3. Pembentukan Readiness
Masa “Preschool Period”, bisa berupa latar belakang kehidupan anak sebelum
bersekolah dan atau latar belakang suasana sekolah yang gtelah dilaluinya, dan ini
merupakan bahan pertimbangan yang harus diperhatikan untuk pembentukan
readiness. Pengalaman-pengalaman belajar yang dimulainya sebelum masuk
sekolah yang didapat anak dari rumah tangga maupun dari sekolah yang telah
dilaluinya mempengaruhi kesiapannya dalam berpartisipasi pada situasi-situasi
belajar di sekolah. Oleh karena itu rumah tangga perlu berupaya menyesuaikan
antara pengalaman-pengalamananak dengan persyaratan kondisi yang dituntut
oleh sekolah pada dewasa ini, dan demikian pula suasana akademis di setiap
jenjang sekolah haruslah ada kesinambungan untuk membangun budaya
akademik, sehingga peserta didik merupakan output yang memiliki kesiapan
untuk beradaptasi pada dunia pendidikan secara berkelanjutan. Minat dan sikap
anak terhadap sekolah dan berbagai mata pelajaran di sekolah sering kali
berkembang sebagai hasil dari sikap dan minat yang terbentuk sebelumnya di
rumah, di sekolah, dan di lingkungan pergaulan sehari-hari.
Dunia sekolah juga merupakan dunia sosial bagi anak. Kebiasaan-kebiasaan
kooperatif atau non-kooperatif, kesediaaan memusatkan perhatian pada obyek
belajar, kebiasaan study yang baik yang terbaik dari rumah tangga dan sekolah
merupakan faktor-faktor yang dapat membedakan tingkat readiness belajar
diantara para anak didik di sekolah. Hal ini berarti bahwa readiness harus sudah
dimulai dibentuk sebelum anak masuk sekolah atau dibentuk di luar sekolah.
Adapun faktor penunjangnya adalah: tingkat pendidikan orang tua, keadaan sosial
ekonomi keluarga, keadaan lingkungan dan kulturnya.
B. SIKAP ANAK
1. Pengertian Sikap
Anak manusia lahir tidak dilengkapi dengan sikap, akan tetapi sikap itu
tumbuh bersama-sama dengan pengalaman yang diperoleh sepanjang
hidupnya, dari hasil interaksi dengan dunia yang mengitarinya, serta yang
kemudian berkembang dari keinginan-keinginan dalam diri pribadinya. Lebih
jauh apa sebenarnya sikap itu . . . ?
a. Sikap dihasilkan dari keinginan-keinginan individu dan dari sejumlah
stimuli/rangsangan yang disambut oleh individu tersebut.
b. Sikap merupakan bagian dari kepribadian individu itu sendiri disamping
dia lahir karena dipengaruhi dari sikap dan kelakuan kelompok dimana
seseorang berinteraksi.
Oleh karena itu sikap seseorang bisa berubah karena pengaruh yang datang
dari orang lain atau dari hasil mengolah pengalaman diri sendiri.
c. Menurut Woodwarth: “Sikap adalah dasar atau disposisi (kecenderungan,
kesiapan, tendensi) untuk berbuat sesuatu dengan sifatnya yang khusus
sejauh hal-hal itu diinginkannya.28 Apabila sikap itu tidak aktif disebut
disposisi, dan apabila sikap itu terdiri dari perasaan-perasaan yang kuat
disebut sentimen.
Sikap seseorang selalu dihubungkan dengan segala sesuatu yang oleh orang
lain dikatakan tentang gambar diri seseorang tersebut. Seseorang boleh jadi
cenderung sesuai karena bersesuaian dengan sikap kita, dan lainnya malah
sebaliknya. Untuk itu kita harus senantiasa pandai-pandai beradaptasi dengan
lingkungan, mencari kesesuaian, keserasian agar orang cenderung kepada kita.
Dan sebaliknya kita hindarkan segala sesuatu yang menyebabkan orang
berpaling dan berbalik dari kita karena sikap kita yang tidak bisa diterima.
Individu yang sikap bahasa dan kebiasaan-kebiasaannya harmoni adalah orang
yang tulus hati, murni, dan berterus terang, yang diharapkan akan memperoleh
harga diri dalam lingkup pergaulannya. Sikap sedemikian ini yang akan
mendatangkan kesejahteraan sosial baik bagi diri sendiri maupun bagi orang
lain. Oleh karena itu perlu segera dikembangkan kepada anak sedini mungkin.
