Anda di halaman 1dari 19

JOB DESCRIPTIONS

1. FAKTUR PAJAK
2. PPn
3. PPh
4. Valas
5. Invoicing
6. Gaji
7. Transfer
8. Laporan Keuangan
9. Deklarasi Operassional
A. Faktur Pajak
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP). Artinya, ketika PKP menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus
menerbitkan faktur pajak sebagai tanda bukti dirinya telah memungut pajak dari orang
yang telah membeli barang/jasa kena pajak tersebut. Perlu diingat bahwa barang/jasa
kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain harga pokoknya.
PKP adalah bisnis/perusahaan/pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena
pajak dan/atau JKP yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PKP harus
dikukuhkan terlebih dahulu oleh DJP, dengan beberapa persyaratan tertentu. 
Perlu diingat, faktur pajak harus dibuat oleh PKP untuk setiap penyerahan BKP
dan/atau JKP, ekspor BKP tidak berwujud, dan ekspor JKP.

Jenis-jenis Faktur Pajak

1. Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa kena pajak, dan
atau barang kena pajak yang tergolong dalam barang mewah;

2. Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP ketika
melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak dari PKP
lainnya;

3. Faktur Pajak Pengganti adalah penggantian atas faktur pajak yang telah terbit
sebelumnya dikarenakan ada kesalahan pengisian, kecuali kesalahan pengisian
NPWP. Sehingga, harus dilakukan pembetulan agar sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya;

4. Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak yang dibuat oleh PKP yang
meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena pajak
atau jasa kena pajak yang sama selama satu bulan kalender;

5. Faktur Pajak Digunggung adalah faktur pajak yang tidak diisi dengan identitas
pembeli, nama, dan tandatangan penjual yang hanya boleh dibuat oleh PKP
Pedagang Eceran;
6. Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas,
benar, dan/atau tidak ditandatangani termasuk juga kesalahan dalam pengisian
kode dan nomor seri. Faktur pajak cacat dapat dibetulkan dengan membuat faktur
pjak pengganti;

7. Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak yang dibatalkan dikarenakan adanya


pembatalan transaksi. Pembatalan faktur pajak juga harus dilakukan ketika ada
kesalahan pengisian NPWP dalam faktur pajak.

1. Langkah-langkah membuat Faktur Pajak Keluar (PK)


a. Login App (Etaxinvoice)
Login username : ABIDI PRACAHYO
Pass : gps03072017
b. Pilih faktur – pajak keluaran (PK) – administrasi Faktur – refresh –
Rekam Faktur (dalam kolom referensi faktur di isi Nomor Invoice yang akan di
buat Faktur Pajak – isi NPWP customer (klik F3 cari NPWP) – pilih menu rekam
transaksi – masukkan partnumber (PN) dalam kolom kode – 2 kali Enter
Catatan : kalau ada langsung tertera harga
Jika belum input (rekam barang/jasa baru)
Tulis nama barang
Kalau ada diskon masukkan potongan diskon di kolom diskon
Simpan
Catatan : jika sudah menginput jangan lupa di cek samakan jumlah yang di faktur
dengan invoice yang diminta
Simpan
Catatan :
Jika sudah disimpan klik faktur yang sudah di buat (manajemen upload harus
sudah aktif)

Cara mengaktifkan uploder :


a. Klik manajemen upload – pilih upload faktur – start uploder
Masukkan kode captcha – masukkan pass : E-NOFA (A6DFIBSO) – submit

Pilih faktur – upload – yes – refresh – klik pdf – simpan di data D – save – oke
Pemberian nama faktur pajak (copy nomor seri faktur pajak (16 digit)
(INV. (Lihat di referensi) E FAKTUR (nomor seri) pindahkan ke folder faktur
(sesuai nama customer)
2. Pajak Masukan (PM)
a. Faktur – pajak masukan – administrasi faktur – refresh – rekam faktur

b. Isi data diatas (nomor faktur hanya bisa 1 kali input dan memiliki 1 tanggal
yang berlaku)
Jumlah DPP (didapat dari faktur pajak “Dasar Pengenaan Pajak”)
Simpan
Klik menu upload – refresh – sampai muncul keterang “Aproval Sukses”

