Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Tinjauan Umum
Jalan K.H.Abdul Halim – Jalan Siliwangi merupakan jalan yang sering mengalami
kemacetan khususnya pada jam – jam sibuk karena berada pada daerah perkantoran,
pendidikan, pertokoan, dan juga wisata kuliner yang berada dekat di sekitaran daerah
jalanan tersebut. Pengumpulan data dilakukan selama 3 (tiga) hari berturut – turut untuk
mencari perbandingan volume lalu lintas tertinggi. Dari pengamatan dilalukan pada hari
Kamis, 20 Mei 2021, Jumat, 21 Mei 2021, Sabtu, 22 Mei 2021, kemudian untuk pengukur
data geometri jalan dan bundaran serta pengumpulan data hambatan samping dilakukan
pada sela waktu pengumpulan data lalu lintas harian rata – rata (LHR).

4.2 Pengelolaan Data


4.2.1 Hambatan Samping
Untuk menghitung frekuensi kejadian hambatan samping terebih dahulu jenis
kendaraan harus dikalikan dengan faktor bobot. Penentuan kelas hambatan samping untuk
mendapatkan faktor hambatan samping berdasarkan tabel bobot kejadian. Survei dilakukan
dengan menghitung langsung pejalan kaki, kendaraan parkir dan kendaraan berhenti,
kendaraan lambat, kendaraan masuk dan keluar dari samping jalan.
Hambatan samping yang terutama berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan
perkotaan sesuai MKJI, 1997 adalah :

 Pejalan kaki ( bobot = 0.5)


 Angkutan umum dan kendaraan lain berhenti ( bobot = 1.0)
 Kendaraan lambat misal beck, kereta kuda ( bobot = 0.4 )
 Kendaraan masuk dan keluar disamping jalan ( bobot = 0.7)
Jumlah (PED x F.bobot) = 14 x 0.5 =7
Jumlah (PSV x F.bobot) = 56 x 1 = 56
Jumlah (SMV x F.bobot) = 25 x 0.4 = 10
Jumlah (EEV x F.bobot) = 6 x 0.7 = 4.2

Jadi, total bobot frekuensi hambatan samping yaitu :


Total frekuensi = (PED x F.bobot) + (PSV X F.bobot) + (SMV x F.bobot) +
(EEV x F.bobot)
= (7) + (56) + (10) + (4.2)

= 77.2 bobot kejadian

43
44

Untuk hasil survey dapat dilihat pasa Tabel 4.1

Tabel 4.1 Frekuensi hambatan samping pada hari Sabtu tanggal 22 Mei 2021.

PED PSV SMV EEV


Faktor bobot= 0.5 Faktor bobot = 1 Faktor bobot= 0.4 Faktor bobot = 0.7
JAM
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
orang terbobot kend terbobot kend terbobot kend terbobot
06.30 -
12 6 23 23 15 6 7 4.9
07.30
12.00 –
13 6.5 12 12 19 7.6 3 2.1
13.00
16.00 –
14 7 56 56 25 10 6 4.2
17.00
Sumber : Hasil Survei Hambatan Samping, 2021
Dalam survey selama 1 minggu yang diwaliki pada hari – hari sibuk didapat jam
puncak untuk perhitungan hambatan samping yaitu pada jam 16.00 -17.00 sebesar 77.2
bobot kejadian didapat kelas hambatan sampingnya adalah sangat rendah (VL).

4.2.2 Sketsa Bundaran

Jalan Siliwangi

Jalan SitiArmilah Jalan Pemuda

Jalan K.H. Abdul Halim

Gambar 4.1 Sketsa Bundaran


45

4.2.3 Geometrik Bundaran


Dalam penelitian ini diambil Bundaran yang berada di Jalan K.H.Abdul Halim –
Jalan Siliwangi sebagai daerah studi yang merupakan persipangan dengan pengaturan
Bundaran tak bersinyal. Berikut diberikan data – data geometrik.

