NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.1
Profesi Keguruan
MKDK4005
No. Soal Skor
1. Di SD Negeri Sumber Sari, terjadi diskusi yang hangat di ruang guru saat menjelang waktu 25
pulang sekolah. Diskusi berpangkal dari Bu Neni guru kelas 4 (lulusan S1 PGSD) yang
melemparkan pertanyaan, “Apakah setiap orang bisa menjadi guru?” Hal ini dipicu oleh
kenyataan banyaknya guru di SD tersebut yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan
guru. Ada yang mengatakan bahwa meski tidak punya latar belakang pendidikan guru, ia
sangat menguasai bidang yang diajarkannya. Pak Hino, lulusan dari Fakultas Ekonomi yang
mengajar kelas 5, mengatakan bahwa ia telah mengikuti pelatihan menjadi guru sebelum
mengajar di SD ini. Pak Hino juga mengaku bahwa Pak Hino masih ingin menempuh
pendidikan lanjut dalam bidang keguruan karena merasa banyak masalah di kelas yang tidak
diselesaikan karena terbatasnya wawasan keguruannya.
Pak Eko (lulusan D3 Pendidikan IPS) dengan santai menimpali, “Yang penting, anak-anak
dapat lulus UN, tidak peduli apakah guru punya latar belakang pendidikan guru atau tidak.
“Dengan sengit Pak Yoto (guru Olahraga, lulusan S1 Pendidikan Olahraga), berujar, “Saya
tidak setuju itu, apa benar tugas guru hanya membuat siswa lulus UN”
2. Pak Dodi ingin mengajar materi Tata Surya di kelas 6 SD Pertiwi. Selama ini, Pak Dodi 30
mengajar materi ini tanpa bantuan media apapun. Ia menggunakan papan tulis Ketika
menjelaskan materi. Saat ini, Pak Dodi ingin peserta didiknya memiliki pemahaman benar
tentang matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya. Pak Dodi juga
ingin peserta didiknya mengenali planet-planet dan benda-benda langit yang beredar
mengelilingi matahari. Ia juga ingin agar peserta didiknya mampu mendeskripsikan posisi-
posisi planet dalam tata surya.
Pak Dodi merasa selama ini pelajaran yang diberikan hanya dihafal, peserta didik tidak
memahami artinya. Pak Dodi berfikir tidak mungkin mengajar hanya secara verbal.
1 dari 2
MKDK4005
3. Bu Intan adalah seorang guru seni budaya di sebuah SMP 305 di Jakarta. Ia mendapatkan 20
sertifikat pendidik. Sejak memperoleh sertifikat tersebut, Bu Intan kelihatan agak berubah. Bu
Intan selalu datang tepat waktu, mempersiapkan pembelajaran dengan cermat, membaca
banyak buku sumber mengenai seni budaya, dan memilih buku sumber yang paling sesuai
dengan kebutuhan anak usia SMP.
Suatu ketika, Pak Candra, orang tua Tina, siswa dalam kelas Bu Intan, datang untuk bertanya
tentang nilai seni budaya Tina yang cenderung rendah. Pak Candra, yang sangat suka
membaca buku-buku pendidikan seni, khawatir karena Tina jarang sekali membaca buku-buku
pendidikan seni, baik itu buku pelajaran maupun buku sastra, seperti pendidikan seni rupa,
seni musik, seni tari, seni teater dan prakarya.
Bu Intan berterima kasih kepada Pak Candra yang sangat peduli kepada anaknya. Dengan
informasi dari Pak Candra, Bu Intan lebih mengenal kebiasaan dan kemampuan Tina yang
selama ini luput dari pengamatannya. Untuk menindaklanjuti informasi dari Pak Candra, Bu
Intan berdiskusi dengan rekan guru seni budaya yang ada di SMP tersebut untuk
meningkatkan partisipasi dan kemampuan Tina dalam pelajaran seni budaya.
4. Ibu Betty, adalah seorang guru bahasa Indonesia di sebuah SMP Tirtawangi, Bandung. Bu 25
Betty ingin sekali menjadi pembicara dalam sebuah seminar nasional bertemakan tentang
pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran bidang studi. Saat jadwal
pelaksanaan seminar semakin dekat, bu Betty menjadi sangat bingung menentukan topik apa
yang akan beliau sampaikan saat pelaksaan seminar nasional nanti.
2 dari 2