Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL KARYA TULIS ILMIAH DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada artikel ilmiah pertama, penelitian dilakukan oleh Johar Tatag

Septiawan pada tahun 2019. Peneliti melaksanakan penelitian di UPT Pelayanan

Sosial Tresna Wherdha Pasuruan. Peneliti melakukan terapi relaksasi otot

progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi selama

7 hari berturut-turut . Peneliti mendapatkan data melalui pengukuran tekanan

darah menggunakan stetoskop, sphygmomanometer dan observasi (pengamatan).

Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu

menggunakan sphygmomanometer dan responden dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Peneliti pertama merencanakan

intervensi keperawatan dengan memberikan relaksasi otot progresif pada

kelompok intervensi dan dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Sedangkan pada

kelompok kontrol, lansia tidak diberikan terapi relaksasi otot progresif

Setelah dilakukan implementasi yang dilakukan oleh Johar Tatag

Septiawan pada tahun 2019, didapatkan hasil setelah dilakukan terapi relaksasi

otot progresif pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Evaluasi Hasil Rata- Rata Tekanan Darah dengan Terapi

Relaksasi Otot Progresif

Kelompok Perlakuan Mean Tekanan Darah


Pre-Test Post-Test
Intervensi 160,21/91,47 mmHg 132,43/79,05 mmHg
Kontrol 157,95/92,68 mmHg 159,63/93,47 mmHg
Dari tabel diatas, didapatkan data bahwa tekanan darah sebelum diberikan

terapi relaksasi otot progresif pada kelompok intervensi sebesar 160,21/91,47

mmHg dan pada kelompok kontrol sebesar 157,95/92,68 mmHg sehingga tidak

ada perbedaan yang signifikan. Setelah dilakukan tindakan relaksasi otot progresif

selama 7 hari berturut-turut , didapatkan hasil rata-rata tekanan darah sesudah

diberikan terapi relaksasi otot progresif pada kelompok intervensi sebesar

132,43/79,05 mmHg dan pada kelompok kontrol sebesar 159,63/93,47 mmHg

yang berarti ada perbedaan tekanan darah sesudah terapi relaksasi otot progresif

antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Sedangkan pada artikel ilmiah kedua, penelitian yang dilakukan oleh M.

Ilham, Armina dan Hasyim Kadri pada tahun 2019. Peneliti melaksanakan teknik

relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi dari

tanggal 28 Januari – 2 Februari 2019. Peneliti mendapatkan data melalui

pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital dan lembar

ceklis pengukuran tekanan darah observasi.

Peneliti melakukan relaksasi otot progresif yang diberikan pada lansia

yang dibagi kedalam 2 kelompok yaitu pada kelompok intervensi adalah lansia

yang diberikan terapi relaksasi otot progresif dan rutin minum obat hipertensi.

Sedangkan pada kelompok kedua adalah lansia yang tidak diberikan terapi

relaksasi otot progresif yang hanya rutin meminum obat hipertensi.


Setelah dilakukan implementasi yang dilakukan oleh M. Ilham, Armina

dan Hasyim Kadri pada tahun 2019, didapatkan hasil setelah dilakukan terapi

relaksasi otot progresif pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Evaluasi Hasil Rata-Rata Tekanan Darah dengan Terapi

Relaksasi Otot Progresif

Kelompok Perlakuan Mean Tekanan Darah


Pre-Test Post-Test
Intervensi 151,60/90,80 mmHg 137,90/85,40 mmHg
Kontrol 154/95,60 mmHg 148,60/95,20 mmHg

Dari tabel diatas, didapatkan data bahwa tekanan darah sebelum diberikan

terapi relaksasi otot progresif pada kelompok intervensi sebesar 151,6/90 mmHg

dan pada kelompok kontrol sebesar 154/95,60 mmHg sehingga tidak ada

perbedaan yang signifikan. Setelah dilakukan tindakan relaksasi otot progresif

dari tanggal 28 Januari – 2 Februari 2019, didapatkan hasil rata-rata tekanan darah

sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif pada kelompok intervensi sebesar

137,90 mmHg dan pada kelompok kontrol sebesar 148,60/95,20 mmHg . Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah pada kelompok kontrol

juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu. Hal ini dikarenakan kelompok

kontrol juga mengkonsumsi obat hipertensi, sehingga tekanan darah pun turun.
Adapun perbedaan antara peneliti pertama yang dilakukan oleh Johar

Tatag Septiawan pada tahun 2019 dengan peneliti kedua yang dilakukan oleh M.

