berpamitan, karena Puyang Dusun Keciak hendak menuju ke daerah Apur.
Perjalanan ke daerah itu akan ditempuh oleh puyang Dusun Keciak dengan
kendaraan rakit batang pisang. Berkelanalah Puyang Keciak menyelusuri sungai,
penyeberangannya kira-kira sudah satu bulan, penuh dengan rintangan dan
kedukaan. Pada waktu pembekalannya tiada sedikit pun bersisa, barulah dia ingat
untuk menghembus tongkat yang diberi oleh pamannya.

Dari ujung tongkat keluarlah bermacam-macam buah-buahan. Terasa legalah


kerongkongannya. Setelah sepuluh hari sepuluh malam lamanya menempuh
perjalanan, Puyang Dusun Keciak sampailah di dusun Apur. Setibanya di dusun
Apur, Puyang Dusun Keciak menyampaikan maksudnya kepada Puyang Apur, bahwa
ia akan belajar ilmu sihir dan silat kepadanya.
Kalau begitu kata puyang Apur, boleh saja asalkan engkau menuruti syarat-
syarat yang akan kuberikan yaitu, yang pertama engkau tidak boleh pergi kemana-
mana baik siang maupun malam harus diam di keramat ini, kedua engkau harus
menahan makan dan minum selama dalam pertapaan, dan yang ketiga sepulangnya
engkau datang dari sini nanti akan banyak sekali cobaan-cobaan yang harus
ditanggulangi terutama sekali bahwa di dusun saudara kini sudah di bentuk dan
dikuasai oleh orang suatu kerajaan.”
Lalu Puyang Dusun Keciak menjawab. “Bagaimana juga cobaan yang akan
terjadi tetap akan saya pertahankan. Karena tujuan saya hidup akan menjadi orang
yang gagah perkasa,”
Puyang dusun Keciak bertapa di situ dan setelah beliau menjalani pertapaan
selama dua hari 2 dua malam beliau mendapat penemuan bahwa di tempat dia
bertapa itu walaupun hutannya lebat waktu malam hari masih terang benderang
bagaikan hari purnama.

Lalu setelah dijalani pertapaan selama lima belas hari, badan Puyang Dusun
Keciak itu telah berada di dalam perut buaya. Tetapi puyang Dusun Keciak tetap
tabah juga. Lalu puyang Dusun Keciak menuju keramat dusun Apur tersebut,
berjalanlah beliau di dalam hutan yang lebat itu.
Sebelum sampai di situ bermacam-macam cobaan yang ditemuinya dia
pernah didatangi oleh ular yang besar atau kadang-kadang dirintangi oleh harimau
namun demikian dia masih juga dapat melewati daerah itu. Setelah berjalan lebih
kurang setengah malam, sampailah dia di tempat keramat Apur dan langsung duduk
beristirahat sambil makan buah-buahan.
Selesai makan beliau terus membakar kemenyan diiringi dengan kata-kata
bermohon lalu puyang menunggu keramat itu berkata dengan kasar sekali, “Engkau
datang dari mana dan apa tujuan datang ke sini?”
Puyang dusun keciak menjawab dengan tenang. “Tujuan saya datang ke sini
tidak lain ingin meminta segala ilmu untuk penakluk semua manusia.”
Kemudian dia langsung meneruskan bertapanya itu namun dia masih tetap di
dalam perut buaya, setelah tapanya berlangsung selama 20 hari maka dia sudah
berpindah ke atas pohon kayu besar. Di atas keramat itu beliau tidak tahu siapa yang
menaikkannya, dan di atas kayu itulah Puyang Dusun Keciak dapat melihat ke
daerah pesisir pantai, dan juga dapat melihat serta merenungkan orang-orang yang
akan menjadi lawannya setelah beliau pulang dari pertapaan ini nanti. Dengan
adanya pertapaan makin lama makin sulit dalam penderitaan, maka tepat pada
waktu malam ketiga puluh dalam pertapaan maka puyang keramat Apur menjelma
dan menampakkan tubuhnya yang gagah perkasa, lalu puyang Dusun Keciak girang
karena akan mendapat ilmu sihir.
Kemudian puyang Keramat Apur mulailah memberikan ilmunya kepada
puyang Dusun Keciak, diajarnya dahulu mantra-mantra diantaranya mantra ucap
menempeleng orang lain tidak membalas. Lalu mantra yang kedua ucap selebur
habis, yang artinya bisa menghabiskan dan membunuh orang sedusun. Kemudian
setelah diberinya bermacam-macam mantra itu, terus ditunjukkan segala jurusan
dan aliran pencak silat dan kemudian baru mantra cara mengobati orang sakit.
Cukup 40 hari 40 malam Puyang Keramat Apur terus berkata, bahwa
pelajaran ilmu sihir sudah habis, tinggal lagi sekarang untuk mempraktekannya.
Puyang Dusun Keciak terus bersiap-siap untuk pulang, mulailah dia berjalan ke
dalam hutan rimba yang lebat itu sebentar berjalan ada seekor binatang harimau dan
berkata, “Naiklah keatas belakangku ini.” Lalu Puyang Dusun Keciak naik dan
harimau itu terus membawanya berlari sampai ke pinggir sungai riak tersebut.
Setelah sampai di situ dilihatnya rakit dari batang pisangnya telah hilang yang ada
hanya seekor buaya kecil menunggu di situ, puyang Dusun Keciak berkata kepada
buaya kecil tersebut. “Bisakah engkau menghantar aku ke muara air seluma?”

Buaya kecil itu menjawab, “Aku ini ulu balang puyang Keramat Riak dan aku
tahu bahwa engkau adalah anak buahnya aku berkewajiban untuk mengantarkan
engkau sampai kemanapun juga.” Lalu Puyang Dusun Keciak melompat ke atas
belakang buaya itu dan buaya itu terus berenang menghanyut air sungai yang
panjang lagi dalam itu.
Setelah berenang sehari semalam sampailah di muara air sungai Ngalam dan
disana ada buaya sungai air ngalam sebanyak 50 ekor yang bermaksud ingin
membunuh buaya Keramat Riak tersebut, lalu buaya Riak berkata, “Kalau engkau
ingin melawan aku berbarislah engkau lebih dahulu.” Lalu buaya yang 50 ekor ini
berbaris. Kemudian buaya Riak terus melompati satu persatu buaya yang 50 ekor
tadi.
Tetapi mereka-mereka ini gigih tidak mau, dengan adanya persoalan makin
lama semakin panas maka pada suatu ketika terjadilah peperangan yang sangat
dahsyatnya, orang-orang yang menjajah daerahnya dapat dimusnahkan sampai mati
semuanya, kemudian puyang Dusun Keciak langsung diangkat menjadi kepala Desa
dan dia terus mengatur daerahnya sebaik mungkin.
Setelah dia memerintah selama 15 tahun, malang tak dapat ditolak puyang ini
kena gempur Malin Kapia serta dibantu oleh adik-adiknya yaitu Puyang Kutu
Padang bernama memancang sakti dan seorang lagi Puyang tangga batu bernama
ulu balang jago. Puyang Dusun Keciak gugur dalam pertempuran melawan
musuhnya itu dan dikuburkan di dusun Keciak ini. Sampai sekarang dia dijadikan
keramat dusun Keciak dan Keramat ini ada peninggalan yaitu tongkat, sarung
tangan dan baju terbang.

Anda mungkin juga menyukai