Anda di halaman 1dari 25

Ketertarikan Ibu Rumah Tangga Perumahan Bukit Gading Cisoka Blok D

Terhadap Bumbu Masakan Instan


Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Semester 114

Disusun Oleh:
Maghi Iqbal Fathudin
(1514618029)
Sesi : 2

Dosen :
Dr.Ir Mahdiyah, M.Si

PENDIDIKAN VOKASIONAL SENI KULINER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena


berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup manusia, baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Pangan dibutuhkan manusia secara kuantitatif maupun
kualitatif. Usaha untuk mencukupi kebutuhan pangan di negara – negara berkembang
dapat dilakukan secara tradisional atau dengan cara memperluas lahan pertanian yang
disebut ekstentifikasi. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi
merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya mewujudkan basis
sumberdaya manusia yang berkualitas. Menurut Hafsah (2006), pangan memegang
peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Kemampuan menyediakan pangan bagi rakyat merupakan indikator kemajuan suatu
bangsa.

Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dimakan sehari-hari untuk


memenuhi kebutuhan tubuh, terdapat dalam bentuk padat maupun cair (Indriani,
2015). Makanan merupakan pangan yang sudah diolah dan siap untuk dimakan.
Proses terjadinya makanan yang masuk ke dalam tubuh dimulai dari pangan yang
telah diolah menjadi makanan masuk dalam tubuh, dicerna, diserap dan digunakan
oleh tubuh yang berdampak terhadap pertumbuhan perkembangan dan kelangsungan
hidup manusia (Indriani, 2015). Bahan makanan dapat diolah menjadi berbagai jenis
makanan yang dapat dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan seseorang. Makanan yang
dimakan pada dasarnya tidak hanya untuk mengenyangkan, namun harus bergizi dan
mampu menimbulkan selera, serta menarik bagi yang megonsumsi makanan tersebut.
Untuk menghasilkan makanan yang dapat memberikan aroma, warna, rasa yang lebih
sedap diperlukan berbagai macam bumbu.
Pola hidup masyarakat tidak hanya menyangkut lapangan pekerjaan,
pendidikan dan keluarga, tetapi juga meliputi keorganisasian masyarakat sosial. Pola
hidup masyarakat mencakup adat istiadat, pola pangan dan gaya hidup. Dengan
adanya transisi ekonomi pola hidup masyarakat juga berpengaruh terhadap pola
konsumsi dan gaya hidup. Variasi pola konsumsi seorang konsumen ditujukan untuk
memperoleh kepuasan yang maksimum.
Pola konsumsi dapat mencerminkan gaya hidup. Gaya hidup seringkali
digambarkan dengan kegiatan, minat, dan opini seseorang, gaya hidup seseorang
biasanya tidak permanen dan cepat berubah (Setiadi, 2003). Dalam hal mengonsumsi
bumbu seorang mungkin dengan mudah mengganti jenis dan merek makanan maupun
konsumsi bumbu yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan hidupnya.
Pola konsumsi seseorang akan berubah sesuai dengan naik turunnya pendapatan.
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang yang biasanya mengonsumsi makanan yang
dimasak sendiri, dikarenakan kegiatan yang padat dan tidak memungkinkan
seseorang tersebut untuk memasak maka dia akan mencari alternatif lain contohnya
membeli masakan siap saji. Perubahan gaya hidup akan mengubah pola konsumsi
seseorang.

Gaya hidup masyarakat berbeda, mulai dari kelas menengah ke bawah,


menengah dan menengah ke atas. Perubahan hidup masyarakat yang semakin maju,
telah mengubah kebutuhan masyarakat yang menginginkan segala sesuatu dalam
bentuk instan, termasuk juga dengan kebutuhan bumbu yang menyebabkan perubahan
pada bentuk produk bumbu dan rempah dalam bentuk instan. Bumbu maupun rempah
memiliki peranan penting dalam pangan. Bumbu dapat dibedakan menjadi bumbu
yang dapat diolah sendiri, dan bumbu yang telah diracik dan dapat digunakan secara
instan. Bumbu masak merupakan salah satu hal yang penting dalam memasak karena
tanpa bumbu masakan akan terasa hambar.

