Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.

2, Desember 2018

Resiliensi Trauma dan Gejala Posttraumatic Stress


Disorder (PTSD) pada Dewasa Muda yang Pernah
Terpapar Kekerasan
Trauma Resilience and Posttraumatic Stress Disorder
(PTSD)Symptoms in Violence-Exposed Young Adults
Renada Gita Paramitha1, Chandradewi Kusristanti2
1,2
Fakultas Psikologi Universitas YARSI,
Jl. Letjend Soeprapto Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Indonesia

KATA KUNCI Trauma Resilience Scale (TRS), PTSD, Kekerasan, Dewasa muda
KEYWORDS Trauma Resilience Scale (TRS), PTSD, Violence, Young adults

ABSTRAK Individu dewasa awal yang pernah terpapar kekerasan berisiko


mengulangi kembali peristiwa kekerasan yang pernah mereka
alami atau saksikan, mereka juga berisiko mengalami trauma yang
berkembang menjadi PTSD (Posttraumatic Stress Disorder). Di sisi
lain, individu yang resilien mampu menjaga fungsi fisik dan
psikologisnya serta mampu beradaptasi secara positif setelah
terpapar peristiwa traumatis. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara gejala PTSD dengan resiliensi
terhadap trauma pada individu dewasa awal yang pernah terpapar
kekerasan. Karakteristik penelitian ini adalah individu dewasa awal
yang pernah terpapar kekerasan dan terindikasi mengalami gejala
PTSD. Dalam penelitian ini, alat ukur PTSD Checklist – Civilian
Version (α = 0.969) digunakan untuk mengukur gejala PTSD dan
alat ukur Trauma Resilience Scale (α = 0.974) digunakan untuk
mengukur resiliensi terhadap trauma. Pengujian menggunakan
Pearson Product Moment menemukan adanya korelasi signifikan
antara gejala PTSD dengan resiliensi terhadap trauma (p<0.01,
r=-.564) pada partisipan (n = 131). Hasil penelitian ini
menunjukkan pentingnya bagi institusi ataupun praktisi yang
berminat dalam pemulihan trauma untuk mulai mengembangkan
program intervensi yang berfokus pada peningkatan resiliensi
trauma bagi penyintas kekerasan.
ABSTRACT Young adults who’ve been exposed to violence risk repeating the
violence they have experienced or witness. They are also at risk of
experiencing trauma that develops into PTSD (Posttraumatic Stress
Disorder). On the other hand, resilient individuals are able to main-
tain their physical and psychological functions and are able to
adapt positively after exposure to traumatic events. This study aims

186
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

to investigate the relationship between PTSD symptoms and resili-


ence to trauma in young adults who have been exposed to violence.
Characteristics of participants were young adults who had been ex-
posed to violence and showed PTSD symptoms. In this study, PTSD
Checklist – Civilian Version was used to measure PTSD symptoms
and Trauma Resilience Scale was used to measure trauma resili-
ence. Using Pearson Product Moment, it showed a significant cor-
relation between PTSD symptoms and trauma resilience (p<0.01, r
= -. 564) in participants (n = 131). Results of this study indicate the
importance of institutions or practitioners interested in trauma re-
covery to begin developing intervention programs that focus on in-
creasing trauma resilience for violence survivors.

