Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

DALAM UPAYA MENGHINDARI KEKURANGAN BAHAN BAKU


(Studi Kasus pada PT. Kedawung Setia Industrial, Surabaya)

Achmad Daengs, GS
email : bumigora80@gmail.com
Fakultas Ekonomi Universitas 45 Surabaya

ABSTRACT

Each company in running its business, conduct some activities, one of their activities to
supporting the company’s continuity by performing production process. Certainly, in
implementing them is required precise raw material stock. In the case of stock, it is necessary to
well-managed, and if does not good it will influence the company’s profil level. Too bulk of
material stock, compare to the procurement then will amplify the loss likely cause of damage,
quality reduction then will hampering the company smoothness and also otherwise. The
formulation that expressed is how to perform optimum raw material stock control in effort to avoid
raw material stock shortage in the company.

Keyword : EOQ, ROP, safety stock, shortage

ABSTRAK

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya, melakukan beberapa aktivitas, yang


sama salah satu aktivitasnya untuk menunjang kontinuitas perusahaan adalah dengan
melaksanakan proses produksi. Dalam melaksanakannya sudah barang tentu dibutuhkan
persediaan bahan baku yang tepat. Dalam masalah persediaa, perlu dikelola dengan baik, dan jika
tidak dikelola dengan baik mak akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan. Persediaan
bahan baku yang terlalu besar, dibandingkan dengan ketentuan maka akan memperbesar
kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas sehingga akan menghambat
kelancaran perusahaan, yang pada akhirnya akan memperkecil keuntungan yang diperoleh
perusahaan dan juga sebaliknya. Rumusan yang dikemukakan adalah bagaimana melaksanakan
pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dalam upaya menghindari kekurangan bahan
baku pada Perusahaan.

Kata kunci : EOQ, ROP, safety stock, shortage.

PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya peradaban manusia maka akan selalu diimbangi dengan
perkembangan atau peningkatan kebutuhan manusia itu sendiri, sementara pada sisi yang lain
pemenuhan kebutuhan akan dapat tercapai apabila ditunjang dengan ketersediaan barang dan jasa
yang mencukupi. Dengan fonomena yang demikian maka satu hal yang harus dicermati dalam
konsep ekonomi dijelaskan bahwa antara kebutuhan dan penyediaan barang dan jasa selalu
berbanding terbalik, sehingga hal ini menjadikan adanya pengelolaan bisnis atau kegiatan usaha
yang harus berkompetisi dalam artian persaingan.
Persaingan mengandung makna yang sangat abstrak, dalam arti bahwa persaingan yang
sehat akan menciptakan kemajuan dan sebaliknya persaingan yang tidak sehat justru akan saling

1
membawa kehancuran. Oleh karena itu sejauh mana menyikapi kedua hal tersebut, maka di sini
diperlukan pemahaman yang mendasar tentang makna pemenuhan kebutuhan dengan berbagai
parameternya dan di sisi lain makna dari penyediaan barang dan jasa yang sesuai dengan arah
kebutuhan.
Menjembatani arah dari kedua hal tersebut maka dari sisi penyedia barang dan jasa yang
harus lebih mampu menterjemahkan, mengingat pelaku-pelaku ekonomi pada bagian ini
dihadapkan pada berbagai tantangan kegiatan yang ada di lapangan. Sebagai hal yang perlu
dicermati bahwa persaingan antara perusahaan industri semakin hari semakin tajam hanya semata
untuk berebut pemenuhan kebutuhan manusia. Dengan semakin ketatnya persaingan tersebut maka
dibutuhkan kiat-kiat tertentu agar perusahaan tetap dapat bersaing dengan perusahaan yang lain
dalam kontek produk yang sama.
Penelitian ini bertujuan “Untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian persediaan bahan
baku yang optimal dengan cara menetapkan Economic Order Quantity (EQQ), Re Order Point
(ROP) , Safety Stock (SS), pada Perusahaan.
Harapan dapat memberikan manfaat : 1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan adalah sebagai
bahan perbandingan dan memberikan sedikit gambaran bagi peneliti lain yang ingin meneliti pada
bidang uang sama 2. Manfaat Bagi Pengambil Keputusan adalah merupakan bahan pertimbangan
bagi Perusahaan dalam mengatasi masalah yang sedag dihadapi. 3. Manfaat Bagi Peneliti adalah
sebagai bahan dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari dan untuk menambah wawasan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.