Ilham, Armina, Hasyim Kadri pada tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah

sebagai berikut :

Tabel 4.3 Usia Penderita Hipertensi pada Kedua Artikel Ilmiah

No Usia Artikel 1 Artikel 2


1 60-74 25 16
2 75-90 13 4
3 >90 - -
Total 38 20

Tabel 4.4 Jenis Kelamin Penderita Hipertensi pada Kedua Artikel

No Jenis Kelamin Artikel 1 Artikel 2


1 Laki-Laki 4 9
2 Perempuan 34 11
Total 38 20

B. Pembahasan

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi adalah usia . Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian yang seluruh respondennya pada kedua artikel

ilmiah penelitian ini merupakan lansia. Pada sistem kardiovaskuler lansia katup

jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding aorta menurun, tekanan

darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer yang meningkat.

Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tekanan darah.. Menurut teori Cassey dan Benson, Pria sering mengalami tanda –

tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan, sedangkan wanita sering mengalami

hipertensi setelah manepouse. Tekanan darah wanita, khususnya sistolik,

meningkat lebih tajam sesuai usia. Setelah 55 tahun, Wanita memang mempunyai
risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Salah satu penyeb terjadinya pola

tersebut adalah perbedaan hormone kedua jenis kelamin. Produksi hormone

estrogen menurun saat manepouse, wanita kehilangan efek menguntungkan nya

sehingga tekanan darah meningkat. Teori ini sejalan dengan hasil penelitian ini

yang didapatkan bahwa frekuensi jumlah wanita lebih banyak mengalami

hipertensi dibandingkan dengan laki-laki.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Johar Tatag Septiawan pada tahun

2019 bahwa hasil dari teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi terjadi perubahan tekanan darah responden

sebelum dan setelah pemberian relaksasi otot progresif pada kelompok intervensi.

Pada penelitian ini ditemukan adanya penurunan tekanan darah pada lansia.

Menurut Johar (2019), Penurunan tekanan darah ini terjadi karena dengan

melakukan terapi relaksasi otot progresif ini otot-otot yang mengalami

penegangan akan menjadi rileks, karena relaksasi otot ini dapat merangsang zat

kimia seperti beta bloker yang terdapat pada saraf tepi yang berfungsi menutup

simpul saraf simpatis sehingga mengurangi kekuatan otot untuk menurunkan

tekanan darah. kondisi relaks, tubuh akan mengalami fase istirahat.

Teori ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan setelah dilakukan

tindakan relaksasi otot progresif selama 7 hari berturut-turut , didapatkan hasil

rata-rata tekanan darah sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif pada

kelompok intervensi sebesar 132,43/79,05 mmHg dan pada kelompok kontrol

sebesar 159,63/93,47 mmHg yang berarti ada perbedaan tekanan darah sesudah

terapi relaksasi otot progresif antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Pada hasil penelitian artikel ilmiah kedua yang dilakukan oleh oleh M.

Ilham, Armina dan Hasyim Kadri pada tahun 2019. didapatkan hasil bahwa

teknik relaksasi otot progresif berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia dengan hipertensi. Menurunnya tekanan darah bisa saja disebabkan

karena efek obat hipertensi yang dikonsumsi pada 2 kelompok, namun menurut

asumsi peneliti lebih efektif jika diberikan terapi relaksasi otot progresif. Menurut

Muttaqin, menciptakan keadaan rileks seperti melakukan teknik r elaksasi otot

progresif merupakan salah satu cara penatalaksanaan hipertensi secara non

farmakologi karena relaksasi otot progresif bersifat vasodilator yang efeknya

memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara

lansgung.

Teori ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan setelah dilakukan

tindakan relaksasi otot progresif dari tanggal 28 Januari – 02 Februari 2019,

didapatkan hasil rata-rata tekanan darah sesudah diberikan terapi relaksasi otot

progresif pada kelompok intervensi sebesar 137,90 mmHg dan pada kelompok

kontrol sebesar 148,60/95,20 mmHg . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

rata-rata tekanan darah pada kelompok kontrol juga mengalami penurunan tetapi

tidak terlalu. Hal ini dikarenakan kelompok kontrol juga mengkonsumsi obat

hipertensi, sehingga tekanan darah pun turun.

Berdasarkan fakta dan teori yang ada, pandangan penulis tentang teknik

relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi dapat dilaksanakan sesuai teori dengan cara mengikuti langkah-langkah

teknik relaksasi otot progresif . Jika latihan relaksasi otot progresif ini dilakukan
dengan teratur dan serius akan dapat menurunkan peningkatan tekanan darah serta

otot-otot yang tegang menjadi relaks.

C. Keterbatasan

Keterbatasan yang didapatkan oleh peneliti dalam penelitian studi literatur

dengan menggunakan pendekatan studi literatur yaitu tidak adanya responden,

sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam melanjutkan penulisan dan juga

tidak dapat melakukan secara murni, hanya berfokus pada jurnal yang sudah

diteliti serta panduan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai