Anda di halaman 1dari 10

CIRI-CIRI KEMATANGAN DALAM BELAJAR

A. READINESS DALAM BELAJAR


1. Pengertian Readiness
a. Readiness merupakan kesiapan atau kesdeiaan seseorang untuk berbuat
sesuatu.
b. Readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat
bereaksi dengan cara tertentu. (Cronbach)26
Readiness dalam belajar mengandung arti kesiapan dan kesediaan anak untuk
melakukan kegiatan belajar atau untuk berbuat sesuatu. Misalnya: seorang
pendidik di dalam menghadapi situasi belajar yang baru, dia akan sanggup dengan
melibatkan segenap perhatian, ketelitian, kegembiraaan, atau characteristisnya
sehingga kualitas respons (tindakan) yang diekspresikan memiliki ciri dan cara
tertentu, yang boleh jadi berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di dalam
peralatan-peralatan dasar (pendengaran, penglihatan, kecekatan tangan menulis,
dll), kebutuhan yang mendesak yang dirasakannya, tujuan-tujuan yang ingin
dicapainya, gagasan-gagasan dan keterampilan-keterampilannya.
c. Menurut Cronbach27
Readiness merupakan segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang
dapat bereaksi dengan cara tertentu.
Adalah suatu kewajaran apabila guru akan menjumpai perbedaan tingkat readiness
dari para anak didik di dalam kelas. Hal ini disamping disebabkan oleh
bervariasinya kecepatan tingkat kematangan mereka, juga disebabkan oleh latar
belakang pendidikan yang mendahuluinya. Untuk itu perilaku anak dalam kelas
ini harus dikelola dengan baik. Guru harus mengembangkan kompetensi di bidang
“Classroom Behavior Management” yang antara lain ditandai dengan kejeliannya
mengantisipasi students’ feeling, students’ nedd, dll.

2. Faktor-Faktor Penentu Perkembangan Readiness


a. Kematangan
Definisi kematangan (Maturity) menurut Wasty Soemanto:”Maturity is the
state or condition of complete or adult form, structure, and function of an
organisme, whether in respect to a single trait or, more often, all traits”
(English dan English, 1958:308).
Artinya:”kematangan adalah suatu keadaan atau kondisi atau bentuk yang
komplit, dewasa dan berfungsi dari suatu organisme baik terhadap satu sifat,
bahkan sering kali terhadap semua sifat”.
Istilah kematangan ini mempunyai perbedaan arti dengan pematangan
(maturation). “Maturation is the development, the attainment, or the process of
attaining, maturity (English dan English, 1958:331).
Artinya:pematangan ialah perkembangan, pencapaian, atau proses mencapai
kematangan.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan, individu manusia mengalami proses
pertumbuhan jasmaniah yang berlangsung secara kodrati dan yang ditentuka
oleh proses pembawaan. Berlangsungnya proses jasmaniah ini menjadi sebab
dasar berfungsinya organisme-organisme yang makin lama menunjukkan
peningkatan kualitasnya. Proses semacam ini tidaklah berlangsung sama antara
individu yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing mempunyai irama
dan tempo perkembangan yang bervariasi dan berbeda. Misalnya untuk anak
yang akan memasuki sekolah dasar, secara kronologis usia rata-rata mereka
sama, namun tingkat kematangan Psikis (Usia Mental) mereka dapat berbeda-
beda. Hal ini dapat berpengaruh terhadap tingkat kesiapan belajar mereka yang
menjadi pendorong lajunya antara anak yang satu dibanding anak yang
lainnya. Di sini, peran guru dalam “Managing Learning” akan sangat
menguntungkan anak, terutama mereka yang rendah readiness belajarnya.
Kebiasaan-kebiasaan belajar anak dipelajari oleh guru termasuk individu
learning dan kemampuan self study mereka.
b. Pengalaman Belajar Anak
Pengalaman seorang anak yang diperoleh melalui kesempatan melalui
pendidikan yang mendahuluinya, merupakan faktor yang besar sekali
pengaruhnya terhadap kesiapan belajar lebih lanjut. Termasuk penetunya
adalah bangunan kurikulum yang telah ditempuh, strategi pembelajaran yang
dirancang guru, tata tertib dan kedisisplinan sekolah yang telah dilaluinya,
serta kekayaan pengalaman belajar yang telah dipraktekkannya di bawah
asuhan sekolah, kesemuanya ini akan memperlancar proses penyesuaian diri
anak didik dalam mencapai tingkatan belajar yang lebih tinggi dan bersamaan
pula akan membentuk readiness dalam melaksanakan tugas-tugas belajar
selanjutnya.
c. Persesuaian Antara Komponen-Komponen Dalam Strategi Pembelajaran
Seorang guru dalam melaksanakan tugas di muka kelas akan selalu
berhadapan dengan tiga komponen strategi pembelajaran yang saling terkait
yaitu: Materi pembelajaran, Metode mengajar dan Kemampuan anakyang
akan dievaluai,. Langkah bijaksana untuk ditempuh ialah, guru selalu berusaha
menyesuaikan antara materi pengajaran dan metode mengajar dengan tingkat
kemampuan anak, dan bukanlah kemampuan anak yang disesuaikan dengan
bahan pengajaran dan metode mengajarnya. Anak-anak ready menerima
bahan-bahan pengajaran apabila hal tersebut sesuai dengan kebutuhan dan
minatnya. Minat dan kebutuhan merupakan tanda-tanda dari suatu tingkat
kematangan anak dalam proses perkembangannya. Apabila anak telah matang
berarti telah ready terhadap suatu tugas tertentu.