3. Pajak Keluar bisa dibatalkan apabila dengan alasan invoice di cancel atau ada
pengeditan di faktur pajak tersebut
Klik di faktur yang bersangkutan – pilih menu batalkan faktur
4. Menginput PPN IMPOR
Klik menu dokumen lain – dokumen lain pajak masukan – refresh
Rekam
Dalam menu “nama Lawan Transaksi” isi : nama eksportir atau bisa diliat di file
SPPBMCP atau SPPB
Nomor PIB : bisa dilihat di SPPBMCP atau SPBB
Kolom DPP : ditambahlan 0 satu di belakang koma

Simpan – upload
Langkah-langkah menginput Data-data Customer baru
1. Klik menu referensi – lawan transaksi – administrasi lawan transaksi klik menu
tambah
2. Input NPWP, alamat NPWP sesuai Alamat yang tertera di Kartu NPWP –
Tanda garis bawah jika tidak ada di beri angka (000) – simpan

Nomor seri faktur : kode transaksi


Kita mempunyai batasan untuk megeluarkan PK, kita ambil dari web E-NOFA
Login E- NOFA
Pass : A6DFIBSO
Username : NPWP GPS
Klik menu permintan NSFP – centang pilih help.... – advanced – proceed to efaktur
Input nama pemohon : ABIDI PRACAHYO
Jabatan : Komisaris
Jumlah : sesuai keinginan max 500
Proses
Catatan :
Jika dalam satu tahun masih kurang bisa ditambahkan lagi di E-NOFA
Jika berlebih dalam setahun wajib lapor ke Kantor Pajak

Update sertifikat di E FAKTUR.


Sertifikat tersebut bisa di download di E NOFA
Pilih menu download sertifikat digital – OK – unduh
Pilih administrasi sertifikat – open file – pilih dokumen – open – simpan
Catatan : sertifikat digital di E FAKTUR harus di upgrade jika ada notifikasi
Serttifikat elektronik GPS berlaku sampai tgl 19 sep 2020 sebelum jatuh tempo harus
diaporkan ke kantor panjak (membawa laptop)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi jual-beli
barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Jadi, yang berkewajiban memungut, menyetor dan melaporkan PPN adalah para
Pedagang/Penjual. Namun, pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah Konsumen
Akhir.

PPN atau Pajak Pertambahan Nilai dikenakan dan disetorkan oleh pengusaha atau perusahaan
yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Namun beban PPN tersebut ditanggung oleh konsumen akhir. Sejak 1 Juli 2016, PKP se-
Indonesia wajib membuat faktur pajak elektronik atau e-Faktur untuk menghindari penerbitan
faktur pajak fiktif untuk pengenaan PPN kepada lawan transaksinya.

Objek PPN (Pajak Pertambahan Nilai)


Yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai atau biasa disebut dengan Objek PPN adalah:
o Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
o Impor Barang Kena Pajak
o Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
o Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
o Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai)


Tarif PPN menurut ketentuan Undang-Undang No.42 tahun 2009 pasal 7 :
1. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah 10% (sepuluh persen).
2. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
o Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
o Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
o Ekspor Jasa Kena Pajak
3. Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi paling rendah
5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana
diatur oleh Peraturan Pemerintah.

Pengusaha Kena Pajak Sebagai Pihak yang Menyetor dan Melaporkan


PPN
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pihak yang wajib menyetor dan melaporkan PPN.
Setiap tanggal di akhir bulan adalah batas akhir waktu penyetoran dan pelaporan PPN oleh
PKP. 
Sesuai dengan ketentuan PMK No.197/PMK.03/2013, suatu perusahaan atau seorang
pengusaha ditetapkan sebagai PKP bila transaksi penjualannya melampaui jumlah Rp 4,8
miliar dalam setahun.
Jika pengusaha tidak dapat mencapai transaksi dengan jumlah Rp 4,8 miliar tersebut, maka
pengusaha dapat langsung mencabut permohonan pengukuhan sebagai PKP.
Dengan menjadi PKP, pengusaha wajib memungut, menyetor dan melaporkan PPN yang
terutang. Dalam perhitungan PPN yang wajib disetor oleh PKP, ada yang disebut dengan
pajak keluaran dan pajak masukan.
Pajak keluaran ialah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya. Sedangkan, pajak
masukan ialah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh maupun membuat
produknya.
Di Online Pajak, Anda dapat membuat ID billing, setor pajak online dan e-Filing SPT Masa
PPN secara mudah, hanya dalam 1 klik dan gratis! OnlinePajak juga terjamin keamanannya
karena sudah mendapatkan ISO 27001.

