259-Article Text-426-1-10-20200109
259-Article Text-426-1-10-20200109
ATAS PERUBAHAN
Vitalis Tarsan
Program Studi PGSD STKIP Santu Paulus Ruteng, Jl. Ahmad Yani, No.10 Ruteng, 86508 e-
mail: tarsanvitalis@yahoo.com
Abstract: understand and manage resistance of change. This article try to concept how to understand and
manage resistance of change in organization/school. Concepts in this article give prime importance to: the
first, who is making resistance of change; second, reason of resistance; third, resistance indication;
fourth, source of resistance; the five, strategy for managing of resistance; sixth, how a leader to manage
resistance of change. Focusing resistance of change in this article is resistance of change in organization,
especially resistance of change in school.
Abstrak: Memahami dan Mengelola Resistensi Atas Perubahan. Tulisan ini mencoba menggagas
bagaimana memahami dan mengelola resistensi atas perubahan di lingkup organiasasi/sekolah.
Gagasangagasan yang akan dikemukakan menyoroti: pertama, siapa yang menolak; kedua, alasan
penolakan; ketiga, indikasi penolakan; keempat, sumber penolakan; kelima, strategi mengelola
penolakan, keenam, serta tugas pemimpin dalam mengelola penolakan. Resistensi atau penolakan
perubahan yang disoroti dalam tulisan ini adalah penolakan terhadap perubahan yang ada atau terjadi di
organisasi pada umumnya, dan lembaga pendidikan atau sekolah pada khususnya.
98
Tarsan, Memahami dan Mengelola Resistensi Atas Perubahan 99
negatif; dan ada yang netral atau tidak suatu sikap/tindakan menolak, menyanggah,
memihak. Hemat penulis, masih ada sikap lain menghalangi, menentang, dari para anggota
yang kerap kali ada, yakni sikap acuh tak organisasi untuk berpartisipasi atau bekerja
acuh. Mereka yang menerima pada umumnya sama dengan organisasi seiring dengan upaya
melihat perubahan sebagai sesuatu yang baik; untuk melakukan perubahan. Menurut
sesuatu yang positif dan berguna. Bagi mereka Nasution (2010:28), resistensi terhadap
yang menolak, melihat perubahan sebagai perubahan merupakan reaksi emosional dan
sebagai sesuatu yang mengganggu/terancam. perilaku terhadap perubahan kerja riil atau
Mereka yang netral adalah orang atau pihak- imajinatif dari organisasi. Reaksi tersebut
pihak yang tidak memihak. Mereka tidak bersifat alamiah terhadap sesuatu yang
menunjukkan sikap mendukung dan juga tidak menyebabkan gangguan dan hilangnya
menolak. Bagi mereka yang acuh tak acuh keseimbangan. Reaksi tersbut dapat bersifat
umumnya tidak peduli atau tidak menaruh jelas atau tersembunyi.
perhatian terhadap perubahan. Mereka
bersikap tidak mau tahu. SIAPA YANG MENOLAK
Tulisan ini tidak hendak menguraikan PERUBAHAN?
keempat sikap yang telah disebutkan. Penulis
hanya akan memaparkan bagaimana Setiap upaya perubahan di lembaga
memahami dan mengelola resistensi atau manapun, tanpa terkecuali di lembaga
penolakan atas perubahan. Resistensi atau pendidikan, selalu berhadapan dengan aneka
penolakan perubahan yang disoroti dalam reaksi yang beragam. Dalam satu lembaga
tulisan ini adalah penolakan terhadap pendidikan misalnya, antara pimpinan dan
perubahan yang ada atau terjadi di organisasi bawahan kerap kali melihat perubahan dari
pada umumnya, dan lembaga pendidikan atau sudut pandang berbeda. Pimpin melihat
sekolah pada khususnya. perubahan sebagai peluang, sedangkan
bawahan melihat sebagai gangguan atau
kekacauan (Wibowo, 2008:120).