3. Pembentukan Readiness
Masa “Preschool Period”, bisa berupa latar belakang kehidupan anak sebelum
bersekolah dan atau latar belakang suasana sekolah yang gtelah dilaluinya, dan ini
merupakan bahan pertimbangan yang harus diperhatikan untuk pembentukan
readiness. Pengalaman-pengalaman belajar yang dimulainya sebelum masuk
sekolah yang didapat anak dari rumah tangga maupun dari sekolah yang telah
dilaluinya mempengaruhi kesiapannya dalam berpartisipasi pada situasi-situasi
belajar di sekolah. Oleh karena itu rumah tangga perlu berupaya menyesuaikan
antara pengalaman-pengalamananak dengan persyaratan kondisi yang dituntut
oleh sekolah pada dewasa ini, dan demikian pula suasana akademis di setiap
jenjang sekolah haruslah ada kesinambungan untuk membangun budaya
akademik, sehingga peserta didik merupakan output yang memiliki kesiapan
untuk beradaptasi pada dunia pendidikan secara berkelanjutan. Minat dan sikap
anak terhadap sekolah dan berbagai mata pelajaran di sekolah sering kali
berkembang sebagai hasil dari sikap dan minat yang terbentuk sebelumnya di
rumah, di sekolah, dan di lingkungan pergaulan sehari-hari.
Dunia sekolah juga merupakan dunia sosial bagi anak. Kebiasaan-kebiasaan
kooperatif atau non-kooperatif, kesediaaan memusatkan perhatian pada obyek
belajar, kebiasaan study yang baik yang terbaik dari rumah tangga dan sekolah
merupakan faktor-faktor yang dapat membedakan tingkat readiness belajar
diantara para anak didik di sekolah. Hal ini berarti bahwa readiness harus sudah
dimulai dibentuk sebelum anak masuk sekolah atau dibentuk di luar sekolah.
Adapun faktor penunjangnya adalah: tingkat pendidikan orang tua, keadaan sosial
ekonomi keluarga, keadaan lingkungan dan kulturnya.