Bumbu instan menjadi salah satu alternatif memasak yang praktis dan hemat
waktu. Bumbu instan adalah campuran dari berbagai macam bumbu dan rempah yang
diolah dan diproses dengan komposisi tertentu. Terdapat dua jenis bumbu instan,
yang berbentuk pasta atau basah, dan berbentuk kering atau bubuk. Bumbu basah
adalah bumbu yang masih segar sedangkan bumbu kering adalah bumbu basah yang
dikeringkan (Hambali, 2008). Bumbu instan disajikan dalam satu kemasan yang
memiliki fungsi dan kegunaan untuk memasak sesuai dengan jenis masakannya.

Bumbu instan jenis kering maupun basah banyak diminati oleh para ibu
rumah tangga, bukan hanya karena harganya, tetapi bahan bumbu instan dinilai lebih
praktis. Terdapat banyak jenis dan merek bumbu instan, dengan kegunaan yang
berbeda. Ada beberapa merek bumbu instan yang beredar di masyarakat, yaitu
Indofood, Bamboe, Sajiku, Sasa, Cap Ibu, Masako, Royco dan lainnya. Berbagai
bumbu olahan yang terdapat di pasaran seperti untuk sayur asem, sayur lodeh, gulai,
rawon, soto, opor, tumis, rendang, kare, bumbu nasi goreng, ikan goreng, ayam
goreng, juga ada bumbu untuk tempe goreng. Tingginya harga bumbu dapur
membuat konsumen beralih ke bumbu instan yang lebih hemat dan praktis.

Adapun sikap konsumen terhadap bumbu instan yang basah maupun yang
kering merupakan kecenderungan tanggapan konsumen menyukai atau tidak
menyukai bumbu instan. Dalam hal ini sikap dipandang mengandung tiga komponen
terkait, pertama pengetahuan tentang bumbu instan termasuk juga dengan
kepercayaan konsumen terhadap merek bumbu tertentu, ke dua evaluasi baik atau
buruknya suatu merek produk termasuk merek bumbu instan, dan ke tiga perilaku
aktual terhadap bumbu instan.

Evaluasi merek merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan. Dari


evaluasi merek, dapat dilihat konsumen cenderung menyukai atau tidak menyukai
merek bumbu instan tersebut. Menurut Kotler (2000), terdapat lima tahap konsumen
dalam memutuskan untuk membeli suatu produk, yaitu tahap awal dalam
pengambilan keputusan adalah pengenalan kebutuhan. Tahap ke dua adalah pencarian
informasi. Tahap ke tiga dalam proses penciptaan keputusan pembelian. Tahap ke
empat merupakan tahan pembelian dan tahap terakhir adalah tahap evaluasi pasca
pembelian. Setelah konsumen melalui lima tahapan dapat dievaluasi konsumen lebih
menyukai bumbu instan atau tidak.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan ketertarikan penulis untuk meneliti lebih dalam Ketertarikan
Masyarakat dalam Penggunaan Bumbu Instan, maka penulis Mengidentifikasi
beberapa masalah yang akan diteliti yakni:
1. Bagaimana sikap konsumen rumah tangga terhadap bumbu instan ?
2. Bagaimana pola pembelian konsumen terhadap bumbu instan ?
3. Faktor dominan apa yang mempengaruhi pembelian bumbu instan pada
pumah tangga?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya akan mengambil data dari Ibu Rumah Tangga Perumahan
Bukit Gading Cisoka Blok D Kel. Selapajang Kec. Cisoka Kab. Tangerang Banten.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditetapkan, maka rumusan
Masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sikap konsumen rumah tangga terhadap bumbu instan?
2. Bagaimana pola pembelian konsumen terhadap bumbu instan?
3. Apa faktor dominan yang mempengaruhi pembelian bumbu instan pada
rumah tangga?

E. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sikap konsumen rumah tangga terhadap bumbu instan.
2. Mengetahui pola pembelian konsumen terhadap bumbu instan.
3. Mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi pembelian bumbu instan
pada rumah tangga.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Pihak Produsen, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan
mempertimbangkan bumbu instan yang akan diproduksi,
2. Pihak Peneliti lain, sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian
tentang bumbu instan.
3. Pihak Konsumen, memberikan sumbangan berupa data empirik yang
berkaitan tentang hubungan antara persepsi terhadap merek dengan
pengambilan keputusan membeli. Sehingga diharapkan dapat
mengevaluasi produk yang akan dibeli.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Ibu Rumah Tangga

Perilaku berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan olehmanusia.