KAJIAN PUSTAKA
Menurut Schroeder (1995:4) persediaan atau inventory adalah stok bahan yang digunakan
untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan. Beberapa penulis
mendefinisikan sediaan sebagai suatu sumber daya yang menganggur dari berbagai jenis yang
memiliki nilai ekonomis yang potensial. Definisi ini memungkinkan seseorang untuk menganggap
peralatan atau pekerja-pekerja yang menganggur sebagai sediaan, tetapi kita menganggap semua
sumber daya yang menganggur selain daripada bahan sebagai kapasitas.
Sedangkan menurut Rangkuti (2004:1) persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu,
atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun
persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Johns dan Harding (1996:71), persediaan adalah suatu keputusan investasi yang penting
sehingga perlu kehati-hatian.
Kusuma (2009:132) persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk
digunakan atau dijual pada periode mendatang.
Menurut Meithiana (2017:46) : Pekerjaan harus menarik bagi pegawai, memberikan
kesempatan belajar, dan kesempatan menerima tanggung jawab.
Menurut Achmad Daengs, GS, Mahjudin (2015:96) : Product quality can be maintained
on the expertise and capabilities of personnel that involved in the production process from the
planning phase until the product is in the hands of customers.

Alasan Timbulnya Persediaan.


Menurut Schroeder (1995:6), empat alasan untuk mengadakan persediaan :
a. Untuk berlindung dari ketidakpastian.
Dalam sistem sediaan, terdapat ketidakpastian dalam pemasokan, permintaan dan tenggang
waktu pesanan. Stok pengaman dipertahankan dalam sediaan untuk berlindung dari
ketidakpastian tersebut.

2
b. Untuk memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis. Sering lebih ekonomis untuk
memproduksi bahan dalam jumlah besar. Dalam kasus ini, sejumlah besar barang dapat
diproduksi dalam periode waktu yang pendek, dan kemudian tidak ada produksi selanjutnya
yang dilakukan sampai jumlah tersebut hampir habis.
c. Untuk mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan penawaran. Ada
beberapa tipe situasi dimana perubahan dalam permintaan atau penawaran dapat diantisipasi.
Salah satu kasus adalah dimana harga atau ketersediaan bahan baku diperkirakan untuk
berubah. Sumber lain antisipasi adalah promosi pasar yang direncanakan dimana sejumlah
besar barang jadi dapat disediakan sebelum dijual. Akhirnya perusahaan-perusahaan dalam
usaha musiman sering mengantisipasi permintaan untuk memperlancar pekerjaan.
d. Menyediakan untuk transit. Sediaan dalam perjalanan (transit inventories) terdiri dari bahan
yang berada dalam perjalanan dari satu titik ke titik yang lainnya. Sediaan-sediaan ini
dipengaruhi oleh keputusan lokasi pabrik dan pilihan alat angkut. Secara teknis, sediaan yang
bergerak antara tahap-tahap produksi, walaupun didalam satu pabrik, juga dapat digolongkan
sebagai sediaan dalam perjalanan. Kadang-kadang, sediaan dalam perjalanan disebut sediaan
pipa saluran karena ini berada dalam pipa saluran distribusi.