Tabel 4.2 Geometri Bundaran

No. Keterangan Jalinan


AB BC CD DA
1 Lebar pendekat (W1) 4.9 m 6m 2.5 m 6m
2 Lebar Pendekat (W2) 7m 9m 7m 9m
3 Lebar Masuk Rarta – rata (We) 5.59 m 7.5 m 4.75 m 7.5 m
4 Lebar Jalinan (Ww) 17 m 11 m 16 m 10 m
5 Panjang Jalinan (Lw) 25 m 30 m 22 m 30 m
6 We/Ww 0.33 0.68 0.30 0.75
7 Ww/Lw 0.68 0.37 0.73 0.33
8 Diameter Bundaran 50 meter
9 Diameter Pulau Bundaran 30 meter
10 Jumlah Lajur Lingkar 2 Lajur
11 Jumlah Lengan 4 Lengan
Sumber : Hasil Survei Geometri Bundaran, 2021

Keterangan :
Bagian Menjalin A - B = Arah Pendekat Selatan
Bagian Menjalin B - C = Arah Pendekat Barat
BagianMenjalin C - D = Arah Pendekat Utara
Bagian Menjalin D - A = Arah Pendekat Timur
1. Lebar masuk Pendekat 1 merupakan lebar ruas jalan per lajur yang diketahui dari
kondisi eksisting jalan :
Bagian Menjalin A - B = 4,9 meter
Bagian Menjalin B - C = 6 meter
BagianMenjalin C - D = 2,5 meter
Bagian Menjalin D - A = 6 meter
2. Lebar masuk Pendekat 2 merupakan lebar dari pulau bundaran sampai ruas
pendekat yang diketahui dari sketsa gambar berdasarkan hasil analisis bundaran :
Bagian Menjalin A - B = 7 meter
Bagian Menjalin B - C = 9 meter
BagianMenjalin C - D = 7 meter
Bagian Menjalin D - A = 9 meter
46

3. Lebar masuk rata - rata atau WE merupakan lebar Pendekat 1 ditambah lebar
pendekat 2 dibagi 2 :
WE = 4,9 + 7 = 5,95 meter
2
WE = 6 + 9 = 7,5 meter
2
WE = 2,5 + 7 = 4,75 meter
2
WE = 6 + 9 = 7,5 meter
2
4. Lebar jalinan atau WW merupakan lebar antara pulau bundaran dengan rasio
belok pada pendekat yang diketahui dari sketsa gambar berdasarkan hasil analisis
bundaran :
WW = 17 meter
WW = 11 meter
WW = 16 meter
WW = 10 meter
5. Sedangkan WE dibagi WW :

WE 5,59
Bagian Menjalin A − B = = = 0,33
WW 17

WE 7,5
Bagian Menjalin B − C = = = 0,68
WW 11

WE 4,75
Bagian Menjalin C − D = = = 0,30
WW 16

WE 7,5
Bagian Menjalin D − A = = = 0,75
WW 10

6. Panjang Jalinan merupakan panjang lintasan bundaran :


LW = 25 meter
LW = 30 meter
LW = 22 meter
LW = 30 meter
47

7. Sedangkan WW dibagi LW :

WW 17
Bagian Menjalin A − B = = = 0,68
LW 25

WW 11
Bagian Menjalin B − C = = = 0,37
LW 30

WW 16
Bagian Menjalin C − D = = = 0,73
LW 22

WW 10
Bagian Menjalin D − A = = = 0,33
LW 30

Untuk lebih terprinci dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4.3 Parameter Geometri Jalinan