Aktivitas manusia tersebut terjadi karena adanya rangsangan ataustimulus. Perilaku
manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Definisi perilaku Kwick (1974), sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2012), perilaku
adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yangdapat di amati dan bahkan dapat
dipelajari.Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar.

Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Dari segi biologis, perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (dalam Soekidjo Notoatmodjo,
2012). Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku berarti tanggapan
atau reaksi individu karena adanya rangsangan. Perilakumanusia pada hakekatnya adalah
proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasihayati bahwa dia
adalah mahluk hidup. (Kusmiyatidan Desminiarti,1991).

Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (convert behavior) dan
perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan
respon dari sesorang dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas
dan mudah (Fitriani, 2011). Ibu rumah tangga merupakan sosok yang paling penting
dalam keluarga. Karena lazimnya seluruh kebutuhan dan pemeliharaan rumah tangga
diatur oleh seorang ibu, dalam hal ini pekerjaan rumah dalam hal memasak diserahkan
kepada ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga adalah wanita yang lebih banyak
menghabiskan waktunya dirumah dan mempersembahkan waktunya tersebut untuk
mengasuh dan mengurus anak-anaknyamenurut pola yang diberikan masyarakat umum
(dwijayanti: 1999). Sedangkan menurut Kartono (1992), defenisi ibu rumah tangga
adalah wanita yang mayoritas waktunya depergunakan untuk mngerjakan dan
memelihara anak-anaknya dengan pola asuh yang baik dan benar. Sedangkan menurut
Effendy (2004) ibu rumah tangga adalah sosok ibu yang berperan dalam menurus rumah
tangga seperti memasak, mencuci, menyapu, mengasuh serta mendidik anak-anaknya dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial, memenuhi kebtuhan efektif dan sosial
anak-anaknya, serta menjadi anggota masyarakat yang aktif dan harmonis
dilingkunganyya dalam berbagai kegiatan seperti PKK, arisan, pengajian, dan
sebagainya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan
sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan
rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu)
yang hanya mengurusiberbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor.
Ibu rumah tangga memiliki keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia meliputi
seluruh individu dari berbagai usia, latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan
sosial ekonomi lainnya.

Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana ibu rumah
tangga berperilaku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
tersebut.Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan
bahwa perilaku ibu rumah tangga adalah semua kegiatan,tindakan, serta proses psikologis
yang dilakukan oleh ibu rumah tangga yang merupakan respon dari stimulus atau
rangsangankemudian mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas
atau kegiatan mengevaluasi.
2.2 Bumbu Masak Instan

Bumbu adalah bahan bahan sebagai penyedap makanan yang berfungsi untuk
membangkitkan selera makan, yang digunakan dalam keadaan segar atau basah. Bumbu
ini berasal dari bahan makanan hewani maupun dari tumbuh – tumbuhan. Bumbu adalah
proses menyampaikan rasa atau meningkatkan rasa dari masakan. Bumbu termasuk
bumbu dan rempah-rempah yang dengan sendirinya disebut “bumbu”.Bumbu atau “herb”
adalah tanaman aromatik yang ditambahkan pada makanan sebagai penyedap dan
pembangkit selera makan.(Explore IPTEK,2016). Sedangkan menurut Vina (2015)
bumbu adalah suatu bahan untuk mempertinggi aroma makanan tanpa mengubah aroma
bahan alami. Di lain pihak, Farel (1990) melanjutkan bahwa defenisi bumbu adalah
bahan campuran yang terdiri dari satu atau lebih rempah-rempah atau ekstrak rempah-
rempah yang ditambahkan ke dalam makanan selama pengolahan atau dalam persiapan,
sebelum disajikan untuk memperbaiki flavor alami makanan sehingga lebih disukai oleh
konsumen. Menurut Hartati (2001), bumbu digunakan dalam makanan untuk
meningkatkan selera nafsu makan dan cita rasa.
Instan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah langsung (tanpa
dimasak lama) dapat diminum atau dimakan). Bumbu Instan adalah bumbu siap
pakaicampuran dari berbagai macam bumbu dan rempah-rempah yang diolah dan
diproses dengan komposisi tertentu. Menurut Lee dalam Hartati (2001) secara fisik
bumbu instan dihasilkan oleh industri dibagi dua yaitu bumbu yang berbentuk bubuk dan
bumbu yang berbentuk cair.
Bumbu instan adalah campuran dari beragam rempah- rempah dengan komposisi
tertentu dan dapat langsung digunakan sebagai bumbu masak untuk masakan tertentu.
Menurut Lee dalam Hartati (2001) secara fisik bumbu instan dihasilkan oleh industri
dibagi dua yaitu bumbu yang berbentuk bubuk dan bumbu yang berbentuk cair. Bumbu
instan basah adalah bumbu yang masih segar tanpa pengeringan sedangkan bumbu instan
kering adalah bumbu basah yang dikeringkan. Rempah-rempah yang difomulasikan
menjadi bumbu instan tersebut dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari oleh
rumah tangga maupun industry (Hambali, 2008). Bumbu instan dalam bentuk kering
yaitu Racik Ikan, Racik Tempe, Racik Ayam, Sayur Tumis, dan lain –lain. Bumbu instan
dalam bentuk basah yaitu Opor, Rendang, Gulai, Lodeh, Rawon, Kare, Kaldu ayam dan
masih banyak yang lainnya.