RESISTENSI TERHADAP
PERUBAHAN Menurut Jande (2002:19), mereka yang
menentang perubahan terdiri atas berbagai
Resistensi atau penolakan merupakan pihak yang dapat dikelompokkan sebagai
suatu sikap/tindakan menentang, melawan, berikut:
menampik, menghalau suatu tekanan/
Orang yang tidak paham bahwa perubahan
perintah/anjuran yang datang dari luar. Dalam
sebagai sesuatu yang baik.
konteks organisasi, O’connor (1993:111),
sebagaimana dikutip Tarsan (2012:63), Orang yang tidak mampu beradaptasi
mengartikan resistensi sebagai, “…oppositing dengan perubahan bahkan melihat
or withholding of support for specific plans or perubahan rumit untuk dipelajari.
ideas. It can be either intentional or Orang yang terikat dengan adat kebiasaan
unintentional”. Dalam konteks pembicaraan atau nlai-nilai lama.
tentang perubahan organisasi, resistensi adalah
Tarsan, Memahami dan Mengelola Resistensi Atas Perubahan 101
interorganisasional; yang belum terselesaikan pola kerja yang baru. Sehingga memunculkan
akan menimbulkan iklim yang kurang baik di kekwatiran. Apabila pimpinan tidak mampu
dalam organisasi. Konflik akan menganggu memetakan pekerjaan secara jelas, tidak
bahkan menghalangi proses perubahan. fokus, informasinya tidak jelas, tidak cerdas,
Terutama kalau konflik tersebut menimbulkan dan profesional maka akan memunculkan
rasa dendam antar pemimpin dan bawahan. ketidakapstian (Kasali, 2005:384). Hal ini
akan memunculkan penolakan.
Tidak Mendatangkan Keuntungan
Selain itu, penolakan atas perubahan, bisa BAHAYA/DAMPAK NEGATIF
saja muncul dari para bawahan, karena para RESISTENSI
bawahan melihat bahwa perubahan yang akan
dibuat tidak mendatangkan keuntungan, baik Setiap upaya penolakan atas perubahan
itu untuk karir mereka, kesejahteraan mereka, selalu membawa dampak negatif/bahaya bagi
maupun kebaikan organisasi itu sendiri. Hal sebuah institusi. Hal ini bisa terjadi apabila
ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh penolakan atas perubahan tidak cepat
Wibowo (2009:130) yakni individu pada ditangani atau tidak dapat dikelola dengan
umumnya menolak suatu perubahan jika baik.
mereka tidak melihat adanya penghargaan Penolakan atas perubahan ibarat sebuah
positif untuk kesediaan mereka berubah. Maka virus yang akan menyerang tubuh manusia.
untuk mendapatkan dukungan terhadap Jika virus ini tidak segera ditangani maka
perubahn perlu diciptakan sistem penghargaan dapat menyerang kekebalan tubuh secara
yang memperkuat perubahan. keseluruahan. Apabaila hal ini terjadi maka
akan muncul komplikasi penyakit yang sangat
Pekerjaan Semakin Banyak dan Butuh
berbahaya bagi kehidupan manusia secara
Waktu Lama
keseluruhan. Maka jika kondisi ini tidak
Para guru dan staf di sekolah kerap kali segera diobati maka akan mendatangkan
menolak perubahan karena perubahan selalu kematian.
diidentikan dengan memperbanyak pekerjaan
Demikian juga dalam konteks kehidupan
dan waktu untuk duduk di kantor, ataupun
sebuah institusi/organisasi atau sekolah.
melakukan pekerjaan tambahan di rumah,
Apabila penolakan akan perubahan tidak
semakin banyak. Dampak lanjutannya adalah
ditangani maka cepat atau lambat
energi dan waktu yang dibutuhkan untuk
produktivitas para anggota organisasi/guru dan
menyelesaikan pekerjaan semakin besar.
staf di sekolah, baik sebagai individu maupun
Apalagi jika perubahan tersebut berlangsung
kelompok, akan menurun. Jika terus dibiarkan
dalam jangka waktu cukup lama, biasanya
maka tugas-tugas rutin tidak dikerjakan
banyak orang yang melakukan penolakan.
dengan baik. Dampak selanjutnya adalah mutu
Perubahan Tersebut Tidak Fokus proses dan hasil belajar di sekolah akan
Perubahan selalu berdampak pada sistem menurun pula.
kerja yang sudah lama ke sistem kerja yang Untuk konteks sekolah misalnya, apabila
baru, dari pola kerja yang sudah mapan ke kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka cepat
104 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 1 Januari 2018
atau lambat lembaga pendidikan tersebut tidak dengan orang lain. Hal ini tentu saja tidak
akan eksis. Bahkan akan muncul penyakit mendatangkan manfaat bagi lembaga.
seperti: guru dan staf mulai mogok, protes,
mangkir dari tugas, para siswa tidak diurus, SUMBER PENOLAKAN TERHADAP
dan tugas-tugas pokok tidak dikerjakan. PERUBAHAN
Penyakit lain yang akan muncul adalah
pelanggan eksternal tidak percaya lagi dengan Sumber-sumber terjadinya penolakan atas
institusi tersebut, bahkan jumlah siswa yang upaya perubahan organisasi/sekolah yakni
masuk atau mendaftar semakin berkurang. sumber individual dan organisasional.
