Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

PEMANTAPAN PROFESI KEGURUAN (P2K)


KEGIATAN PROFESI KEGURUAN

SMP NEGERI 4 BARANTI

OLEH
Rita Nurfa
105361117216

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
JUNI, 2020
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN P2K

Laporan Program Pemantapan Profesi Keguruan oleh mahasiswa Universitas


Muhammadiyah Makassar di UPT SMP Negeri 4 Baranti Tahun ajaran 2019/2020
dinyatakan diterima dan disahkan

Yang melaksanakan kegiatan ini adalah:

Nama : Rita Nurfa

NIM : 105361117216

Jurusan : Pendidikan Matematika

Program Studi : Strata Satu (S1)

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas


Muhammaiyah Makassar

Makassar, 12 Juni 2020

Disahkan oleh,
Pengelola P2K

Dr. Tarman A. Arif, M.Pd.

i
LEMBAR PENILAIAN AKHIR
PEMANTAPAN PROFESI KEGURUAN (P2K)

Berdasarkan pengamatan dan Laporan Program Pemantapan Profesi Keguruan


(P2K) oleh mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Nama : Rita Nurfa

NIM : 105361117216

Jurusan : Pendidikan Matematika

Program Studi : Strata Satu (S1)

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Maka nilai akhir yang iberikan berasarkan rubric penilaian Laporan Kegiatan
Profesi keguruan, sebagai berikut.

Laporan Penilaian Skor Angka Huruf


A Kegiatan Profesi

Pertemuan 1
Pembimbing
Pertemuan . . .

B Kegiatan Pengabdian
Pencegahan covid 19
(misalnya: Tulisan, Poster
atau Vidio yang dilampirkan
dilaporan)
A = 3.50 – 4.00, B = 3.00 – 3.49, C = 2.50 – 2.99, D = 2.00 – 2.49

Nilai Akhir =
∑ ( A+ B) = .. .+. . . = . . .
2 2

Kegiatan Profesi+ Kegiatan Pengabdian


Nilai Akhir = =...
2

Makassar, 12 Juni 2020

Disahkan oleh,
Dosen Pembimbing Pengelola P2K

ii
iii

Salwa Rufaida, S.Pd., M.Pd. Dr. Tarman A. Arif, M.Pd.


DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................i

LEMBAR PENILAIAN...............................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Profil Proses Pembelajaran di Kelas........................................................1

B. Profil Hasil Belajar..................................................................................6

C. Rumusan Masalah Berdasarkan Profil Proses Pembelajaran dan Hasil

Belajar......................................................................................................5

D. Bentuk Tindakan untuk Memecahkan Masalah Sesuai dengan

Masalah....................................................................................................5

E. Argument Logis Pilihan Tindakan...........................................................6

F. Tujuan......................................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.............................................................................................7

1. Pengertian Belajar..............................................................................7

2. Hakikat Matematika...........................................................................9

3. Kualitas Pembelajaran Matematika...................................................10

4. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).................12

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

iii
iv

Together (NHT).................................................................................18

B. Hipotesis Tindakan..................................................................................22

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PROFESI

A. Jumlah Siswa, Tempat, dan Waktu Pelaksanaan P2K.............................23

B. Pertemuan-1 s.d Pertemuan-4..................................................................23

C. Evaluasi Pertemuan-1 s.d Pertemuan-4...................................................28

D. Simpulan dan Saran.................................................................................29

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN PENCEGAHAN COVID-19

A. Kegiatan ke-1...........................................................................................31

B. Kegiatan ke-2...........................................................................................31

BAB V TUJUAN KEGIATAN

A. Kegiatan ke-1...........................................................................................33

B. Kegiatan ke-2...........................................................................................33

C. Simpulan dan Saran.................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Profil Proses Pembelajaran di Kelas

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya

berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses

yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh

kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang

(Trianto, 2007: 1).

Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak

mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dalam proses pembelajaran

misalnya, pengembangan suasana kesetaraan melalui komunikasi dialogis yang

transparan, toleran, dan tidak arogan seharusnya terwujud di dalam aktivitas

pembelajaran. Suasana yang memberi kesempatan luas bagi setiap peserta didik untuk

berdialog dan mempertanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan diri

dan potensinya. (Aunurrahman, 2012: 1-2).

Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara

sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung

keberhasilan pengajaran, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses

pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan pada semua mata pelajaran, salah satunya

adalah mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam

kurikulum sekolah. Matematika diajarkan di sekolah dalam rangka memenuhi

kebutuhan jangka panjang (long-term functional needs) bagi siswa dan

masyarakat. Matematika juga perlu diajarkan di sekolah karena matematika

1
2

menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, matematika menyiapkan siswa

menjadi warga negara yang hemat, cermat dan efisien dan matematika membantu

siswa mengembangkan karakternya. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah

adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa, peningkatan sifat

kreativitas dan kritis.

Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya

belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82%

anak-anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang

positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri tetapi angka tinggi tersebut

menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 tahun.

Konsekuensinya, 4 dari 5 remaja dan orang dewasa memulai pengalaman

belajarnya yang baru dengan perasaan ketidaknyamanan, Nichol (Aunurrahman,

2012: 33).

Pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan individu

dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap belajar mengajar

adalah untuk memperoleh hasil yang optimal. Kegiatan ini akan tercapai jika

siswa sebagai subyek terlibat secara aktif baik fisik maupun emosinya dalam

proses belajar mengajar. Abdillah (Aunurrahman, 2009: 35) mengemukakan

bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

Dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subyek bukan obyek dan

belajar lebih dipentingkan dari pada mengajar. Disamping itu, siswa ikut

berpartisipasi, mencoba dan melakukan sendiri yang sedang dipelajari. Sedangkan


3

dalam pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran aktif, fungsi guru adalah

menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa berkembang secara

optimal.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas VII B SMP Negeri 4 Baranti,

peneliti menemukan permasalahan-permasalahan antara lain: yang Pertama,

siswa cenderung kurang mampu dalam menggunakan rumus dan kurang percaya

diri dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Kedua, kurangnya keaktifan dan

kemandirian siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung

tergantung pada guru dan temannya. Ketiga, kurangnya semangat dan minat siswa

dalam belajar matematika karena mereka cenderung beranggapan bahwa mata

pelajaran matematika cukup sulit dan kebanyakan rumus yang harus dihafal.

Akibatnya, hasil belajar matematika siswa rendah.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dicari solusi yang dapat mengatasi

masalah-masalah tersebut, dalam hal ini guru dituntut bukan hanya menguasai

materi pelajaran yang akan diajarkan tapi juga dapat memilih dan menggunakan

suatu model atau metode pembelajaran yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri

siswa, serta dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang akhirnya

akan menjadikan siswa semakin tertarik/berminat untuk mengikuti proses

pembelajaran.

Mengingat pentingnya matematika untuk pendidikan, maka perlu diusahakan

suatu cara yang dapat merangkul siswa untuk mempelajari matematika, salah satu

cara yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Di dalam pembelajaran

kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri

dari 4-6 orang dengan kemampuan dan latar belakang yang heterogen dan saling
4

membantu satu sama lain. Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yaitu tipe

Numbered Heads Together (NHT). Pada dasarnya, NHT merupakan varian dari

diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hamper sama dengan diskusi kelompok.

Perbedaannya terletak pada pemberian nomor atau kartu yang diberikan guru pada

masing-masing anggota kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang

sama dalam mempresentasikan hasil diskusinya. Namun, guru tidak

memberitahukan nomor atau anggota yang akan mempresentasikan hasil

diskusinya. Sehingga, semua siswa nantinya akan benar-benar terlibat dalam

diskusi kelompok. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan

siswa merasa senang dan antusias selama proses pembelajaran sehingga hasil

belajar, aktivitas, dan respon siswa meningkat.

B. Profil Hasil Belajar

Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di jenjang

persekolahan yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah

Menengah Atas. Sering juga dikatakan bahwa matematika sekolah adalah unsur-

unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau

berorientasi pada kepentingan kependidikan dari perkembangan IPTEK.

Pembelajaran matematika disesuaikan dengan tingkat perkembangan

intelektual siswa dan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar.

Pembelajaran matematika pada dasarnya memiliki berbagai masalah. Ada dua

masalah besar dan penting adalah: Pertama, sampai sekarang pelajaran

matematika di sekolah masih dianggap pelajaran menakutkan, terasa sukar, dan

tidak menarik. Kedua, merupakan ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan
5

manusia, tetapi banyak yang belum bisa mendapatkan manfaat matematika

utamanya dalam kehidupan sehari-hari.