SumberI : Hasil Survei dan Analisa, 2021

4.2.3 Arus Lalu Lintas Bundaran


Perhitungan Volume lalu lintas dilakukan per satu jam, didasarkan pada kondisi arus
puncak pagi, siang, dan sore hari. Dari data survei yang didapat dilapangan waktu puncak
terjadi sore hari yaitu hari Sabtu pukul 16.00 – 17.00 wib, untuk setiap pergerakan belok
kiri (LT), lurus (ST), belok kanan (RT), dan putar balik (UT). Jenis kendaran yang disurvei
yaitu kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), sepeda motor (MV), dan kendaraan
tak bermotor (UM) dalam kendaraan perjam dikoversi menjadi satuan mobil pnumpang
(smp) per jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang (emp) untuk masing
– masing pendekat terlindung dan terlawan yang mengacu pada MKJI (Manual Kapasitas
Jalan Indonesia), 1997.
48

Tabel 4.4 Data Arus Lalu Lintas Sore (Timur)

Sumber : Hasil Survei Volume Lalu Lintas, 2021

Tabel 4.5 Data Arus Lalu Lintas Sore (Selatan)

Sumber : Hasil Survei Volume Lalu Lintas, 2021

Tabel 4.6 Data Arus Lalu Lintas Sore (Barat)

Sumber : Hasil Survei Volume Lalu Lintas, 2021

Tabel 4.7 Data Arus Lalu Lintas Sore (Utara)

Sumber Hasil Survei Volume Lalu Lintas, 2021


49

Keterangan: MC : Motor (Kendaraan roda 2) LT : Belok Kiri


LV : Kendaraan Ringn (Roda 4) ST : Lurus
HV : Kendaraan Berat ( Roda 6 atau Lebih) RT : Belok Kanan
UM : Kendaraan Tak Bermotor UT : Putar Balik

Dari pengamatan yang didapat saat survei volume lalu lintas diambil volume lalu
lintas terpadat yaitu pada hari Sabtu. Kemudian dimasukkan ke formulir SIG-II untuk
mengetahui rasio belok pada kendaraan, untuk lebih jelasnya berikut formulir SIG-II.

Tabel 4.8 Analisa Data Hasil Survei Arus Lalu Lintas Kendaraan di Persimpangan

Sumber : Hasil Analisa dan Survei Volume Lalu Lintas, 2021

4.2.4 Volume Lalu Lintas


Dalam pengumpulan data survei yang dilakukan didapat jam puncak sore hari pada
pukul 16.00 – 17.00 wib. Nilai emp berdasar jenis kendaraan yang dihitung yaitu berikut
ini :
50

1. Arah pendekat utara terlindung


Kendaraan Berat (HV) = 14 x 1,3 = 18.2 smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) = 78 x 1,0 = 78 smp/jam
Motor (MC) = 761 x 0,2 = 152.2 smp/jam
Kendaraan bermotor total = 248.9 smp/jam
2. Arah pendekat timur terlindung
Kendaraan Berat (HV) = 24 x 1,3 = 31.2 smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) = 38 x 1,0 = 38 smp/jam
Motor (MC) = 713 x 0,2 = 142.6 smp/jam
Kendaraan bermotor total = 211.8 smp/jam
3. Arah pendekat selatan terlindung
Kendaraan Berat (HV) = 23 x 1,3 = 29.9 smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) = 156 x 1,0 = 156 smp/jam
Motor (MC) = 1091 x 0,2 = 218.2 smp/jam
Kendaraan bermotor total = 404.1 smp/jam
4. Arah pendekat barat terlindung
Kendaraan Berat (HV) = 15 x 1,3 = 20 smp/jam
Kendaraan Ringan (LV) = 158 x 1,0 = 158 smp/jam
Motor (MC) = 914 x 0,2 = 182.8 smp/jam
Kendaraan bermotor total = 360.8 smp/jam
Besar volume kendaraan pada survey yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 22 Mei
2021 yaitu sebesar 248.9 + 211.8 + 404.1 + 360.8 = 1225.6 smp/jam.

