Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK KI-2122

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN


KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Nama : Clarissa Olivia


NIM : 13011080
Kelompok : 4 (shift Rabu siang)
Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2012
Tanggal Laporan : 17 Oktober 2012
Asisten : Flo (10508061)

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2012

1
PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN
KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar karbonat dengan titrasi asam basa menggunakan
indikator visual
2. Menentukan kadar hidrogen karbonat dengan titrasi asam basa
menggunakan indikator visual

II. Teori Dasar


Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi diketahui agar tepat bereaksi
sempurna dengan sejumlah larutan yang akan dianalisis. Suatu zat yang akan
dianalisis disebut sebagai titran, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai titer. Baik titer maupun titran biasanya berupa
larutan. Titrasi asam basa merupakan metode analisis kuantitatif untuk
memantau keasaman atau kebasaan suatu larutan dan untuk menentukan
kadar zat yang bersifat asam atau basa, baik organik maupun anorganik.
Selain itu, titrasi asam basa juga berguna untuk menentukan kadar garam dari
asam atau basa lemah dengan standar basa atau asam kuat. Prinsip umum
dari titrasi adalah Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai
titer ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. Titer ditambahkan tetes demi tetes ke dalam
titran hingga mencapai keadaan ekuivalen (secara stoikiometri titran dan titer
tepat habis bereaksi), umunya ditandai dengan perubahan warna indikator.
Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan
penghentian titrasi dengan perubahan warna indikator disebut sebagai titik
akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya

2
melewati titik ekuivalen. Untuk membantu mengamati titik akhir titrasi asam
basa, dapat digunakan indikator tertentu yang berupa asam atau basa lemah
yang memiliki zat warna yang berbeda dalam bentuk asam atau basa dan
mempunyai nilai pKa di sekitar titik ekivalensi dari reaksi titrasi yang
diamati. Proses titrasi dihentikan, kemudian volume titer yang diperlukan
untuk menitrasi dicatat. Dengan menggunakan data volume titran, volume
dan konsentrasi titer maka konsentrasi titran dapat dihitung.
Asam karbonat merupakan asam diprotik, yang dapat membentuk garam
karbonat dan garam hidrogen karbonat. Dalam air, kedua garam ini bersifat
basa sehingga dapat dititrasi dengan asam kuat secara bertahap. Persamaan
reaksi yang terjadi antara asam garam karbonat dan garam hidrogen karbonat
dengan asam kuat adalah :

CO32- (aq) + H+ (aq) → HCO3- (aq) (1)

HCO32- (aq) + H+ (aq) → H2CO3 (aq) (2)

Kadar analit dapat dihitung berdasarkan rumus :

III. Cara Kerja


Pertama-tama, sejumlah 1.2841 gram standar kering natrium karbonat
(Na2CO3) ditimbang lalu dilarutkan dengan 250 mL aqua dm dalam labu takar
250 mL menjadi larutan baku primer Na2CO3. Kemudian 1.3 gram sampel
ditimbang dan dilarutkan dengan 100mL aqua dm dalam labu takar 100mL.
Larutan standar sekunder HCl 0,5M diencerkan lima kali dengan aqua dm dan
dimasukkan ke dalam buret.
Sebanyak 25 mL larutan baku Na2CO3 dipipet ke dalam labu erlemeyer
250 mL, kemudian ditambahkan 50 mL aqua dm dan tiga tetes indikator pp
hingga berwarna ungu. Larutan baku primer tersebut dititrasi dengan larutan
baku sekunder HCl hingga warna ungu indikator pp tepat hilang. Titrasi
segera dihentikan, skala buret dibaca dan data volume HCl yang digunakan

3
dicatat nilainya. Proses titrasi dilakukan duplo dan data volume HCl yang
digunakan dirata-ratakan.
Lalu, sebanyak 25 mL larutan sampel dipipet ke dalam labu erlemeyer
250 mL, kemudian ditambahkan 50 mL aqua dm dan tiga tetes indikator pp
hingga berwarna ungu. Larutan sampel tersebut dititrasi dengan larutan baku
sekunder HCl hingga warna ungu indikator pp tepat hilang. Titrasi segera
dihentikan, skala buret dibaca dan data volume HCl yang digunakan dicatat
nilainya. Kemudian, tiga tetes indikator metil jingga ditambahkan ke dalam
labu erlemeyer hingga larutan berubah warna menjadi kuning. Titrasi
dilanjutkan kembali hingga warna larutan tepat berubah menjadi jingga.
Titrasi segera dihentikan, skala buret dibaca dan data volume HCl yang
digunakan untuk proses kedua dicatat nilainya. Proses titrasi pertama dan
kedua dilakukan duplo, data volume HCl untuk proses pertama dan kedua
masing-masing dirata-ratakan.

