Paper Pre Eklamsi Ayu Sabrina S
Paper Pre Eklamsi Ayu Sabrina S
PRE - EKLAMSIA
Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepanitraan Klinik Stase (KKS)
SMF Bagian Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Haji Medan Sumatra Utara
Oleh :
Ayu Sabrina Susilo
20360125
Pembimbing :
dr. H. Muslich Perangin Angin, Sp. OG
i
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
1
mempengaruhi sulitnya pencapaian target ini. Berdasarkan prediksi Biro
Sensus Kependudukan Amerika, penduduk Indonesia akan mencapai 255
juta pada tahun 2015 dengan jumlah kehamilan berisiko sebesar 15 -20 %
dari seluruh kehamilan. Tiga penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan (30%), hipertensi dalam kehamilan (25%), dan infeksi (12%).
WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara
berkembang daripada di negara maju. Prevalensi preeklampsia di Negara
maju adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang adalah 1,8% -
18%. Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau
sekitar 5,3%.
Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat
adanya penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia, berbeda
dengan insiden infeksi yang semakin menurun sesuai dengan perkembangan
temuan antibiotik. Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius
dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan
hanya karena preeklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan,
namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel
di berbagai organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi
lainnya.
Hasil metaanalisis menunjukkan peningkatan bermakna risiko
hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke dan tromboemboli vena pada
ibu dengan riwayat preeklampsia. Dampak jangka panjang juga dapat terjadi
pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia, seperti berat badan
lahir rendah akibat persalinan prematur atau mengalami pertumbuhan janin
terhambat, serta turut menyumbangkan besarnya angka morbiditas dan
mortalitas perinatal. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan
penyebab tersering kedua morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi dengan
berat badan lahir rendah atau mengalami pertumbuhan janin terhambat juga
memiliki risiko penyakit metabolik pada saat dewasa.
Penanganan preeklampsia dan kualitasnya di Indonesia masih beragam
di antara praktisi dan rumah sakit. Hal ini disebabkan bukan hanya karena
belum ada teori yang mampu menjelaskan patogenesis penyakit ini secara
jelas, namun juga akibat kurangnya kesiapan sarana dan prasarana di daerah.
Selain masalah kedokteran, preeklampsia juga menimbulkan masalah
ekonomi, karena biaya yang dikeluarkan untuk kasus ini cukup tinggi. Dari
analisis yang dilakukan di Amerika memperkirakan biaya yang dikeluarkan
mencapai 3 milyar dollar Amerika pertahun untuk morbiditas maternal,
sedangkan untuk morbiditas neonatal mencapai 4 milyar dollar Amerika per
tahun. Biaya ini akan bertambah apabila turut menghitung beban akibat
dampak jangka panjang preeklampsia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Preeklampsia
Jika hanya didapatkan hipertensi saja, kondisi tersebut tidak
dapat disamakan dengan preeklampsia, harus didapatkan gangguan
organ spesifik akibat preeklampsia tersebut. Kebanyakan kasus
preeklampsia ditegakkan dengan adanya proteinurin, namun jika
protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia. Kriteria
minimal preeklampsia yaitu:
2) Edema paru
b. Preeklampsia Berat
(HDK)
2.6 Diagnosis
a. Penegakkan Diagnosis Hipertensi
b. Penentuan Proteinuria
2.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan preeklampsia
1. Monitor tekanan darah 2x sehari dan cek protein urin rutin
2. Pemeriksaan laboratorium darah (Hb, Hct, AT, ureum, kreatinin,
SGOT, SGPT) dan urin rutin
3. Monitor kondisi janin
4. Rencana terminasi kehamilan pada usia 37 minggu. Atau usia <37
minggu bila kondisi janin memburuk, atau sudah masuk dalam
persalinan/ ketuban pecah dini (KPD).
Gambar 2. Manajemen Preeklamsia tanpa gejala berat
2.8 Komplikasi
Komplikasi preeklamsia di bagi menjadi komplikasi maternal dan neonatal
berikut yaitu :
a. Komplikasi Maternal
1) Eklampsia
3) Ablasi Retina
4) Gagal Ginjal
5) Edema Paru
6) Kerusakan Hati
8) Gangguan Saraf
b. Komplikasi Neonatal
1) Pertumbuhan Janin terhambat
Ibu hamil dengan preeklampsia dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat karena perubahan patologis pada
plasenta, sehingga janin berisiko terhadap keterbatasan pertumbuhan.
2) Prematuritas
Preeklampsia memberikan pengaruh buruk pada kesehatan janin
yang disebabkan oleh menurunnya perfusi uteroplasenta, pada waktu
lahir plasenta terlihat lebih kecil daripada plasenta yang normal untuk
usia kehamilan, premature aging terlihat jelas dengan berbagai daerah
sinsitianya pecah, banyak terdapat nekrosis iskemik dan posisi fibrin
intervilosa.
3) Fetal distress
Preeklampsia dapat menyebabkan kegawatan janin seperti
sindroma distress napas. Hal ini dapat terjadi karena vasospasme yang
merupakan akibat kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami kerusakan dan
menyebabkan aliran darah dalam plasenta menjadi terhambat dan
menimbulkan hipoksia pada janin yang akan menjadikan gawat janin.
2.9 Pencegahan
Terminologi umum ‘pencegahan’ dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
primer, sekunder, tersier. Pencegahan primer artinya menghindari
terjadinya penyakit. Pencegahan sekunder dalam konteks preeklampsia
berarti memutus proses terjadinya penyakit yang sedang berlangsung
sebelum timbul gejala atau kedaruratan klinis karena penyakit tersebut.