PENDAHULUAN
Peristiwa traumatis merupakan Abell (2010) menyatakan bahwa indi-
peristiwa yang luar biasa, bukan karena vidu yang menyaksikan ataupun men-
sesuatu yang jarang terjadi, namun galami langsung suatu peristiwa kekera-
terkait dengan korban yang harus san akan mengalami efek traumatis
melakukan adaptasi tidak biasa terhadap yang relatif sama.
kehidupannya (Herman & Harvey, Di usia dewasa awal, individu
1997). Kekerasan merupakan salah satu yang pernah menyaksikan atau
bentuk peristiwa traumatis (Cortina & mengalami langsung peristiwa
Kubiak, 2006). Di Indonesia, jumlah kekerasan mengalami banyak efek
kasus kekerasan terus meningkat setiap negatif dari peristiwa tersebut. Mereka
tahunnya. Kasus kekerasan yang terjadi dapat mengalami kesulitan dalam
tersebut bervariasi, mulai dari kekerasan menjalin relasi romantis (Finkelhor &
personal (misalnya kekerasan dalam Browne, 1985), menampilkan perilaku
rumah tangga dan kekerasan dalam berisiko seperti merokok, minum
pacaran), kekerasan komunitas minuman keras, menggunakan obat-
(misalnya perkosaan dan pencabulan), obatan terlarang, hingga mengalami
ataupun kekerasan berbasis gender stres (Papalia & Feldman, 2014),
(Putra, 2017). Menurut APA (American melakukan kekerasan terhadap
Psychological Association), kekerasan pasangannya ataupun diperlakukan
didefinisikan sebagai bentuk ekstrim secara kasar oleh pasangannya
dari agresi, yang berwujud (Ehrensaft, Cohen, Brown, Smailes,
penyerangan, pemerkosaan, ataupun Chen, & Johnson, 2003). Efek lainnya
pembunuhan (apa.org, 2000). dari peristiwa kekerasan yang terjadi
Margolin dan Gordis (2004) adalah trauma yang dialami individu (de
membagi jenis kekerasan menjadi fami- Zulueta, 2007).
ly violence dan community violence. Kekerasan berada di luar
Family violence merupakan kekerasan keinginan korbannya dan membuat
yang dilakukan oleh orang terdekat, mereka harus mengalami penderitaan
seperti oleh keluarga, sedangkan com- yang mendalam, sehingga peristiwa
munity violence merupakan kekerasan kekerasan dikatakan sebagai peristiwa
yang dilakukan oleh orang di luar traumatis (Norris, 1992). Jenis dan ting-
keluarga atau orang yang tidak dikenal. kat keterpaparan terhadap peristiwa
Terkait dampak kekerasan, Madsen dan traumatis dapat menjadi salah satu

187
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

faktor kerentanan individu terhadap tu individu untuk dapat berfungsi kem-


berkembangnya PTSD (Posttraumatic bali setelah mengalami peristiwa atau
Stress Disorder) (Cusack, Falsetti, & de kejadian traumatis. Kemampuan untuk
Arellano, 2003; Pimlott-Kubiak & menemukan hubungan yang men-
Cortina, 2003; Saxe & Wolfe, 1999; dukung di luar keluarga dan harga diri
Wolfe & Kimerling, 1997; dalam (Valentine & Feinauer, 1993), gender
Cortina & Pimlott-Kubiak, 2006). Nor- (Banyard & Cantor, 2004), dan jumlah
ris (1992) menemukan individu dewasa paparan terhadap peristiwa traumatis
awal yang pernah terpapar kekerasan (Ungar, 2013) merupakan faktor-faktor
memiliki gejala PTSD (Post Traumatic yang dapat mempengaruhi resiliensi
Stress Disorder) yang paling tinggi individu dalam menyikapi suatu peri-
dibandingkan dengan individu pada stiwa traumatis, termasuk kekerasan.
tahap usia dewasa lainnya. Gejala Berdasarkan tinjauan literatur
PTSD didefinisikan sebagai munculnya yang peneliti lakukan, belum banyak
gangguan pada individu sebagai reaksi penelitian yang menginvestigasi tentang
alamiah individu yang melihat, atau resiliensi trauma dan gejala PTSD pada
mengalami langsung suatu peristiwa konteks kekerasan, baik sebagai
traumatis (APA, 1994; Stamm, 1999; penyintas ataupun saksi peristiwa suatu
Javidi & Yadollahie, 2012). Gejala kekerasan. Penelitian sebelumnya
PTSD tersebut dipengaruhi oleh be- terkait dengan gejala PTSD dan resili-
berapa faktor, seperti usia keterpaparan ensi yang dilakukan oleh Connor (2003)
individu (Brailey, Vasterling, Proctor, tidak spesifik dilakukan terhadap subjek
Constans, & Friedman, 2007), treatment berupa individu dewasa awal yang
yang dijalani (Hoge, Eloise, Austin, pernah terpapar kekerasan sebagai sam-
Mark, & Pollack, 2007), pendidikan pel. Meski demikian, penelitian tersebut
(Engelhard, Hout, & Schouten, 2006) mengungkapkan tingkat resiliensi
dan gender (Johnson & Thompson, berhubungan negatif secara signifikan
2008). dengan gejala PTSD yang dimiliki indi-
Walaupun peristiwa traumatis vidu. Penelitian yang dilakukan oleh
seperti kekerasan dapat meningkatkan Blain, Galovski, Elwood, dan Meriac
resiko individu untuk mengalami (2013) terkait gejala PTSD pada
gangguan kejiwaan seperti PTSD, penyintas kekerasan seksual
nyatanya penelitian-penelitian yang ada mengungkapkan tentang reaksi emo-
menemukan bahwa banyak individu sional penyintas yang dapat
yang dapat beradaptasi secara positif mempengaruhi gejala PTSD yang di-
meskipun mereka pernah terpapar peri- alami. Penelitian tersebut mengungkap-
stiwa traumatis. Penelitian Alim, dkk kan bahwa reaksi emosional yang
(2008) menemukan beberapa individu negatif, seperti rasa bersalah, rasa malu,
yang pernah terpapar peristiwa trauma- keputusasaan, kemarahan, dan kesedi-
tis tidak mengalami PTSD seumur han berkaitan dengan reaksi menya-
hidupnya. Proses yang dinamis dimana lahkan diri sendiri yang pada akhirnya
individu dapat menampilkan adaptasi dapat menyebabkan tingkat gejala
positif meski mengalami kesulitan atau PTSD pada individu meningkat.
trauma yang signifikan disebut sebagai Mengacu pada meningkatnya
resiliensi (Luthar, Cicchetti, & Becker, angka kekerasan saat ini dan risiko bagi
2000). Oleh Madsen dan Abell (2010), individu dewasa awal untuk mengalami
resiliensi trauma dikonseptualisasikan kembali peristiwa kekerasan yang
sebagai suatu fenomena yang memban- pernah mereka alami atau saksikan,