IV. Data Pengamatan


Massa Na2CO3 : 1.2841 gram

Massa Sampel : 1.3 gram

Volume HCl :

Percobaan Percobaan Rata-


Titrasi Indikator Perubahan warna
1 2 rata

ungu – tidak
Na2CO3 10.60 ml 10.60 ml 10.60 ml PP
berwarna

Sampel 14.10 ml 14.10 ml 14.10 ml PP ungu – tidak

4
berwarna

metil
24.80 ml 24.70 ml 24.75 ml kuning - jingga
jingga

V. Pengolahan Data
 Pembakuan HCl oleh larutan baku primer Na2CO3:
- Penentuan jumlah mol larutan baku primer Na2CO3
Na2CO3

- Penentuan konsentrasi Na2CO3 yang dilarutkan dalam 250 mL aqua dm


Na2CO3
- Penentuan mol 25 mL larutan standar Na2CO3 (molaritas Na2CO3 konstan)
Na2CO3 Na2CO3 Na2CO3

- Pengenceran Na2CO3 dengan 50 mL air bebas mineral (mol konstan)

- Penentuan konsentrasi HCl pada titik ekivalen, dimana koefisien dan


HCl dalam reaksi adalah 1 : 1
Na2CO3
[Na2CO3] Na2CO3

 Melalui titrasi pembakuan, diperoleh konsentrasi HCl yaitu 0,1142844429


M.

CO32-

H+ Volum titrasi I

HCO3-

H+ Volum titrasi II

H2CO3 Volum titrasi II = Volum titrasi I + V x


5
 Penentuan kadar ion karbonat:
- Titrasi sampel dengan menggunakan indikator pp membutuhkan HCl
sebanyak 14.10 mL

Reaksi yang terjadi:


- Larutan sampel yang dititrasi adalah ¼ dari volume awal (100mL) maka,
terdapat faktor pengenceran yaitu 4
mol CO32- dalam sampel = mol x fp = 1.611410645 mmol x 4
= 6.44564258 mmol
CO32- CO32- CO32-
2-
2- 3
3

 Melalui titrasi sampel oleh HCl, diperoleh kadar karbonat sebesar


29.749% dalam sampel.
 Penentuan kadar ion hidrogen karbonat:
- Titrasi sampel dengan menggunakan metil jingga membutuhkan HCl
sebanyak 24.75 mL

Reaksi yang terjadi:


- Larutan sampel yang dititrasi adalah ¼ dari volume awal (100mL) maka,
terdapat faktor pengenceran yaitu 4
mol HCO3- dalam sampel = mol x fp = 1.217129317 mmol x 4
= 4.868517268 mmol
HCO3- HCO3- HCO3-

-
3
-
3

6
 Melalui titrasi sampel oleh HCl, diperoleh kadar hidrogen karbonat
sebesar 22.845% dalam sampel.

VI. Analisis dan Pembahasan


Larutan standar sekunder harus dibakukan dengan menitrasinya dengan
larutan standar primer atau larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya
secara pasti. Hal ini dilakukan karena larutan standar sekunder tidak dapat
dibuat dan ditentukan konsentrasinya dengan menimbang padatan dan
melarutkannya dalam pelarut, sehingga konsentrasi larutan standar sekunder
hanya dapat ditentukan melalui titrasi dengan larutan standar primer yang
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang dapat dibuat dan
ditentukan konsentrasi hanya dengan menimbang padatannya dan
melarutkannnya dalam sejumlah pelarut. Larutan standar primer memiliki
syarat sebagai berikut:
 Memiliki kemurnian 100%
 Bersifat stabil pada suhu kamar dan suhu pemanasan (pengeringan)
karena standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum ditimbang
 Mudah didapatkan
 Memiliki berat molekul (Mr) tinggi, untuk menghindari kesalahan
relatif pada saat menimbang
 Memenuhi syarat titrasi, yaitu:
 Reaksi antara titran dengan titer harus stoikiometri (reaksi
keduanya dapat ditulis dalam persamaan reaksi yang telah
diketahui pasti)
 Reaksi antara titran dan titer harus berlangsung dengan cepat, agar
proses titrasi cepat berlangsung dan titik ekivalen cepat diketahui
 Tidak ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan
titer.