Apabila kondisi seperti ini dibiarkan selama Sumber Individual
bertahuntahun bisa mendatangkan
kematian/tutup. Menurut Robbins (19991:640-642),
sebagaimana dikutip Supriyanto (2009:65) dan
Menurut Nasution (2010:29) dan Wibowo Winardi (2009:235), sumber penolakan
(2008:133-134) jika penolakan akan individual atas perubahan mencakup:
perubahan tidak dikelola dengan baik akan kebiasaan, kepastian, alasan ekonomi, rasa
menular, melumpuhkan, dan merintangi. takut akan hal yang tidak diketahui, serta
Pertama menular. Menular dalam arti pemrosesan informasih yang selektif.
bahwa apabila ketakutan akan perubahan Faktor kebiasaan yakni karena tidak ingin
menjadi bahan perbincangan orang-orang di kebiasaan yang sudah ada diganggu. Sebagai
dalam institusi maka tanpa disadari ketakutan manusia kita terikat oleh kebiasaan. Manusia
tersebut akan cepat menyebar dan menjangkiti sangat enggan atau bahkan tidak mau untuk
para anggota organisasi/guru dan staf di keluar dari zona nyaman, karena dia merasa
sekolah untuk konteks sekolah. Dampaknya bahwa apa yang sudah dikerjakan sekarang ini
adalah waktu untuk bekerja semakin sudah menjadi yang terbaik. Selain itu, Kasali
berkurang, sehingga produktivitas para staf (2005:154) menegaskan, ibarat komputer, otak
semakin menurun. manusia telah terprogram untuk melakukan
Kedua merintangi. Merintangi dalam arti hal-hal yang rutin dari waktu ke waktu, kalau
bahwa penolakan tersebut akan mengganggu, itu diubah maka manusia mengalami suasana
menghalang-halangi dan memperlambat negatif dan emosional. Perasaan-perasasan ini
jalanya proses perubahan. Untuk konteks dapat menghambat penerimaan, dan bahkan
sekolah, maka jalanya implementasi dapat menyabotase perubahan.
kurikulum misalnya, akan terhalang atau Setiap manusia memilki kebutuhan akan
terhambat. Dampaknya adalah mutu proses kepastian. Maka apabila terjadinya perubahan
pembelajaran di kelas akan menurunkan. pasti cenderung menolak. Ia menolak karena
Ketiga melumpuhkan. Melumpuhkan perubahan akan mengancam perasaan mereka
dalam arti bahwa kegiatan/pekerjaan pokok akan kenyamanan dan keamanan. Bahkan
institusi tidak akan berjalan sebagaimana karena takut akan adanya ancaman/sanksi
mestinya. Setiap orang akan mulai bekerja yang akan didapat apabila yang bersangkutan
sendiri-sendiri dan enggan bekerja sama tidak siap melakukan perubahan.
Tarsan, Memahami dan Mengelola Resistensi Atas Perubahan 105
Faktor ekonomi juga menjadi persoalan inggris (untuk konteks sekolah berstandar
karena pasca perubahan bisa saja kemampanan internasional), kemampuan IT, tertib
seseorang secara ekonomis tidak baik. admnistrasi; ketidaksiapan untuk
Perubahan-perubahan yang terjadi akan meninggalkan kebiasaan yang selama ini
menyebabkan penghasilan menyusut. sudah dirasakan; kekwatiran dan kegelisahan
Selain itu, menurut Robbins (1991:642), para siswa dalam memenuhi tuntutan belajar;
sebagaimana dikutip Winardi (2009:235), dan kebingungan para pendidik dan tenaga
setiap individu membentuk dunia mereka kependidikan terhadap perubahan itu sendiri.