Melihat masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran seperti yang

dikemukakan dalam profil proses pembelajaran di kelas, salah satunya yaitu

kurangnya minat dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga

menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hal ini terbukti dari nilai

rata-rata ulangan harian siswa yang masih belum mencapai criteria ketuntasan

minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah, yaitu 75. Sebaiknya seorang guru

menggunakan suatu metode dalam mengajar yang bisa mengatasi masalah yang

dihadapi dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan Profil Proses Pembelajaran dan Hasil


Belajar

Berdasarkan profil proses pembelajaran di kelas dan profil hasil belajar yang

telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada

siswa kelas VII SMP Negeri 4 Baranti?”.

D. Bentuk Tindakan untuk Memecahkan Masalah Sesuai dengan Masalah

Bentuk tindakan yang dilakukan dalam memecahkan masalah sesuai dengan

masalah yang ada dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dengan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) ini, maka diharapkan dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran matematika siswa kelasVII A SMP Negeri 4 Baranti.


6

E. Argument Logis Pilihan Tindakan

Sesuai dengan pengalaman sebelumnya bahwa siswa akan giat belajar, dapat

berkonsentrasi pada pelajaran, aktif bertanya dan mencatat, termasuk

memperhatikan penjelasan guru, apabila siswa diberitahu sebelumnya bahwa pada

setiap akhir pembelajaran akan diberikan tugas dimana nilai-nilai tugas tersebut

merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan nilai akhir. Tujuan lain

yang ingin dicapai melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) adalah untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami materi

dan keefektifan siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya.

Sehingga argumentasi dari pemilihan tindakan ini adalah “Jika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), maka

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa kelas VII B SMP

Negeri 4 Baranti.

F. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa

kelas VII B SMP Negeri 4 Baranti melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT).


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat

terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas

sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun tidak

dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari

kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada

ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar,

dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun

waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak

pernah berhenti (Aunurrahman, 2012: 33).

Belajar merupakan kegiatan yang paling penting dalam pendidikan. Dapat

dikatakan bahwa tanpa belajar, sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Belajar

adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi

peserta didik, kata "belajar" merupakan kata yang tidak asing, bahkan sudah

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam

menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Belajar merupakan tindakan dan

perilaku peserta didik yang kompleks. Peserta didik adalah penentu terjadi atau

tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat peserta didik

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Namun, kegiatan belajar tidak hanya dialami oleh peserta didik saja, tetapi

semua orang. Pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk

7
8

dan berkembang disebabkan karena belajar. Seseorang dikatakan belajar bila

dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang

mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan prilaku

sabagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach (Riyanto, 2009:5) bahwa

balajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu

menggunakan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara

mengamati, membaca meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah

tertentu. Menurut Oemar Hamalik (2009:154) definisi belajar adalah perubahan

tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Menurut William

Burton (Rokhayati, 2010:10) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku,

baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap pada individu berkat adanya

interaksi antar individu dan lingkungannya.

Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia

yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah

laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang

terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat,

mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar melalui aktifitas yang

terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan

pengalaman masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan.

2. Hakikat Matematika

Matematika adalah ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-

bentuk atau struktur yang abstrak dan hubungan antara hal-hal tersebut. Untuk
9

dapat memahami struktur dan hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan

tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Hal ini berarti

matematika merupakan belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan

yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep dan struktur.

Pada hakikatnya definisi tentang matematika belum bisa ditetapkan secara

umum, hal ini disebabkan karena jangkauan matematika yang sangat luas. jika

bebicara tentang pengertian matematika, berbagai pendapat muncul tentang

pengertian matematika tersebut, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman

masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu adalah

bahasa symbol; matematika adalah bahasa numerik; matematika adalah bahasa

yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional; matematika

adalah metode berpikir logis; matematika adalah saran berpikir; matematika

adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu sekaligus

menjadi pelayannya; matematika adalah sains mengenai kuantitas dan besaran;

matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan; matematika

adalah sains formal yang murni; matematika adalah sains yang memanipulasi

symbol; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika adalah

ilmu yang abstrak dan deduktif; matematika adalah aktivitas manusia.

Dalam Mempelajari matematika perlu diketahui karakteristik matematika.

Menurut Hudoyo (Roslina 2005:15) karakteristik yang dimaksud antara lain: (1)

Dalam matematika banyak kesepakatan dan penalaran, (2) Sangat dipertahankan

adanya konsistensi atau taat asas, (3) Obyek matematika bersifat abstrak, (4)

Susunan atau struktur matematika bersifat hirarkis, (5) Penalaran dalam

matematika bersifat deduktif atau aksiomatik.