2.3 Pengetahuan Ibu Tentang Bumbu Masak Instan


Ibu rumah tangga adalah seseorang yang memegang peranan penting dalam satu
keluarga, karena ibu rumah tanggalah yang bertanggung jawab dalam urusan intern
terutama dalam hal menyediakan makanan dirumah atau memasak.Pengetahuan ibu
rumah tangga adalah pengetahuan berdasarkan dimensi faktual istilah, spesifikasi dan
pengetahuan kemampuan tersendiri.Teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan
dasar-dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki (Bachtiar : 2004 ).Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil
“Tahu“ seseorang terhadap objek dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni:
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Dengan sendirinya, pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).Pengetahuan (Knowledge)
adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap
objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
Menurut Surajiyo (2007), Pengetahuan adalah hasil “tahu” manusia terhadap
sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya.
Atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.Selanjutnya Surajiyo
(2007) membagi pengetahuan dalam dua jenis :
a. Pengetahuan ilmiah; adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperolehdengan
menggunakan metode ilmiah.
b. Pengetahuan non-ilmiah; adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
cara-cara yang tidak termasuk kategori metode ilmiah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) yang dikutip
kembali oleh Notoatmodjo(2011), didapati bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku
baru, maka didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan. Dimana proses
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Awareness (kesadaran).
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus.

b. Interest (merasa tertarik).


Merasa tertarik terhadap stimulus atau suatu objek. Pada tahap ini sikap objek sudah
mulai muncul.
c. Evaluation.
Mempertimbangkan baik dan buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada tahap ini
sikap sudah lebih baik lagi.
d. Trial.
Subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh stimulus.
e. Adoption.
Pada saat ini subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2012), Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tolak ukur apakah seseorang tahu
tentang yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan.
b. Memahami.
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Tolak ukur
seseorang sudah pada tahap ini adalah dapat menyimpulkan, meramalkan apa yang telah
dipelajari.
c. Aplikasi.
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada kondisi yang sebenarnya. Contoh aplikasi adalah, dapat menggunakan rumus-
rumus, hukum, metode, prinsip.
d. Analisis.
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Contoh analisis adalah mampu menggambarkan, membuat
bagan, membedakan, mengelompokkan materi yang didapat.
e. Sintesis.
Sintesis menujuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Pada tahap ini seseorang dapat
menemukan formulasi baru dari formulasi formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi.
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian terebut berdasarkan kriteria yang
dibuat sendiri ataupun dari kriteria yang telah ada.
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai
macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan
tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut (Istiari,
2000). Seperti halnya ibu rumah tangga yang selalu mengahabiskan waktu dirumah, besar
kemungkinan akan menghabiskan waktunya dengan menonton televisi yang didalamnya
terdapat iklan-iklan seperti iklan bumbu masak, sehingga dapat menambah pengetahuan
meskipun tidak semua pengetahuan ibu rumah tangga tentang bumbu masak instan yang
didapat hanya dari menonton iklan televisi.