Kesimpulan
o PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah jenis pajak yang disetor dan dilaporkan
pihak penjual yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). 
o Batas waktu penyetoran dan pelaporan PPN adalah setiap akhir bulan. 
o Sejak tanggal 1 Juli 2016, PKP se-Indonesia wajib membuat e-Faktur atau faktur
pajak elektronik sebagai prasyarat pelaporan SPT Masa PPN. 
o Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya.
o Pajak masukan ialah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh maupun
membuat produknya.

Langkah-langkah pembayaran dan pelaporan PPN


Catatan :
Pembayaran dan pelaporan PPN paling lambat akhir bulan berikutnya
Langkah-langkah :
1. Klik SPT buka menu posting sesuaikan masa pajak yang akan dibayar – klik cek
jumlah dokumen PKPM – posting
2. Buka menu SPT – buka SPT – Perbarui tampilan klik di jenis masa SPT yang akan
dibayar – buka SPT untuk di ubah
3. Klik SPT – pilih formulir induk – klik di bagian II (terdapat PK, PM, dan PPN), PPN
didapatkan dari hasil kredit (PK-PM)
4. Pembayaran
Pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan billing yang kita dapatkan dari
DJP omline atau bisa dibayar langsung di internet banking BCA
a. DJP online
1) Buka web DJP – login – klik e-billing – klik (Isi sse) – isi menu yang bertanda
bintang
Catatan :
kolom jenis pajak disi PPN dalam negeri dengan kode 411211
Kolom jenis setoran pilih 100-setoran masa
Menu masa pajak kita pilih masa pajak bulan yang ingin dibayar
Jumlah setoran : sesuai dengan jumlah yang ada di E faktur (bagian II)
Uraian : PPN masa mei 2019 PT Globalindo Prima Servis
Klik menu simpan – cetak kode billing
b. Internet Banking BCA
1) Pilih pembayaran tagihan – buat pembayaran tagihan – pembayaran tagihan –
menu pembayaran pilih penerimaan negara
Masukkan kode Billing yang kita dapatkan dari DJP
2) Klik e billing pajak – pembayaran e billing – pembayaran – pembayaran pilih
PT.GPS – dari rekening isi PT .GPS – di menu nominal kita input nominal
PPN yang akan dibayarkan sesuai yg ada di e faktur
Uraian pembayaran : PPN masa bulan ? tahun ? PT. GPS
Masa pajak : sesuaikan dengan uraian pembayaran – lanjut
Catatan: setelah dilakukan pembayaran kita akan menerima BPN (BUKTI
PENERIMAAN NEGARA) sebagai pelaporan kita kepajak
Pelaporan ke pajak
1) Masuk dalam app e faktur – SPT – Buka SPT - Buka SPT untuk di ubah –
formulir induk bagian II – klik SSP – tambah isi formulir
Input tanggal pembayaran – masukkan NTPN – masukkan nilai pajak yang
kita bayarkan – simpan – tutup
2) Bagian VI : isi tanggal sesuai pelaporan - simpan
3) Buka SPT klik dimasa yang akan di lapor klik file CSV – download –
simpan di folder GPS
4) Buka app DJP online klik E-filling – buat SPT – pilih browse file – upload
CSV – next

PAJAK PERTAMBAHAN HASIL (PPH)


Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak negara yang dikenakan pada setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima oleh Wajib Pajak, baik berasal dari dalam maupun dari
luar negeri, yang dapat menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan.
Seluruh badan usaha di Indonesia baik yang berbentuk Perusahaan Terbatas (PT), Perusahaan
Firma (Fa), dan Perseroan Komanditer (CV) yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) diwajibkan untuk membayar pajak.