10

Belajar matematika merupakan proses psikologis, yaitu berupa kegiatan aktif

dalam upaya memahami dan menguasai konsep matematika. Kegiatan aktif

dimaksudkan adalah pengalaman belajar matematika yang diperoleh siswa

melalui interaksi dengan matematika dalam konteks belajar mengajar di lembaga

pendidikan formal.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa belajar matematika pada

hakekatnya adalah kegiatan psikologis, yakni kegiatan aktif dalam memahami dan

menguasai serta mengkaji berbagai hubungan antara obyek-obyek matematika

sehingga diperoleh pengetahuan baru atau peningakatan pengetahuan dan

berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang diberi simbol-simbol itu

tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika

merupakan kegiatan mental yang tinggi karena matematika merupakan ide-ide

abstrak yang diberi simbol-simbol maka sebelum kita mengambil simbol-simbol

itu terlebih dahulu kita harus memakai ide-ide yang terkandung di dalamnya.

3. Kualitas Pembelajaran Matematika

Kualitas pendidikan merupakan salah satu masalah krusial yang sedang

dihadapi oleh Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, selain masalah

kuantitas, masalah efektifitas, masalah efisiensi, dan masalah relevansi

pendidikan. Komponen guru dan siswa merupakan dua subjek yang sangat

menentukan keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas. Guru merupakan

subjek yang merancang strategi sekaligus sutradara yang mengatur jalannya

proses pembelajaran di dalam kelas, termasuk mempersiapkan rencana pengajaran

dengan mempertimbangkan kurikulum, sarana dan prasarana yang ada.

Sedangkan siswa merupakan subjek yang harus memiliki kemampuan, motivasi


11

dan kesiapan yang memadai untuk belajar. Kualitas diartikan sebagai mutu,

tingkat atau nilai sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan

yang memberi nuansa agar program pembelajaran tumbuh dan berkembang secara

optimal.

Pembelajaran tidak hanya kita jumpai di sekolah atau tempat yang

berhubungan dengan pendidikan saja. Pembelajaran merupakan proses alami

dalam hidup manusia yang harus dialami agar meningkatkan pengalaman dan

kualitas hidup kita. Pembelajaran yang baik tentu akan memperoleh kualitas yang

baik pula.

Dalam dunia pendidikan, guru adalah peran penting untuk menentukan

kualitas pembelajaran bagi siswa-siswinya. Slavin mengemukakan bahwa di

dalam belajar harus mendapatkan perubahan perilaku yang positif pada tiap

individu yang di didik. Perubahan ini disebabkan oleh pengalaman yang

didapatkan masing-masing individu. Jika sudah mendapatkan perubahan itu

barulah kualitas pembelajaran dinilai cukup baik. Menurut Achjar Chalil, jika

ingin memperoleh kualitas pembelajaran yang tepat, peserta didik dan pendidik

harus terlibat dalam suatu interaksi dalam lingkungan mereka belajar.Munif

Chatib menyatakan, tak dapat dipungkiri bahwa komunikasi sangat menentukan

kualitas pembelajaran. Transfer informasi harus dilakukan oleh kedua belah pihak,

pendidik memberikan informasi dan peserta didik menangkap informasi yang

disampaikan itu. Knowles berpendapat, bahwa suatu proses pembelajaran dapat

dikatakan memiliki kualitas yang baik jika peserta didik sudah tergornisasi demi

mecapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Cronbanch, kualitas belajar yang


12

benar harus melibatkan peserta didik secara langsung. Peserta didik juga harus

menggunakan semua panca indra nya untuk mengalami proses pembelajaran itu.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran matematika

dapat diartikan sebagai mutu, tingkat atau nilai, yang meliputi kualitas proses dan

kualitas hasil sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar

program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dari segi proses

pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-

tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,

mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan

kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya

pada diri sendiri. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya kehadiran dan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan peningkatan kualitas hasil

belajar dapat diukur dengan tes atau ketuntasan belajar siswa.

4. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,

kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan

dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada

semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan
13

belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah

mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman

sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem

pembelajaran dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan

lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus

belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat membelajarkan sesama siswa lainnya.

Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

Lie (Warni, 2011:11) mengemukakan adanya lima unsur dasar dalam

pembelajaran kooperatif meliputi:

a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence).