melalui persepsi mereka. Setelah dunia Sumber Organisasional
terbentuk, maka hal tersebut menentang
perubahan. Sehingga menyebabkan individu Selain resistensi individual, sumber
selektif memproses informasih agar persepsi resistensi yang lain dalam melakukan
mereka tetap utuh. Mereka ingin mendengar perubahan adalah organisasi itu sendiri. Kotter
apa ingin mereka dengar. Mereka sebagaimana dikemukakan oleh Midun
mengabaikan informasih yang menentang (2014:225), mengemukakan delapan alasan
dunia yang telah mereka ciptakan organisasi sekolah enggan melakukan
pembaharuan pendidikan, yakni: (1) puas diri
Jhon C. Maxwell, dalam Kasali (2010), terlalu banyak; (2) gagal menciptakan kualitas;
menegaskan bahwa ada berbagai alasan (3) meremehkan kekuatan visi;
mengapa manusia enggan untuk berubah, (4) mengkomunikasikan visi secara buruk; (5)
yaitu: (1) perubahan tersebut bukan datang membiarkan hambatan-hamabatan
dari orang tersebut; (2) gangguan terhadap menghalangi visi baru; (6) gagal menciptakan
rutinitas; (3) perubahan menimbulkan keuntungan jangka pendek; (7) terlalu cepat
ketakutan-ketakutan terhadap sesuatu yang menyatakan keberhasilan; dan (8) lalai
baru; (4) tujuan akan perubahan tidak jelas; (5) menanamkan perubahan secara kokoh ke
perubahan menimbulkan rasa takut akan dalam kultur lembaga.
kegagalan; (6) perubahan yang diberikan
terlalu besar; (7) cara berpikir yang negatif; (8) Hasil penelitian yang dilakukan Tarsan
para pengikut tak punya respek pada (2012) menunjukan bahwa resistensi lembaga,
pimpinanya. (10) kecemasan seorang atasan; dalam hal ini sekolah yang melakukan
(11) perubahan berarti bisa kehilangan perubahan dari sekolah standar nasional ke
sesuatu; (12) perubahan menuntut tambahan standar internasional; adalah pertama, adanya
komitmen; (13) berpikir sempit; dan (14) kelembaman lembaga untuk melakukan
terperangkap oleh tradisi. perubahan, oleh karena keterbatasan dana,
kualitas SDM, dan keterbatasan fasilitas;
Hasil penelitian Tarsan (2012) kedua, minimnya partsispasi masyarakat, dan
menunjukan bahwa resistensi dari individu dan yang ketiga, adanya tuntutan dari pemerintah
kelompok dalam melakukan perubahan di yang sangat berat.
sekolah antara lain: ketakutan karena
ketidaksiapan para pendidik dan tenaga Menurut Supriyanto (2009:66) sumber
kependidikan dalm hal kemampuan berbahasa keengganan organisasional terhadap
perubahan meliputi kelembaman struktural;
106 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 1 Januari 2018
sama dan mobilisasi para bawahan dalam berpartisipasi dalam melakukan upaya
mengambil keputusan; guna menumbuhkan perubahan. Tahap ini merupakan pilihan
dan memaksimalkan komitmen untuk terakhir yang dapat dipakai pemimpin
melakukan perubahan. Hal ini akan manakala para anggota organisasi
mengurangi penolakan. Sehingga para menghalangi atau menentang perubahan.
bawahan tetap focus, bersemangat, sehingga Bentuk-bentuk upaya pemaksaan yang
dapat mengatasi kepasifan dan kemandekan dilakukan antara lain; ancaman untuk
(D’Souza, dialihtugaskan; tidak akan diberi kenaikan
2009:78). pangkat; evaluasi kinerja negatif; surat
Fasilitasi dan Dukungan rekomendasi yang tidak baik atau beri surat
teguran untuk menghentikan kontrak; ancaman
Strategi lain yang dapat dipakai uuntuk gaji diturunkan; bahkan di PHK.
mengurangi resistensi atas perubahan adalah
dukungan dan fasilitas guna memperlancar SIKLUS PENOLAKAN
perubahan. Bentuk dukungan yang diberikan TERHADAP PERUBAHAN
bermcam-macam antara lain; dana, alat,
Menurut Siagian (2004:81-83),
keterampilan, konseling, terapi, dan
sebagaimana diuraikan Tarsan (2012:68)
pengetahuan.
