Anda di halaman 1dari 9

Volume 10, Nomor 1, April 2021 http://doi.org/10.

21009/JPPP

GAMBARAN POST-TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD) PADA


PENYINTAS BANJIR

Ernita Zakiah* Irma Rosalinda* Mauna*

*Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta

DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.101.06

Alamat Korespondensi:
ernitazakiah@unj.ac.id

ABSTRACT
This study aims to look at the description of post traumatic stress disorder (PTSD) in flood survivors. PCL-C was
used as an instrument to measure post traumatic stress disorder. This study used the PCL-C scale from Weathers
and was developed by Solichah. Data analysis was performed used descriptive analysis techniques with the help of
SPSS version 22. Based on the results of the analysis, it was found that subjects who experienced symptoms of post-
traumatic stress disorder (PTSD) who were in the high category were 24.6%, 61.5% moderate, and low 13,8%. The
implication of this study stated that individuals who have symptoms of PTSD after experiencing natural disaster
need professional treatment to reduce their symptoms. Intervention is needed to make the individuals can overcome
their obstacles and function better.

Keywords
post-traumatic stress disorder (ptsd), flood survivors

1. Pendahuluan traumatic stress disorder (PTSD). Sadeghi &


Indonesia sering mengalami bencana alam, Ahmadi (dalam Petrucci, 2012) menjelaskan
bencana besar banyak terjadi di Indonesia ada tiga tahapan kondisi mental penyintas
diantaranya bencana Tsunami yang terjadi di setelah mengalami kejadian traumatik, tahapan
aceh, letusan gunung merapi di Jogjakarta, pertama mengelami gejala-gejala kesedihan
gempa bumi di Bantul, Tanah longsor di yang disertai dengan stres, tahapan kedua
Banjarnegara, likuivaksi di Palu, dan lain mengalami simtom stres maladaptif, dan
sebagainya. Bencana yang terjadi sering kali tahapan terakhir merupakan dampak jangka
memberikan dampak psikologis kepada panjang, terkadang munculnya gejala post-
penyintas/survivor seperti trauma, stress, traumatic stress disorder (PTSD) dan dampak
maupun gejala psikologis lainnya. Hal ini terburuknya mengalami perubahan
terjadi karena mereka kehilangan orang yang kepribadian. Selanjutnya Guterman (2005)
dicintai, kehilangan harta benda, barang menjelaskan ada beberapa simtom yang
berharga, kehilangan lahan pekerjaan, dan dialami oleh penyintas setelah mengalami
lainnya. bencana seperti gangguan stres akut, post-
Bencana menyebabkan dampak traumatic stress disorder (PTSD), depresi, dan
psikologis bagi penyintas mulai dari gejala kecemasan umum. Kemudian hal ini juga
ringan bahkan ada yang mengalami post- diperkuat oleh Haqqi (2006) yang
memaparkan bahwa penyintas bencana

_________________________________________________________
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 10, No. 1, April 2021