4. Pembentukan “Self Confidence”


Arti Self-Confidence ialah percaya pada diri sendiri. Rasa percaya pada diri
sendiri ini juga merupakan bagian yang terpenting dalam pembentukan Readiness.
Self Confidence dapat dibentuk dengan cara:
a. Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk berpartisipasi aktif
dalam tugas-tugas sekolah. Melalui latihan-latihan ketrampilan khusus dan
hasilnya dibanggakan dan dinilai positif oleh teman-temannya, merupakan
kesempatan untuk memperoleh kedudukan yang sama diantra teman-
temannya.
b. Menempatkan mereka yang kurang Self Confidence-nya dalam kelompok
yang relatif lebih rendah dari semestinya, agar berkurang rasa takut dan
minder bergaul dengan sesamanya. Hal ini merupakan latihan dan
kesempatan dengan kemajuan yang diraihnya, mereka ditempatkan dalam
kelompok sebaya.
c. Pemberian penghargaan yang tepat waktu. Artinya perhatian yang ekstra
diberikan kepada mereka untuk merekam setiap kali ada kemajuan dari usaha
belajar mereka, dan secara langsung kita beri reward, reinforcement yang
memberi kesan rasa puas kepadanya, dan rasa gembira dalam mengikuti
aktifitas belajarnya.

B. SIKAP ANAK
1. Pengertian Sikap
Anak manusia lahir tidak dilengkapi dengan sikap, akan tetapi sikap itu
tumbuh bersama-sama dengan pengalaman yang diperoleh sepanjang
hidupnya, dari hasil interaksi dengan dunia yang mengitarinya, serta yang
kemudian berkembang dari keinginan-keinginan dalam diri pribadinya. Lebih
jauh apa sebenarnya sikap itu . . . ?
a. Sikap dihasilkan dari keinginan-keinginan individu dan dari sejumlah
stimuli/rangsangan yang disambut oleh individu tersebut.
b. Sikap merupakan bagian dari kepribadian individu itu sendiri disamping
dia lahir karena dipengaruhi dari sikap dan kelakuan kelompok dimana
seseorang berinteraksi.
Oleh karena itu sikap seseorang bisa berubah karena pengaruh yang datang
dari orang lain atau dari hasil mengolah pengalaman diri sendiri.
c. Menurut Woodwarth: “Sikap adalah dasar atau disposisi (kecenderungan,
kesiapan, tendensi) untuk berbuat sesuatu dengan sifatnya yang khusus
sejauh hal-hal itu diinginkannya.28 Apabila sikap itu tidak aktif disebut
disposisi, dan apabila sikap itu terdiri dari perasaan-perasaan yang kuat
disebut sentimen.
Sikap seseorang selalu dihubungkan dengan segala sesuatu yang oleh orang
lain dikatakan tentang gambar diri seseorang tersebut. Seseorang boleh jadi
cenderung sesuai karena bersesuaian dengan sikap kita, dan lainnya malah
sebaliknya. Untuk itu kita harus senantiasa pandai-pandai beradaptasi dengan
lingkungan, mencari kesesuaian, keserasian agar orang cenderung kepada kita.
Dan sebaliknya kita hindarkan segala sesuatu yang menyebabkan orang
berpaling dan berbalik dari kita karena sikap kita yang tidak bisa diterima.
Individu yang sikap bahasa dan kebiasaan-kebiasaannya harmoni adalah orang
yang tulus hati, murni, dan berterus terang, yang diharapkan akan memperoleh
harga diri dalam lingkup pergaulannya. Sikap sedemikian ini yang akan
mendatangkan kesejahteraan sosial baik bagi diri sendiri maupun bagi orang
lain. Oleh karena itu perlu segera dikembangkan kepada anak sedini mungkin.
Apabila anak mampu memperlihatkan suatu pendekatan yang positif terhadap
suatu masalah, menunjukkan cara yang baik dalam memecahkan masalah
kehidupan bersama, mengarah kepada membangun persahabatan, maka ia
telah memiliki sikap sosial yang positif. Siapakah orang yang paling dominan
dalam mengembangkan sikap anak yang terhormat dan mulia yang dapat
dipakai dan dipertahankan dalam kehidupan mereka bersama . . . ?
Jawabannya dapat dianalogkan hasil studi New Comb dan Svehla yang
menunjukkan: “Adanya korelasi yang kuat antara sikap orang tua dan anak
tentang perang, masyarakat dan keanggotaan kegerejaan”. (T.M New Comb
dan Svehla, Intra Family Realtionship in attitude, Sociometri, i: 180-205,
1937)29