Apabila anak mampu memperlihatkan suatu pendekatan yang positif terhadap
suatu masalah, menunjukkan cara yang baik dalam memecahkan masalah
kehidupan bersama, mengarah kepada membangun persahabatan, maka ia
telah memiliki sikap sosial yang positif. Siapakah orang yang paling dominan
dalam mengembangkan sikap anak yang terhormat dan mulia yang dapat
dipakai dan dipertahankan dalam kehidupan mereka bersama . . . ?
Jawabannya dapat dianalogkan hasil studi New Comb dan Svehla yang
menunjukkan: “Adanya korelasi yang kuat antara sikap orang tua dan anak
tentang perang, masyarakat dan keanggotaan kegerejaan”. (T.M New Comb
dan Svehla, Intra Family Realtionship in attitude, Sociometri, i: 180-205,
1937)29
C. PEMUSATAN PERHATIAN
Perhatian sering kali dimaknai dengan konsentrasi. Konsentrasi sangat penting
dalam proses belajar. Oleh karena itu konsentrasi merupakan syarat utama dalam
proses belajar, karena dengan berkonsentrasi seseorang dapat memahami sesuatu yang
sedang dipelajarinya sebagaiman yang diharapkan. Aktifitas belajar tidak akan dapat
membawa hasil yang sempurna tanpa adanya usaha di dalamnya. Apalagi materi atau
bahan pelajaran yang komplek, memecahkan energi yang lebih banyak untuk
melakukannya. Penguasaan secara luas dan dalam suatu materi pelajaran atau
ketrampilan memerlukan pemusatan perhatian yang sangat besar, dan ini
membutuhkan usaha nyata. Ada beberapa cara untuk menggugah perhatian anak didik
diantaranya ialah dengan menjelaskan beberapa peristiwa dan situasi yang terjadi,
melontarkan pertanyaan, dialog, diskusi, menggunakan sarana audio visual, dan juga
kisah atau perumpamaan.31 Misalnya:
1. Membangkitkan Perhatian Dengan Mengajukan Pertanyaan.
Hal ini sebagaimna yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. untuk
menggugah perhatian para sahabat pada perilaku yang dapat menjadikan orang
masuk surga atau sebaliknya.
Rasulullah SAW. pernah bersabda: “Apakah aku belum pernah memberitahukan
kepada kalian tentang orang yang diharamkan masuk neraka---atau tentang
orang yang dilarang masuk neraka. Dilarang atas setiap orang yang dicintai
oleh setiap manusia karena perilakunya baik, tidak sombong dan selalu
menghormati serta memberi sesuatu yang dibutuhkan oleh orang lain.”
(diriwayatkan oleh Tirmidzi (Nawawi, jilid 1 hal. 154, hadits no 11/642))
2. Memusatkan Perhatian Dengan Menggunakan Perumpamaan.
Dapat dipelajari lewat hadits Nabi SAW. Riwayat Abu Musa ra., bahwa
Rasulullah SAW. bersabda : “Perumpamaan orang yang beriman yang membaca
Al-Qur’an itu seperti buah yang manis rasanya, baunya enak, dan warnanya
indah. Adapun orang yang beriman yang tidak mau membaca Al-Qur’an itu
seperti buah yang rasa dan baunya tidak manis dan tidak enak Orang munafik
yang membaca Al-Qur’an itu seperti buah-buahan yang wangi tapi rasanya
pahit. Adapun orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah-
buahan yang rasa dan baunya tidak enak.”
Tidak semua anak memulai belajarnya dengan faktor perhatian yang telah disiapkan.
Banyak peserta didik mengembangkan minatnya pada suatu mata pelajaran sebagai
hasil pengaruh dari para guru, teman-teman sekelas, anggota-anggota keluarga.
Namun bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan yang rata-rata tinggi,
biasanya mereka dapat membangkitakan minat kuatnhya pada suatu mata pelajaran
ddan berusaha meningkatkan dirinya terhadap mata pelajaran itu hingga mencapai
hasi yang memuaskan.
D. MOTIVASI BELAJAR
Salah satu perwujudan dari gejala psikologis yang besar peranannya dalam
mempengaruhi kegiatan belajar seseorang ialah motivasi belajar. Sepanjang
pengalaman belajar seseorang, mulai dari tingkat kanak-kanak sampai dewasa, selalu
dipengaruhi oleh motivasi yang berubah selaras dengan perkembangan yang
dialaminya. Untuk memahami seluk beluknya motivasi belajar, maka perlu diikuti
pembahasannya yang dimulai dari penjabaran arti motivasi dan motivasi belajar.
