Anda di halaman 1dari 2

ANGGI AND DINDA ARE MY BEST FRIENDS

Sejenak aku menghela napas, untuk kemudian mulai beranjak pergi meninggalkan tempat ini.
Tempat yang begitu banyak menyimpan kenangan manis bersama mereka. Sebagai insan yang
hidup di kolong-kolong langit sang Illahi, tak sempurna rasanya bila tak ada sosok sahabat yang
menemani.

Anggi dan Dinda, 2 sahabat sejoli yang senantiasa ada dalam suka maupun dukaku. Bagiku,
sahabatku adalah dairyku. Kurang afdol rasanya bila sehari saja tak bersua dengan mereka.
Tingkahnya yang terkadang menjengkelkanku itulah yang selalu kurindu.

Masih aku ingat, saat itu langit yang cerah tiba-tiba berubah warna menjadi hitam pekat pertanda
hujan deras akan segera datang. Dan betul saja, beberapa menit kemudian hujan deras pun datang
menghantam atap-atap sekolahku. Aku, Dinda dan Anggi bergegas menuju musollah sembari
menunggu hujan reda. Disana, di ruang sepetak yang dihiasi dengan beberapa kaligrafi aku dan
mereka bercerita tentang arti persahabatan. Sebuah janji persahabatan pun terlontar dari hati dan
diucapkan oleh lisan kami masing-masing. Disaksikan derasnya hujan yang datang, Anggi
sahabatku yang berkacamata itu mulai mengeluarkan kalimat yang membuat air mata ini berlinang.

“Tak terasa, tidak lama lagi tidak ada lagi Anggi, Dinda dan Indri yang selalu dzuhur bareng di
musollah ini” Kata Anggi sambil menggenggam erat tanganku dan Dinda.

Hujan tampak mulai reda, akhirnya aku bersama dua sahabat ku itu pun lekas meninggalkan
musollah untuk selanjutnya berjalan pulang menuju rumah masing-masing.

Sesampainya aku di rumah, langsung kulepaskan sepatuku dan menaruhnya ke lemari sepatu.
Kubuka pintu kamarku dan aku mulai merebahkan tubuhku di atas ranjang.
“Huuhh, capeknya” kataku yang baru sampai di rumah dari sekolah. Jam menunjukkan 16.35 WIB.
Kudengar ponselku berdering pertanda ada pesan masuk. Kutatap layar ponselku dan kulihat
ternyata ada pesan dari Anggi. Kubaca pesannya yang berisikan

“Ukhtiku, jangan lupa sholat asar ya. Ana uhibbuki fillah”. Aku pun langsung bangkit dari ranjang
dan bergegas melaksanakan sholat asar.

Waktu berputar cepat, dan kulirik jam yang menempel di dinding kamarku.
“Sudah pukul 18.30 rupanya” kataku dalam hati, aku pun langsung bersiap-siap untuk
melaksanakan sholat magrib. Selepas sholat magrib, langsung ku buka mukena yang membalut
auratku. Namun ketika mukena masih setengah kubuka, ponselku kembali berdering pertanda pesan
masuk. Kali ini bukan pesan dari Anggi, tapi dari Dinda yang isinya
“Ukhti.. Jangan lupa tilawah ya..”
Hmm. Aku pun membatalkan niatku untuk melepaskan balutan mukena itu untuk kemudian mulai
meraih al-Quran yang terletak di meja belajar ku.
Selesai aku bertilawah, kutekuk sedikit badanku dan kupeluk erat lututku serta aku bersandar di
balik dinding kamarku. Sejenak aku merenung
“Every day and every time kedua sahabat ku ini selalu mengingatkan aku akan ibadah. Apakah akan
kutemukan lagi sahabat seperti mereka bila akhirnya akan berpisah demi menggapai cita? Ya Rabb,
satukanlah kami selalu dalam indahnya cinta-Mu. Kokohkan ukhuwah kami walaupun akhirnya
kami tak dapat sering-sering bersua seperti saat ini” begitulah kira-kira keluh kesah hatiku
mengingat waktu yang akan memisahkan aku dan kedua sahabatku itu.

Hari demi hari pun berlalu dengan cepatnya. Sudah lama sekali aku dan mereka tak berjumpa.
Dinda yang sudah di Bandung, Anggi yang sudah di Medan dan aku yang sudah di Surabaya. Haha,
tawaku getir sekali, saat aku mengingat semua candanya, tawanya dan tingkahnya yang tak jarang
mengundang gelak tawa tersendiri.

Dan pada hari ini, aku kembali di tempat ini, tempat dimana janji kita diucapkan. Tapi ada suatu
pemandangan yang tak biasa terlihat olehku. Di jendela musollah itu tak kulihat lagi kau, Dinda
yang selalu bercermin memperbaiki kerudung dan tak kulihat lagi kau, Anggi yang selalu duduk di
depan pintu musollah.

Sahabat, aku sungguh merindukan kalian. Cita-cita kita untuk meciptakan “MPS SHOW” semoga
lekas dikabulkan.
Dan..
Tetaplah menjadi sahabat dunia akhiratku.

Anda mungkin juga menyukai