2.3.1 Iklan Televisi Sebagai Media Pengetahuan


Televisi yang memiliki pengaruh terhadap mental dan pola pikir masyarakat.
Perusahaan tidak kehabisan akal, perusahaan membuat iklan agar bisa di tampilkan di
televisi. Karena mayoritas masyarakat Indonesia sangat gemar menonton televisi. Dengan
adanya iklan televisi, perusahaan mengharapkan adanya timbal balik dari iklan televisi
tersebut yaitu semakinbanyak produk yang terjual.Iklan secara bahasa adalah pariwara
atau promosi atau pengenalan produk,informasi barang atau jasa.Kegiatan
memberitahukan atau menginformasikan suatu hal, barang, atau jasa melalui media
massa baik online maupun offline. Media yang digunakan, antara lain televisi, radio,
koran, majalah, internet,hp,poster, pamflet, brosur, spanduk dan sebagainya”. Pengertian
Iklan Menurut Courtland L. Bovee : ” Iklan adalah komunikasi nonpersonal informasi
biasanya dibayar dan biasanya persuasif di alam tentang produk, jasa atau ide oleh
sponsor diidentifikasi melalui berbagai media.” (Bovee, 1992.).
Kotler (2002), periklanan didefinisikan sebagai bentuk penyajian dan promosi ide,
barang atau jasa secara nonpersonal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan
pembayaran. Pengertian Iklan Menurut Rhenald Kasali (1992), secara sederhana iklan
didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan oleh suatu
masyarakat lewat suatu media. Pengertian Iklan Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia : “berita atau pesan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik
pada barang dan jasa yang ditawarkan. Menurut Suhandang(2005) iklan adalah salah satu
jenis teknik komunikasi massa dengan membayar ruang atau waktu untuk menyiarkan
informasi tentang barang dan jasa yang ditawarkan oleh sipemasang iklan. Hal serupa
disampaikan oleh M. Suyanto (2005) bahwa iklan merupakan media bayaran oleh
seorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuatif tentang produk (ide,
barang, jasa) ataupun organisasi sebagai alat promosi.
Menurut Belch & Belch (2009), iklan dapat didefinisikan sebagai “any paid from
of non personal communication about an organization, product, service, or idea by an
identified sponsor”, setiap bentuk komunikasi non-personal mengenai suatu organisasi,
produk, jasa atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui.
Menurut Lee (2004) iklan non-personal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya
yang ditransmisikan kekhalayak ramai dengan target melalui media yang bersifat missal
seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang,atau kendaraan
umum.
Wells, Moriarty, dan Burnett (2006) bahwa periklanan adalah komunikasi
persuasi berbayar yang menggunakan media massa nonpersonal seperti bentuk
komunikasi interaktif lainnya untuk mencapai hubungan dengan khlayak luas dan
mengidentifikasi sponsor dengan target khalayak. Di lain pihak, Arens Weigold, dan
Arens (2011) melanjutkan bahwa periklanan adalah komunikasi personal yang terstruktur
dan tersusun pada suatu informasi yang biasanya berbayar dan biasanya mempersuasikan
kenaturalan suatu produk (bentuk, pelayanan, dan ide) yang diidentifikasikan oleh
sponsor melalui berbagai macam media. Seiring pertumbuhan ekonomi, iklan menjadi
sangat penting karena konsumen potensial akan memperhatikan iklan dari produk yang
dibelinya. Menurut Terence A. Shimp (2003), secara umum periklanan mempunyai
fungsi komunikasi yang paling penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya
yaitu:
1. Informing (memberi informasi) membuat konsumen sadar akan merk- merkbaru, serta
memfasilitasi penciptaan citra merk yang positif.
2. Persuading (mengajak) iklan yang efektifakan mampu membujuk pelanggan untuk
mencoba produk atau jasa yang diiklankan.
3. Reminding (mengingatkan) iklanmenjaga agar merk perusahaan tetap segar dalam
ingatan para konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen
terhadap merk yang sudah dan pembelian sebuah merk yang mungkin tidakakan
dipilihnya.
4. Adding Value (memberikan nilai tambah) periklanan memberikan nilai tambah pada
merk dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan
merk dipandang lebih elegan, bergaya, bergengsi, dan lebih unggul dari tawaran pesaing.
Assisting (mendampingi) peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang
memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran.
Menurut Bugin (2011) iklan televisi adalah sebuah dunia magis yang dapat mengubah
komoditas kedalam gemerlapan yang memikat dan memesona menjadi sebuah sistem
yang keluar dari imajinasi dan muncul kedalam dunia nyata melalui media. Dan menurut
Bugin (2011) iklan televisi adalah sebuah media untuk menjual barang atau jasa bukan
menghibur dengan alas an bahwa sebuah iklan hanya melaporkan suatu barang atau jasa
dan tidak ada hubungannya antara rasa suka kepada iklan-iklan yang ditanyakan.
Televisi merupakan media yang paling tepat untuk menyampaikan iklan karena
mudah dijangkau di seluruh lapisan mayarakat dan menggunakan audio visual yaitu
penggabungan pendengaran dan penglihatan sehingga tampilannya lebih menarik. Seperti
diungkapkan oleh Wells, Moriarty, dan Burnett (2006), televisi digunakan untuk iklan
karena televisi bekerja seperti movie menceritakan suatu cerita, mengikutsertakan emosi,
menciptakan fantasi, dan dapat menampilkan pengaruh visual yang besar. Karena televisi
sebagai media aksi, itu juga bagus untuk mendemonstrasikan bagaimana suatu benda itu
bekerja.
Televisi membangkitkan citra merek dan menambah kekuatan merek itu sendiri.
Kemudian Wells, Moriarty dan Burnett (2006) meneruskan bahwa televisi menjadi
