Anda di halaman 1dari 8

JPF | Volume I | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | | 236

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN


TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR FISIKA KELAS X
SMA TRIDHARMA MKGR MAKASSAR

Nurwati
Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan desain post test group yang bertujuan untuk
(1) mengetahui hasil belajar fisika siswa Kelas X SMA Tridarma Masyarakat Kerja Gotong Royong
(MKGR) Makassar setelah diterapkan model pembelajaran time token.(2) mengetahui pencapaian
hasil belajar fisika Siswa kelas X SMA Tridarma Masyarakat Kerja Gotong Royong (MKGR) Makassar
setelah diajar dengan model pembelajaran time token telah mencapai kriteria ketuntasan
maksimal(KKM) secara klasikal. Subjek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
TRIDHARMA MKGR Makassar sebanyak 30 orang sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah kelas
X SMA TRIDHARMA MKGR Makassar sebanyak 30 orang juga. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah tes hasil belajar yang terdiri dari 21 item dalam bentuk pilihan ganda yang telah
divalidasi oleh dua orang validator. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif. Dari hasil analisis deskriptif hasil belajar Fisika siswa kelas X SMA TRIDHARMA MKGR
MAKASSAR setelah diajar dengan menggunakan penerapan model pembelajaran time token diperoleh
skor tertinggi 20, skor terendah 10, skor rata-rata 16,9, nilai rata-rata 76,19 dan standar deviasi 6,27.
Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa hasil belajar Fisika siswa kelas X SMA TRIDHARMA
MKGR Makassar Tahun Ajaran 2013 sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 65 setelah
diajar melalui penerapan model pembelajaran time token.

1. PENDAHULUAN dalam proses belajar sehingga mereka dapat


Perkembangan ilmu pengetahuan dan memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa
teknologi telah membawa perubahan di yang diharapkan. Menurut sebagian para ahli
hampir semua aspek kehidupan manusia bahwa belajar adalah proses orang
dimana berbagai permasalahan hanya dapat memperoleh berbagai kecakapan,
dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan keterampilan, dan sikap. Belajar mulai
dan peningkatan ilmu pengetahuan dan dalam masa bayi ketika memperoleh
teknologi. Agar mampu berperan dalam keterampilan yang sederhana, seperti
persaingan global, maka sebagai bangsa memegang botol susu dan mengenal
perlu mengembangkan dan meningkatkan ibunya, dan seterusnya hingga ia dijemput
kualitas sumber daya manusianya. kematian. Kemampuan manusia untuk
belajar merupakan ciri penting yang
Pendidikan merupakan sarana tepat untuk membedakan jenisnya dengan jenis-jenis
mencapai sumber daya manusia yang makhluk yang lain.
berkualitas. Dalam dunia pendidikan saat
ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik Pada umumnya, model yang diterapkan oleh
dalam penguasaan materi maupun metode guru di kelas berupa penjelasan langsung
pembelajaran selalu diupayakan, namun dari guru mengenai materi yang sedang
belum menunjukkan hasil yang signifikan. dibahas dan secara langsung pula akan
Pembelajaran pada dasarnya merupakan diterima oleh siswa. Diskusi secara klasikal
upaya untuk mengarahkan anak didik ke dan tanya jawab sesekali dilakukan, namun
237