42
Ernita Zakiah Gambaran Post-Traumatis Stress Disorder
Irma Rosalinda (PTSD) Pada Penyintas Banjir
Mauna
menunjukkan gejala stres akut, post-traumatic (Kulatunga & Wedawatta, 2014) penelitian
stress disorder (PTSD) yang sering juga yang dilakukan pada 200 penyintas banjir
comorbid dengan depresi. 62,5% menunjukkan gejala PTSD. Penelitian
Penelitian lain dilakukan oleh Kousky terhadap penyintas tsunami dilakukan oleh Raj
(2016), subjek penelitian ini anak-anak & Subramony (2008), penelitian dilakukan di
penyintas bencana, dari hasil penelitian ini tahun 2004 pada 134 remaja penyintas tsunami
ditemukan bahwa mereka juga menunjukkan di Nagapattinam, India, menemukan bahwa
dampak psikologis dari bencana yang dialami, penyintas mengalami gejala stres, avoidance,
gejala yang dialami post-traumatic stress dan PTSD. Dari beberapa penelitian diatas
disorder (PTSD), stres akut, depresi dan yang dilakukan pada penyintas bencana juga
kecemasan. Dari penjelasan ketiga temuan ini menunjukkan bahwa remaja dan dewasa
disimpulkan bahwa penyintas bencana muncul mengalami gejala PTSD setelah terjadinya
beberapa masalah psikologis seperti gangguan bencana. Hal ini mengindikasikan bahwa
stress akut, post-traumatic stress disorder sebagian penyintas bencana baik anak-anak,
(PTSD), post-traumatic stress disorder remaja, dan dewasa menunjukkan gejala post-
(PTSD) comorbid dengan depresi, depresi, dan traumatic stress disorder (PTSD) setelah
kecemasan. mengalami bencana, meskipun ada beberapa
Ada beberapa penelitian yang penyintas yang menunjukkan gejala gangguan
memperkuat penjelasan diatas, bahwa lainnya.
penyintas bencana mengalami gejala PTSD. Foa, dkk (2009) menjelaskan bahwa
Salah satunya penelitian Haqqi (2006) PTSD merupakan kondisi yang sering terjadi
dilakukan pada penyintas tornado yang terjadi setelah mengalami kejadian yang penuh
di Madakasria menunjukkan bahwa 59% tekanan dan mengancam. Gejala yang
penyintas mengalami gejala PTSD, temuan ditimbulkan antara lain pengulangan dan
lain dari Haqqi pada penyintas gempa Armenia reexperiencing, hyperarousal, penumpulan
menemukan 67% penyintas mengalami PTSD. emosi (numbing) dan avoidance. Penelitian
Kousky (2016) juga melakukan penelitian lain Boelan & Bout (2010) menemukan bahwa
pada penyintas bencana, seperti penelitian avoidance termasuk menghindar dari situasi-
yang dilakukan pada 387 anak-anak usia 9-18 situasi yang membuat penyintas
tahun penyintas badai Katrina yang terjadi di membayangkan kembali kejadian traumatis
AS, penelitian ini dilakukan setelah dua tahun yang dialami.
kejadian bencana dan hasilnya menunjukkan PTSD merupakan hambatan psikologis
bahwa penyintas masih mengalami gejala post- kuat, kondisi parah dan membuat tidak
traumatic stress disorder (PTSD). Kousky berdaya, sebagai respon setelah mengalami
(2016) juga melakukan survei di tahun 2004 kejadian yang penuh tekanan atau traumatis
pada 264 anak-anak berusia 8-14 tahun (Rubin & Springer, 2009). Penelitian Anam,
penyintas tsunami yang terjadi di Sri Lanka, Solichah dan Kushartati (2018) pada penyintas
sebanyak 14-39% penyintas mengalami gejala tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara,
post-traumatic stress disorder (PTSD). Dari menemukan bahwa individu yang memiliki
temuan diatas bahwa anak-anak penyintas resiliensi yang tinggi memiliki PTSD yang
bencana dengan jenis bencana yang berbeda- rendah, selain itu penelitian yang dilakukan
beda menunjukkan bahwa penyintas oleh Zakiah (2017) menunjukkan bahwa
mengalami gejala PTSD. penyintas bencana tanah longsor juga
Kulatunga & Wedawatta (2014) dalam menunjukkan gejala post-traumatic stress
penelitiannya menemukan bahwa penyintas disorder (PTSD). Gejala yang ditunjukkan
gempa bumi pada tahun 2006 mengalami seperti melihat gunung seperti bergerak atau
PTSD. Sejalan dengan temuan Paranjothy et akan longsor, tidak mau melihat atau lewat di
al., Murray, Caldin dan Arnlot; Hayes et al., tempat kejadian traumatis karena akan

_________________________________________________________
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 10, No. 1, April 2021