Pencegahan tersier berarti pencegahan dari komplikasi yang disebabkan
oleh proses penyakit, sehingga pencegahan ini juga merupakan tata
laksana.
a. Pencegahan Primer
Perjalanan penyakit preeklampsia pada awalnya tidak memberi
gejala dan tanda, namun pada suatu ketika dapat memburuk dengan
cepat. Pencegahan primer merupakan yang terbaik namun hanya dapat
dilakukan bila penyebabnya telah diketahui dengan jelas sehingga
memungkinkan untuk menghindari atau mengkontrol penyebab-
penyebab tersebut, namun hingga saat ini penyebab pasti terjadinya
preeklampsia masih belum diketahui. Sampai saat ini terdapat
berbagai temuan biomarker yang dapat digunakan untuk meramalkan
kejadian preeklampsia, namun belum ada satu tes pun yang memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang tinggi.
• Perlu dilakukan skrining risiko terjadinya preeklampsia untuk
setiap wanita hamil sejak awal kehamilannya
• Pemeriksaan skrining preeklampsia selain menggunakan riwayat
medis pasien seperti penggunaan biomarker dan USG Doppler
Velocimetry masih belum dapat direkomendasikan secara rutin,
sampai metode skrining tersebut terbukti meningkatkan luaran
kehamilan.
b. Pencegahan Sekunder
1. Antenatal Care (ANC)
Hal ini diupayakan dengan mengidentifikasi kehamilan risiko
tinggi dan mencegah pengobatan dalam rangka menurunkan
komplikasi penyakit dan kematian melalui modifikasi ANC. WHO
merekomendasikan semua ibu hamil harus melakukan kunjungan
ANC minimal 8x. Yaitu kunjungan pertama dilakukan sebelum usia
kehamilan 12 minggu dan kunjungan selanjutnya di usia kehamilan
20, 26, 30, 34, 36, 38 dan 40 minggu.
Preeklampsia tidak selalu dapat didiagnosis pasti. Pemantauan
yang lebih ketat memungkinkan lebih cepatnya identifikasi
perubahan tekanan darah yang berbahaya, temuan laboratorium yang
penting, dan perkembangan tanda dan gejala yang penting. Frekuensi
kunjungan ANC bertambah sering pada trimester ketiga, dan hal ini
membantu deteksi dini preeklampsia.
2. Istirahat
Istirahat di rumah 4 jam/hari bermakna menurunkan risiko
preeklampsia dibandingkan tanpa pembatasan aktivitas. Istirahat
dirumah 15 menit 2x/hari ditambah suplementasi nutrisi juga
menurunkan risiko preeklampsia.
Istirahat di rumah tidak di rekomendasikan untuk pencegahan
primer preeklampsia
Tirah baring tidak direkomendasikan untuk memperbaiki luaran
pada wanita hamil dengan hipertensi (dengan atau tanpa
proteinuria).
3. Restriksi Garam
Dari telaah sistematik 2 penelitian yang melibatkan 603 wanita
pada 2 RCT menunjukkan restriksi garam (20 – 50 mmol/hari)
dibandingkan diet normal tidak ada perbedaan dalam mencegah
preeklampsia. Pembatasan garam untuk mencegah preeklampsia dan
komplikasinya selama kehamilan tidak direkomendasikan.
4. Aspirin Dosis Rendah
Penggunaan aspirin dosis rendah (75mg/hari) direkomendasikan
untuk prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko
Apirin dosis rendah sebagai prevensi preeklampsia sebaiknya
mulai digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu namun risiko
yang diakibatkannya lebih tinggi.
Penggunaan aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer
berhubungan dengan penurunan risiko preeklampsia, persalinan
preterm, kematian janin atau neonatus dan bayi kecil masa
kehamilan, sedangkan untuk pencegahan sekunder berhubungan
dengan penurunan risiko preeklampsia, persalinan preterm < 37
minggu dan berat badan lahir < 2500 g.
5. Suplementasi Kalsium
Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari direkomendasikan
terutama pada wanita dengan asupan kalsium yang rendah
Jika WHO merekomendasikan pemberian kalsium rutin sebanyak
1500-2000 mg elemen kalsium perhari, terbagi menjadi 3 dosis
(dianjurkan dikonsumsi mengikuti waktu makan).
Lama konsumsi adalah semenjak kehamilan 20 minggu hingga
akhir kehamilan.
Penggunaan aspirin dosis rendah dan suplemen kalsium (minimal
1g/hari) direkomendasikan sebagai prevensi preeklampsia pada
wanita dengan risiko tinggi terjadinya preeklampsia
6. Suplementasi Vitamin D
Institute of Medicine (IOM) dan ACOG merekomendasikan
suplemen vitamin D 600 IU perhari untuk ibu hamil guna
mendukung metabolisme tulang ibu dan janin. Dan dosis 1000-2000
IU per hari untuk kasus defisiensi vitamin D. Pada preeklampsi
plasenta menunjukan respon inflamasi yang kuat dan terjadinya
peningkatan dalam aktivitas sistem immunologi. Hal ini menyatakan
bahwa sistem immunomodulasi vitamin D secara potensial
memberikan manfaat terhadap implantasi plasenta selama
kehamilan. Kecukupan akan pemenuhan kebutuhan vitamin D
memberikan efek imunomodulasi dan regulasi tekanan darah.
7. Suplementasi Antioksidan
Pemberian vitamin C dan E dosis tinggi tidak menurunkan
risiko hipertensi dalam kehamilan, preeklampsia dan eklampsia,
serta berat lahir bayi rendah, bayi kecil masa kehamilan atau
kematian perinatal. Hanya sebagai metode untuk memperbaiki
kemampuan oksidatif perempuan yang berisiko mengalami
preeklampsia.
KESIMPULAN