4.3 Perhitungan Rasio kendaraan


Perhitungan rasio kendaraan pada masing-masing pendekat sebagai berikut :
LT (smp/jam) RT (smp/jam)
PLT= Total (smp/jam) PST= Total (smp/jam)
RT (smp/jam) RT (smp/jam)
PRT= Total (smp/jam) PUT= Total (smp/jam)

1. Arah Pendekat Utara


a. Rasio Arus Belok Kiri
237
PLT = = 0,28
853

b. Rasio Arus Lurus


289
PST = 853 = 0,34

c. Rasio Arus Belok Kanan


327
PRT = 853 = 0,38
d. Rasio Arus Putar Balik
51

0
PUT = 853 = 0,00

2. Arah Pendekat Timur


a. Rasio Arus Belok Kiri
248
PLT = 775 = 0,32

b. Rasio Arus Lurus


232
PST = 775 = 0,30

c. Rasio Arus Belok Kanan


295
PRT = 775 = 0,38

d. Rasio Arus Putar Balik


0
PUT = 775 = 0,00

3. Arah Pendekat Selatan


a. Rasio Arus Belok Kiri
284
PLT = 1270 = 0,23

b. Rasio Arus Lurus


605
PST = 1270 = 0,48

c. Rasio Arus Belok Kanan


381
PRT = 1270 = 0,30

d. Rasio Arus Putar Balik


0
PUT = 1270 = 0,00

4. Arah Pendekat Barat


a. Rasio Arus Belok Kiri
367
PLT = 1087 = 0,34

b. Rasio Arus Lurus


437
PST = 1087 = 0,40

c. Rasio Arus Belok Kanan


283
PRT = = 0,26
1087

d. Rasio Arus Putar Balik


0
PUT = 1087= 0,00
52

4.3.1 Perhitungan Arus Menjalin

Arus lalu lintas diperhitungkan untuk mengetahui nilai rasio menjalin pada setiap
ruas jalan yang berhubungan dengan bundaran. Berikut merupakan perhitungan untuk
mengetahui rasio menjalin pada setiap pendekat :
1. Rasio Menjalin A - B

(Total Kend smp/jam (ST) A + Total Kend smp/jam (RT) A +


Total Kend smp/jam (RT) C + Total Kend smp/jam (ST) D)
Rasio Menjalin = smp
(Total Kend jam A + (Total Kend smp/jam (RT) C +
(Total Kend smp/jam (ST) D + (Total Kend smp/jam (RT) D
156,9 + 188,5 + 154,2 + 266,4
Rasio Menjalin =
477 + 188,5 + 266,4 + 163,9
766
Rasio Menjalin =
1095,8
Rasio Menjalin = 0,699
2. Rasio Menjalin B - C

(Total Kend smp/jam (ST) A + Total Kend smp/jam (ST) B +


Total Kend smp/jam (RT) B + Total Kend smp/jam (RT) D)
Rasio Menjalin =
(Total Kend smp/jam (ST) A + (Total Kend smp/jam (RT) A +
(Total Kend smp/jam B + (Total Kend smp/jam (RT) D
156,9 + 344 + 223,7 + 163,9
Rasio Menjalin =
156,9 + 188,5 + 731 + 163,9
897,5
Rasio Menjalin =
1240,3
Rasio Menjalin = 0,716
3. Rasio Menjalin C - D

(Total Kend smp/jam (RT) A + Total Kend smp/jam (ST) B +


Total Kend smp/jam (ST) C + Total Kend smp/jam (RT) C)
Rasio Menjalin =
(Total Kend smp/jam (RT) A + Total Kend smp/jam (ST) B +
Total Kend smp/jam (RT) B + Total Kend smp/jam C)
188,5 + 344 + 127,7 + 154,2
Rasio Menjalin =
188,5 + 344 + 223,7 + 426
814.4
Rasio Menjalin =
1182,2
Rasio Menjalin = 0,688
53