setiap perubahan cenderung melalui siklus
Negosiasi sebagai berikut:
Strategi negosiasi digunakan manakala Tahap pertama: pada tahap pertama
berhadapan dengan individu atau kelompok hanya sedikit orang yang melihat perlunya
yang berkuasa. Pada tahap ini pemimpin perubahan terjadi dan memandang reformasi
melakukan upaya runding atau mencari organisasi dengan sikap yang sungguh-
kesepakatan bersama, agar memenuhi sungguh. Karena jumlahnya sedikit, dan
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga upaya mewakili hanya sebagian kecil orang dalam
penolakan diminimalisir. organisasi, organisasi sebagai keseluruhan
mungkin melakukan berbagai tindakan
Manipulasi dan Kooptasi
penghalang seperti mengkritik, menertawakan
Taktik manipulasi dan kooptasi atau menggunakan cara-cara lain yang oleh
merupakan upaya untuk membuat lebih organisasi dianggap tepat untuk menghadapi
menarik, menyimpan informasi yang tidak kelompok kecil orang yang mungkin
diinginkan dan menciptakan gosip tidak benar; dipandang sebagai “pembakang”.
serta pemilihan pemimpin kelompok yang
Tujuannya adalah agar kelompok kecil itu
menolak perubahan untuk menjadi pemeran
menunda atau bahkan apabila mungkin
guna dalam melakukan perubahan.
membatalkan niatnya melakukan perubahan
Paksaan dengan tetap bertindak sesuai dengan
Taktik pemaksaan merupakan upaya normanorma yang sudah berlaku dalam
pemimpin untuk menyuruh, memerintah atau organisasi yang bersangkutan. pada tahap ini
memaksa para anggota organisasi untuk program perubahan mungkin “mati” tetapi
mungkin pula terus “menggelinding.”
108 Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 2, Nomor 1 Januari 2018
Tahap kedua: Jika gerakan terhadap organisasi klien untuk melakukan intervensi
perubahan berkembang, dua kubu-yaitu tertentu sehingga pihak penentang dapat
mereka yang setuju dan yang tidak setuju diyakinkan tentang manfaat yang akan
terhadap perubahan-biasanya-mulai makin diperoleh bila perubahan yang direncanakan
jelas identitasnya. Salah satu dampak itu dapat diwujudkan.
positifnya ialah bahwa biasanya semakin Tahap kelima: Merupakan tahap terakhir
banyak orang yang turut berbicara mengenai dalam siklus penolakan terhadap perubahan,
berbagai segi dan manfaat perubahan itu. posisi para penentang menjadi sama seperti
Ancaman yang dilihat oleh berbagai pihak posisi pendukung perubahan pada tahap
dapat dikurangi oleh karena pemahaman yang pertama.
lebih baik tentang perlunya perubahan
dilakukan. Lambat laun sikap yang melihat TUGAS PEMIMPIN DALAM
perubahan sebagai sesuatu hal yang asing atau MENGELOLA RESISTENSI
aneh semakin berkurang. TERHADAP PERUBAHAN
Tahap ketiga: Tahap ini merupakan tahap Seorang pemimpin memiliki tanggung
yang kritis karena terjadi konflik dan adu jawab besar terhadap pengelolaan penolakan
kekuatan antara yang mendukung perubahan atas perubahan. Pemimpin diibaratkan sebagai
dan yang menentangnya. dikatakan tahap yang seorang pilot. Ia memiliki tanggung jawab
kritis karena tergantung pada apa yang besar untuk membawa penumpang sampai di
direncanakan akan diwujudkan. Yang sangat tempat tujuan; sekalipun menemukan badai
penting untuk diwaspadai pada tahap ini yang ganas di tengah jalan. Tugas pemimpin
adalah agar para pendukung perubahan jangan dalam mengelola resistensi pertama-tama tentu
sampai memandangremehkan ketangguhan saja harus mengerti betul mengapa manusia
pihak penentang. Hal ini sangat penting karena pada dasarnya menolak perubahan. Maka
biasanya pihak yang mendukung perubahan berikut ini diuraikan beberapa rekomendasi
tidak selalu memahami ketangguhan berbagai tugas yang dapat dikerjakan oleh pemimpin:
pihak penolak untuk mencegah terjadinya pertama; mengajak para anggota melihat,
perubahan. bergerak, dan menyelesaikan; kedua,
Tahap keempat: jika tahap kritis diatasi membentuk change agent; ketiga, merubah
dengan baik, berarti pihak pendukung pola pikir SDM; keempat, membuat blue print
perubahanlah yang ‘menang” dan resistensi strategy; kelima, menggalang sumber daya,
lanjutan akan dipandang sebagai sikap keras dana, alat dan keterampilan; dan keenam
kepala dan sekedar “gangguan”. Memang libatkan mereka dalam perencanaan,
tidak mustahil terjadi bahwa piahk-pihak yang pelaksanaan, dan evaluasi terhadap perubahan
menolak perubahan berupaya mengambil (Vanim, 2010:51; Gwee, 2009:97; Nasution,
langkah-langkah tertentu dengan maksud agar 2010:140; Kasali, 2005:193).
terjadi pergeseran kekuatan yang
menguntungkan pihak penentang tersebut.