43
Ernita Zakiah Gambaran Post-Traumatis Stress Disorder
Irma Rosalinda (PTSD) Pada Penyintas Banjir
Mauna
mengingat kembali kejadian traumatic yang traumatic stress disorder (PTSD) merupakan
dialami, mengalami ganggan tidur seperti hambatan psikologis yang membuat
sering bermimpi tentang kejadian traumatik, penyintasnya mengalami stres, bertahan, yang
saat dalam kendaraan umum getaran yang terjadi setelah mengadapi ancaman, keadaan
terjadi dalam kendaraan seolah-olah yang membuat individu merasa benar-benar
mengalami gempa, dan masih banyak lainnya. tidak berdaya atau ketakutan. DSM IV-TR
Penelitian selanjutnya, akan dilakukan menjelaskan kriteria diagnosis post-traumatic
untuk melihat pengaruh resiliensi terhadap stress disorder sebagai berikut:
post-traumatic stress disorder (PTSD) pada 1) Individu telah mengalami kejadian
penyintas banjir. Tujuannya untuk traumatik yang meliputi:
memberikan kontribusi kepada masyarakat
yang mengalami PTSD agar berfungsi dan a) Individu merasakan, melihat atau
memiliki kualitas hidup yang lebih baik. dihadapan dengan kondisi yang
Dengan Penelitian ini diharapkan sebagai mengancam keselamatan jiwa dan fisik
referensi bagi peneliti selanjutnya untuk diri sendiri atau orang lain
mempertimbangkan intervensi untuk b) Reaksi yang muncul seperti ketakutan
mengatasi gangguan post-traumatic stress mendalam, tidak berdaya
disorder (PTSD). 2) Kejadian penuh tekanan sering muncul
Permasalahan yang dialami penyintas terkait dengan peristiwa traumatis, seperti:
banjir yang menjadi fokus utama penelitian ini,
penyintas banjir tidak jarang mengalami a) Ingatan terkait kejadian atau segala
hambatan psikologis karena mengalami peristiwa yang menyakitkan bagi
banyak perubahan, seperti harus kembali individu terjadi secara berulang dan
beradaptasi dengan lingkungan masyarakat mengganggu.
yang baru. Kehilangan anggota keluarga dan b) Individu mengalami mimpi buruk atau
harta benda juga menjadi penyebab individu menakutkan dan terjadi secara terus
mengalami hambatan psikologis. Untuk bisa menerus terkait kejadian traumatik.
menghadapi tekanan hidup setelah mengalami c) Tingkah laku dan perasaan seperti
bencana banjir mengalami kembali kejadian traumatis
Bencana alam adalah kondisi yang tidak
bisa diprediksi kemunculannya, sehingga d) Hambatan psikologis yang kronis
sering menyebabkan masalah psikologis bagi ketika individu dihadapkan pada
mengalami, karena individu yang mengalami simbol-simbol yang berkaitan dengan
bencana dihadapkan pada situasi yang peristiwa yang penuh tekanan.
mengancam nyawanya maupun orang-orang e) Respon fisiologis pada simbol-simbol
terdekatnya, kehilangan orang yang disayang, yang berikaitan dengan pengalaman
kehilangan harta benda, kehilangan lahan penuh tekanan.
pekerjaan, dll. Gangguan psikologis yang 3) Menghindar dari hal-hal yang ada
muncul pasca bencana alam seperti PTSD, hubungannya dengan kejadian traumatis
depresi, stress akut, dll. PTSD merupakan atau menyakitkan dan bersikap kaku (tidak
kondisi distress setelah mengalami kejadian ditemukan sebelum trauma) seperti:
yang mengancam (Rothschild, 2000).
Foa, dkk (2009) memaparkan bahwa a) Berusaha menghilangkan ingatan,
PTSD adalah hambatan psikologis yang emosi atau komunikasi yang
kompleks, membuat penyintas merasa tidak berhubungan dengan peristiwa
berdaya sebagai respon terhadap situasi yang traumatik
penuh tekanan atau traumatis. Durand & b) Berusaha tidak melakukan kegiatan,
Barlow (2006), menjelaskan bahwa post- lokasi atau individu yang

_________________________________________________________
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 10, No. 1, April 2021