pada saat proses pembelajaran berlangsung Terdapat berbagai macam model


peran guru lebih dominan daripada siswa. pembelajaran untuk membelajarkan siswa
Agar siswa dapat berpartisipasi aktif, lebih sesuai dengan cara atau gaya belajar mereka
bertanggung jawab secara individu, dan masing-masing agar tujuan pembelajaran
dapat bekerja sama dengan teman dapat dicapai dengan optimal. Dalam
sebayanya dengan baik diperlukan model prakteknya, seorang pendidik harus ingat
pembelajaran yang diharapkan dapat bahwa tidak ada model pembelajaran yang
mengatasi permasalahan tersebut, salah paling tepat untuk segala situasi dan kondisi.
satunya adalah model pembelajaran Oleh karena itu, dalam memilih model
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif pembelajaran yang tepat haruslah
merupakan merupakan model pembelajaran memperhatikan kondisi siswa, sifat materi
yang merujuk pada berbagai macam bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan
metode pengajaran yang menghendaki siswa kondisi guru itu sendiri.
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya Salah satu model pembelajaran yang dapat
dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin dipilih dan dijadikan alternative adalah model
R, 2008:4). pembelajaran Time Token. Berikut ini
merupakan sajian yang mengemukakan
Namun, fakta di lapangan menunjukan bahwa pengantarnya berupa pengertian dan rasional
untuk mata pelajaran fisika, sekitar 62,6% serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip
siswa kelas X SMA Tridarma Masyarakat dan modifikasinya diserahkan kepada guru
kerja gotong royong (MKGR) ) Makassar untuk melakukan penyesuaian sesuai dengan
mendapat nilai kurang dari 65. Padahal siswa situasi dan kondisi yang dihadapi.
dituntut untuk mendapatkan standart
ketuntasan minimum (SKM) dengan nilai 65 Salah satu model pembelajaran khusus yang
untuk mata pelajaran fisika. Berdasarkan diharapkan dapat meningkatkan partisipasi
pengamatan langsung, banyak siswa yang aktif seluruh siswa adalah model pmbelajaran
kurang memperhatikan pada saat guru time token yang diperkenalkan oleh
menjelaskan materi, sehingga pada saat guru Arends.
memberikan umpan balik berupa pertanyaan, $UHQGV PHQ\DWDNDQ EDKZD ³
banyak siswa yang belum dapat menjawab time token merupakan salah satu
pertanyaan dengan tepat. Dan jika ada keterampilan berperan serta dalam
pertanyaan dari guru hanya siswa tertentu aja pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk
yang bisa menjawab dengan benar. Sebagian mengatasi pemerataan kesempatan yang
besar siswa kurang dapat berinteraksi dengan mewarnai kerja kelompok, menghindarkan
baik antar teman sebayanya pada saat proses siswa mendominasi atau diam sama sekali
pembelajaran. dan menghendaki siswa saling membantu
GDODP NHORPSRN NHFLO´
Maka dari itu, Salah satu model
pembelajaran khusus yang diharapkan dapat Model pembelajaran Time Token (Arends,
meningkatkan partisipasi aktif seluruh siswa PHUXSDNDQ ³ PRGHO SHPEHODMDUDQ
adalah model pembelajaran time token yang yang bertujuan agar masing-masing anggota
diperkenalkan oleh Arends. Arends kelompok diskusi mendapatkan kesempatan
(1997:137) menyatakan bahwa time token untuk memberikan konstribusi dalam
merupakan salah satu keterampilan menyampaikan pendapat mereka dan
berperan serta dalam pembelajaran mendengarkan pandangan serta pemikiran
kooperatif yang bertujuan untuk mengatasi DQJJRWD ODLQ´
pemerataan kesempatan yang mewarnai
kerja kelompok, menghindarkan siswa Model pembelajaran time token menjamin
mendominasi atau diam sama sekali dan keterlibatan semua siswa dan merupakan
menghendaki siswa saling membantu upaya yang baik untuk meningkatkan
dalam kelompok kecil. tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok. Model pembelajaran ini
diharapkan mengatasi permasalahan dengan
JPF | Volume I | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | | 238