4. Rasio Menjalin D - A

(Total Kend smp/jam (RT) B + Total Kend smp/jam (ST) C +


Total Kend smp/jam (ST) D + Total Kend smp/jam (RT) D)
Rasio Menjalin =
(Total Kend smp/jam (RT) B + Total Kend smp/jam (ST) C +
Total Kend smp/jam (RT) C + Total Kend smp/jam D)
223,7 + 127,7 + 266,4 + 163,9
Rasio Menjalin =
223,7 + 127,7 + 154,2 + 635
781,7
Rasio Menjalin =
1140,4
Rasio Menjalin = 0,685

Keterangan : Rasio Menjalin A - B = Arah Pendekat Utara


Rasio Menjalin B - C = Arah Pendekat Selatan
Rasio Menjalin C - D = Arah Pendekat Timur
Rasio Menjalin D - A = Arah Pendekat Barat

Untuk lebih detailnya bisa dilihat pada ringkasan tabel berikut ini :
54

Tabel 4.9 Rasio Kendaraan dan Rasio Menjalin

Sumber : Hasil Analisa dan Survei Volume Lalu Lintas, 2021


55

4.3.2 Marka dan Rambu

Penggunaan dan adanya marka jalan yang di lengkapi dengan perambuan pada
bundaran sangat diperlukan untuk pengguna jalan, infomasi yang banyak diperlukan untuk
pengemudi diterima oleh pengemudi secara visual atau melalui mata. Hanya sedikit
informasi yang diterima dengan pendengaran (klakson, marka kejut) dan indra perasa
(marka berprofi/tactile, jalan kasar). Sebagian informasi didapatkan secara visual. Sesuai
dengan spesifikasi pemarkaan dan perambuan berpacu pada tata cara pemarkaan dan
perambuan Nomor : Pd T-12-2004-B, Pedoman Marka Jalan.
Namun pada simpang bundaran Taman Dirgantara Kabupaten Majalengka
penggunaan marka dan rambu hanya bisa diterima oleh pengemudi secara visual atau
melalui mata, dikarenakan tidak tersedianya marka dan rambu yang bisa di terima oleh
indra perasa (Marka kejut / jalan kasar).

4.4 Kapasitas

1. Faktor WW didapatkan dari Gambar Grafik faktor kapasitas dengan lebar


jalinan dibawah ini :

AB

CD

BC

DA

Didapat nilai sebesar 5370 pada jalinan AB, 3050 pada jalinan BC, 4962 pada
jalinan CD, 2694 pada jalinan Dadengan cara menghubungkan garis nilai Ww
pada grafik di atas.
56

2. Faktor WE/WW didapatkan dari Gambar Grafik faktor kapasitas dengan lebar
masuk rata – rata jalinan dibawah ini :

DA

BC

Didapat nilai sebesar 1.57 pada jalinan AB, 2.18 pada jalinan BC, 1.71 pada
jalinan CD sedangkan untuk DA yaitu 2.32 dengan melihat atau
menghubungkan nilai WE/WW dengan garis pada grafik di atas.

3. Faktor PW didapatkan dari Gambar Grafik faktor kapasitas dengan rasio


jalinan dibawah ini :

Didapat nilai sebesar 0.8714 pada jalinan AB, 0.8725 pada jalinan BC, 0.8776
pada jalinan CD, dan 0.8783 pada jalinan DA. Dengan melihat atau
menghubungkan nilai Rasio Menjalin dengan garis pada grafik di atas.
57

4. Faktor WW/LW didapatkan dari Gambar Grafik dibawah ini :

DA
A
BC

AB CD

Didapat nilai sebesar 0,3930 pada jalinan AB, 0,5696 pada jalinan BC, 0,3740
pada jalinan CD, serta 0,6882 pada jalinan DA dengan menghubungkan garis
pada nilai We/Ww dengan garis pada grafik diatas.