7
 Adanya penanda perubahan keadaan saat reaksi sempurna antara
titran dengan titer terjadi (\sama-sama habis bereaksi), dapat berupa
perubahan warna larutan, arus listrik, dan sebagainya
 Kesetimbangan reaksi mengarah ke pembentukan produk sehingga
dapat diukur secara kuantitatif dengan menentukan titik akhir titrasi
Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah pp (phenophtalein)
dan metil jingga. Range pH kerja pp yaitu pada interval 8.0 – 9.6. Telah
dilakukan perhitungan sebelumnya, bahwa pH titik ekivalen karbonat berada
pada pH 8,3 yang masih berada di dalam rentang pH kerja fenolftalein. Oleh
karena itu, pada titrasi karbonat, digunakan indikator fenolftalein. Range pH
kerja metil jingga yaitu pada interval 3.1 –4.4. Telah dilakukan perhitungan
sebelumnya, bahwa pH titik ekivalen hidrogen karbonat berada pada pH 3.9
yang masih berada di dalam rentang pH kerja metil jingga. Oleh karena itu,
pada titrasi hidrogen karbonat, digunakan indikator fenolftalein.
Titik akhir titrasi adalah titik pada titrasi dimana reaksi telah berjalan
secara sempurna yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Sedangkan
titik ekivalen adalah titik dimana titran dan titer mencapai keadaan ekivalen
yaitu secara stoikiometri tepat habis bereaksi.
Reaksi yang terjadi dalam percobaan titrasi antara sampel dengan HCl:
(1)
(2) 10,36
pH TE karbonat → hidrogen karbonat:

pH TE karbonat → asam karbonat berada di kisaran pH indikator metil jingga


yaitu 3.1 – 4.4.

Air bebas mineral dapat dibuat dari air ledeng dengan melalui berbagai
proses, di antaranya destilasi bertingkat, deionisasi, osmosis balik, filtrasi
karbon, microporous filtration, ultrafiltrasi, oksidasi ultraviolet, atau dialisis.
Prinsipnya adalah dengan pemisahan air dari mineral-mineral yang
terkandung di dalamnya, bisa melalui pemisahan berdasarkan titik didih, resin
penukar ion pengikat mineral, dan sebagainya.

8
Air bebas CO2 dapat diperoleh dengan mengalirkan Ba(OH)2 yang akan
mengikat CO2 menjadi BaCO3 yang berwujud padat pada suhu ruangan dalam
mesin pompa vakum. Prinsip pembuatan air bebas CO2 adalah penambahan
suatu senyawa yang mampu bereaksi dengan CO2 dan membentuk suatu
senyawa yang terpisah dari air.
Reaksi yang terjadi:
Metode titrasi asam basa dapat dilakukan untuk kombinasi campuran
hasil ionisasi asam diprotik.
Pada titrasi ini, pratikan harus menggunakan air bebas mineral dan CO2
karena kandungan mineral dan CO2 dalam air dapat memperbesar galat hasil
percobaan akibat adanya reaksi air dengan CO2 menjadi H2CO3 yang
menyebabkan titrasi yang dilakukan menjadi tidak akurat lagi.
Dalam proses titrasi asam basa, hasil kadar yang diperoleh tidak akurat
100 % karena terdapat beberapa kesalahan dalam proses titrasi, antara lain:
ketidaktepatan pembacaan volume HCl pada buret, pengambilan larutan
sampel saat akan dititrasi, penimbangan sampel dan pembuatan larutan,
ketidakbersihan alat yang digunakan, dan sebagainya.

VII. Kesimpulan
 Titrasi asam basa dengan menggunakan indikator visual dapat digunakan
untuk menentukan kadar suatu zat di dalam suatu senyawa.

 Kadar CO32-dalam sampel: 29.479 %-massa

 Kadar HCO3 dalam sampel: 22.845 %-massa

VIII. Daftar Pustaka


G.D. Christian. 1986. Analytical Chemistry. 4th edition. John Wiley & Sons,
New York. page 586-587.
Harvey, David. 2000. Chemistry: Modern Analitycal Chemistry. International
Edition. page 278-308.

9
Skoog, Douglas A.et.al.1996. Fundamentals of Analytical Chemistry 5th
Edition, Orlando: Saunders College Publishing Page 382-388.

10

Anda mungkin juga menyukai