Biaya-Biaya Dalam Persediaan


Menurut Tomy, Retno (2017:53) : Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan,
yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu.
Menurut Schroeder (1995:8) banyak keputusan persoalan persediaan dapat dipecahkan
dengan penggunaan kriteria ekonomi. Namun, satu dari prasyarat yang paling penting adalah suatu
pemahaman tentang struktur biaya. Struktur biaya sediaan menggabungkan empat tipe biaya
berikut :
a. Biaya satuan produksi (item cost). Biaya ini merupakan biaya membeli atau memproduksi
satuan barang sediaan secara individu. Biaya satuan barang ini biasanya diungkapkan sebagai
suatu biaya per unit yang digandakan oleh kuantitas yang diperoleh atau diproduksi. Kadang-
kadang biaya satuan dipotong jika cukup unit yang dibeli pada satu waktu.
b. Biaya pemesanan atau biaya persiapan (ordering or setup cost). Biaya pemesanan
dihubungkan dengan pemesanan suatu tumpukan atau partai dari satuan-satuan barang. Biaya
pemesanan tidak bergantung pada jumlah satuan yang dipesan; biaya ini dibebankan ke
seluruh tumpukan. Biaya ini termasuk pengetikan pesanan pembelian, pengiriman pesanan,
biaya pengangkutan, biaya penerimaan, dan seterusnya.
c. Biaya pengadaan atau penyimpanan (carrying or holding cost). Biaya pengadaan atau
penyimpanan berhubungan dengan penyimpanan satu-satuan barang dalam sediaan untuk
suatu periode waktu.
Biaya pengadaan biasanya terdiri dari tiga komponen :
1. Biaya modal. Apabila satuan-satuan barang diadakan dalam sediaan, modal yang ditanamkan
tidak dapat digunakan untuk maksud lainnya. Hal ini menunjukkan suatu biaya dari peluang
yang hilang untuk investasi lain, yang digunakan untuk sediaan sebagai suatu biaya peluang.
2. Biaya penyimpanan. Biaya ini mencakup biaya variabel, assuransi, dan pajak. Dalam
beberapa kasus, sebagian dari biaya penyimpanan adalah tetap, misalnya jika suatu gudang
dimiliki dan tidak dapat digunakan untuk maksud lain. Biaya tetap demikian seharusnya tidak
dimasukkan dalam biaya penyimpanan sediaan. Sebaliknya, pajak dan assuransi harus
dimasukkan hanya jika bervariasi sesuai dengan tingkat sediaan.
3. Biaya keusangan, kemerosotan, dan kehilangan. Biaya keusangan harus ditempatkan ke
satuan-satuan barang yang memiliki resiko tinggi untuk menjadi usang, semakin tinggi resiko
semakin tinggi biaya. Produk-produk yang mudah rusak harus dibebani dengan biaya

3
kemerosotan jika satuan barang merosot sepanjang waktu, misalnya makanan dan darah.
Biaya kehilangan memasukkan biaya kecurian dan kerusakan yang dikaitkan dengan
penyimpanan satuan-satuan barang dalam sediaan.
a. Biaya kehabisan stok (stockout cost). Biaya kehabisan stok mencerminkan konsekuensi
ekonomi atas habisnya stok.
Menurut Siswanto (2007:122) biaya-biaya yang digunakan dalam analisis persediaan:
b. Biaya Pesan (Ordering Cost)
Biaya pesan timbul pada saat terjadi proses pemesanan suatu barang. Biayabiaya
pembuatan surat, telepon, fax, dan biaya-biaya overhead lainnya yang secara
proporsional timbul karena proses pembuatan sebuah pesanan barang adalah contoh biaya
pesan.
c. Biaya Simpan (Carrying Cost atau Holding Cost)
Biaya simpan timbul pada saat terjadi proses penyimpanan suatu barang. Sewa gudang,
premi assuransi, biaya keamanan dan biaya-biaya overhead lain yang relevan atau timbul
karena proses penyimpanan suatu barang adalah contoh biaya simpan. Dalam hal ini,
jelas sekali bahwa biaya-biaya yang tetap muncul meskipun persediaan tidak ada adalah
bukan termasuk dalam kategori biaya simpan.
d. Biaya Kehabisan Persediaan (Stockout Cost)
Biaya kehabisan persediaan timbul pada saat persediaan habis atau tidak tersedia.
Termasuk dalam kategori biaya ini adalah kerugian karena mesin berhenti atau karyawan
tidak bekerja. Peluang yang hilang untuk memperoleh keuntungan.
e. Biaya Pembelian (Purchase Cost)
Biaya pembelian timbul pada saat pembelian suatu barang. Secara sederhana biaya-biaya
yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk
membayar pembelian persediaan.
f. Biaya Modal, merupakan konsep yang dinamis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
ekonomi, menurut Achmad Daengs, Mahjudin (2014:50).