2. Contoh-Contoh Sikap yang Menjadi Ciri Kematangan Belajar30


a. Ramah: Terbiasa selalu bersikap dan bertindak dengan budi bahasa yang baik,
tutur kata yang menyenangkan serta bersifat terbuka baik dalam hubungan
dengan diri sendiri maupun dengan orang lain; selalu menghindari sikap kasar;
selalu menghindari sikap pendendam.
b. Bersifat Konstruktif: Terbiasa dan selalu menunjukkan keinginan untuk
memberi dan menerima kritik yang membangun bagi kepentingan bersama;
suka mendiskusikan sesuatu untuk perbaikan; selalu menghindarkan diri dari
khianat, ceroboh, merusak dan menyalahgunakan.
c. Kooperatif: Biasa bergaul dan memperlakukan sesama secara baik, suka
bermusyawarah dalam menyelesaikan perbedaan pendapat, tidak egois, selalu
siap membantu.
d. Rela Berkorban: Terbiasa dan selalu bersikap dan berperilaku dengan ikhlas
atas kehendak sendiri untuk mendahulukan kepentingan orang lai;
menghindari sikap apatis dan masa bodoh.

C. PEMUSATAN PERHATIAN
Perhatian sering kali dimaknai dengan konsentrasi. Konsentrasi sangat penting
dalam proses belajar. Oleh karena itu konsentrasi merupakan syarat utama dalam
proses belajar, karena dengan berkonsentrasi seseorang dapat memahami sesuatu yang
sedang dipelajarinya sebagaiman yang diharapkan. Aktifitas belajar tidak akan dapat
membawa hasil yang sempurna tanpa adanya usaha di dalamnya. Apalagi materi atau
bahan pelajaran yang komplek, memecahkan energi yang lebih banyak untuk
melakukannya. Penguasaan secara luas dan dalam suatu materi pelajaran atau
ketrampilan memerlukan pemusatan perhatian yang sangat besar, dan ini
membutuhkan usaha nyata. Ada beberapa cara untuk menggugah perhatian anak didik
diantaranya ialah dengan menjelaskan beberapa peristiwa dan situasi yang terjadi,
melontarkan pertanyaan, dialog, diskusi, menggunakan sarana audio visual, dan juga
kisah atau perumpamaan.31 Misalnya:
1. Membangkitkan Perhatian Dengan Mengajukan Pertanyaan.
Hal ini sebagaimna yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. untuk
menggugah perhatian para sahabat pada perilaku yang dapat menjadikan orang
masuk surga atau sebaliknya.
Rasulullah SAW. pernah bersabda: “Apakah aku belum pernah memberitahukan
kepada kalian tentang orang yang diharamkan masuk neraka---atau tentang
orang yang dilarang masuk neraka. Dilarang atas setiap orang yang dicintai
oleh setiap manusia karena perilakunya baik, tidak sombong dan selalu
menghormati serta memberi sesuatu yang dibutuhkan oleh orang lain.”
(diriwayatkan oleh Tirmidzi (Nawawi, jilid 1 hal. 154, hadits no 11/642))
2. Memusatkan Perhatian Dengan Menggunakan Perumpamaan.
Dapat dipelajari lewat hadits Nabi SAW. Riwayat Abu Musa ra., bahwa
Rasulullah SAW. bersabda : “Perumpamaan orang yang beriman yang membaca
Al-Qur’an itu seperti buah yang manis rasanya, baunya enak, dan warnanya
indah. Adapun orang yang beriman yang tidak mau membaca Al-Qur’an itu
seperti buah yang rasa dan baunya tidak manis dan tidak enak Orang munafik
yang membaca Al-Qur’an itu seperti buah-buahan yang wangi tapi rasanya
pahit. Adapun orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah-
buahan yang rasa dan baunya tidak enak.”
Tidak semua anak memulai belajarnya dengan faktor perhatian yang telah disiapkan.
Banyak peserta didik mengembangkan minatnya pada suatu mata pelajaran sebagai
hasil pengaruh dari para guru, teman-teman sekelas, anggota-anggota keluarga.
Namun bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan yang rata-rata tinggi,
biasanya mereka dapat membangkitakan minat kuatnhya pada suatu mata pelajaran
ddan berusaha meningkatkan dirinya terhadap mata pelajaran itu hingga mencapai
hasi yang memuaskan.