Dalam situasi yang demikian diperlukan
kearifan konsultan dengan pimpinan puncak
Tarsan, Memahami dan Mengelola Resistensi Atas Perubahan 109
yang mempengaruhi cara berpikir, merasa, dan Cameron & Green (2009:185),
bertndak dalam setiap situasi (Nasution, sebagaimana dikutip Tarsan (2012:77)
2010:140). Menurut Janssen, sebagaimana memaparkan aspek-aspek penting yang harus
dikutip Midun (2017:55). Mind set mendorong diperhatikan pemimpin agar proses perubahan
orang melakukan sesuatu secara berbeda dan berjalan dengan baik adalah: alignment,
sekaligus mendorong orang berprestasi tinggi. attunement, critical mass; building
Dengan merubah mind set, orang merubah organizational, capacity, capability dan
realitas, melakukan sesuatu yang tidak readiness; encouraging individual, team and
mungkin menjadi mungkin. organization learning; mindset. Alignment
Maka tugas pemimpin adalah meyakinkan (ketepatan) merupakan kesesuaian atau
dan membuka cakrawala berpikir para anggota kecocokan berbagai unsur guna mencapai
organisasi agar mereka melihat dengan jelas kesusksesan perubahan. Hal ini termasuk
mengenai perlunya melakukan perubahan memastikan semua komponen perencanaan
(membuka blind spot); membuang asumsi perubahan ke dalam satu kesatuan. Ini berarti
yang keliru tentang perubahan; mendobrak bahwa mereka juga harus memiliki integritas
zona nyaman atau perasaan puas diri; merubah internal tetapi juga semua linked dalam
kebiasaan; dan menurunkan beban mental dan keseluruhan sistem organisasi. Attunement
fisik untuk memulai perubahan (Gwee, (pembiasaan) juga penting. Hal Ini berkaitan
2009:97). Iriyanto dalam Midun (2017:57) dengan gambaran kultur organisasi yang
menganjurkan agar perubahan cara berpikir dikehendaki, dan kepastian akan semua aspek
manusia sebagai pelaku dan pelayan perubahan dilaksanakanan sesuai dengan
perubahan adalah dari membenarkan perencanaan terutama sesuai dengan nilai-nilai
kebiasaan, menjadi membiasakan kebenaran, organisasi dan perhatian yang cukup terhadap
dari problem base thinking menjadi solution sisi perubahan manusia.
base thinking, dari berpikir ragu-ragu dan taku Critical mass (tanggapan massa)
menjadi berani mencoba dan tidak takut gagal. merupakan upaya membangun sokongan dan
pengembangan momentum dalam perencanaan
Menggalang Sumber Daya, Dana, Alat dan mengelola perubahan. Tanggapan serta
Keterampilan pertimbangan yang cukup dari berbagai
Untuk mengurangi atau memiimalisir anggota harus difokuskan dan disesuaikan
penolakan terhadap perubahan, pemimpin dengan ketentuan manajemen senior. Building
perlu menyiapkan resources (Kasali, organizational, capacity, capability dan
2005:193): dana, alat, keterampiln, dan readiness; berkaitan dengan pengembangan
informasi yang cukup guna mendobrak organisasi, kapasitas, kemampuan dan
penolakan dari para bawahan. Hal ini dapat kesiapsiagaan; mengelola perubahan.
dilakukan terutama ketika para anggota Kapasitas, kemampuan dan kesiap-sediaan
organisasi tidak berubahan karena alasan para anggota organisasi merupakan aspek
sumber daya tidak ada. Maka tugas pemimpin kunci yang saling mempengaruhi.
adalah menyiapkan resources yang dibutuhkan Encouraging individual, team and
guna menunjang perubahan. organization learning; merupakan upaya
Tarsan, Memahami dan Mengelola Resistensi Atas Perubahan 111