Definisi EOQ (Economic Order Quantity)


EOQ (Economic Order Quantity) menurut Riyanto (2001:78) adalah jumlah kuantitas
barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah
pembelian yang optimal.
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005:68) adalah salah satu teknik pengendalian
persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian persediaan ini
menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan.
Tingkat pemesanan yang meminimasi biaya persediaan keseluruhan dikenal sebagai
model EOQ (Hendra Kusuma, 2001:136).
Model EOQ (Economic Order Quantity) diatas hanya dapat dibenarkan apabila asumsi-
asumsi berikut dapat dipenuhi menurut Petty, William, Scott dan David (2005:278) yaitu :
a. Permintaan konstan dan seragam meskipun model EOQ (Economic Order Quantity)
mengasumsikan permintaan konstan, permintaan sesungguhnya mungkin bervariasi dari hari
ke hari.
b. Harga per unit konstan memasukan variabel harga yang timbul dari diskon kuantitas dapat
ditangani dengan agak mudah dengan cara memodifikasi model awal, mendefinisikan kembali
biaya total dan menentukan kuantitas pesanan yang optimal.
c. Biaya pemesanan konstan, biaya penyimpanan per unit mungkin bervariasi sangat besar
ketika besarnya persediaan meningkat.

4
d. Biaya pemesanan konstan, meskipun asumsi ini umumnya valid, pelanggan asumsi dapat
diakomodir dengan memodifikasi model EOQ (Economic Order Quantity) awal dengan cara
yang sama dengan yang digunakan untuk harga per unit variabel.
e. Pengiriman seketika, jika pengiriman tidak terjadi seketika yang merupakan kasus umum,
maka model EOQ (Economic Order Quantity) awal harus dimodifikasi dengan cara memesan
stok pengaman.
f. Pesanan yang independen, jika multi pesanan menghasilkan penghematan biaya dengan
mengurangi biaya administraasi dan transportasi maka model EOQ (Economic Order
Quantity) awal harus dimodifikasi kembali.
Asumsi-asumsi ini menggambarkan keterbatasan model EOQ (Economic Order Quantity)
dasar serta cara bagimana model tersebut dimodifikasi. Memahami keterbatasan dan asumsi model
EOQ (Economic Order Quantity) menjadi dasar yang penting bagi manajer untuk membuat
keputusan tentang persediaan.

Penentuan EOQ (Economic Order Quantity)


Adapun penentuan jumlah pesanan ekonomis (EOQ) ada 3 cara menurut Assauri
(2004:182) yaitu :
a. Tabular Approach
Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular approach dilakukan dengan cara
menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan jumlah biaya per tahun.
b. Graphical Approach
Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara “Graphical approach” dilakukan dengan
cara menggambarkan grafik-grafik carrying costs dan total costs dalam satu gambar, dimana
sumbu horisontal jumlah pesanan (order) pertahun, sumbu vertical besarnya biaya dari
ordering costs, carrying costs dan total costs.
c. Dengan menggunakan rumus (formula approach)
Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam rumus-rumus
matematika dapat dilakukan dengan cara memperhatikan bahwa jumlah biaya persediaan yang
minimum terdapat, jika ordering costs sama dengan carrying costs.
Hampir semua model persediaan bertujuan untuk meminimalkan biayabiaya total dengan
asumsi yang tadi dijelaskan.
Metode EOQ (Economic Order Quantity) ini adalah metode yang digunakan untuk
mencari titik keseimbangan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan agar diperoleh
suatu biaya yang minimum.
Atas dasar model EOQ (Economic Order Quantity) diatas maka untuk menghitung biaya
persediaan yang paling optimal digunakan model Total Incremental Cost (TIC) yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Total Biaya Persediaan = Total Biaya Penyimpanan + Total Biaya
Pemesanaan