D. MOTIVASI BELAJAR
Salah satu perwujudan dari gejala psikologis yang besar peranannya dalam
mempengaruhi kegiatan belajar seseorang ialah motivasi belajar. Sepanjang
pengalaman belajar seseorang, mulai dari tingkat kanak-kanak sampai dewasa, selalu
dipengaruhi oleh motivasi yang berubah selaras dengan perkembangan yang
dialaminya. Untuk memahami seluk beluknya motivasi belajar, maka perlu diikuti
pembahasannya yang dimulai dari penjabaran arti motivasi dan motivasi belajar.
1. Pengertian Motivasi
a. Dari segi bahasa “Motivasi” berasal dari bahasa Inggris “Motivation” berarti:
alasan, daya batin, dorongan, motivasi.32
b. Dari segi Istilah
1) Menurut Hilgard dan Russell. “The evidence seems rather clear too that
motivation is not something applied apart from the learning situation but
is an intrinsic part of it”.33
Artinya: bukti atau fakta nampak agak jelas bahwa motivasi bukanlah
suatu bagian yang terpisah dari situasi belajar, akan tetapi merupakan
bagian yang menyatu dengan situasi belajar tersebut.
2) Menurut Clifford T. Margan
Dalam kaitannya dengan dunia psikologi pada umumnya, motivasi
digambarkan dalam tiga aspek yang saling berkaitan erat, yaitu:
a) Motivating state: yaitu sesuatu keadaan yang mendorong timbulnya
tingkah laku pada diri seseorang.
b) Motivated behavior: yaitu tingkah laku yang timbulnya didorong oleh
keadaan tersebut.
c) Goals or ends of such behavior: yaitu tujuan daripada tingkah laku
yang didasari dan diinginkan oleh seseorang yang bersangkutan.
3) Menurut Mc. Donald
“Motivasi merupakan suatu perubahan tenaga di dalam diri pribadi
seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam
usaha mencapai tujuan.34 Dari definisi Mc. Donald ini, dapat dijabarkan
bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang berlangsung melalui tiga
fase, yaitu:
a) Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri
seseorang. Adapun perubahan tenaga di dalam sistem neorofisiologis
dari organisme seseorang akibat adanya ‘daya penggerak’ tadi, ada
yang nampak dan dapat diketahui (misal: rasan, haus, lapar, lelah) dan
ada yang tidak dapat dijelaskan, tapi dapat diasumsikan (misal: ingin
mendapat penghargaan, pengakuan dan sebagainya)
b) Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif. Dorongan afektif yang
berkenaan dengan perasaan atau emosi seseorang, ada yang bersifat
kuat, dan dapat diamati (misal: berteriak, membentak, berkata kasar),
dan ada pula yang sulit untuk diamati (misal: duduk tenang, bercita-
cita tentang sesuatu, dan sebagainya).
c) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan. Perubahan
tenaga yang ada dari dalam seseorang (fasel) menyebabkan timbulnya
ketegangan. Dengan adanya ketegangan tersebut seseorang berusaha
untuk mengurangi atau bahkan menghilangkannya dalam bentuk
membuat reaksi-reaksi yang mengarah kepada usaha mencapai tujuan.
4) Menurut S. Nasution
Adanya motivasi pada diri seseorang, akan berfungsi bagi tingkah laku
orang yang bersangkutan dalam:
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c) Menseleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan
menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan itu.35
Sampai pada uraian disini, semakin jelaslah bahwa motivasi merupakan sesuatu
hal yang amat penting artinya dalam kehidupan seseorang terutama dalam
menggerakkan dan membangkitkan aktifitas-aktifitas sebagai tanda adanya
kehidupan dalam diri seseorang.