188
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

baik sebagai korban ataupun pelaku, ensi trauma, maka hasil ini diharapkan
maka penelitian ini bertujuan untuk dapat menjadi dasar bagi para praktisi
menganalisis hubungan antara gejala maupun institusi terkait untuk
PTSD dengan resiliensi terhadap trauma merancang suatu program yang dapat
pada individu dewasa awal yang pernah meningkatkan kesadaran masyarakat
terpapar kekerasan. Jika penelitian ini mengenai pentingnya melakukan tinda-
membuktikan bahwa gejala PTSD kan preventif serta penanganan terhadap
berhubungan signifikan dengan resili- peristiwa kekerasan di Indonesia.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk olah menggunakan teknik Kolmogorov-
menganalisis hubungan antara gejala Smirnov guna mengetahui distribusi da-
PTSD dan resiliensi terhadap trauma ta penelitian. Jika data penelitian terdis-
pada individu dewasa awal yang pernah tribusi normal (p > 0.05), maka peneliti
terpapar kekerasan. Dengan demikian, akan melakukan uji korelasi parametrik
karakteristik partisipan ini adalah indi- menggunakan Pearson Product Mo-
vidu berusia 20 hingga 40 tahun yang ment. Sebaliknya, apabila data
pernah mengalami ataupun menyaksi- penelitian tidak terdistribusi normal (p <
kan peristiwa kekerasan. Karakteristik 0.05), maka peneliti akan melakukan
lainnya adalah partisipan harus terindi- pengujian korelasi dengan
kasi gejala PTSD, yang dilihat dari skor menggunakan Spearman’s Rank.
≥ 50 pada alat ukur PTSD Checklist- Selain alat ukur PCL-C dan
Civilian Version. Dengan menggunakan TRS, untuk memperkaya hasil
metode purposive sampling, partisipan penelitian, peneliti juga menyusun
dalam penelitian ini berjumlah 131 kuesioner riwayat kekerasan yang ber-
orang. tujuan untuk menggali tentang gam-
Penelitian ini menggunakan dua baran peristiwa kekerasan yang
kuesioner. Gejala PTSD diukur partisipan alami atau saksikan.
menggunakan alat ukur PTSD Check- Kuesioner tersebut disusun peneliti
list-Civilian Version (PCL-C) yang dengan mengacu pada literatur
disusun oleh Weathers, Litz, Huska, dan mengenai kekerasan. Margolin dan
Keane (1993), sedangkan resiliensi ter- Gordis (2004) mengungkapkan bahwa
hadap trauma diukur menggunakan alat bahwa dampak yang individu rasakan
ukur Trauma Resilience Scale (TRS) setelah peristiwa kekerasan tergantung
yang disusun oleh Madsen dan Abell pada waktu, jenis, dan keparahan papa-
(2010). Setelah dilakukan uji coba ter- ran kekerasan tersebut. Kemudian, Un-
hadap 41 orang sampel yang sesuai gar (2013) memaparkan bahwa berbagai
dengan kriteria penelitian, ditemukan faktor yang ada di lingkungan individu
bahwa kedua alat ukur tersebut reliabel dapat mempengaruhi resiliensi individu.
untuk digunakan (α > 0.6). Hasil ana- Dengan demikian, peneliti menyusun
lisis aitem untuk seluruh aitem pada aitem pada kuesioner riwayat kekerasan
kedua alat ukur tersebut juga menun- dengan pertanyaan berupa pendidikan
jukkan bahwa aitem-aitem pada alat dan gender partisipan; jenis dan durasi
ukur tersebut valid untuk digunakan kekerasan; dan lain sebagainya. Selan-
(skor corrected item-total correlation jutnya, data yang diperoleh dari
berada pada rentang 0.281 - 0.918). kuesioner riwayat kekerasan ini akan
Data yang didapatkan dari kedua dimanfaatkan sebagai analisis tambahan
alat ukur tersebut kemudian peneliti dalam penelitian ini. Analisis tambahan

189
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

terhadap data demografi menggunakan Way ANOVA.


Independent Sample T-Test dan One-

ANALISIS DAN HASIL


Hasil perhitungan korelasi yang (p<0.01, r=-.564**). Dengan kata lain,
dilakukan menggunakan Pearson Prod- hipotesis utama penelitian ini diterima.
uct Moment menunjukkan adanya Hasil uji korelasi tersebut ditunjukkan
korelasi signifikan antara gejala PTSD dalam Tabel 1 di bawah ini:
dengan resiliensi terhadap trauma

Tabel 1. Hasil Analisis Utama


Gejala PTSD
Koefisien korelasi -0.564**
Resiliensi Trauma
Signifikansi 0.000
**p<0.01

Selanjutnya, peneliti melakukan resiliensi terhadap trauma, ditemukan


uji analisis tambahan dengan me- adanya perbedaan skor yang signifikan
manfaatkan data demografi partisipan. (p < 0.05) jika ditinjau dari pengalaman
Analisis tambahan pada variabel demo- terpapar kekerasan dan
grafi berdasarkan data pada kuesioner keberlangsungan kekerasan. Hasil uji
riwayat kekerasan menunjukkan adanya beda tersebut dapat dilihat pada Tabel 2
perbedaan skor yang signifikan (p < di bawah ini:
0.05) pada gejala PTSD partisipan
berdasarkan pengalaman kekerasan dan
keberlangsungan kekerasan. Pada

Tabel 2. Hasil Analisis Tambahan


Resiliensi
Data Demografi Gejala PTSD
Trauma
Jenis kelamin .339 .319
Pendidikan .110 .590
Pengalaman kekerasan .000** .000**
Usia terpapar kekerasan .392 .442
Frekuensi terpapar kekerasan .986 .338
Durasi terjadinya (tahun) .724 .274
Keberlangsungan kekerasan .005** .007**
Treatment .632 .164
**p<0.01

Selanjutnya, uji statistik lanjutan p > .001 dibandingkan dengan


menggunakan post-hoc Tukey partisipan yang pernah mengalami
menunjukkan bahwa rata-rata gejala langsung (M = 67.38, SD = 6.614), F
PTSD secara signifikan lebih rendah (6.605) = 8.248, p < .001 ataupun
pada partisipan yang pernah pernah mengalami dan menyaksikan (M
menyaksikan peristiwa kekerasan, (M = = 63.96, SD = 6.403), F (3.181) =
60.77, SD = 5.812), F (3.424) = 8.248, 8.248, > .001. Sementara itu, uji

190
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

statistik menggunakan t-test 8.473, p > .001 dibandingkan partisipan


menunjukkan bahwa partisipan yang yang menyaksikan (M = 204.13, SD =
hingga saat pengisian kuesioner 48.537), F (46.508) = 8.473, p < .001
penelitian masih terpapar kekerasan ataupun pernah mengalami maupun
menunjukkan gejala PTSD yang lebih menyaksikan peristiwa kekerasan (M =
tinggi dibandingkan dengan partisipan 177.07, SD = 42.553), F (27.061) =
yang saat itu sudah tidak terpapar 8.473, p > .001. Sementara itu, uji
kekerasan, t (2.873) = 2,873, p >.001. statistik menggunakan t-test
Pada variabel resiliensi terhadap menemukan bahwa partisipan yang saat
trauma, hasil uji statistik menggunakan pengisian kuesioner sudah tidak lagi
post-hoc Tukey menunjukkan bahwa terpapar kekerasan memiliki skor yang
rata-rata resiliensi terhadap trauma lebih tinggi pada variabel resiliensi
secara signifikan ditemukan lebih trauma dibandingkan partisipan yang
rendah pada partisipan yang mengalami saat itu masih terpapar kekerasan, t
langsung peristiwa kekerasan (M = (2.964) = 2.731, p >.001.
157.62, SD = 41.394), F (19.446) =