1. Pengertian Motivasi
a. Dari segi bahasa “Motivasi” berasal dari bahasa Inggris “Motivation” berarti:
alasan, daya batin, dorongan, motivasi.32
b. Dari segi Istilah
1) Menurut Hilgard dan Russell. “The evidence seems rather clear too that
motivation is not something applied apart from the learning situation but
is an intrinsic part of it”.33
Artinya: bukti atau fakta nampak agak jelas bahwa motivasi bukanlah
suatu bagian yang terpisah dari situasi belajar, akan tetapi merupakan
bagian yang menyatu dengan situasi belajar tersebut.
2) Menurut Clifford T. Margan
Dalam kaitannya dengan dunia psikologi pada umumnya, motivasi
digambarkan dalam tiga aspek yang saling berkaitan erat, yaitu:
a) Motivating state: yaitu sesuatu keadaan yang mendorong timbulnya
tingkah laku pada diri seseorang.
b) Motivated behavior: yaitu tingkah laku yang timbulnya didorong oleh
keadaan tersebut.
c) Goals or ends of such behavior: yaitu tujuan daripada tingkah laku
yang didasari dan diinginkan oleh seseorang yang bersangkutan.
3) Menurut Mc. Donald
“Motivasi merupakan suatu perubahan tenaga di dalam diri pribadi
seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam
usaha mencapai tujuan.34 Dari definisi Mc. Donald ini, dapat dijabarkan
bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang berlangsung melalui tiga
fase, yaitu:
a) Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri
seseorang. Adapun perubahan tenaga di dalam sistem neorofisiologis
dari organisme seseorang akibat adanya ‘daya penggerak’ tadi, ada
yang nampak dan dapat diketahui (misal: rasan, haus, lapar, lelah) dan
ada yang tidak dapat dijelaskan, tapi dapat diasumsikan (misal: ingin
mendapat penghargaan, pengakuan dan sebagainya)
b) Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif. Dorongan afektif yang
berkenaan dengan perasaan atau emosi seseorang, ada yang bersifat
kuat, dan dapat diamati (misal: berteriak, membentak, berkata kasar),
dan ada pula yang sulit untuk diamati (misal: duduk tenang, bercita-
cita tentang sesuatu, dan sebagainya).
c) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan. Perubahan
tenaga yang ada dari dalam seseorang (fasel) menyebabkan timbulnya
ketegangan. Dengan adanya ketegangan tersebut seseorang berusaha
untuk mengurangi atau bahkan menghilangkannya dalam bentuk
membuat reaksi-reaksi yang mengarah kepada usaha mencapai tujuan.
4) Menurut S. Nasution
Adanya motivasi pada diri seseorang, akan berfungsi bagi tingkah laku
orang yang bersangkutan dalam:
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c) Menseleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan
menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan itu.35
Sampai pada uraian disini, semakin jelaslah bahwa motivasi merupakan sesuatu
hal yang amat penting artinya dalam kehidupan seseorang terutama dalam
menggerakkan dan membangkitkan aktifitas-aktifitas sebagai tanda adanya
kehidupan dalam diri seseorang.
3. Motivasi Berkompetisi
Bahwasanya motivasi merupakan salah satu ciri kematangan beelajar
seseorang adalah penting sekali untuk dikupas lebih jauh, agar keberadaan modus
dalam kehidupan seseorang yang sering mengalami fluktuatif dapat terhindari,
sehingga efek negatifnya tidak mengganggu kualitas hasil belajarnya. Salah satu
dari berbagai ragam motivasi yang terkait dengan hal belajar adalah motivasi
berkompetisi.
Motivasi berkompetisi merupakan salah satu diantara motivasi kejiwaan
(psikis) yang bersifat sosial dan mendarah daging pada diri manusia. Motivasi ini
juga membentuk standardisasi nilai budaya tertentu yang menjadikan seseorang
mampu menilai suatu kompetisi yang dianggapnya positif. Standardisasi nilai
budaya ini kemudian membentuk suatu komunitas masyarakat untuk tidak segan
mendorong anak-anak mereka mengikuti berbagai kompetisi pada semua aktivitas
yang dipandang positif bagi anak-anak mereka. Al Qur’an menganjurkan kepada
manusia untuk berkompetisi (berlomba-lomba) dalam hal takwa kepada Allah
SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya melalui berbagai aktivitas ibadah dan
amalan yang baik. Contohnya Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan dari Yazid
bin Al-Akhasy, ia mengatakan bahwa mengatakan Rasulullah SAW pernah
bersabda: “Janganlah diantara kalian berlomba-lomba kecuali dalam dua hal.
Pertama, seseorang yang diberikan Al-Qur’an oleh Allah SWT, kemudian orang
itu menjalankan dan mengikuti isi kandungan Al-Qur’an siang dan malam. Lalu
seseorang mengatakan bahwa jika Allah SWT memberikan seperti apa yang telah
diberikan kepada si fulan itu, maka saya akan menjalankan seperti apa yang
dijalankannya. Kedua, seseorang yang diberikan oleh Allah SWT berupa harta
dan kekayaan, kemudian orang itu menginfakkan dan menyedekahkan harta
kekayaannya. Seseorang lalu mengatakan bahwa jika Allah SWT memberikan
seperti apa yang telah diberikan kepada si fulan itu, maka saya akan bersedekah
dengan harta itu.”