2. Pengertian Motivasi Belajar


a. Menurut Ws. Winkel
“Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang dijamin kelangsungan dari kegiatan
belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh siswa tercapai.36
Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada motif yang bersama-sama
menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis
yang bersifat non intelektual, peranannya yang khas ialah dalam hal gairah
atau semangat belajar siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak
energi untuk kegiatan belajar.37
b. Menurut Atkinson dan Feather
Motivasi hasil belajar atau achievement motivation dikategorikan menjadi
dua:
1) The need to achieve success: keinginan seseorang untuk berhasil dalam
belajarnya.
2) The need to avoid failure: keinginan seseorang untuk sekedar tidak gagal
dalam belajarnya.
Kedua kategori motivasi hasil belajar di atas merupakan tanda adanya situasi
kompetitive dalam kegiatan belajar para siswa. Jika dalam diri seorang anak
hidup motivasi untuk berhasil dalam belajarnya, maka hali ini akan nampak pada
cara belajar yang dilakukannya, yaitu antara lain: mengklasifikasikan
permasalahan yang dihadapi, bekerja lebih keras untuk menyelesaikan semua
masalah yang ada secara strategis.

3. Motivasi Berkompetisi
Bahwasanya motivasi merupakan salah satu ciri kematangan beelajar
seseorang adalah penting sekali untuk dikupas lebih jauh, agar keberadaan modus
dalam kehidupan seseorang yang sering mengalami fluktuatif dapat terhindari,
sehingga efek negatifnya tidak mengganggu kualitas hasil belajarnya. Salah satu
dari berbagai ragam motivasi yang terkait dengan hal belajar adalah motivasi
berkompetisi.
Motivasi berkompetisi merupakan salah satu diantara motivasi kejiwaan
(psikis) yang bersifat sosial dan mendarah daging pada diri manusia. Motivasi ini
juga membentuk standardisasi nilai budaya tertentu yang menjadikan seseorang
mampu menilai suatu kompetisi yang dianggapnya positif. Standardisasi nilai
budaya ini kemudian membentuk suatu komunitas masyarakat untuk tidak segan
mendorong anak-anak mereka mengikuti berbagai kompetisi pada semua aktivitas
yang dipandang positif bagi anak-anak mereka. Al Qur’an menganjurkan kepada
manusia untuk berkompetisi (berlomba-lomba) dalam hal takwa kepada Allah
SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya melalui berbagai aktivitas ibadah dan
amalan yang baik. Contohnya Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan dari Yazid
bin Al-Akhasy, ia mengatakan bahwa mengatakan Rasulullah SAW pernah
bersabda: “Janganlah diantara kalian berlomba-lomba kecuali dalam dua hal.
Pertama, seseorang yang diberikan Al-Qur’an oleh Allah SWT, kemudian orang
itu menjalankan dan mengikuti isi kandungan Al-Qur’an siang dan malam. Lalu
seseorang mengatakan bahwa jika Allah SWT memberikan seperti apa yang telah
diberikan kepada si fulan itu, maka saya akan menjalankan seperti apa yang
dijalankannya. Kedua, seseorang yang diberikan oleh Allah SWT berupa harta
dan kekayaan, kemudian orang itu menginfakkan dan menyedekahkan harta
kekayaannya. Seseorang lalu mengatakan bahwa jika Allah SWT memberikan
seperti apa yang telah diberikan kepada si fulan itu, maka saya akan bersedekah
dengan harta itu.”
Inilah salah satu alasan bahwa motivasi yang dimiliki seseorang dapat dijadikan
tanda kematangan belajarnya. Dan Nabi SAW sering mengadakannya melalui
lomba balap kuda, memanah, baca syair, dll.