DISKUSI
Penelitian ini mengimplikasikan bahwa pada individu (Javidi & Yadollahie,
semakin minim gejala PTSD yang 2012). Gejala PTSD yang tinggi dapat
dimiliki partisipan, maka ia semakin mengakibatkan individu mengalami
mampu resilien terhadap trauma, dan gangguan stres pasca trauma, tingkat
sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan intrusi dan penghindaran yang tinggi,
dengan hasil penelitian sebelumnya serta gejala depresi atau kecemasan
yang dilakukan oleh Connor, dkk (Brewin, Andrews, & Valentine, 2000).
(2003), yang menemukan bahwa tingkat Namun, seiring dengan resiliensi
resiliensi berhubungan negatif secara terhadap trauma yang meningkat, maka
signifikan dengan tingkat keparahan tingkat gejala PTSD yang dapat
gejala PTSD. Selain itu, Bonanno menyebabkan individu mengalami
(2004) juga menemukan bahwa gangguan kejiwaan menjadi menurun.
individu yang resilien lebih mampu Pada penelitian ini, peneliti
untuk mempertahankan tingkat fungsi menggambarkan faktor-faktor yang
fisik dan psikologis yang relatif sehat mungkin mempengaruhi dampak dari
dan stabil setelah adanya pengalaman peristiwa kekerasan pada partisipan.
traumatis. Dengan demikian, semakin Hasil uji statistik terhadap data
tinggi resiliensi trauma yang dimiliki demografi dan kuesioner riwayat
individu berkaitan dengan minimnya kekerasan penelitian menunjukkan
gejala PTSD yang dimiliki individu. bahwa partisipan yang pernah
Hasil penelitian ini juga sejalan mengalami langsung peristiwa
dengan hasil penelitian Campbell-Sills, kekerasan memiliki gejala PTSD yang
dkk (2006) yang menemukan bahwa lebih tinggi dibandingkan partisipan
individu dengan tingkat resiliensi yang yang hanya menyaksikan peristiwa
tinggi memiliki gejala gangguan kekerasan. Hasil ini sejalan dengan
kejiwaan yang lebih sedikit temuan Spilsbury, dkk (2007) bahwa
dibandingkan individu dengan tingkat individu yang mengalami atau menjadi
resiliensi yang rendah. Tingkat gejala korban langsung dari peristiwa
PTSD itu sendiri berhubungan kuat kekerasan memiliki tingkat trauma yang
dengan gangguan kejiwaan lainnya terus meningkat, dibandingkan dengan

191
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

individu yang hanya menyaksikan langsung dari peristiwa kekerasan.


