"Formulasi Sediaan Pasta Gigi Limbah Cangkang Kulit Telur Bebek dengan
Penambahan Oleum Mentha piperita L., Sebagai Pengaroma Dengan
Optimasi Na CMC dan Carbopol Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat
Fisik, Kimia, Stabilitas Sediaan Pasta Gigi"
Disusun Oleh:
Kelompok 9
Fatimatuzahra 11194761920087
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasta merupakan sediaan yang terdiri atas dispersi bahan-bahan serbuk yang
tidak larut dengan konsentrasi tinggi (20% - 50%) dalam basis lemak atau basis
yang mengandung air. Akibat adanya presentase bahan padat yang lebih besar
menyebabkan sediaan pasta cenderung lebih kental dan kaku daripada sediaan
salep. Ada berbagai macam jenis sediaan pasta, salah satunya adalah sediaan pasta
gigi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Lachman, L. 2008).
Pasta gigi adalah sediaan semi solid yang terdiri atas bahan penggosok,
pembersih dan zat tambahan lainnya agar dapat bekerja pada permukaan gigi, untuk
melindungi gigi dari kerusakan akibat adanya bakteri pada mulut tanpa merusak
gigi ataupun membrane mukosa mulut (Mitsui, 1998).
Pasta gigi merupakan sediaan yang mengandung berbagai senyawa kimia,
salah satunya adalah kalsium karbonat (CaCO3) yang berfungsi sebagai abrasif
yang biasanya dalam bentuk serbuk dan dapat memolis dan menghilangkan stain
serta plak pada gigi, selain itu juga membantu dalam menambah kekentalan sediaan
pasta gigi (Ahmad, 2017).
Formulasi sediaan pasta gigi yang akan dibuat adalah dengan menggunakan
bahan abrasif seperti kalium karbonat (CaCO3) untuk pasta gigi yang kami buat
dengan menggunakan bahan alami dari limbah cangkang kulit telur. Dimana sudah
ada sediaan pasta yang berasal darii cangkang siput dan cangkang telur ayam
sehingga pada formulasi kali ini yang kami akan gunakan adalah cangkang kulit
telur bebek, penggunaan bahan tersebut ditujukan karena ingin memanfaatkan
cangkang telur bebak yang juga memiliki kandungan kalsium karbonat (Warsy,
dkk. 2016).
Selain bahan pengabrasif dalam suatu sediaan pasta gigi juga mengandung
senyawa gelling agent yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk sediaan
semisolid pasta agar sediaan tetap stabil dan mencegah terjasinya pemisahan antara
komponen bahan padat dan cairan dalam sediaan. Bahan gelling agent yang akan
digunakan pada formulasi yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan
2
1.3 Manfaat
. Manfaat yang didapatkan yaitu untuk Mengetahui formulasi stabilitas
formulasi sediaan pasta gigi dari cangkang kulit telur bebek, untuk mengetahui
pengaruh penambahan oleim mentha piperita L sebagai pengaroma, dan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pasta
Pasta merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari 50% bahan padat,
sehingga memiliki keuntungan dapat mengikat cairan eksudat, daya lekatnya lebih
kuat dari sediaan salep dan dapat memberikan lapisan tipis (film) untuk melindungi
kulit atau jaringan di bawahnya. Pasta dispersi dari bahan-bahan serbuk yang tidak
larut dengan konsentrasi tinggi (20% sampai 50%) dalam suatu basis lemak atau
basis yang mengandung air. Secara umum persentase bahan padat lebih besar dan
sebagai akibat pasta lebih kental dan lebih kaku daripada salep. Na. CMC adalah
salah satu bahan pengikat berupa senyawa pembentuk gel (gelling agent) yang
umum digunakan (Mason, 2000). Sediaan pasta gigi pada penelitian ini dibuat
menggunakan infusa daun jambu biji konsentrasi 5% dan Na. CMC 4-8%.
2.2 Macam-Macam Pasta
1. Pasta berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk). Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai
afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum
dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep.
2. Pasta kering
Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat
padat (serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep
tertulis ichthanolum atau Tumenol Ammonim, zat ini akan menjadikan pasta
menjadi encer.
3. Pasta pendingin
Pasta pendingin adalah campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan Salep Tiga Dara. Sediaan pasta dipilih karena tidak meleleh
pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung.
5
BAB III
METODE ANALISIS
3.2 Formulasi
Tabel 1. Formulasi Sediaan Pasta Gigi Limbah Cangkang Kulit Telur
Bebek
Formula
Bahan
Setelah selesai menimbang bahan, masukkan Na CMC ke dalam mortir stamper dan
tambahkan 10 ml aquadest lalu digerus sampai terbentuk mucilago lalu masukkan
karbomer gerus lagi hingga homogen.
Kemudian masukkan ekstrak daun mint dan serbuk cangkang kulit telur bebek sambil
terus digerus lalu tambahkan gliserin, Na lauril sulfat, sorbitol, nipagin, oleum menthae
piperita dan nipasol yang telah dilarutkan dalam air panas. Tambahkan air sampai 100
ml, gerus hingga sediaan homogen.
9
3.4 Pengujian
3.4.1 Organoleptis
Pengamatan organoleptic basis pasta gigi meliputi bentuk
(konsistensi), warna dan aroma yang diamati secara objektif.
3.4.2 pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter,
sebelum digunakan pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar pH 4,0 (dapar
kalium biftalat) dan larutan dapar pH 7,0 (dapar fosfat ekimolal). Setelah
dikalibrasi celupkan stik pH meter ke dalam basis pasta gigi.
3.4.3 Viskositas
Pengukuran viskositas menggunakan viscometer Rheosys dengan
cara menimbang basis pasta gigi sebanyak ±0,5 gram kemudian diletakkan
di platr viscometer dan dipasang spindle tipe cone and plate 5/30mm.
Setelah itu diatur software Rheosys micra pada computer yang terhubung
dengan viscometer sesuai dengan pengujian yang akan dilakukan. Ditunggu
hingga hasil uji muncul.
3.4.4 Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dnegan cara pasta gigi yang akan
diuji ditimbang sebanyak 0,1 gram pada gelas obyek untuk diamati
homogenitasnya.
3.4.5 Sentrifugasi
Sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifugal sebanyak 10 gram
kemudian alat sentrifugasi diatur dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam.
Tidak boleh terjadi perubahan bentuk dan pemisahan fase
3.4.6 Uji Freeze-That-Cycling
Sediaan pasta gigi diletakkan pada suhu (4±2°C) selama 2x24 jam
dilanjutkan dengan meletakkan sediaan pada suhu (40±2°C) selama 2x24
jam (1 siklus), pengujian dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati
perubahan fisik dari sediaan pada awal dan akhir setiap siklus yang meliputi
organoleptik dan pemisahan fase.
10
3.5 Evaluasi
3.5.1 Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk (konsistensi), warna dan
bau sediaan pasta gigi. Pasta gigi yang baik akan menghasilkan warna putih,
tidak berbau tengik dan konsistensi yang kental.
3.5.2 Uji pH
Sediaan pasta gigi yang baik harus memiliki pH 4,5-10,5
3.5.3 Uji Viskositas
Sediaan pasta gigi dapat dikatakan baik apabila memenuhi standar
viskositas sediaan semisolid yaitu berkisar antara 2.000-5.000 cps atau 2-50
Pa.s.
3.5.4 Homogenitas
Homogenitas pasta gigi yang baik dibuktikan dengan tidak terlihat
adanya gelembung udara, gumpalan partikel yang terpisah dari sediaan
pasta gigi.
3.5.5 Sentrifugasi
Sediaan pasta gigi dikatakan baik apabila tidak mengalami
pemisahan fase selama dilakukan pengujian sentrifugasi dengan kecepatan
3750 rpm selama 5 jam. Hal ini berarti bahwa konsistensi pasta gigi stabil
secara fisik dalam penyimpanan selama 1 tahun
3.5.6 Freeze That-Cycling
Sediaan pasta gigi akan dikatakan baik apabila selama dilakukannya
uji Freeze-that cycling sebanyak 6 siklus tidak mengalami perubahan.
3.6 Acuan Pengujian Sediaan Pasta
1. Diuji secara organoleptis, sediaan pasta gigi stabil dan homogen baik
warna, bau dan bentuk.
2. Memiliki homogenitas yang baik dimana sediaan pasta gigi tidak terdapat
gelembung udara dan gumpalan partikel yang terpisah.
3. Memiliki nilai pH yang sesuai standar sediaan pasta gigi yaitu 4,5-10,5.
4. Memiliki standar viskositas sediaan semisolid yaitu berkisar antara 2.000-
5.000 cps atau 2-50 Pa.s.
5. Memiliki konsistensi pasta gigi yang stabil secara fisik selama masa
penyimpanan 1 tahun.
11
6. Pasta gigi tidak mengalami perubahan fisik dalam suhu dingin (4±2°C)
dan suhu panas (40±2°C).
3.7 Diagram Kajian Akademik
Berikut adalah tahapan formulasi sediaan pasta gigi hingga tahap evaluasi
sediaan :
Penyiapan dan pengadaan
alat dan bahan
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, L. dan Herbert Lieberman. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Universitas Indonesia Press. Jakarta
Mitsui T., 1998, New Cosmetic Science, 479, 485, Elsevier Science, Amsterdam
Warsy, Sitti Chadijah, dan Waode Rustiah. 2016. Optimalisasi Kalsium Karbonat
dari Cangkang Telur untuk Produksi Pasta Komposit. Jurnal AlKimia Vol.
4 No. 2.
Poucher J., 2000, Poucher’s Perfume, Cosmetics and Soap, 10th Ed., Editor Hilda
Butler, 223, 224, 225, Kluwer Academic, Netherlands
Golestannejad, Z., Gavanji, S., Mohammadi, E., Motamedi, A., Bahrani, M.,
Rezaei, F., and Bakhtari, A., 2017, Comparison of antibacterial activity of
essential oils of Foeniculum vulgare Mill , Mentha arvensis and Mentha
piperita against Streptococcus mutans, Advanced Herbal Medicine, Vol. 3
No. 1: 3–13.
Singh, R., Shushni, M. A. M., and Belkheir, A., 2011, Antibacterial and antioxidant
activities of Mentha piperita L. Arabian Journal of Chemistry