kondisi siswa di kelas yang kurang aktif siswa dapat mengaplikasikan dalam
selama pembelajaran berlangsung, baik dalam kehidupan sehari- hari. Berdsarkan uraian
diskusi kelompok maupun klasikal serta latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
dapat mengurangi siswa yang mendominasi. PHODNXNDQ SHQHOLWLDQ \DQJ EHUMXGXO´
penerapan model pembelajaran time token
Hasil belajar fisika merupakan sesuatu yang terhadap pencapaian hasil belajar fisika siswa
dicapai melalui proses belajar fisika. Apakah kelas X SMA Tridharma MKGR Makassar
yang dicapai itu baik atau kurang, tergantung SDGD PDWHUL SRNRN EHVDUDQ GDQ VDWXDQ´
dari yang dilakukan dalam proses tersebut.
Pada pelajaran fisika hasil belajar biasa dinilai 2. METODE PENELITIAN
dengan menggunakan tes. Tes yang utama Penelitian ini menggunakan pre- eksperimen
adalah mengukur hasil belajar yang dicapai design dengan rancangan post test group
seseorang yang belajar Fisika, dan tingkat design. Penelitian dilakukan di SMA
pemahaman terhadap materi yang telah TRIDHARMA MKGR MAKASSAR pada
dipelajari. Karena itu, tes yang digunakan bulan agustus- oktober 2013. Populasi
sebagai penilaian dapat berupa diagnostik, penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
formatif, dan sumatif (Hudojo, 1990:139). yang berjumlah 30 orang pada tahun ajaran
2013/ 2014. Peneliti melakukan analisis
Hasil belajar fisika dalam penelitian ini, deskriptif dan inferensial dengn uji t untuk
merupakan kecakapan nyata yang dapat menguji apakah telah mencapai KKM yang
diukur langsung dengan menggunakan tes telah ditentukan oleh sekolah secara klasikal.
hasil belajar Fisika. Kecakapan tersebut Berhubung disekolah penelitian hanya satu
menyatakan seberapa jauh tujuan kelas maka sampel pada penelitian ini adalah
pembelajaran atau instruksional yang telah kelas X yang berjumlah 30 orang juga.
dicapai oleh siswa dalam belajar fisika.
Dalam konteks pembelajaran, terdapat dua Variabel bebas adalah model pembelajaran
aktivitas penting yakni belajar dan mengajar. yang digunakan yaitu model pembelajaran
Apa yang dimaksud mengajar? time token sedangkan variabel terikatnya
adalah hasil belajar fisika yang meliputi ranah
Sardiman (2004:25) menjelaskan bahwa kognitif yang diukur dengan post test setelah
PHQJDMDU PHUXSDNDQ ³VXDWX XVDKD XQWXN pembelajaran dengan diterapkan model
menciptakan kondisi atau system lingkungan pembelajaran time token. Variabel kontrolnya
yang mendukung dan memungkinkan materi pelajaran dan alokasi waktu yang
untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau digunakan. Kelompok dalam diskusi dibentuk
belajar dikatakan milik siswa, maka secara heterogen, artinya dalam satu
PHQJDMDU VHEDJDL NHJLDWDQ JXUX GRVHQ´ kelompok siswa terdiri 5 orang laki- laki dan
perempuan dan siswa yang mempunyai
Penerapan model pembelajaran time token kognitif tinggi maupun rendah. Guru
dilaksanakan dengan cara membagikan memberikan masing- masing 3 kupon pada
beberapa kupon untuk seluruh siswa dengan setiap siswa, dan pada kupon tertera nama
nilai 10 atau 15 detik waktu bicara. Setiap masing- masing siswa. Guru membagikan
kali berbicara siswa harus menyerahkan satu buku siswa dan lks yang telah dirancang
kupon kepada guru. Bagi siswa yang telah sebelumnya. Kupon bicara diberikan kepad
habis kuponnya tidak diperkenankan untuk siswa agar siswa berkesempatan untuk
berbicara lagi. Hal ini menghendaki agar berbicara dan menyampaikan pendapat dan
siswa yang masih memegang kupon untuk siswa yang telah berbicara tidak
ikut berbicara dalam diskusi sehingga diperbolehkan bicara lagi. Aktivitas peneliti
diharapkan seluruh siswa akan mempunyai juga bertindak sebagai guru selama siswa
keterlibatan yang berimbang yang berakibat berdiskusi adalah memberikan skor kepada
pada pemahaman yang lebih baik. Salah setiap siswa anatra lain jumlah kupon yang
materi pokok fisika yang menuntut siswa digunakan siswa dalam berbicara, serta
untuk memahami konsep dan aplikasinya beberap aspek yang digali selama proses
adalah materi pengukuran yang spesifiknya pembelajaran yang terdiri aspek isi yakni
materi besaran dan satuan yang diharapkan ketepatan jawaban siswa dalam
239