peristiwa kekerasan. Spilsbury, dkk Individu mempersepsikan bahwa
(2007) menemukan bahwa individu mengalami peristiwa kekerasan atau
yang mengalami langsung peristiwa mengalami dan menyaksikannya
kekerasan memiliki persepsi dan sekaligus lebih negatif dibandingkan
ketakutan bahwa kekerasan yang pernah hanya menyaksikan peristiwa kekerasan
mereka alami akan terjadi kembali. (McClosky dkk, 1995; dalam Edleson,
Hasil lain penelitian ini adalah 1999). Hal tersebut dapat menjelaskan
partisipan yang masih terpapar temuan penelitian ini bahwa partisipan
kekerasan memiliki gejala PTSD yang yang memiliki pengalaman
lebih tinggi dibandingkan dengan menyaksikan peristiwa traumatis
partisipan yang sudah tidak lagi memiliki resiliensi yang lebih tinggi
terpapar kekerasan. Pada penelitian dibandingkan dengan individu yang
sebelumnya, Ferrada-Noli, Asberg, dan mengalami langsung suatu peristiwa
Ormstad (1998) menemukan individu traumatis berupa kekerasan.
yang masih terpapar kekerasan Kemampuan penelitian ini da-
mengalami trauma yang beberapa di lam mengungkapkan faktor-faktor yang
antaranya terwujud dalam keinginan dapat mempengaruhi gejala PTSD dan
bunuh diri, mimpi buruk, mengurangi resiliensi terhadap trauma melalui uji
atau mengabaikan kontak sosial, dan statistik terhadap data demografi se-
merasa pesimis tentang masa depan. bagai analisis tambahan merupakan sa-
Tingkat trauma yang tinggi dapat lah satu kelebihan penelitian ini. Selain
menjadi faktor utama yang itu, karakteristik sampel dalam
mempengaruhi pengembangan PTSD penelitian ini yang spesifik kepada indi-
(Frans, Rimmo, Aberg, & Fredrikson, vidu yang pernah terpapar peristiwa
2005). Intensitas dan frekuensi trauma traumatis berupa kekerasan juga meru-
yang terus menerus dapat memberikan pakan kekuatan penelitian ini, karena
kontribusi terhadap pengembangan belum banyak penelitian di bidang
PTSD individu (Frans, dkk., 2005). psikologi terkait kasus kekerasan di In-
Oleh karena itu, partisipan yang masih donesia. Di sisi lain, terdapat sejumlah
terpapar kekerasan memiliki gejala kelemahan dalam penelitian ini. Dengan
PTSD yang terus meningkat daripada pertimbangan jumlah aitem, penelitian
partisipan yang sudah tidak terpapar ini tidak mengukur faktor-faktor lain
kekerasan. yang diduga berhubungan dengan resil-
Resiliensi ditemukan beragam iensi trauma ataupun gejala PTSD pada
pada masing-masing individu dalam partisipan, seperti locus of control,
satu populasi karena adanya variasi atribusi sosial, ataupun social learning.
individu, konteks, dan budaya (Ungar, Selain itu, penelitian ini juga tidak spe-
2013). Dalam penelitian ini ditemukan sifik meneliti dalam konteks salah satu
bahwa partisipan yang pernah jenis kekerasan, sehingga hasil
menyaksikan peristiwa kekerasan penelitian ini tidak dapat mengungkap
memiliki resiliensi trauma yang lebih dinamika pada populasi spesifik terkait
tinggi dibandingkan dengan partisipan jenis kekerasan yang dialami atau di-
yang mengalami atau menjadi korban saksikan.

KESIMPULAN
Hasil utama penelitian ini negatif yang signifikan antara gejala
mengimplikasikan adanya hubungan PTSD dengan resiliensi terhadap trauma

192
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

pada individu dewasa awal yang pernah ini menunjukkan bahwa terdapat perbe-
terpapar kekerasan. Semakin minim daan yang signifikan pada gejala PTSD
gejala PTSD yang dimiliki partisipan, maupun resiliensi trauma partisipan jika
maka ia semakin mampu resilien ter- ditinjau dari pengalaman kekerasan dan
hadap trauma, dan sebaliknya. Selanjut- keberlangsungan kekerasan yang diala-
nya, analisis tambahan dari penelitian mi ataupun disaksikan partisipan.

SARAN
Mengacu pada hasil utama penelitian spesifik. Sebagai contoh, berdasarkan
ini, yang mengungkapkan hubungan literatur yang ada, kekerasan seksual
negatif yang signifikan antara gejala memiliki dampak yang paling besar
PTSD dengan resiliensi terhadap dibandingkan dengan jenis kekerasan
trauma, maka bagi para praktisi atau lainnya. Oleh karena itu, untuk
institusi yang berminat di bidang penelitian selanjutnya, peneliti berharap
pemulihan penyintas kekerasan dapat karakteristik sampel dapat menjadi
merancang suatu kegiatan yang lebih spesifik pada konteks salah satu
bertujuan untuk meningkatkan resiliensi jenis kekerasan, misalnya kekerasan
terhadap trauma pada penyintas seksual. Penelitian selanjutnya juga
kekerasan sebagai upaya proteksi diharapkan dapat meneliti variabel-
terhadap pengembangan gejala PTSD. variabel lain yang tidak dijelaskan oleh
Salah satu kelemahan penelitian ini penelitian ini, seperti variabel locus of
adalah penelitian ini tidak spesifik control dan atribusi sosial untuk men-
menginvestigasi dalam konteks jenis jelaskan resiliensi trauma secara lebih
kekerasan tertentu, sehingga hasil komprehensif ataupun variabel social
penelitian ini tidak dapat mengungkap learning untuk lebih menggambarkan
dinamika suatu kekerasan secara gejala PTSD partisipan.

DAFTAR PUSTAKA

Alim, T. N., Feder, A., dkk. (2008). American Psychological Association.