Multi Produk/Item (Joint Economic Order Quantity)


EOQ Multi Item adalah teknik pengendalian permintaan/pemesanan beberapa jenis item
yang optimal dengan biaya inventory serendah mungkin. Tujuan dari model EOQ adalah
menentukan jumlah (Q) setiap kali pemesanan sehingga meminimasi total biaya persediaan.
Metode EOQ multi item, dikarenakan mampu menekan biaya persediaan seminimal mungkin dari
biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. EOQ multi item merupakan teknik

5
pengendalian permintaan/pemesanan barang yang optimal dengan biaya inventory serendah
mungkin. Jumlah biaya yang ditekan serendah mungkin adalah carrying cost (biaya penyimpanan)
dan ordering cost (biaya pemesanan).
Model EOQ Multi Item
Model EOQ multi item merupakan model EOQ untuk pembelian bersama (joint purchase)
beberapa jenis item. Asumsi – asumsi yang dipakai antara lain :
a. Tingkat permintaan untuk setiap item konstan dan diketahui dengan pasti, waktu tunggu (lead
time) juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu tidak ada stockout maupun biaya stockout.
b. Waktu tunggu (Lead Time)-nya sama untuk semua item, dimana semua item yang dipesan
akan datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap siklus.
c. Biaya simpan (Holding Cost), harga per unit (unit cost) dan biaya pesan (ordering cost) untuk
setiap item diketahui. Tidak ada perubahan dalam biaya per unit (quantity discount), biaya
pesan, dan biaya simpan.
Asumsi-asumsi yang digunakan tidak berbeda dengan model statis EOQ single item,
hanya saja ditambah lagi dengan dua buah asumsi, yaitu :

a. Biaya pesan untuk masing-masing jenis persediaan adalah sama.


b. Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam % dari nilai rata-rata persediaan adalah sama.

Persediaan Pengaman (Safety Stock)


Pengertian persediaan pengaman (Safety Stock) menurut Rangkuti (2004:10) adalah
persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan bahan (Stock Out).
Sedangkan pengertian menurut Assauri (2004:186) sama halnya dengan pengertian
Rangkuti yaitu persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan
terjadinya kekurangan bahan (Stock Out).
Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang memungkinkan permintaan yamg
tidak seragam; sebuah cadangan (Heizer dan Render, 2005:76).

Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)


Selain memperhitungkan konsep EOQ (Economic Order Quantity), perusahaan juga perlu
memperhitungkan kapan harus dilakukan pemesanan kembali (Re Order Point).
Pengertian Re Order Point (ROP) menurut Rangkuti (2004:83) adalah strategi operasi
persediaan merupakan titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan sehubungan dengan
adanya Lead Time dan Safety Stock.
Sedangkan menurut Riyanto (2001:83) ROP adalah saat atau titik dimana harus diadakan
pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu
adalah tepat waktu dimana persediaan diatas Safety Stock sama dengan nol.
Menurut Assauri (1999:196) ROP (Re Order Point) adalah suatu titik atau batas dari
jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali.
ROP adalah tingkat (titik) persediaan dimana perlu diambil tindakan untuk mengisi
kekurangan persediaan pada barang tersebut (Heizer dan Render, 2005:75).
ROP (Re Order Point) menurut Gaspersz (2004:291) mengatakan bahwa tarik dari Re
Order Point (Pull System With Re Order Point) menimbulakan cash loading input ke setiap
tingkat adalah output dari tingkat atau tahap sebelumnya sehingga menyebabkan saling
ketergantungan diantara tingkat-tingkat dalam
sistem distribusi.