menyampaikan pendapat yakni terkait konsep 20- 24 1 sangat


tentang materi besaran dan satuan. tinggi
Penerapan model pembelajaran time token Jika hasil belajar siswa dikelompokkan
dianalisis secara deskriptif dan inferensial berdasarkan kriteria ketuntasan yang
yaitu menghitung jumlam skor kriterium atau digunakan di SMA TRIDHARMA MKGR
skor tertinggi. Dimana setiap jawaban benar Makassar, persentase ketuntasan dapat dilihat
di kasih skor satu kemudian dianalisis dengan pada tabel berikut:
menghitung jumlah jawaban benar dibagi
jumlah soal di kali 100%, maka hasil itulah
skornya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil ujicoba soal dari 40 soal
yang diujicobakan maka soal yang valid
sebanyak 21 soal, maka soal yang dijadikan
soal post test dalam penelitian ini adalah 21
soal yang diberikan kepada kelas X SMA
Tridharma MKGR Makassar. Hasil post test
siswa dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dan inferensial uji t sepihak untuk
melihat apakah telah mencapai KKM yang
ditetapkan sekolah.

Tabel Statistik Skor Hasil Belajar Fisika


Siswa
Statistik Nilai statistik
Standar deviasi 6,27
Skor tertinggi 20
Skor terendah 10
Skor ideal 21
Rentang 10

Tabel diatas menunjukkan bahwa skor


maksimum yamg dicapai siswa yang
diberikan pembelajaran dengan penggunaan
model Time Token dalam pembelajaran
Fisika, yaitu 20 (95,00%) dari 21 skor yang
mungkin dicapai (100,00%) dan skor terendah
yang dicapai siswa adalah 10(47,00%) dari
skor 0 (0,00%) yang mungkin dicapai.
Adapun skor rata-rata yang diperoleh siswa
adalah 16,9 dengan standar deviasi
(simpangan baku) 6,27.

Tabel Kategorisasi hasil belajar fisika siswa


SMA TRIDHARMA MKGR Makassar

interval frekuensi kategorisa


si
0 0 sangat
-4 rendah
5- 9 0 rendah
10- 14 5 sedang
15- 19 24 tinggi
JPF | Volume I | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | | 240

Tabel Persentase Ketuntasan belajar Fisika Siswa kelas X SMA TRIDHARMA MKGR
Makassar

Kategori Hasil Skor Nilai Frekuens Persentas


NO Belajar i e (%)

Tuntas R 14 R 65 24 80,00
1
Belum Tuntas < 14 < 65 6 20,00
2
Jumlah 30 100,00

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal, termotivasi dalam mengikuti materi


maka banyaknya siswa yang mencapai pembelajaran karena siswa saling membantu
ketuntasan belajar atau yang mendapat nilai dalam belajar dengan menyelesaikan tugas
diatas atau sama dengan 65 yaitu 24 orang yang diberikan. Pembelajaran kooperatif
dengan persentase 80.00% dan banyaknya merupakan sistem pengajaran yang
siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk
atau yang mendapat nilai kurang dari 65 yaitu bekerja sama dalam mengerjakan tugas
6 orang dengan persentase 20,00 %. secara terstruktur jadi bukan hanya satu atau
dua orang yang aktif tetapi siswa secara
Berdasarkan hasil analisis yang telah keseluruhan ikut aktif dalam proses
dilakukan, menunjukkan bahwa dengan pembelajaran dan semuanya ikut berbicara.
Menggunakan model pembelajaran Time
Token memberikan pengaruh terhadap hasil Banyaknya siswa yang tuntas, ada
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan disebabkan karena siswa
analisis statistik deskriptif. Pada analisis belajar berdasarkan kemampuannya sendiri.
deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok
16,9 dari 21 (100 %) skor total yang mungkin masing-masing terdiri 5 orang siswa yang
dicapai, dengan skor tertinggi yang dicapai 20 memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.
(95 %) dari 21 skor (100 %) yang mungkin Dimana dengan menggunakan model
dicapai dan skor terendah yang dicapai siswa pembelajaran Time Token, siswa diberikan
adalah 10 (47%) dari skor 0 (0 %) yang buku siswa dan LKS yang merupakan
mungkin dicapai dan dengan standar deviasi perangkat pembelajaran yang telah dibuat
6,27. sebelumnya oleh guru yang harus dikerjakan
oleh siswa secara kelompok dan individual.
Jika disesuaikan dengan standar minimal Hal ini dilakukan agar siswa bisa berusaha
yang dicapai yaitu 65%, sehingga dapat sendiri terlebih dahulu kemudian mereka
dikemukakan bahwa siswa yang mencapai mendiskusikan bersama dengan teman
standar minimal (65%) yakni skor 14 ke atas kelompoknya. Selama proses pembelajaran,
sebanyak 24 orang (80,00%). Fakta empiris siswa-siswa terlihat aktif dalam kelas. Mereka
ini memberi indikasi bahwa dengan mempelajari materi yang diberikan,
Menggunakan model pembelajaran Time menyelesaikan tugas dan diskusi dengan
Token dapat meningkatkan hasil belajar teman kelompoknya. Mereka berusaha
Fisika, dimana terlihat bahwa pembelajaran menjadi yang terbaik karena dalam
yang digunakan sebelumnya hanya mencapai pembelajaran dengan Menggunakan model
persentase 20,00% yang tuntas. pembelajaran Time Token semua siswa
didalam kelompok diharuskan berbicara
Jika dilihat dari hasil belajar yang dicapai sesuai dengan banyaknya kupon yang
siswa melalui dengan Menggunakan model diberikan oleh guru.
pembelajaran Time token membuat siswa
241