Siswa harus merasa senang bahwa mereka saling tergantung positif dan

saling terikat sesama anggota kelompok. Dengan demikian, materi tugas

haruslah mencerminkan aspek saling ketergantungan, seperti tujuan belajar,

sumber belajar, peran kelompok dan penghargaan. Selain itu, guru perlu

menciptakan kelompok kerja yang efektif serta menyusun tugas yang

diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang

disampaikan oleh guru.

b. Tatap Muka (face-to-face interaction)

Belajar kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka satu dengan

yang lainnya dan berinteraksi secara langsung. Siswa harus saling


14

berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan

memberikan sumbangan pikiran dalam pemecahan masalah, siswa juga harus

mengembangkan keterampilan komunikasi secara efektif.

c. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability).

Setiap anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari materi dan

bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok. Hal inilah yang

menuntut tanggung jawab perseorangan untuk melaksanakan tugas dengan

baik.

d. Komunikasi antar anggota

Keterampilan sosial sangat penting dalam belajar kooperatif dan harus

diajarkan pada siswa. Siswa harus dimotivasi untuk menggunakan

keterampilan berinteraksi dalam kelompok yang benar sebagai bagian dari

proses belajar. Keterampilan sosial yang perlu dan sengaja diajarkan seperti

tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan

mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi

orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin

hubungan antar pribadi.

e. Evaluasi proses kelompok (group processing).

Guru perlu mengalokasikan waktu khusus untuk mengevaluasi proses kerja

kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya anggota kelompok dapat

bekerja sama dengan lebih efektif. Siswa memproses keefektifan kelompok

mereka dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang

dan mana yang tidak, dan mambuat keputusan terhadap tindakan yang bisa
15

dilanjutkan atau yang perlu diubah. Fase-fase dalam proses kelompok

meliputi umpan balik, refleksi dan peningkatan kualitas kerja.

Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah

sebagai berikut.

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota

kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab

yang sama di antara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam

kelompok kooperatif.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dilihat seperti yang aa dibawah ini:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah.
16

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Tujuan pembelajaran kooperatif:

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul

dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang

berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Model pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa

keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.

Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase-fase Tingkah laku guru


Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan

Menyampaikan tujuan dan pelajaran yang ingin dicapai pada

memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa belajar.
Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada

Menyajikan informasi siswa dengan jalan demonstrasi

atau lewat bahan bacaan


Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa

Mengorganisasikan siswa ke dalam bagaimana caranya membentuk

kelompok kelompok belajar dan membantu


17

kelompok agar melakukan transisi

secara efisien.
Fase-4 Guru membimbing kelompok-

Membimbing kelompok bekerja dan kelompok belajar pada saat mereka

belajar mengerjakan tugas mereka.


Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar

Evaluasi tentang materi yang telah dipelajari

atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil belajarnya.


Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk

Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu maupun

kelompok.

Menurut Muslimin dkk (2000), hasil penelitian yang menunjukkan manfaat

pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah antara lain:

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas;

b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi;

c. Memperbaiki kehadiran;

d. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar;

e. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil;

f. Konflik antar pribadi berkurang;

g. Sikap apatis berkurang;


18

h. Motivasi lebih besar atau meningkat;

i. Hasil belajar lebih tinggi;

j. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat

beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang

seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi dalam menerapkan model

pembelajaran kooperatif, yaitu tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD), jigsaw, investigasi kelompok, Teams Games Tournaments (TGT), dan

pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered

Heads Together (NHT) (Trianto, 2007: 49). Namun dalan penelitian ini penulis

mempergunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT). Alasan dipilih pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) karena pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh

Kagen (Ibrahim 2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap

isi pelajaran tersebut.

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah

merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.


19

Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser

Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang

mencakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut (Trianto, 2007: 62).

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama

dengan diskusi kelompok. Perbedaanya terletak pada pemberian nomor pada

masing-masing anggota kelompok, dimana nomor ini akan menjadi alat bagi guru

dalam penentuan presentasi hasil diskusi kelompok.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT), yaitu kelas terbagi kedalam kelompok-kelompok kecil, tiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang anggota heterogen, dan belajar dengan metode pembelajaran

kooperatif dan prosedur kuis.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran

kooperatif dengan tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan social


20

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan

yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai

pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam

kelompok dan sebagainya.

Prosedur dalam melaksanakan pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Masing-masing

siswa dalam kelompok diberi nomor. (Penomoran)

2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.(Mengajukan Pertanyaan)

3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar

dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

(Berfikir Bersama)

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka. (Menjawab)

5. Guru dan siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan. (Menyimpulkan)

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang

dikemukakan oleh  Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi;

b. Memperbaiki kehadiran;

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar;

d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil;


21

e. Konflik antara pribadi berkurang;

f. Pemahaman yang lebih mendalam;

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi;

h. Hasil belajar lebih tinggi.

Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together(NHT) sebagai berikut:

a. Kelas menjadi benar-benar hidup dan dinamis.

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

c. Meningkatkan semangat kerja sama antar siswa.

d. Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya

sebagai anggota kelompok.

e. Semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi kelompok.

f. Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama dalam

memgeluarkan pendapatnya.

g. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

h. Waktu untuk mengoreksi hasil kerja siswa, lebih efektif dan efisien.

Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:

a. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan

seperti ini.

b. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan

waktu yang lama..


22

c. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan

kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat

terampil menerapkan model ini.

Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik bagi siswa,

seperti halnya pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads Together (NHT)

diharapkan dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik diatas, maka hipotesis tindakan dirumuskan

sebagai berikut:

“Jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT), maka kualitas pembelajaran matematika siswa kelas VII B

SMP Negeri 4 Baranti dapat meningkat.


BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN PROFESI

A. Jumlah siswa, tempat, dan waktu pelaksanaan P2K

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas VII B SMP Negeri

4 Baranti dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan

12 orang perempuan dan dilaksanakan pada tanggal 27 Februari – 29 Maret 2020

Semester Genap tahun pelajaran 2019/2020.

B. Pertemuan-1 s.d pertemuan-4

Suatu pembelajaran matematika pada prinsipnya adalah serangkaian proses

yang dilakukan secara bersama-sama antara guru dan siswa untuk memahami

matematika secara aktif berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.

Belajar matematika bukan semata pandai berhitung tetapi juga memerlukan

kecakapan berpikir dan berargumentasi untuk menyelesaikan soal-soal atau

permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran matematika.

Untuk mewujudkan suatu pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa

dengan salah satu gejala yang terlihat adalah meningkatnya aktivitas siswa dalam

mengeksplorasi matematika, guru harus mampu mempersiapkan, merancang, dan

mengembangkan pembelajaran matematika dari paradigma pembelajaran lama

yang masih berpusat pada guru. Persiapan pembelajaran yang harus dirancang

oleh guru secara garis besar meliputi persiapan:

1. Materi Ajar

2. Sumber belajar

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

23
24

4. Lembar kerja peserta didik (LKPD)

Langkah-langkah minimal dari Penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan

Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran,

Sumber Belajar dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan

masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.

Penjelasan tiap-tiap komponen adalah sebagai berikut.

1. Mencantumkan identitas

Terdiri atas: Nama sekolah, mata pelajaran, kelas, standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, dan alokasi waktu.

Hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. RPP boleh disusun untuk satu kompetensi dasar

b. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dikutip dari silabus

karena standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator adalah satu

alur pikir yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

c. Indikator merupakan:

 Ciri pelaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa

peserta didik telah mencapai kompetensi dasar.

 Penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan

perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan

keterampilan.

 Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan

pendidikan dan potensi daerah.


25

 Rumusannya menggunakan kerja operasional yang diukur dan/atau

dapat diobservasi.

 Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

2. Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar dan

dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan.

3. Merumuskan tujuan pembelajaran

Output (hasil langsung) dari suatu paket kegiatan pembelajaran.

4. Menentukan materi pembelajaran

Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari

indikator.

5. Menentukan metode pembelajaran

Metode dapat diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran,

bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.

Karena itu pada bagian ini dicantumkan pembelajaran dan metode yang

diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik:

a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses,

kontekstual langsung, pemecahan masalah dan sebagainya.

b. Metode-metode yang digunakan misalnya: ceramah, inkuiri, observasi,

tanya jawab dan sebagainya.

6. Menetapkan kegiatan pembelajaran

a. Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-

langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah

kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti dan

kegiatan akhir/penutup.
26

b. Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disususn dalam bentuk

seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model

pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks atau modelnya.

Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan /pembuka, kegiatan inti dan

kegiatan akhir/penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.

7. Memilih sumber belajar

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam

silabus yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,

lingkungan, media, narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan

secara lebih operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang

digunakan.

8. Menentukan penilaian

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan

instrumen yang dipakai. Adapun langkah-langkah penyusunan alat evaluasi

(assessment) dapat dilakukan dengan:

a. Menentukan tujuan.

b. Menentukan instrument.

c. Melaksanakan instrument.

d. Menganalisis instrument.

e. Merefleksi instrument.

f. Melaporkan hasil penelitian.