Trauma, resilience, and recovery Violence. Diperoleh pada 10
in a high-risk african-american Februari 2018 dari
population. The American Jour- http://www.apa.org/topics/viole
nal of Psychiatry, 165(12). nce/index.aspx
Diperoleh pada 10 Februari Banyard, V. L. & Cantor, E. N. (2004).
2018 dari Adjustment to college among
https://ajp.psychiatryonline.org/ trauma survivors: An
doi/abs/10.1176/appi.ajp.2008.0 exploratory study of resilience.
7121939 Journal of College Student
Development, 45, 207 – 221.
American Psychiatric Association.
(2013). Diagnostic And Statisti- Blain, L. M., Galovski, T. E., Elwood,
cal Manual of Mental Disorder L. S., & Meriac, J. P. (2013).
Edition “DSM 5”. Washington How does the posttraumatic
DC: American Psychiatric Pub- cognitions inventory fit in a
lishing. Washington DC. four-factor posttraumatic stress
disorder world? An initial analy-

193
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

sis. Psychological Trauma: The- Brewin, C. R., Andrews, B., &


ory, Research, Practice, and Pol- Valentine, J. D. (2000). Meta-
icy, 5 (6), 513 – 520. How does analysis of risk factors for
the posttraumatic cognitions in- posttraumatic stress disorder in
ventory fit in a four-factor post- trauma-exposed adults. Journal
traumatic stress disorder world? of Consulting and Clinical
An initial analysis. Psychologi- Psychology, 68, 748 – 766.
cal Trauma: Theory, Research, Campbell-Sills, L., Cohan, S. L., &
Practice, and Policy, 5(6), 513- Stein, M. B. (2006). Relation-
520. ship of resilience to personality,
http://dx.doi.org/10.1037/a0030 coping, and psychiatric symp-
251 toms in young adults. Behaviour
Bonanno, G. A., Papa, A., Lalande, K., Research and Therapy, 44(4)
Westphal, M., & Coifman, K. Connor, K. M. (2006). Assessment of
(2004). The importance of being resilience in the aftermath of
flexible: the ability to both en- trauma. Journal of Clinical Psy-
hance and suppress emotional chiatry, 67(2), 46-49
expression predicts long-term
adjustment. Psychological Sci- Connor, K. M., Sutherland, S. M.,
ence, 15(7), 482-487. Diperoleh Tupler, L. A., Malik, M. L., &
pada 10 Februari 2018 dari Davidson, J. R. (1999). Fluoxe-
http://journals.sagepub. tine in post-traumatic stress dis-
com/doi/abs/10.1111/j.0956- order: randomised, double-blind
7976.2004.00705.x study. The British Journal of
Psychiatry, 175(1), 17-22.
Bonanno, G. A. (2004). Loss, trauma,
and human resilience: have we Cortina, L. M., & Kubiak, S. P. (2006).
underestimated the human ca- Gender and posttraumatic stress:
pacity to thrive after extremely sexual violence as an explana-
aversive events? American Psy- tion for women's increased
chologist, 59, 20–22. risk. Journal of Abnormal Psy-
chology, 11(4). Diperoleh pada
Bonanno, G. A., & Mancini, A. D. 10 Februari 2018 dari
(2012). Beyond resilience and http://psycnet.apa.org/record/20
PTSD: mapping the heterogenei- 06-20696-010\
ty of responses to potential
trauma. Psychological Trauma: De Zulueta, F. (2007). From Pain to
Theory, Research, Practice, and Violence: The Traumatic Roots
Policy, Vol. 4, No. 1. of Destructiveness (2nd ed.).
New Jersey: Wiley.
Brailey, K., Vasterling, J. J., Proctor, S.
P., Constans, J.I., Friedman, M. Edleson, J. L. (1999). Children’s wit-
J. (2007). PTSD symptoms, life nessing of adult domestic vio-
events, and unit cohesion in u.s. lence. Journal of Interpersonal
soldiers: baseline findings from Violence, 14.
the neurocognition deployment Ehrensaft, M. K., Cohen, P., Brown, J.,
health study. Journal of Trau- Smailes, E., Chen, H. &
matic Stress, 20(4). Johnson, J. G. (2003).
Intergenerational transmission
of partner violence: A 20-year