Inilah salah satu alasan bahwa motivasi yang dimiliki seseorang dapat dijadikan
tanda kematangan belajarnya. Dan Nabi SAW sering mengadakannya melalui
lomba balap kuda, memanah, baca syair, dll.
2. Berfikir Kreatif
Berfikir kreatif berarti seseorang melibatkan diri dalam proses mental yang sama
yang dipergunakan dalam bentuk berfikir lain yang meliputi bidang: penangkapan,
asosiasi dan pengungkapan kembali. Tugas utama mental dalam hal ini ialah:
menerima, mengingat, memberi analisa kritik dan mempergunakan hasilnya dalam
pemecahan problem. Ada dua periode dalam berfikir kreatif:
Periode persiapan:Teknik berfikir ini membutuhkan masa yang panjang dalam
aktifitas persiapan. Bahan-bahan dikumpulkan dan disusun
secara integrasi, semua aspek yang terdapat dalam problem
diselidiki. Buah pemikiran yang orisinil dapat dimiliki oleh
siapa saja yang memiliki pandangan dan pengalaman yang
cukup, energi dan daya cipta yang setepat-tepatnya. Informasi
yang diperoleh pada waktu sekarang dan segera digunakan
mempunyai nilai kreasi yang lebih besar daripada informasi
yang diperoleh hari ini dan baru digunakan untuk masa yang
akan datang.
Periode inkubasi: Merupakan periode dimana kemun gkinan besar aspek-aspek
pernyataan yang kreatif menjadi samar. Kemudian diikuti oleh
suasana terang yang datangnya mungkin sangat tiba-tiba. Ini
semua adalah sebagai hasil proses berfikir yang kontinyu,
individu tiba-tiba menjadi sadar akan hubungan-hubungan yang
pada waktu pertama kali tidak diketahuinya. Suatu reaksi emosi
membantu pandangan yang tiba secara mendadak sehingga
keluarlah ekspresi: Aha . . . saya telah menemukannya!
Ada dua ciri khusus dalam berfikir kreatif, yaitu:
Hasil yang orisinil.
Prosedur dengan cara-cara baru dan tak dapat dikira-kira sebelumnya.40
Berfikir kreatif, dengan mengerti bentuk-bentuk kegiatan mental yang lain, berarti
seseorang melibatkan diri pada proses identifikasi. Seperti dalam pemecahan
problem setiap hari, dimana odentitas selalu menjadi dasar dalam pengambilan
kesimpulan merupakan suatu hal yang biasa. Oleh karena itu berfikir kreatif
termasuk di dalamnya untuk menghasilkan seluruh atau sebagian dari padanya
identitas yang baru. Identifikasi adalah kemampuan mental yang disusun kembali
dalam bentuk hubungan-hubungan yang bersangkut paut dengan hasil yang
dikehendaki.
3. Obyek Berfikir yang Proposional
Allah SWT memerintahkan manusia untuk berfikir mneggunakan akal
karunia-Nya, agar keberuntungan, kebahagiaa n dan kesempurnaan hidup dapat
dicapai. Kegiatan belajar akan berhasil baik apabila selalu didekati dengan
memanfaatkan akal pikiran. Bahkan dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah
ra., Rasulullah SAW bersabda: “Berfikir sesaat itu lebih baik daripada beribadah
satu tahun”.
Dan juga dalam hadits yang lain yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.,:
“Berfikirlah tentang ciptaan Allah SWT dan jangan kalian memikirkan “esensi”
allah SWT, sebab kalian semua tidak akan mampu mencapai kekuasaan-Nya”.
Juga ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini menunjukkan secara jelas tentang obyek-
obyek berfikir yang akan menghantarkan seseorang matang dalam belajar yang
sekaligus matang kepribadiannya:
QS. Ali-Imran:191. Artinya:
“Orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau meciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
QS. Ar-Rum:8. Artinya:
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?”
QS. Al-Ankabut:20. Artinya:
“Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) Bumi, maka perhatikanlah bagaimana
Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya.”
QS. At-Thariq:5. Artinya:
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah ia diciptakan.”
Dari uraian di atas dapat diketahui betapa Allah SWT mengajarkan kepada
manusia untuk berfikir ilmiah dengan menunjukkan obyek kajian yang akan
membawa hasil kebahagiaan hidup dunia akhirat.