sebuah media yang menarik, yang mana dapat mencapai ketertarikan khalayak ramai.
Dari teori diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa iklan televisi adalah cara
sebuah perusahaan untuk memperkenalkan produknya kemasyarakat atau media televisi
untuk mengenalkan suatu informasi, ide, gagasan tentang suatu produk atau jasa yang
dijalankan oleh nonpersonal atau suatu organisasi kepada khalayak ramai atau lebih
singkatnya dari produsen kepada konsumen cara sebuah perusahaan untuk
memperkenalkan produknya kemasyarakat.
2.4 Sikap Ibu Tentang Bumbu Masak Instan
Sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang
kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
sikap adalah perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak.
Dalam pengertian yang lain, sikap adalah menerima atau tidaknya sesuatu aspek yang
dipengaruhi oleh simulus. Sikap membutuhkan adanya stimulus untuk menghasilkan
respon atau reaksi.
Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah
laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. La Pierre (dalam Azwar, 2003)
memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap
adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Ditambahkan oleh Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap
sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau
secara negatif (unfavorably) terhadap obyek-obyek tertentu. Pengertian Sikap adalah
merupakan reaksi atau proses seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
obyek. Sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu.Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012). Selanjutnya menurut Eagle dan
Chaiken dalam buku A.Wawan dan Dewi M. (2010) mengemukakan bahwa sikap dapat
diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam
proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Kemudian Menurut Secord dan
Backman dalam Saifuddin Azwar (2012) “sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseroang
terhadap sutatu aspek di lingkungan sekitarnya”. Menurut Harlen dalam Djaali (2006)
“sikap adalah kesiapan atau kecendrungan seseorang untuk bertindak berkenaan dengan
objek tertentu.”
Sikap dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu sikap yang orientasinya memihak
ratau mendukung (favourable) atau sikap yang berorientasi sebaliknya (unfavourable).
Sikap seperti ini sangat mempengaruhi kesiapan individu atau kelompok untuk
memberikan respon terhadap suatu objek. (Budiman dan Riyanto, 2013).
Berdasarkan teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sikap ibu rumah tangga
adalah bagaimana reaksi atau perasaan ibu rumah tangga tersebut dalam menanggapi
suatu stimulus yang diperoleh, yang kemudian reaksi dengan memahami dan mengetahui
sikap ibu tersebut, maka dapat diperkirakan respons ataupun perilaku yang akan diambil
oleh ibu rumah tangga yang bersangkutan.
Menurut Wawan dan Dewi (2011), beberapa faktor yang mempengaruhi sikap
seseorang yaitu :
1. Pengalaman pribadi merupakan dasar pembentukan sikap karena sifatnya yang kuat
dalam meninggalkan kesan.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting menimbulkan kecenderungan seorang
individu untuk patuh dan searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
3. Pengaruh kebudayaan tanpa didasari telah menanamkan dan mengarahkan sikap
seorang individu terhadap berbagai masalah.
4. Lembaga pendidikan sangat menentukan sistem kepercayaan yang nantinya akan
memengaruhi aspek sikap seorang individu.
5. Faktor emosional terkadang dapat medasari suatu bentuk dari aspek sikap. Terdapat
faktor lain menurut Bilson (2008) yang sangat mempengaruhi
sikap seseorang, yaitu iklan di televisi. Artinya, tayangan iklan di televisi dapat
memberikan pengaruh perubahan sikap seseorang yang melihatnya. Faktor- faktor
yang dominan mempengaruhi perubahan sikap, yaitu :
1. Sumber pesan.
Dalam upaya mengubah sikap seseorang, pihak yang menyampaikan pesan mempunyai
perana penting. Hal ini, di antaranya dari segi :
a) Kredibilitas. Pesam yang disampaikan oleh seseorang satau perusahaan
yang memounyai kredibiltas tinggi di masyarkat biasanya mempengaruhi minat dan
perhatian penerima pesan serta dapat mempengaruhi pula sikapseseorang terhadap pesan
tersebut. Misalnya : industri terkenal, para ahli kesehatan seperti dokter dan sebagainya.
b) Keatraktifan. Untuk iklan-iklan komersial, keaatraktifan dari pembawa pesan tersebut
menjadi hal penting untuk mnarik minat masyarakat.
c) Sehingga tidak jarang figure publik seperti artis terkenal diminta perusahaan untuk
membawakan iklan, meskipun figur public itu sendri mungkin tidak menggunakan
produk tersebut.
2. Isi Pesan
Isi pesan yang disampaikan dalam iklan komersial biasanya berisikan sugesti sehingga
dapat menarik minat dan perhatian responden.
3. Penerima Pesan
a) Kemudahan untuk dipengaruhi. Perusahaan berusaha membuat iklan semenarik
mungkin agar mndapat perhatian dari masyarakat, sehingga masyarakat akan
mempertimbangkan dan mungkin akan memutuskan membeli.
b) Interpretasi dan seleksi. Kemampuan suatu pesan untuk mempengaruhi sasaran, sangat
bergantung pada interpretasi dan seleksi terhadap pesan yang masuk, sehingga informasi
yang diberikan seharusnya diberikan sesuai taraf kemampuan mengintrepetasi informasi
dari kelompok sasaran.
Hal- hal tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap
seseorang terhadap pesan yang disampaikan, dalam hal ini adalah iklan di televisi. Oleh
karena itu perusahaan yang membuat iklan perlu memperhatikan hal-hal tersebut di atas
dan masyarakat khususnya ibu rumah tangga lebih selektif dalam memilih informasi
sebagai sumber pemilihan produk dalam hal produk bumbu masak instan.