Pada penggunaan model pembelajaran Time mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan
Token , walaupun siswa belajar dalam bentuk belajar mengajar sulit untuk berhasil.
kelompok, tetap menekankan pada penilaian
individual. Semua harus bicara dan tetap Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
belajar sesuai dengan kecepatan dan pembahasan di atas, diperoleh informasi
kemampuannya masing-masing meskipun bahwa penggunaan model pembelajaran Time
prosesnya dalam bentuk kelompok dan inilah Token telah mencapai ketuntasan belajar
keunggulan penggunaan model pembelajaran Fisika seacara optimal. Fakta empiris yang
Time Token dibanding pembelajaran biasa dikemukakan ini sejalan dengan teori
yang lain. dikemukakan oleh +DGLDW GDQ 5DVPDQ ³%LOD
penggunaannya tepat guna, maka akan
Penggunaan model pembelajaran Time Token merupakan sarana yang dapat membantu para
pada siswa kelas X SMA TRIDHARMA siswa dalam penguasaan pengetahuan,
MKGR Makassar cenderung juga peningkatan keterampilan dan sikap ilmiah
meningkatkan aktivitas sosial siswa, sehingga (Hadiat dan Rasman, 1998:1)
di dalam belajar tidak mengenal adanya
kompetisi antar individu sebaliknya 4. PENUTUP
menekankan kerjasama atau gotong royong
sesama siswa dalam mempelajari materi Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pelajaran, maupun mengerjakan tugas maka dapat disimpulkan bahwa:
kelompok. Fakta ini sesuai yang dikemukakan Hasil belajar Fisika yang diperoleh siswa
oleh Slavin dalam Rahmawati bahwa model kelas X SMA TRIDHARMA MKGR
pembelajaran berkelompok dengan Makassar setelah diajar dengan dengan
menggunakan media akan lebih memberikan Menggunakan Model pembelajaran time
motifasi dan hasil belajar yang baik dibanding token telah berada pada kategori tinggi dilihat
dengan yang tidak menggunakan media. dari skor rata-rata yang dicapai serta
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan ketuntasan belajarnya.
dapat dikemukakan bahwa dengan
Menggunakan Model pembelajaran Time Hasil belajar Fisika yang diperoleh siswa
Token merupakan salah satu model kelas X SMA TRIDHARMA MKGR
pembelajaran Fisika yang dapat digunakan Makassar setelah diajar dengan dengan
dalam mencapai KKM Standar sekolah pada Menggunakan Model pembelajaran time
siswa kelas X SMA TRIDHARMA MKGR token telah mencapai KKM yang ditetapkan
Makassar, dilihat dari banyaknya siswa yang sekolah.
bersemangat dalam mengikuti pelajaran,
saling membantu dalam belajar, berlomba- Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
lomba dalam berbicara dan siswa merasa dengan Menggunakan model pembelajaran
lebih dekat dengan teman-temannya serta time token merupakan salah satu model
timbulnya suasana yang tidak kaku dalam pembelajaran Fisika yang dapat digunakan
pembelajaran karena siswa terlebih dahulu dalam mencapai KKM Standar Sekolah pada
diberikan buku siswa dan LKS sebagai siswa kelas X SMA TRIDHARMA MKGR
panduan dalam proses belajar mengajar Makassar khusus pada materi pengukuran
kemudian mendiskusikan dengan teman yaitu besaran dan satuan
kelompoknya. Sehingga model pembelajaran
SARAN
ini merupakan salah satu faktor yang
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
menentukan keberhasilan dalam prestasi
dalam penelitian ini, maka saran yang
belajar Fisika, hal ini tercermin dari hasil
diajukan yaitu:
belajar Fisika yang dicapai. Ini sesuai
pernyataan Ummul Mukminin bahwa Kepada Guru di SMA TRIDHARMA
seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau MKGR Makassar agar dalam pembelajaran
pada dirinya sendiri ada keinginan untuk Fisika disarankan untuk mengajar dengan
belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti menggunakan dengan Menggunakan Model
apa yang akan dipelajari dan tidak memahami pembelajaran time token dalam upaya
JPF | Volume I | Nomor 3 | ISSN: 2302-8939 | | 242

