B. Latar Belakang
Orang Hindu di Bali, melaksanakan berbagai macam upacara sejak lahir, hidup
sampai mati. Secara garis besarnya upacara di Bali, dibagi menjadi lima jenis yang disebut
Panca Yadnya, terdiri dari upacara Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Manusia Yadnya, Pitra
Yadnya, dan Buta Yadnya. Upacara-upacara tersebut diadakan oleh masing-masing keluarga,
banjar, dan desa. Seperti contoh, proses kehamilan sampai kelahiran menurut Sudharta
dijelaskan, bahwa upacara dari saat hamil adalah untuk tujuan mendapat keturunan yang baik,
dan setelah jabang bayi berumur tujuh bulan untuk keselamatan ibu dan anak (2013 : 9).
Sedangkan mati menurut PP No.18 tahun 1981, apabila otak dan batang otak sudah
tidak berfungsi lagi. Menurut Tattwa, orang dikatakan telah mati apabila atmanya telah lepas
dari Panca Maha Bhuta, sedangkan menurut upacara agama, orang dikatakan mati, bila telah
diupacarai, dilaksanakan upacara ngaben dengan beberapa proses untuk tujuan melepaskan
Terkait dengan judul garapan ini, kata Tri Kona adalah tiga alur kehidupan yang
dipercayai oleh umat Hindu dengan istilah Utpati (kelahiran), Stiti (kehidupan) dan Pralina
(kematian). Sifat-sifat ketiga ini merupakan lambang dari Tri Murti, yaitu Dewa Brahma
(Utpati, kelahiran), Dewa Wisnu (Setiti, Kehidupan) dan Dewa Siwa (Pralina, kematian)
(Suhardana, 2008: 3). Hasil wawancara dengan I Nyoman Patra, konsep ini dapat dilihat
1
dimana-mana dalam kehidupan masyarakat di Bali. Setiap desa memiliki tiga pura, yaitu
pura desa, pura puseh dan pura dalem, ini juga bisa disebut salah satu bentuk perwujudan
konsep Tri Kona karena ke-3 pura tersebut merupakan perwujudan dewa Brahma, dewa
Wisnu, dan dewa Siwa. Oleh karena itu konsep Tri Kona merupakan salah satu konsep dasar
dalam agama Hindu dan setiap jenis upacara mempunyai hubungan dengan konsep ini.
melahirkan karya karawitan inovatif Tri Kona dengan rumusan masalah sebagai berikut:
alur kehidupan dalam Agama Hindu yang disebut utpati, stiti, dan pralina ?
Wayang dan gamelan Angklung sehingga memiliki warna baru dan kekhasan
tersendiri ?
inovatif “Tri Kona” sehingga menjadi karya yang utuh dan harmonis ?
C. Ide garapan
Penata mencoba membuat karya yang terinspirasi dari proses hidup orang Bali
dengan tiga tingkatan, yaitu “lahir, hidup, dan mati”. Pada bagian lahir, penata terinspirasi
dari upacara tiga bulanan dan otonan. Pada bagian hidup, penata terinspirasi dari suasana
kehidupan seseorang mulai dari kecil menjadi dewasa hingga menginjak umur sudah tua,
yang dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu anak kecil, dewasa, dan tua. Bagian terakhir yaitu
2
bagian mati, penata terinspirasi dari upacara orang meninggal yang disebut ngaben.
Proses kehidupan yang disebut lahir, hidup, dan mati, masing-masing tingkatan
diaktualisasikan dengan aktivitas ritual yang diiringi dengan jenis gamelan yang berbeda.
Aktivitas ritual yang diiringi gamelan tertentu akan memberikan kesan dan ciri tertentu
terhadap upacara yang sedang berlangsung, dan gamelan yang mengiringi tentunya dengan
kekhasan dan identitasnya masing-masing. Fenomena ini yang sangat menarik bagi penata
untuk mewujudak ke dalam karya karawitan, dengan memilih dan menggabungkan gamelan
Angklung dengan Gender Wayang yang akan penata wujudkan dalam karya komposisi
karawitan inovatif. Dalam Estetika Karawitan, disebutkan komposisi inovatif adalah sebuah
karya komposisi yang cendurung menggali ide-ide atau gagasan-gagasan baru kendatipun
pada dasarnya materi tradisinya masih tampak jelas, dalam hal ini memasukan unsur-unsur
dari luar dengan pengolahan yang sangat memadai, menjadikan peluang untuk mewujudkan
pengelohan materi-materi baru yang berasal dari budaya luar, tentu memiliki nuansa atau rasa
musikal yang berbeda, bila kurang berhati-hati atau pengolahannya kurang halus (cermat),
akan tampak karya yang disebut tempelan-tempelan atau jiplakan belaka (Suweca, 2009 : …)
D. Konsep garapan
Komposisi karawitan inovatif “Tri Kona” merupakan komposisi yang terlahir dari
cerita hidup orang Bali. Penata membagi tiga pokok bagian yaitu bagian I, II dan III.Untuk
3
bagian II ada beberapa tingkat disesuaikan dengan cerita gendingmisalnya Bagian II-1, II-2
dan seterusnya.
Gender Wayang. Bagian ini penata terinspirasi dari Wayang Lemah pada saat Otonan tiga
bulanan.