194
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

prospective study. Journal of trauma: A naturalistic clinical


Consulting and Clinical study. Journal of Traumatic
Psychology, 71 (4), 741 – 753. Stress, 10, 557 – 571.
Engelhard, M., Hout, M., & Schouten, Hoge, E. A., Eloise, D., Austin, E. D.,
E.G.W. (2006). Neuroticism and Mark, H., & Pollack, M. D.
low educational level predict the (2007). Resilience: research evi-
risk of posttraumatic stress dis- dence and conceptual considera-
order in women after miscar- tions for posttraumatic stress
riage or stillbirth. General disorder. Depression and Anxie-
Hospital Psychiatry, 28(5), 414- ty, 24.
417. Diakses pada 11 Februari Javidi, H., & Yadollahie, M. (2012).
2018 dari Posttraumatic stress disorder
https://www.sciencedirect.com/s (review). The International
cience/article/pii/S01638343060 Journal of Occupational and
01253 Environmental Medicine, 3(1),
Ferrada-Noli, M., Asberg, M., Ormstad, 2-9.
K., Lundin, T., & Sundbom, E. Johnson, H., & Thompson, A. (2007).
(1998). Suicidal behavior after The development and mainte-
severe trauma. part 1: ptsd diag- nance of post-traumatic stress
noses, psychiatric comorbidity, disorder (PTSD) in civilian adult
and assessments of suicidal be- survivors of war trauma and tor-
havior. Journal of Traumatic ture: review. Clinical Psycholo-
Stress, 11(1), 103-111. gy Review, 28, 36-47.
Ferrada-Noli, M., Asberg, M., Ormstad, Madsen, M. D., & Abell, N. (2010).
K., Lundin, T., & Sundbom, E. Trauma resilience scale: valida-
(1998). Suicidal behavior after tion of protective factors associ-
severe trauma. part 2: the asso- ated with adaptation following
ciation between methods of tor- violence. Research on Social
ture and of suicidal ideation in Work Practice, 20(2), 223-233.
posttraumatic stress disorder.
Journal of Traumatic Stress, Margolin, G., & Gordis, E. B. (2015).
11(1), 113-124. Children’s exposure to violence
in the family and community.
Finkelhor, D. & Browne, A. (1985). American Psychological Society,
The traumatic impact of child 13(4), 152-155.
sexual abuse: A
conceptualization. American Margolin, G., & Gordis, E.B. (2003).
Journal of Orthopsychiatry, 55, Co-occurrence between marital
530 – 541. aggression and parents’ child
abuse potential: The impact of
Frans, O., Rimmo, P. A., Aberg, L., & cumulative stress. Journal of Vi-
Fredrikson, M. (2005). Trauma olence and Victims, 18.
exposure and post-traumatic
stress disorder in the general Norris, F. H. (1992). Epidemiology of
population. Acta Psychiatrica trauma: Frequency and impact
Scandinavica, 111(4), 291-299. of different potentially traumatic
events on different demographic
Herman, J.L. & Harvey, M. R. (1997). groups. Journal of Consulting
Adult memories of childhood

195
Jurnal Psikogenesis, Volume 6, No.2, Desember 2018

and Clinical Psychology, 60, Creeden, R., Flannery, D. J. &


409 – 418. Friedman, S. (2007). Clinically
Luthar S. S., Cicchetti, D., & Becker, B. significant trauma symptoms
(2000). The construct of resili- and behavioral problems in a
ence: a critical evaluation and community-based sample of
guidelines for future work. children exposed to domestic
Journal of Child Development, violence. Journal of Family Vio-
7(3). Diperoleh pada 10 Februari lence, 22 (6), 487 – 499.
2018 dari Ungar, M. (2013). Resilience, trauma,
http://onlinelibrary.wiley.com/g context, and culture. Trauma,
etIdenti- Violence, & Abuse, 14 (3), 254 –
tyKey?redirectTo=http%3A%2F 266.
%2Fonlinelibrary.wiley.com Valentine, L. & Feinauer, L. L. (1993).
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. Resilience factors associated
(2014). Menyelami with female survivors of child-
Perkembangan Manusia Edisi 2. hood sexual abuse. The Ameri-
Jakarta Selatan: McGraw-Hill can Journal of Family Therapy,
Education dan Salemba Empat. 21(3).
Putra, L. M. (2017). 2016, Ada 259.150 Weathers, F. W., Litz, B. T., Herman,
Kasus Kekerasan Terhadap D.S., Huska, J. A. & Keane, T.
Perempuan. Diakses pada 12 M. (1993). The PTSD checklist:
Februari 2018 dari Reliability, validity, and
https://nasional.kompas.com/rea diagnostic utility. Annual
d/2017/03/07/19240821/2016.ad Convention of the International
a.259.150.kasus.kekerasan.terha Society for Traumatic Stress
dap.perempuan Studies, 462.
Spilsbury, J.C., Belliston, L., Drotar, D.,
Drinkard, A., Kretschmar, J.,

196

Anda mungkin juga menyukai