meningkatan hasil belajar dan sosial Fisika Token Terhadap Hasil Belajar Siswa
siswa. Kelas Xi SMA Khadijah Surabaya
Pada Materi Pokok Fisika Fluida
Dalam memilih model pembelajaran Statik. Jurnal Inovasi Pendidikan
sebaiknya lebih berpusat kepada siswa Fisika: FMIPA, UNESA
sehingga dapat lebih memotivasi siswa dalam
belajar yang pada akhirnya dapat Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar
meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Matematika. Jakarta: Departemen
Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk Pendidikan dan Kebudayaan PPLPTK
mengembangkan dan melanjutkan penelitian
dengan variabel-variabel yang relevan Jenkins, Richard. 1992. Pierre Bourdieau
sehingga nantinya akan melahirkan karya Routledge. Terjemahan oleh
tulis yang lebih baik lagi. Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi
Wacana

DAFTAR PUSTAKA Mulyasa, E., 2004. Kurikulum Berbasis


Kompetensi (KBK), Konsep,
Abdurrahman, Mulyono. 1990. Pendidikan Karakteristik dan Implementasi.
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Bandung, Remaja Rosdakarya,
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nasution. 2003. Metode Penelitian
Arends. 1997. Clasroom Instruction and Naturalistik Kualitatif. Bandung:
Management: The Mc Graw Hill Tarsito.
companies Inc
Nawawi, Hadari H,. 2001. Metode Penelitian
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Mada University Press.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Nanang & Cucu. 2009. Konsep strategi
Jakarta: Rajawali Press pembelajaran. Bandung: PT Refika
Aditama
Astuti D., Siti Irene. 2003. Pengembangan
Kecakapan Hidup (Life Skill) 3ROOLR + 5 ³What Students Think
Melalui Penanaman Etos Kerja dan About and Do in College Lecture
Membangun Kreativitas Anak. &ODVVHV´ GDODP 7HDFKLQJ-Learning
Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Issues No. 53, Knoxville, Learning
Pendidikan. Yogyakarta: Lembaga Research Centre. University of
Pengabdian Kepada Masyarakat Tennesse,
Universitas Negeri Yogyakarta
Rusefendi, dkk. 1982. Media Pendidikan
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Dalam Proses Belajar Mengajar.
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: departemen Pendidikan dan
Yogjakarta, 2007 Kebudayaan

Bulu, Batjo. 1993. Mendalami dan Sugiyono. 2000. Metode Penelitian


Menganalisa Materi Pengajaran, Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Membuat dan Menerapkan LKS. Kualitatif Dan R & D). Bandung:
Digandakan Khusus Untuk Alfabeta.
Pertemuan Berkala MGMP
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor
Fatmawati, Ari dan Eko Hariyono. 2012. yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Pengaruh Model Pembelajaran Rineka Cipta.
Kooperatif Tipe Stad Yang
Mengintegrasikan Keterampilan Time
243

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative learning


teori dan aplikasi paikem.
Yogyakarta: pustaka pelajar

Tohirin. 2011. Psikologi Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Rajawali Press

Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi


Umum, Yogyakarta: Andi Offset.

(http://www.vilila.com/2010/03/bab-
1-konsep-dasar
pembelajaran.html#ixzz2Ea3PbS83)
diakses 10 mei 2013

Anda mungkin juga menyukai