2.5 Tindakan Ibu Dalam Penggunan Bumbu Masakan Instan

Tindakan (action) adalah respon yang diberikan seseorang terhadap rangsangan


yang ia dapat seperti kebudayaan, sosial/lingkungan, status, serta keluarga. Tindakan juga
merupakan respon yang diberikan dari sikap yang diambil seseorang. Suatu sikap belum
semuanya terwujud dalam tindakan. Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan
nyata diperluakan factor pendukung yang memungkinkan.

Sesudah seseorang mengetahui sebuah stimulus atau objek, kemudian


mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan akan melaksanakan apa yang sudah diketahui dan disikapi. Menurut Soekidjo
Notoatmodjo (2012) menjelaskan tindakan dibedakan menjadi empat tingkatan menurut
kualitasnya, yakni :

1. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubung dengan tindakan yang akan diambil
adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah merupakan praktik tingkat kedua.
3. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4. Adopsi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan ibu rumah tangga
dalam penggunaan bumbu masak instan di Perumahan Bukit Gading Cisoka Blok D No.
8 Kelurahan Selapajang Kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang Banten.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitian ini bersifat


observasional dengan desain cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perumahan Bukit Gading Cisoka Blok D No. 8


Kelurahan Selapajang Kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang Banten. Waktu
pelaksanaan penelitian ini pada bulan Maret 2021 – Juli 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga di Perumahan
Bukit Gading Cisoka Blok D No. 8 Kelurahan Selapajang Kecamatan Cisoka Kabupaten
Tangerang Banten, yang berjumlah 257 orang.
3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu rumah tangga di Perumahan Bukit
Gading Cisoka Blok D No. 8 Kelurahan Selapajang Kecamatan Cisoka Kabupaten
Tangerang Banten. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple
Random Sampling.