*Bagian II : Disini penata megambarkan cerita kehidupan dengan media gamelan Gender
Wayang,dari bagian ini menambah gamelan Angklung empat nada. Bagian ini dibagikan
beberapa tingkatan supaya bisa disesuaikan dengan cerita tambah umur manusia dari anak
II-1 : Disini penata megambarkan tingkat anak kecil. Bagian ini suling kecil menjadi
instrumen utama dengan suara lucu, harmoni karena sesuaikan dengan karaktor anak
II-2 : Disini penata megambarkan tingkat kedewasaan seumur mahasiswa. Bagian ini
kendang krumpugan menjadi instrumen utama seperti pukulan Legong karena tingkat
kedewasaan sudah kenal dengan estetika dan keindahan.Gamelan Gender Wayang fungsinya
seperti Gender Rambat di dalam gamelan Pelegongan, dan gamelan Angklung empat nada
III-3 : Disini penata megambarkan tingkat tertua. Bagian ini melodinya sangat lambat dan
suasananya sepi.Penata terinspirasi dari Tabuh Telu Werda Lumaku yang merupakan iringan
tari Topeng Tua.Maka penata mengunakan bagian ini dengan kendang cedugan yang dipukul
4
oleh panggul.
*Bagian III
Disini penata megambarkan cerita kematian terinspirasi dari upacara Ngaben.Bagian ini dari
segi musikal penata mengukan secara klasik dengan gamelan Angklung empat nada.
E. Tujuan Garapan
Pada dasarnya dalam penyelesaikan dari proses kreativitas sudah barang tentu
mempunyai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai untuk dijadikan motivasi dalam
mendorong terwujudnya suatu garapan. Adapun tujuan dari komposisi ini ialah :
1. Untuk mewujudkan garapan musik inovatif yang memiliki warna baru dan kekhasan
tersendiri.
penggarapan musik inovatif yang menggunakan alat tradisi, guna menambah dan
memperkarya pembendaharaankarya cipta seni sebagai hasil proses kreativitas di bidang seni
musik inovatif.
F. Manfaat Garapan
5
manfaat.Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penyusunan musik inofatif ini ialah ;
G. Ruang Lingkup
Pada bagian ini penata akan mengemukakan segi-segi permasalahan yang digarap
berdasarkan latar belakang dan ide garapan, guna menghindari adanya salah pemafsiram yang
terlalu jauh, maka perlu diberikan batasan-batasan dan sekiranya dapat memberikan
gambaran tentang garapan yang akan disajikan. Adapun ruang lingkup dalam garapan ini
meliputi :
Garapan ini tidak mempunyai istilah bagian kawitan, pengawak, pengecet karena konsep
garapan ini merupakan karawitan inovatif. Penata membagi bagian I, II dan III sesuai dengan
Untuk membedakan konsep Tri Kona dan konsep Tri Guna, konsep Tri Kona merupakan
konsep proses kehidupan tetapi konsep Tri Guna merupakan sifat, karakter dan mewarnai
kehidupan. Karena garapan ini berjudul Tri Kona penata fokus ke proses manusia dari hidup
sampai mati.
6
2- Empat buah gangsa Angklung empat (4) nada
Untuk masalah frekuensi diantara Gender Wayang dengan Angklung penata sudah mengukur
beberapa instrumen di daerah Tabanan, Denpasar, Gianyar yang milik sanggar atau milik
Wayang pemade di Jagaraga, desa Sukawati, Gianyar dan gamelan Angklung empat nada di
H. Tinjauan sumber
Bendem I Made, 2013, Gamelan Bali di Atas Panggung Sejarah STIKOM BALI.
Dalam buku ini dibahas tentang teknik ubit-ubitan, karakter gamelan Angklung.
dibahas tentang secara umum dan proses upacara Ngaben dan pengertian kematian.
7
SuhandanaTahun 2008 ‘TRI MURTI Tiga Perwujudan Utama Tuhan’ Penerbit PARAMITA
Surabaya.
Sugiarta I Gede Arya, 2012,Kreativitas Musik Bali Garapan Baru Institut Seni
Bandem I Made, 1986PRAKEMPA Sebuah Lontar Gambelan Bali Akademik Seni Tari
Indonesia Denpasar.
Sweca I Wayan, 2009,Buku Ajar ESTETIKA KARAWITAN Fakultas Seni Pertunjukan Institut
8
I. Jadwal Pelaksanaan
Tabel:
JUNI201
Kegiatan
Maret 2016
Maret 2016- Mei 2016-
6
Keterangan:
: : Melaksanakan Ujian TA
J. Sumber Pustaka
Bandem, I Made. 2013. Gamelan Bali di Atas Panggung Sejarah. STIKOM Bali.
Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gambelan Bali. Denpasar :
Akademik Seni Tari Indonesia.
Swastika, I Ketut Pasek. 2008. Ngaben. Kota tempat terbit, Penerbit ……………. ?
Yudabakti, I Made dan I Wayan Watra. 2007. Filsafat Seni Sakral dalam
Kebudayaan Bali. Denpasar : Paramita.
9
Suhandana. 2008. Tri Murti Tiga Perwujudan Utama Tuhan. Surabaya : Paramita.
Sugiartha, I Gede Arya. 2012. Kreativitas Musik Bali Garapan Baru. Denpasar :
UPT. Institut Seni Indonesia Denpasar.
Suweca, I Wayan. 2009. Buku Ajar Estetika Karawitan. Denpasar : Fakultas Seni
Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.
Daftar Informan
Umur : 66 tahun
Umur : 71 tahun
Pekerjaan : Seniman
10