6
Lebih jauh lagi Gasperz menambahkan dalam system ROP (Re Order Point) setiap pusat
distribusi pada tingkat lebih rendah meramalkan permintaan untuk produk guna melayani
pelanggannya, kemudian memesan dari pusat distribusi pada tingkat yang lebih tinggi apabila
kuantitas dalam stock pada pusat distribusi yang lebih rendah mencapai ROP (Re Order Point).
Menurut Bambang Riyanto (2001:83) faktor untuk menentukan ROP adalah
a. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time).
b. Besarnya Safety Stock.
Re Order Point= (Lead Time × Penggunaan per hari)+ Safety Stock

Pengertian Pengendalian Persediaan


Satu dari fungsi manajerial yang sangat penting adalah pengendalian persediaan. Dan
apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, akan menyebabkan
biaya penyimpanan yang sangat berlebihan. Demikian pula apabila perusahaan itu tidak memiliki
persediaan yang mencukupi, maka akan dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya
kekurangan bahan.
Sebagaimana keputusan dari manajemen operasi yang lain, kebijaksanaan yang dianggap
paling efektif adalah mencapai keseimbangan diantara berbagai kepentingan di dalam perusahaan
tersebut. pengendalian persediaan harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat melayani kebutuhan
bahan ataupun barang dengan tepat dan dengan biaya yang sangat rendah :
 Lead time
 Jumlah pemakaian
 Jumlah investasi dalam persediaan
 Karakteristik phisik dan bahan mentah yang dibutuhkan

Menurut Sofjan Assauri (1998 : 85) : Material handling merupakan kegiatan mengangkat,
mengangkat dan meletakkan bahan-bahan atau barang-barang dalam proses di dalam pabrik,
kegiatan dimana yang dimulai dari sejak bahan-bahan masuk atau diterima di pabrik sampai pada
saat barang jadi atau produk akan dikeluarkan dari pabrik.

Menentukan Besarnya Persediaan


Adapun cara menentukan besarnya persediaan yang perlu diketahui sebagai dasar dalam
menentukan jumlah persediaan yang harus diadakan oleh perusahaan supaya proses produksi
berjalan lancar dengan biaya persediaan seminimal mungkin adalah sebagai berikut :
a. Safety Stock Adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga
kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Kegunaan safety stock untuk
menghindari terjadinya kemacetan proses produksi yang disebabkan kekurangan persediaan
barang (stock out). Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya safety stock menurut
Nitisemito (1992:87-88), adalah sebagai berikut :
1. Sulit tidaknya bahan tersebut diperoleh.
2. Kebiasaan leveransir menyerahkan barang.
3. Besarnya pesanan setiap kali pesan.
4. Kemungkinan adanya pesanan mendadak.
b. Re Order Point (ROP) Pengertian Re Order Point yang dikemukakan oleh Assauri (1999 :
180) adalah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga
kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat waktu dimana persediaan
di atas safety stock sama dengan nol. Untuk menentukan titik pemesanan kembali
menggunakan rumus lead time x pemakaian rata-rata + safety stock, atau dengan rumus :
ROP = (d x L) + SS, Sumber : Assauri (1999: 180).

7
c. Economic Order Quantity (EOQ) Dalam menghitung pembelian bahan baku yang optimal
dipergunakan perhitungan EOQ (Economic Order Quantity). Menurut Assauri (1999 : 182).
EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau
sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Dalam menentukan besarnya
jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya memperhatikan biaya variabel dari persediaan
tersebut.
Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis dapat digunakan EOQ kebutuhan
tetap :
2.S .D
EOQ = , Sumber : Assauri (1999 : 182).
P.I
Keterangan :
D = Kebutuhan bahan per tahun
S = Biaya pemesanan tiap kali pesan
P = Harga bahan baku
I = % Biaya penyimpanan

Pembelian bahan baku diasumsikan memenuhi syarat berlakunya EOQ seperti berikut :
a. Permintaan atau produksi adalah konstans, seragam dan diketahui (deterministik).
b. Harga per unit produk adalah konstans.
c. Biaya penyimpanan per unit per tahun adalah konstan.
d. Biaya pemesanan per pesanan adalah konstan.
e. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang diterima (lead time) adalah konstan.
f. Tidak terjadi kekurangan bahan atau back order.