Pada penelitian ini penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan


rumus Slovin:

Dimana :

n = Sampel

N = Populasi

d = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat


ditolerir, kemudian di kuadratkan. Dengan tingkat kepercayaan 90%. diketahui jumlah
populasi = 257

maka :

n = 257/1+257(0,10)2 = 71,98 = 72

Jadi besar sampel = 71,98 orang, yang dibulatkan menjadi 72 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner yang meliputi
data pengetahuan, sikap dan tindakan ibu rumah tangga dalam penggunaan bumbu masak
instan.

3.4.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data umum dan demografi yang diperoleh dari Kantor RT
02 Blok D Perumahan Bukit Gading Cisoka Kelurahan Selapajang.

3.5 Defenisi Operasional


1. Pengetahuan bumbu masak instan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu rumah
tangga, tentang bumbu masak instan.
2. Sikap bumbu masak instan adalah reaksi atau respon ibu rumah tangga terhadap
produk bumbu masak instan.
3. Tindakan bumbu masak instan adalah segala praktek nyata yang dilakukan ibu rumah
tangga terhadap penggunaan bumbu masak instan.
4. Bumbu Masak Instan adalah bumbu jadi dalam bentuk kering maupun basah yang
telah diolah dan diproses industri dengan kemasan yang baik sehingga praktis dapat
langsung digunakan secara langsung pada masakan.

3.6 Metode Pengukuran


3.6.1 Pengetahuan
Penilaian pengetahuan diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang
telah diberi bobot. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka ukuran
tingkat pengetahuan ibu rumah tangga menurut Arikunto (2013):
 Tingkat pengetahuan baik, apabila skor responden > 75% dari seluruh pertanyaan
pengetahuan atau skor >15.
 Tingkat pengetahuan cukup, apabila skor responden 60%-75% dari skor seluruh
pertanyaan tentang pengetahuan atau skor 12-15
 Tingkat pengetahuan kurang, apabila skor responden <60% dari skor seluruh
pertanyaan pengetahuan atau skor <12.
3.6.2 Sikap
Penilaian sikap dapat diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang
telah diberi bobot. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka ukuran
sikap ibu rumah tangga menurut Arikunto (2013) :
 Sikap baik, apabila skor responden > 75% dari seluruh pertanyaan sikap atau skor
>13
 Sikap cukup, apabila skor responden 60%-75% dari skor seluruh pertanyaan
tentang sikap atau skor 10-13.
 Sikap kurang, apabila skor responden <60% dari skor seluruh pertanyaan sikap
atau skor <10.
3.6.3 Tindakan
Penilaian tindakan dapat diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang
telah diberi bobot. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka ukuran
tindakan ibu rumah tangga menurut Arikunto (2013) :
 Tindakan baik, apabila skor responden > 75% dari seluruh pertanyaan
pengetahuan atau skor >7
 Tindakan cukup, apabila skor responden 60%-75% dari skor seluruh pertanyaan
tentang pengetahuan atau skor 5-7.
 Tindakan kurang, apabila skor responden <60% dari skor seluruh pertanyaan
pengetahuan atau skor <5.
3.7 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji analisis univariat dan analisis
bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis ini berfungsi untuk distribusi tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu
rumah tangga dalam penggunaan produk bumbu masak instan.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap tentang bumbu masak instan dengan tindakan ibu rumah
tangga dalam penggunaan bumbu masak instan. Maka uji yang digunakan dalam
statistik ini adalah uji chi square.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.
Arens, William F, Michael F. Weigold, Arens Christian. (2011). Contemporary
Advertising & Integrated Marketing Communications, 13th Edition, USA: Mc
Graw Hill.
A, Shimp Terence. 2003. Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga.
Azwar, Saifuddin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Liberty.
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Baskin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi: Teoridan Praktik. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Bilson, S. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Budiman, dan Riyanto Agus. 2013. Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Bugin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Bugin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatid Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Belch, George E., Belch, Michael A. (2009). Advertising and Promotion : An
Integrated Marketing Communication Perpective. 8th Edition. New York :
McGraw-Hill.
Bovee, Courtland L, danArens, William F, Irwin Homewood. 1992.Contemporary
Advertising.Illionis.
Citra, Elita. 2009. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan
Garam Beryodium pada Ibu Rumah Tangga di Desa Agungmulyo Juwana
Pati. Jurnal Universitas Semarang.

Anda mungkin juga menyukai