44
Ernita Zakiah Gambaran Post-Traumatis Stress Disorder
Irma Rosalinda (PTSD) Pada Penyintas Banjir
Mauna
mengingatkan pada kejadian penuh keadaan yang muncul di luar kendali. Menurut
tekanan Chorpita & Barlow ( dalam Durand & Barlow,
c) Lupa tentang hal penting dari kejadian 2006) kondisi keluarga yang tidak stabil menjadi
penuh tekanan salah satu pemicu munculnya perasaan bahwa
dunia adalah temat yang berbahaya dan
d) Kehilangan hasrat dan keterlibatan mengancam, sehingga ini sering menjadi
pada kegiatan utama pemicu seseorang mengembangkan gejala post-
e) Emosi datar atau merasa sendiri traumatic stress disorder (PTSD) jika
f) Jarak afek terhambat mengadapi kondisi yang penuh tekanan.
g) Merasa tidak mempunyai tujuan hidup 3) Sosial dan Kultural
Studi-studi terdahulu menunjukkan bahwa
4) Mengalami peningkatan simtom individu-individu tangguh, sangat kecil
kewaspadaan berlebihan (belum ada mengalami gejala PTSD. Temuan yang
sebelum kejadian) seperti: dilakukan oleh Vernberg, LaGreca, Silverman,
a) Individu merasa sulit untuk memulai dan Prinstein (dalam Durand & Barlow, 2006)
atau tetap tidur menunjukkan bahwa dukungan sosial
b) Ledakan kemarahan merupakan faktor protektif untuk
mengembangkan atau tidak mengembangkan
c) Sulit berkonsentrasi gejala-gejala PTSD. Faktor lain strategi coping
d) Merasa waspada berlebihan positif melibatkan problem solving aktif. Hasil
e) Respon kejut yang berlebihan penelitian Macklin, dkk (dalam Davison, Neale
& Kring, 2014) menunjukkan bahwa inteligensi
5) Jangka waktu mengalami hambatan tinggi seperti menjadi faktor protektif, karena
(simtom termasuk dari golongan B, C, dan diasumsikan lebih mengatasi masalah.
D) lebih dari sebulan
6) Hambatan yang mengakibatkan hambatan 2. Metode Penelitian
klinis, atau hambatan sosial, pekerjaan, atau Sugiyono (2018) menjelaskan bahwa
fungsi penting lainnya penelitian deskriptif merupakan studi yang
dilaksankan dengan tujuan melihat nilai variabel
Ada beberapa faktor yang memengaruhi yang tidak mencari analisis beda atau korelasi
terjadinya post-traumatic stress disorder dengan variabel lainnya.
(PTSD) menurut Durand & Barlow (2006), Subjek penelitian ini adalah individu yang
diantaranya: pernah mengalami bencana banjir. Sampel
penelitian harus sesuai dengan karakteristik dari
1) Biologis
subjek penelitian, adapun cirinya yaitu individu
Riwayat hambatan kecemasan keluarga
yang pernah mengalami banjir minimal 1 meter
menunjukkan adanya andil secara biologis untuk
dan rentang usia 18-50 tahun. Waktu penelitian
membentuk hambatan post-traumatic stress
mulai Juni 2020 sampai dengan Agustus 2020
disorder (PTSD). True et al., (Durand &
dan pelaksanaan penelitian dilaksanakan di
Barlow, 2006) menjelaskan individu kembar
Jakarta.
identik (monozigotik) yang mengalami trauma
Populasi adalah semua partisipan sesuai
memiliki peluang lebih besar untuk
dengan kriteria sesuai ketetapan peneliti dan
mengembangkan post-traumatic stress disorder
diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2011).
(PTSD) dibandingkan dengan pasangan kembar
Populasi studi ini individu yang pernah
tidak indentik (dizigotik).
mengalami bencana banjir dengan rentang usia
2) Psikologis antara 18-50 tahun.
Gangguan terjadi akibat situasi atau

_________________________________________________________
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 10, No. 1, April 2021