5. Kapasitas dasar didapatkan dengan rumus sebagai berikut :


𝑊𝑒 1,5 𝑃𝑤 0,5 𝑊𝑤 1,8
Co = 135 x 𝑊𝑤 1,5 x (1 + ) x (1 − ) x (1 + )
𝑊𝑤 3 𝐿𝑤
Bagian Jalinan AB
Co = 5370 x 1,57 x 0,8714 x 0,3930 = 2887,3 smp / jam
Bagian Jalinan BC
Co = 3050 x 2,18 x 0,8725 x 0,5696 = 3304,4 smp / jam
Bagian Jalinan CD
Co = 4962 x 1,71 x 0,8776 x 0,3740 = 2784,9 smp / jam
Bagian Jalinan DA
Co = 2694 x 2,32 x 0,8783x 0,6882 = 3777,8 smp / jam

6. Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS)


Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka menurut BPS Kabupaten Majalengka
yaitu sebesar 1.211.00 Jiwa, yang mana pada tabel 2.6 Ukuran kota termasuk
kedalam ukuran Besar dan nilai FCS nya sebesar 1,00
58

Tabel 4.10 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)

Ukuran Kota Penduduk (Juta) FCS

Sangat Kecil < 0,1 0,82


Kecil 0,1-0,5 0,88
Sedang 0,5-1,0 0,94
Besar 1,0-3,0 1,00

Sangat Besar >3,0 1,05

(Sumber: MKJI, 1997)

7. Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping dan Rasio


Kendaraan Tak Bermotor
Tipe lingkungan jalan dibagi dalam tiga tipe komersial, pemukiman, dan akses
terbatas, seperti pada Tabel 2.14 diatas, simpang bundaran Taman Dirgantara
Kabupaten Majalengka termasuk kedalam tipe Lingkungan Komersial.
Hambatan samping ditentukan secara kualitatif berdasarkan pada pengamatan
langsung dilapangan, pada simpang bundaran Taman Dirgantara Kabupaten
Majalengka berdasarkan hasil pengamatan dilapangan hambatan samping pada
simpang tersebut termasuk kedalam golongan rendah.
Tabel 4.11 Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan
Samping dan Rasio Kendaraan Tak Bermotor

Kelas tipe Rasio kendaraan tak bermotor


Kelas hambatan
lingkungan
samping
jalan RE 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 ≥0,2
Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Komersial Sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,70
Rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71
Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Permukiman Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
Rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74
Akses Tinggi/Sedang/
1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
terbatas Rendah
(Sumber: MKJI, 1997)
Maka faktor penyesuaian faktor lingkungan jalan FRSU adalah 0,95.
59

8. Kapasitas Sesungguhnya
Maka nilai kapasaitas nyata dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
C = Co x FCS x FRSU (smp/jam)
Bagian Jalinan AB
Co = 2887,3 x 1 x 0,95 = 2742,94 smp / jam
Bagian Jalinan BC
Co = 3304,4 x 1 x 095 = 3139,18 smp / jam
Bagian Jalinan CD
Co = 2784,9 x 1 x 095 = 2645,66 smp / jam
Bagian Jalinan DA
Co = 3777,8 x 1 x 095 = 3588,91 smp / jam
Untuk lebih ringkasnya lihat tabel berikut ini :

Tabel 4.12 Kapasitas

Sumber : Hasil Survei dan Analisa,2021

4.5 Derajat Kejenuhan

1. Arus bagian jalinan (Q)


Merupakan arus total dengan nilai pada setiap jalinan sebagai berikut :
QA-B = 1061 meter
QB-C = 1241 meter
QC-D = 1182 meter
QD-A = 1140 meter