Adapun Untuk proses pembelajaran dikelas tidak berlangsung maksimal

dikarenakan adanya waktu pelaksanaan penelitian begitu singkat dan juga ada

beberapa kali pertemuan pembelajaran yang tidak berlangsung karena libur


27

sekolah. Jadi untuk itu, peneliti melaksanakan proses pembelajaran dan

implementasi RPP hanya berlangsung selama 4 kali pertemuan.

Pada penerapan RPP, peneliti menggunakan model pembelajaran

Cooperative Learning. Karena dengan model pembelajaran ini interaksi antara

siswa dan guru/peneliti berjalan secara efektif, sehingga guru/peneliti mampu

melihat atau mengetahui perkembangan belajar siswa secara langsung.

Secara lebih rinci, implementasi penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat

dijabarkan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:

a. Mempersiapkan materi pelajaran.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi belajar mengajar di

dalam kelas.

d. Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal matematika berdasarkan kompetensi yang

ditentukan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam pembelajaran ini antara lain;

a. Mempersiapkan siswa, memberikan sedikit pencerahan dan sedikit

pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awa siswa di kelas secara

keseluruhan di awal pembelajaran (pertemuan pertama).

b. Memberikan perlakuan yaitu menerapkan metode Cooperative Learning

dalam pembelajaran matematika.


28

c. Melakukan observasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran disetiap

pertemuan.

d. Melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran disetiap pertemuan.

e. Memberikan tes dalam bentuk essay untuk melakukan evaluasi (posttest)

setelah penerapan metode Cooperative Learning.

3. Tahap Observasi dan Evaluasi

Observasi dilaksanakan ketika proses belajar mengajar berlangsung dengan

melihat secara langsung kondisi atau keadaan siswa pada saat pembelajaran

dan dengan menggunakan lembar observasi. Hal-hal yang dicatat dalam

observasi adalah aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar

berlangsung. Selain itu, pada tahap ini juga dilaksanakan evaluasi (tes hasil

belajar) untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang telah dicapai siswa

pada pembelajaran ini.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan

dianalisis. Pada tahap ini dilakukan refleksi untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan yang telah dicapai pada proses pembelajaran. Hasil refleksi ini

dijadikan sebagain acuan untuk merencanakan proses pembelajaran

selanjutnya.

C. Evaluasi pertemuan-1 s.d pertemuan-4

Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada program Pemantapan Profesi

Keguruan (P2K) di kelas VII-b SMP Negeri 2 Watang Sidenreng yang dimana

memperlihatkan peningkatan hasil belajar melalui proses pembelajaran langsung


29

yang diterapkan oleh guru/peneliti. Adapun yang dibahas disini adalah hasil

belajar siswa selama 4 kali pertemuan.

Pada proses pembelajaran terlihat beberapa peningkatan yang terjadi pada

siswa dimana berdasarkan hasil pengamatan sikap siswa di kelas selama kegiatan

belajar melalui model Cooperative Learning ternyata mampu mengubah sikap

belajar siswa dan dapat meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar siswa serta

menumbuhkan rasa saling kerjasama antar siswa. Selain itu, siswa lebih antusias

dalam mengikuti pembelajaran ditandai dengan rasa semangat dan disiplin siswa

serta berani mengajukan perta yaan, menjawab pertanyaan dan menyampaikan

pendapatnya. Rata-rata pula siswa mampu memahami pelajaran yang telah

mereka pelajari dan merefleksikan penerapannya pada kehidupan nyata.

D. Simpulan dan Saran

1. Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil setelah penelitian tindakan kelas ini

selama 4 kali pertemuan yakni;

a. Rata-rata siswa mengalami peningkatan selama proses pembelajaran

dilihat dari keaktifannya dalam sesi tanya-jawab, tepat waktu dalam

mengerjakan tugas dan mudah memahami materi yang diajarkan

walaupun tanpa menggunakan alat peraga atau media lainnya.

b. Penerapan model Pembelajaran Cooperative Learning efektif dapat

meningkatkan frekuensi keaktifan dan aktivitas dalam proses belajar

mengajar sesuai dengan pengamatan sikap siswa secara langsung

selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas berlangsung.