45
Ernita Zakiah Gambaran Post-Traumatis Stress Disorder
Irma Rosalinda (PTSD) Pada Penyintas Banjir
Mauna
Subjek dalam penelitian sesuai dengan Sholichach (2010). Skala PCLC yang diadaptasi
kriteria dari populasi (Azwar, 2004). Studi ini oleh Weathers, dkk (1994) dari DSM IV
memiliki beberapa karakteristik sampel, antara (American Psychiatric Association, 1994) berisi
lain: beberapa item yang menunjukkan gejala PTSD.
1. Individu yang pernah mengalami bencana Item-item dalam PCL-C (Weathers et al., 1994)
banjir minimal 1 meter berisi ciri-ciri post-traumatic stress disorder
2. Usia 18-50 Tahun seperti reexperiencing, avoidance/numbing, dan
Teknik sampling yang digunakan pada studi hyperarousal. Total jumlah itemnya adalah 17
ini adalah purposive sampling, yang sesuai dengan lima alternatif pilihan yaitu 1 (bila sama
dengan kriteria yang dipandang memiliki sekali tidak mengalami), 2 (bila sedikit
hubungan dengan kriteria partisipan terdahulu mengalami), 3 (bila kadang-kadang
(Hadi, 2004). Instrumen psikologis mengalami), 4 (bila sering mengalami), dan 5
diaplikasikan sebagai teknik pengumpulan data (bila sangat sering mengalami). Kemudian skala
untuk studi ini. Skala digunakan yaitu skala PCL-C ini diadaptasi dan diterjemahkan oleh
likert (Sugiyono, 2018). Sholichach (2007).
PTSD diukur dengan skala PCL-C dari
Weathers et al., (1994) yang diadaptasi oleh

Tabel 1. Kisi-Kisi Skala PCL-C


Jumlah No item Item
No Kelompok Gejala
item
1-5 1. Berulangnya Pikiran, ingatan, atau
bayangan yang mengganggu tentang
pengalaman penuh stress di masa lalu
2. Berulangnya mimpi buruk tentang
1 Re-experiencing 5
kejadian penuh stress di masa lalu
3. Tiba-tiba merasa atau seolah-olah
mengalami kembali kejadian penuh stres
di masa lalu
6-12 6. Berusaha untuk menghindar dari pikiran
tentang kejadian di masa lalu atau
Numbing/ menghindari perasaan sakit akibat
2 7
avoidance peristiwa tersebut
7. Menghindari aktivitas atau situasi yang
mengingatkan pada kejadian di masa lalu
13-17 13. Mengalami gangguan tidur (sulit tidur
atau terlalu banyak tidur)
3 Hyperarousal 5
14. Perasaan mudah tersinggung dan emosi
mudah meledak
Jumlah 17

3. Hasil Penelitian dan Diskusi Dalam analisis data dilakukan pengelempokkan


Teknik analisis yang digunakan adalah data berdasarkan variabel dan jenis responden,
deskriptif, uji normalitas, uji linieritas dan tabulasi data, penyajian data, dan perhitungan
analisis regresi. Analisis data dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis
menggunakan program software SPSS 23. (Sugiyono, 2018).

_________________________________________________________
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 10, No. 1, April 2021

46
Ernita Zakiah Gambaran Post-Traumatis Stress Disorder
Irma Rosalinda (PTSD) Pada Penyintas Banjir
Mauna
Analisis statistika deskriptif bertujuan ditemukan bahwa subjek yang mengalami
untuk memperoleh gambaran dari data dalam gejala post-traumatic stress disorder (PTSD)
penelitian. Data tersebut dapat digambarkan yang berada pada kategori tinggi sebanyak 24.6
melalui grafik atau tabel yang dapat %, sedang 61.5%, dan rendah 13.8%. Subjek
memperlihatkan pula mengenai data modus, yang paling banyak mengalami gejala PTSD
median, mean, standar deviasi atau presentasi berada pada kategorisasi sedang, kemudian
dari data demografi yang telah terkumpul tinggi dan terakhir rendah.
(Sugiyono, 2018). Berdasarkan tabel di atas,

Tabel 2. Kategorisasi Hasil PTSD


Norma Kategori Interval F %
X < µ-1 ơ rendah X < 32 9 13.8
µ - 1ơ X ≤ µ + 1ơ sedang 32≤ X< 53 40 61.5
X ≥ µ + 1ơ Tinggi X≥ 53 16 24.6

penelitian ini sudah ditentukan yairu berjenis


Responden studi ini ada 65 orang, kelamin laki/perempuan, berusia 18-50 tahun,
pengumpulan data dilakukan dengan dan pernah mengalami bencana banjir. Gambar
menggunakan G-form, yang disebarkan 3 merupakan gambaran responden penelitian.
diberbagai media sosial. Kriteria sampel

Tabel 3. Gambaran Responden Penelitian


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 12 18,2%
Perempuan 54 81,8%
Total 66 100%