Tarif PPh Final UMKM resmi turun dari 1% menjadi 0,5%. Perubahan tarif PPh Final
UMKM tersebut tercantum dalam PP No. 23 Tahun 2018.
Peraturan Pemerintah tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu tersebut merupakan
pengganti atas PP No 46 Tahun 2013.
Perubahan tarif yang efektif diberlakukan mulai 1 Juli 2018 adalah salah satu poin penting
dalam PP baru ini.
Namun, ada sejumlah ketentuan yang tidak kalah penting untuk diketahui wajib pajak.
Berikut ini 7 poin penting dalam PP No. 23 Tahun 2018

Pengenaan Tarif PPh Final 0,5% Punya Batas Waktu


Tidak seperti PP No. 46 Tahun 2013, kebijakan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya grace
period alias batasan waktu.
Batasan waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif PPh Final
0,5% adalah:
A. 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi.
B. 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau firma.
C. 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT.
Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan skema normal seperti
diatur oleh pasal 17 UU No.36.
Jenis Pajak Penghasilan Badan Usaha
Dalam memenuhi kewajiban pajaknya, terdapat beberapa jenis pajak penghasilan yang
dikenakan kepada Wajib Pajak Badan. Berikut pembahasan mengenai jenis pajak penghasilan
yang berlaku bagi badan usaha:
1. Pajak Penghasilan Pasal 15
Pajak Penghasilan Pasal 15 merupakan laporan pajak yang berhubungan dengan
Norma Perhitungan Khusus untuk golongan Wajib Pajak tertentu.
Begitu Anda memiliki badan usaha, maka telah menjadi Wajib Pajak Badan yang
berprofesi sebagai pengusaha. Untuk itu, ada sejumlah pajak yang harus dibayarkan.
Pajak Penghasilan Pasal 15
Merupakan laporan pajak yang berhubungan dengan Norma Perhitungan Khusus
untuk golongan Wajib Pajak tertentu.
Begitu Anda memiliki badan usaha atau menjadi pengusaha, maka telah menjadi
Wajib Pajak Badan atau Wajib Pajak Orang Pribadi yang berprofesi sebagai
pengusaha. Untuk itu, ada sejumlah pajak yang harus dibayarkan. Jenis pajak yang
harus dibayarkan tersebut biasanya tertera pada SKT (Surat Keterangan Terdaftar)
saat Anda mendaftarkan diri menjadi NPWP Badan.

Wajib Pajak PPh Pasal 15:


a. Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional
b. Perusahaan pelayaran dan penerbangan dalam negeri

c. Perusahaan asuransi luar negeri

d. Perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi

e. Perusahaan dagang asing

f. Perusahaan investor dalam bentuk BOT (build, operate, and transfer)

2. Pajak Penghasilan Pasal 21


PPh Pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang diterima oleh Wajib Pajak dalam
negeri atau karyawan Anda dan harus dibayar setiap bulannya.
Perusahaan mengelola pemungutan pajak dengan memotong langsung penghasilan
para pegawai dan menyetorkannya ke kas negara melalui bank persepsi.
5 Macam Perhitungan PPh Pasal 21 Menurut Aturan Baru:
a. Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala
b. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
c. Anggota Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap
d. Penerima imbalan lain yang bersifat tidak teratur
e. Peserta program pensiun berstatus pegawai yang menarik dana pensiun

3. Pajak Penghasilan Pasal 22


Pemungutan pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor atau dari
pembeli atas penjualan barang mewah.

Pihak Pemungut:
a. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan
barang.

b. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swsata berkenaan dengan


kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

c. Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak pembeli atas penjualan barang
mewah.

Tarif PPh Pasal 22:

Atas Impor:

a. Apabila menggunakan Angka Pengenal Importir (API) adalah 2,5% x nilai impor,
jika tidak menggunakan API maka tarifnya sebesar 7,5% x nilai impor.
b. Pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,
BUMN/BUMD tarifnya 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak
final).
c. Atas impor kedelai, gandum dan tepung terigu yang menggunakan API adalah
0,5% x nilai impor.
Atas Penjualan Hasil Produksi:
a. Kertas = 0,1% x DPP (Dasar Pengenaan Pajak) PPN (tidak final)
b. Semen = 0,25% x DPP PPN (tidak final)

c. Baja = 0,3% x DPP PPN (tidak final)

d. Otomotif = 0,45% x DPP PPN (tidak final)

e. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak, gas dan pelumas adalah bersifat final bagi penyalur
atau agen dan tidak bersifat final bagi yang lainnya