E. BERFIKIR REFLEKTIF DAN KREATIF


Berfikir ilmiah perlu lebih dahulu memahami kaidah-kaidah yang berlaku. Harus
diketahui dengan baik komponen-komponen yang sedang dipermasalahkan, langkah-
langkah yang harus ditindak lanjuti, sehingga menjadi seorang ahli fikir yang efektif.
1. Berfikir Reflektif
Berfikir reflektif atau problem solving terjadi ketika individu mulai
mengorganisasi pikiran-pikirannya ke dalam kategori-kategori di atas cara-cara
yang biasa dilakukannya karena menghadapi suatu problem. Berfikirnya ditujukan
pada pemecahan problem. Berfikirnya ditujukan pada pemecahan problem
tersebut baik secara keseluruhan atau sebagian, diselesaikan secara obyektif,
sehingga menemukan cara-cara baru dalam memberi reaksi pada situasi yang
tengah dihadapinya, atau dalam mengatasi suatu hambatan yang merupakan
tantangan yang diberikandari proses mental yang termasuk berfikir reflektif. Besar
kecilnya kesukaran yang dijumpai dalam problema ditentukan oleh pekerjaan
mental yang berakar pada kesanggupan, perhatian dan pengalamn seseorang.
Seseorang harus menggunakan (memilih diantara pengalaman-pengalamannya)
kebiasaan-kebiasaan dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan situasi
problema tertentu yang dihadapi, mengorganisasi kembali pengalaman-
pengalamannya tersebut ke dalam suatu pola baru yang memungkinkan
terselesaikannya permasalahan-permasalahan yang tampak.
a. Proses-proses mental dalam berfikir reflektif
1) Menurut Crow and Crow:
a) Perhatian dan minat yang diarahkan pada tujuan (direction).
b) Mengamati hubungan-hubungan yang ada (interpretation).
c) Memilih dan mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang ada
hubungannya (selection).
d) Pengenalan terhadap hubungan-hubungan diantara komponen-
komponen pengalaman-pengalaman (insight).
e) Pembentukan pola-pola mental baru (creation).
f) Penilaian terhadap kesanggupan menyelesaikan permasalahan
(criticism).38
2) Langkah-langkah berfikir reflektif menurut Dewey:
a) Merasa adanya kesukaran-kesukaran, adanya problem.
b) Melokasi dan memberi batasan kesukaran pemahaman terhadap
problem (melokasi, mengevaluasi dan mengorganisasi informasi).
c) Mengklasifikasi data. (Menentukan hubungan-hubungan,
memformulasi hipotesa-hipotesa/praduga).
d) Mengevaluasi hipotesa-hipotesa dapat diterima atau tidak.
e) Penerapan cara pemecahan persoalan dapat diterima atau harus ditolak
kesimpulan yang telah ditetapkan (J. Deway, How to Think, bab 6,
1933)39
Kedua macam (rumusan langkah-langkah) metoda ilmiah dalam problem solving
di atas memberi fasilitas lebih banyak dalam berfikir reflektif dan kreatif.