2. Derajat kejenuhan (DS)

Q
DS =
C
60

Bagian jalinan AB

Q 1061
DS = = = 0,867
C 2742,94

Bagian jalinan BC

Q 1241
DS = = = 0,395
C 3139,18

Bagian jalinan CD

Q 1182
DS = = = 0,447
C 2645,44

Bagian jalinan DA

Q 1140
DS = = = 0,318
C 3588,91

4.6 Tundaan
1. Tundaan Lalu Lintas (DT), didapatkan pada Gambar grafik dibawah ini :

Dengan masing masing nilai DS pada setiap jalinan diberi garis lurus terhadap
gambar grafik di atas, maka didapatkan nilai tundaan lalu lintas sebagai berikut :
61

DT A - B = 1,81 det/smp
DT B - C = 1,85 det/smp
DT C - D = 2,09 det/smp
DT D - A = 1,49 det/smp

2. Nilai DT total didapatkan dengan rumus sebagai berikut :

DTtotal = Q x DT

Bagian jalinan AB

DTtotal = 1061 x 1,81 = 1920,772

Bagian jalinan BC

DTtotal = 1241 x 1,85 = 2295,295

Bagian jalinan CD

DTtotal = 1182 x 2,09 = 2470,171

Bagian jalinan DA

DTtotal = 1140 x 1,49 = 1698,987

Maka nilai DT keseluruhan dari tiap - tiap jalinan adalah sebagai berikut :
DTR = DT AB + DT BC + DT CD + DT DA
= 1920,772 + 2295,295 + 2470,171+ 1698,749
= 8385,987
3. Tundaan lalu lintas bundaran rata - rata DR didapatkan dengan rumus :
TOTAL Dtotal
DTR = Ʃ
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝐵 + 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝐶 + 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝐷 + 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝐴
8385,987
DTR = = 1,813 det/ 𝑠𝑚𝑝
1061 + 1241 + 1182 + 1140

4. Tundaan lalu lintas bundaran rata - rata


DR = DTR + 4
DR = 5,813 det/jam
62

4.7 Peluang Antrian


1. Peluang antrian dapat didapatkan dengan melihat grafik dibawah ini :

Dengan masing masing nilai DS pada setiap jalinan diberi garis lurus terhadap
gambar grafik di atas, maka didapatkan nilai peluang antrian sebagi berikut :
QP% A - B = 4 s/d 8
QP% B - C = 4 s/d 8
QP% C - D = 4 s/d 10
QP% D - A= 3 s/d 6
63

2. Peluang antrian bundaran rata - rata


Untuk mendapatkan nilai peluang antrian dapat dilihat pada tabel dibawah ini
dengan memperhitungkan grafik nilai derajat kejenuhan.

Maka didapat nilai 4 % sampai dengan 10 %


Tabel 4. 13 Perilaku Lalu Lintas

Sumber : Hasil Survei dan Analisa, 2021


64

4.8 Evaluasi Kinerja Bundaran


Dari pengamatan dan survei yang telah dilakukan dilapangan data persimpangan
bundaran empat lengan Jalan K.H. Abdul Halim, Jalan Siti Armilah, Jalan Siliwangi,
serta Jalan Pemuda (bundaran Taman Dirgantara Kabupaten Majalengka dapat
disimpulkan beberapa evaluasi sebagai berikut :
1. Kondisi geometrik bundaran Taman Dirgantara Kabupaten Majalengka ini sudah
cukup sesuaidengan peraturan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dan
Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Bunaran untuk Persimpangan
Sebidang.
2. Dalam unsur elemen – elemen bundaran Taman Dirgantara Kabupaten
Majalengka mwmiliki 4 lengan.
3. Dalam perambuan lalu intas di bundaran, hanya terdapat rambu perintah mengikuti
arah yang ditujukkan saat memasuki bundaran sedangkan marka jalan sudah
tersedia namun belum dilengkapi dengan marka kejut atau jalan kasar.
4. Kondisi pola arus lalu lintas yang terdapat di bundar Taman Dirgantara Kabupaten
Majalengka masuk cukup memenuhi kapasitas tersedia, yaitu nilai DS terbesar
adalah = 0,44.

Anda mungkin juga menyukai