Dari tabel di atas, menunjukkan subjek dengan subjek laki-laki. Untuk melihat
dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak perbandingan kategorisasi PTSD dilihat di tinjau
dibandingkan dari jenis kelamin, seperti yang tertera pada tabel
4:

Tabel 4. Kategori PTSD Laki-laki


Kategori Frekuensi Persentase
Rendah 2 16,7%
Sedang 8 66,7%
Tinggi 2 16,7%

Berdasarkan tabel diatas, ditemukan dibandingkan tinggi dan sedang, sedangkan


bahwa subjek laki-laki yang berada pada kategori tinggi dan sedang memiliki
kategori tinggi sebanyak 16.7%, sedang presentasi yang sama.
66.7%, dan tinggi 16.7%. Subjek yang
berada pada kategori sedang lebih banyak

_________________________________________________________
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 10, No. 1, April 2021

47
Ernita Zakiah Gambaran Post-Traumatis Stress Disorder
Irma Rosalinda (PTSD) Pada Penyintas Banjir
Mauna
Tabel 5. Kategori PTSD Perempuan
Kategori Frekuensi Persentase
Rendah 7 13,2%
Sedang 32 60,4%
Tinggi 14 26,4%

Subjek perempuan yang berada pada sedang, namun subjek perempuan lebih banyak
kategorisasi tinggi sebanyak 26.4%, sedang pada kategori tinggi dibandingkan laki-laki.
60.4 %, dan rendah 13.2%. Berdasarkan Kategori rendah lebih banyak pada laki-laki
analisis yang dilakukan dari tabel diatas dibandingkan pada subjek perempuan.
ditemukan bahwa subjek perempuan lebih Komologrov-Smirnov digunakan dalam uji
banyak berada pada kategori sedang. normalitas pada penelitian ini. Data
Dari perbandingan analisis kedua berdistribusi normal jika nilai sig (p-value)
kategorisasi PTSD laki-laki dan perempuan, lebih besar dari taraf signifikansi (α = 0,05) atau
keduanya lebih banyak berada pada kategori p > 0,05.

Tabel 6. Uji Normalitas


Variabel p α Interpretasi
PTSD 0,200 0,05 Berdistribusi Normal

individu mampu mengatasi hambatannya


4. Kesimpulan dan dapat berfungsi lebih baik dan
Subjek penelitian sebanyak 65 orang, menjalankan kehidupan dengan lebih
maka dapat disimpulkan bahwa subjek bermakna.
penelitian sebagian besar menunjukkan Saran yang dapat diberikan peneliti
gejala PTSD berada pada kategori sedang, bagi subjek atau penyintas banjir adalah
hal ini menunjukkan bahwa para penyintas diharapkan melakukan konsultasi kepada
banjir sering mengalami gejala PTSD. psikolog agar mendapatkan intervensi yang
Subjek lainnya berada pada kategori tinggi, sesuai dengan hambatan, sehingga individu
ini menunjukkan bahwa subjek penelitian mampu mengatasi hambatannya. Selain itu
sangat sering atau sering mengalami gejala- diharapkan individu mampu meningkatkan
gejala PTSD. Sedangkan yang berada pada aspek psikologis lain yang bisa
kategori rendah lebih sedikit dibandingkan membantunya saat mengalami gejala PTSD.
kategori lainnya, hal ini menunjukkan bahwa Peneliti selanjutnya diharapkan
subjek mengalami beberapa kali gejala- menggunakan variabel lain seperti dengan
gejala dari PTSD. memberikan intervensi psikologi dengan
Hasil dari penelitian ini memiliki menggunakan pendekatan eksperimen, jika
implikasi bahwa individu yang memiliki ingin meneliti dengan variabel yang sama,
gejala PTSD setelah mengalami peristiwa mungkin perlu diperbanyak subjek
yang penuh tekanan atau mengalami penelitiannya, lamanya mengalami bencana
bencana alam, maka perlu mendapatkan juga jadi pertimbangan, jenis bencana alam
penanganan dari professional untuk lainnya juga bisa jadi masukan untuk
menurunkan gejala yang dialami. Intervensi penelitian, serta melihat perbedaan dari jenis
dibutuhkan bagi individu yang mengalami kelamin.
gejala-gejala PTSD, dengan demikian