Atas Pembelian Bahan-bahan untuk Keperluan Industri tarifnya 0,25% x harga


pembelian (Tidak termasuk PPN).
4. Pajak Penghasilan Pasal 23
Pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak saat transaksi yang
meliputi transaksi dividen (pembagian keuntungan saham), royalti, bunga, hadiah dan
penghargaan, sewa dan penghasilan lain yang terkait dengan penggunaan aset selain
tanah atau bangunan, atau jasa.
Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto
dari penghasilan.
Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan  atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya.
5. Pajak Penghasilan Pasal 25
Angsuran pajak yang berasal dari jumlah Pajak Penghasilan terutang menurut SPT
Tahunan PPh dikurangi PPh yang dipotong serta PPh terutang di Luar Negeri yang
boleh dikreditkan.
Pembayaran pajak harus dibayarkan sendiri tanpa bisa diwakilkan oleh siapapun.
Pembayaran pajak dilaksanakan secara berangsur. Tujuannya untuk meringankan
beban Wajib Pajak dalam pembayaran pajak tahunannya. Adapun sanksi
keterlambatan pembayaran pajak yaitu pengenaan bunga 2% per bulan, dihitung dari
tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.
Angsuran pajak/bulan = (PPh terutang – kredit pajak) / 12
6. Pajak Penghasilan Pasal 26
Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima
Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
Berdasarkan aturan, tarif umum PPh Pasal 26 adalah 20%.
PPh Pasal 26 merupakan penerapan dari asas sumber yang dianut dalam sistem
pemungutan pajak di Indonesia. Berdasarkan asas sumber, penghasilan yang
bersumber dari Indonesia yang dinikmati oleh orang atau badan di luar Indonesia bisa
dikenakan pajak di Indonesia.
Jenis penghasilan yang dipotong:
a. Dividen

b. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan


pengembalian utang

c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan

e. Hadiah dan penghargaan

f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya

g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau

h. Keuntungan karena pembebasan utang

7. Pajak Penghasilan Pasal 29


PPh Pasal 29 dihasilkan dari nilai lebih pajak terutang (pajak terutang dikurangi kredit
pajak) yaitu saat jumlah pajak terutang suatu perusahaan dalam satu tahun pajak lebih
besar dari jumlah kredit pajak yang telah dipotong oleh pihak lain dan telah disetor
sendiri.
PPh ini harus dibayarkan sebelum SPT Tahunan PPh Badan dilaporkan.
Tarif PPh Pasal 29:
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu:
PPh 25 yang sudah dilunasi = 0,75% x jumlah penghasilan/omzet per bulan.
PPh 29 yang harus dilunasi = PPh yang masih terutang – PPh 25 yang sudah dilunasi.
Wajib Pajak Badan:
Angsuran PPh 25 = PPh terutang tahun lalu x 12
PPh 29 yang harus dilunasi = PPh yang terutang – Angsuran PPh 25.
8. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)
Pajak dari penghasilan yang dipotong dari bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan surat utang negara, bunga simpanan yang dibayarkan koperasi,
hadiah undian, transaksi saham dan sekuritas lainnya, serta transaksi lain sebagaimana
diatur dalam peraturan.
Penghasilan dikenai pajak yang sifatnya final alias tidak bisa dikreditkan.
Penghasilan yang termasuk PPh Pasal 4 ayat (2):
a. Bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi.
b. Hadiah undian.
c. Transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di
bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada
perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
d. Transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha  jasa konstruksi,
usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.

Cara perhitungan PPh

1. Klik SPT – Posting – pilih masa yang akan dibayar – klik cek jumah dokumen-
posting
2. Buka SPT – perbarui tampilan – klik massa yang akan dibayar – buka SPT untuk
diubah – oke
3. Klik SPT – formulit induk – lihat di bagian 1 kolom “Penyerahan PPN nya haru
dipungut sendiri” dikalikan 0,5 %
Pembayaran PPh sama seperti pembayaran Ppn melalui Banking BCA

Anda mungkin juga menyukai