30

2. Saran

Dalam upaya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa, maka melalui penelitian tindakan kelas ini disarankan agar:

a. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika, maka diharapkan guru dapat menerapkan metode

penemuan terbimbing sebagai salah satu alternatif dalam

pembelajaran matematika.

b. Untuk meminimalisir persepsi siswa bahwa matematika adalah

pelajaran yang sulit dan membosankan, maka cerita-cerita atau

permainan matematika sangat bagus untuk disisipkan dalam kegiatan

pembelajaran matematika.
BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN PENCEGAHAN COVID-19

A. Kegiatan ke-1

Covid 19 atau Corona Virus adalah kelompok besar virus yang menyebabkan

berbagai jenis penyakit. Mulai dari batuk pilek hingga penyakit yang lebih parah.

Inveksi virus covid-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan pada 31 desember 2019.

Virus ini dapat menular antarmanusia yang menyebabkan angka penderita

semakin meningkat setiap harinya. Sampai saat ini, para peneliti di dunia terus

bekerjasama untuk menggali informasi terkait virus baru ini, melacak penyebaran

infeksi, dan memberikan informasi terbaru terkait pencegahan penyebaran wabah

covid-19.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan covid-19.

Salah satunya yakni dengan melakukan penyemprotan disinfektan pada beda-

benda yang sering digunakan. Pelaksanaan penyemprotan disinfektan dilakukan

pada tanggal 21 Maret 2020 di lingkungan sekolah dengan menyemprot seluruh

bagian sekolah yang sering di sentuh misalkan kursi, meja, dan lain sebagainya.

Selain sekolah diadakan pula penyemprotan disinfektan di lokasi posko SMPN 4

Baranti.

B. Kegiatan ke-2

Kegiatan ke-2 dalam pencegahan penyebaran virus corona yang dilakukan

oleh penulis yakni dengan membuat/membagikan video animasi yang berisi

imbauan dan edukasi terkait covid-19 serta langkah-langkah yang bisa dilakukan

dalam upaya pencegahan covid-19. Video ini dibagikan di group-grpup

WhatsApp SMPN 4 Baranti baik siswa maupun para guru. Video animasi tersebut

31
32

pula di posting di media social laiinya sebagai bentuk edukasi kepada setiap

masyarakat terlebih lagi kepada seluruh warga SMPN 4 Baranti.


BAB V

TUJUAN KEGIATAN

A. Kegiatan ke-1

Kegiatan penyeprotan disinfektan bertujuan sebagai langkah nyata dalam

pencegahan dini penyebaran virus covid-19 khususnya di lingkungan sekolah dan

juga di lingkungan posko SMPN 4 Baranti.

B. Kegiatan ke-2

Video animasi covid-19 dibuat dengan tujuan untuk memberikan edukasi atau

pemahaman kepada masyarakat luas tentang bahaya virus corona serta bagaimana

cara mencegah penularannya. Dengan adanya poster itu diharap masyarakat

mampu memahami bagaimana cara penularan virus tersebut dan pencegahannya

sehingga bisa memutuskan tali penyebaran covid-19.

C. Simpulan dan Saran

1. Simpulan

Covid 19 atau Corona Virus adalah kelompok besar virus yang

menyebabkan berbagai jenis penyakit hingga kematian. Salah satu

kegiatan yang dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid 19 yaitu

dengan melakukan kegiatan penyemprotan disinfektan serta pembuatan

video animasi terkait Covid 19. Tujuan tentu semata-mata untuk memutus

penyebaran virus covid-19 serta sebagai bahan edukasi kepada setiap

siswa dan lapisan masyarakat terkait bahaya virus ini.

2. Saran

a. Mahasiswa bisa membuat video animasi kreatif lainnya.

33
34

b. Melakukan hal-hal lain untuk mencegah penyebaran Covid 19.

c. Semua masyarakat mengaplikasikan tata cara pencegahan Covid 19.

d. Menjadikan diri sendiri sebagai pelopor dalam memutus rantai

penyebaran covid-19
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi


Aksara.
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
http://www.duniapelajar.com/2014/07/30/pengertian-kualitas-pembelajaran-
menurut-para-ahli/
http://bangpren.blogspot.com/2011/01/peningkatan-kualitas-belajar.html.
http://www.alief-hamsa.blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html

http://www.masbied.com/category/skripsi/2011/02/20/pendekatan-keterampilan-
proses.html.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan


Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Keguruan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Ryanto, yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tiro, Muhammad Arif. 2008. Dasar-dasar Statistika. Makassar: Andira Publisher.
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran Inovatif Beriorentasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Tim Penyusun Buku Panduan. 2020. Buku Panduan P2K. FKIP. Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Yusri, 2012. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Makassar: Skripsi FKIP
Universitas Muhammadiyah Makassar.

35

Anda mungkin juga menyukai