_________________________________________________________
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 10, No. 1, April 2021

48
Ernita Zakiah Gambaran Post-Traumatis Stress Disorder
Irma Rosalinda (PTSD) Pada Penyintas Banjir
Maun
Daftar Pustaka Mason, V., Andrews, H., & Upton, D.
(2010). The psychological impact of
Azwar, S. (2004). Dasar-dasar psikometri. exposure to floods. Psychology,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Health & Medicine, 15(1), 61 73.
American Psyciatric Association. (2000). doi:10.1080/13548500903483478
Diagnostic and Statistical Manual of Nutt, D.J, Murray, B.S & Joseph, Z. (2009).
Mental Disorder IV-TR. Washington, Post-traumatic stress disorder
DC. (second edition). London: Informa
Asim, M., Mekkodathil, A., Sathian, B., Healthcare.
Elayedath, R., N, R. K., Simkhada, Petrucci. (2012). The impact of natural
P., & Van Teijlingen, E. (2019). Post- disasters: simplified procedures and
Traumatic Stress Disorder among the open problems. Italy: CNR-IRPI.
Flood Affected Population in Indian Raj, B.S & Subramony, S. (2008). Impact of
Subcontinent. Nepal Journal of tsunami on the mental health of
Epidemiology, 9(1), 755–758. victims. Vol 34. Defence Institute of
doi:10.3126/nje.v9i1.24003 Psychological Research. New Delhi.
Boelen, P & Bout, J. (2010). Anxious and Journal of the Indian Academy of
depressive avoidance and symptoms Applied Psychology.
of Prolonged grief, depression, and Rothschild, B. (2000). The Body
post-traumatic Stress disorder. Remembers: The Psychophysiology
Utrecht University, The Netherlands, of Trauma and Trauma Treatment.
50-1&2, 49-67. New York: Norton & Company.
Davison, Nelae, & Kring. (2014). Psikologi Rosario, J.D. (2012). Research Report (A
Abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo Synthesis): Men of Vision Program at
Persada. Dollarway High School, Miami:
Durand, M., & Barlow, D. H. (2006). ReCapturing the Vision.
Intisari Psikologi Abnormal (Ed. Ke- D.W. (2009). Treatment of traumatized
4) judul asli Essential of Abnormal adults and children. United States of
Psychology. Yogyakarta. America: Wiley
Guterman, S.P. (2005). Psychological Sholichach, M. (2007). Pengaruh Aplikasi
preparedness for disaster. Michigan metode Feldenkrais pada perempuan
State University. Toronto: New York. korban perkosaan yang mengalami
Haqqi, S. (2006). Mental health post-traumatic stress disorder.
consequences of disasters. Medicine ANIMA, Indonesian Psychological
Today, 4(3), 103-106. Journal, 24 (3), 282-294.
Kousky, C. (2016). Impacts of natural Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
disasters on children. The Future of Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Children, 26(1), 73-92. Bandung: Afabeta.
Kulatunga, U., Jogia, J., Yates, G.P & Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
Wedawatta, G. (2014). Culture and Kuantitatif & kualitatif. Journal of
the psychological impacts of natural Experimental Psychology: General.
disasters: implications for disaster Wani, M. A. (2016). Post Traumatic Stress
management and disaster mental Disorder (Ptsd) Among Flood
health. The Built & Human Victims in Kashmir Valley. EC
Environment Review, 7, 1-10. Psychology and Psychiatry, 1, 164-

_________________________________________________________
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 10, No. 1, April 2021

49
Ernita Zakiah Gambaran Post-Traumatis Stress Disorder
Irma Rosalinda (PTSD) Pada Penyintas Banjir
Maun
170.
Weathers, Litz, Huska, & Keane. (2003).
PCL-M for DSM-IV. National Center
for PTSD-Behavioral Science
Division This is a Government
document in the public domain.
Zakiah, E. (2017). Behavioral activation
(BA) untuk menurunkan gangguan
stres pasca trauma pada korban tanah
longsor di kabupaten Banjarnegar.
Tesis. Universitas Ahmad Dahlan

_________________________________________________________
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 10, No. 1, April 2021

50

Anda mungkin juga menyukai