2. Berfikir Kreatif
Berfikir kreatif berarti seseorang melibatkan diri dalam proses mental yang sama
yang dipergunakan dalam bentuk berfikir lain yang meliputi bidang: penangkapan,
asosiasi dan pengungkapan kembali. Tugas utama mental dalam hal ini ialah:
menerima, mengingat, memberi analisa kritik dan mempergunakan hasilnya dalam
pemecahan problem. Ada dua periode dalam berfikir kreatif:
Periode persiapan:Teknik berfikir ini membutuhkan masa yang panjang dalam
aktifitas persiapan. Bahan-bahan dikumpulkan dan disusun
secara integrasi, semua aspek yang terdapat dalam problem
diselidiki. Buah pemikiran yang orisinil dapat dimiliki oleh
siapa saja yang memiliki pandangan dan pengalaman yang
cukup, energi dan daya cipta yang setepat-tepatnya. Informasi
yang diperoleh pada waktu sekarang dan segera digunakan
mempunyai nilai kreasi yang lebih besar daripada informasi
yang diperoleh hari ini dan baru digunakan untuk masa yang
akan datang.
Periode inkubasi: Merupakan periode dimana kemun gkinan besar aspek-aspek
pernyataan yang kreatif menjadi samar. Kemudian diikuti oleh
suasana terang yang datangnya mungkin sangat tiba-tiba. Ini
semua adalah sebagai hasil proses berfikir yang kontinyu,
individu tiba-tiba menjadi sadar akan hubungan-hubungan yang
pada waktu pertama kali tidak diketahuinya. Suatu reaksi emosi
membantu pandangan yang tiba secara mendadak sehingga
keluarlah ekspresi: Aha . . . saya telah menemukannya!
Ada dua ciri khusus dalam berfikir kreatif, yaitu:
 Hasil yang orisinil.
 Prosedur dengan cara-cara baru dan tak dapat dikira-kira sebelumnya.40
Berfikir kreatif, dengan mengerti bentuk-bentuk kegiatan mental yang lain, berarti
seseorang melibatkan diri pada proses identifikasi. Seperti dalam pemecahan
problem setiap hari, dimana odentitas selalu menjadi dasar dalam pengambilan
kesimpulan merupakan suatu hal yang biasa. Oleh karena itu berfikir kreatif
termasuk di dalamnya untuk menghasilkan seluruh atau sebagian dari padanya
identitas yang baru. Identifikasi adalah kemampuan mental yang disusun kembali
dalam bentuk hubungan-hubungan yang bersangkut paut dengan hasil yang
dikehendaki.
3. Obyek Berfikir yang Proposional
Allah SWT memerintahkan manusia untuk berfikir mneggunakan akal
karunia-Nya, agar keberuntungan, kebahagiaa n dan kesempurnaan hidup dapat
dicapai. Kegiatan belajar akan berhasil baik apabila selalu didekati dengan
memanfaatkan akal pikiran. Bahkan dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah
ra., Rasulullah SAW bersabda: “Berfikir sesaat itu lebih baik daripada beribadah
satu tahun”.
Dan juga dalam hadits yang lain yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.,:
“Berfikirlah tentang ciptaan Allah SWT dan jangan kalian memikirkan “esensi”
allah SWT, sebab kalian semua tidak akan mampu mencapai kekuasaan-Nya”.
Juga ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini menunjukkan secara jelas tentang obyek-
obyek berfikir yang akan menghantarkan seseorang matang dalam belajar yang
sekaligus matang kepribadiannya:
QS. Ali-Imran:191. Artinya:
“Orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau meciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
QS. Ar-Rum:8. Artinya:
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?”
QS. Al-Ankabut:20. Artinya:
“Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) Bumi, maka perhatikanlah bagaimana
Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya.”
QS. At-Thariq:5. Artinya:
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah ia diciptakan.”
Dari uraian di atas dapat diketahui betapa Allah SWT mengajarkan kepada
manusia untuk berfikir ilmiah dengan menunjukkan obyek kajian yang akan
membawa hasil kebahagiaan hidup dunia akhirat.

Anda mungkin juga menyukai