PEMBAHASAN
Menurut Mahjudin, Achmad Daengs, GS, Retno Susanti (2017:44) : Through the
research, the Customisation, Culture and Communities Strategy is recommended as method.
Data awal perusahaan sebelum menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Biaya Persediaan Bahan Baku Panci Masak Tahun 2005 - 2008
(dalam rupiah)
Tahun Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan
2005 23.400.000 26.299.000 49.699.000
2006 30.000.000 3.652.500 33.652.500
2007 39.000.000 40.891.250 79.891.250
2008 45.600.000 56.819.125 102.419.125
Sumber : Intern Perusahaan

Dalam menyediakan bahan baku harus diperhatikan juinlah persediaan yang merupakan
persediaan terendah atau safety stock dan persediaan maksimum yang dimiliki perusahaan. Untuk
lebih jelasnya hubungan antara safety stock. Re Order Point, dan Economic Order Quantity dapat
dijelaskan pada gambar sebagai berikut ini :

8
Tahun 2005-2008

Gambar 1
Hubungan Antara EOQ, ROP, SS
Dan Persediaan Inventory Bahan Baku

Tabel 2
Biaya Persediaan Bahan Baku Panci Msisak Menurut EOQ Tahun 2005 - 2008
(dalam rupiah)
Tahun Tot. Biaya Pemesanan Tot. Biaya Penyimpanan Tol. Biaya Persediaan
2005 17.667.000 3.899.056 21.566.056
2006 28.125.000 3.495.800 31.620.800
2007 28.405.000 6.499.702 34.904.702
2008 36.214.000 7.599.003 43.813.003
Sumber : Data diolah penulis

Dari perhitungan yang dikemukakan di atas, maka dapat diperbandingkan antara kondisi sebelum
menggunakan perhitungan metode EOQ dan sesudah dilakukan perhitungan dengan metode EOQ
seperti tampak pada table

Tabel 3
Perbandingan Sebelum dan Sesudah
Pelaksanaan Pengendalian Dengan Metode EOQ
Tahun 2008
Keterangan Sebelum Sesudah
SS - 83.64 Kw
EOQ - 877,80 Kw
ROP - 167.28 Kw
Total biaya persediaan Rp. 102.419.125 Rp. 43.813.003

Sumber : Data diolah penulis

9
SIMPULAN
 PT. Kedawung Setia Industrial, Surabaya adalah perusahaan yang berdiri tahun 1954, dulu
bernama divisi tekstil yang bergerak dalam bidang pembuatan karung terigu, pada tahun 1996
orientasi mind setnya berubah dari produsen tekstil menjadi divisi produk tepung terigu.
 Selama berproduksi, sering terjadi kekurangan bahan baku.
 Perusahaan belum menyusun perencanaan dan pengendalian bahan baku, sehingga sering
terjadi kekurangan bahan baku.

Dengan hasil perhitungan yang penulis lakukan temyatajika perusahaan menggunakan metode
EOQ dalam menyusun perencanaan dan pengendalian bahan baku, maka dapat menghindarkan
kekurangan bahan baku.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Daengs GS, Mahjudin, 2014. Cost Of Quality Control To Improve Production Cost
Efficiency and Sales Productivity, Jurnal The Indonesian Accounting Review, STIE
Perbanas Surabaya. Hal. 115-128.
Achmad Daengs GS, Mahjudin, 2014. Pengaruh Earnings Management dan Level Of Disclosure
Tehadap Cost Of Equity Capital Pada Perusahaan Sektor Industri Real Estate dan
Property di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Bina Ekonomi, FE Universitas Katholik
Parahyangan Bandung, Vol. 18 No. 1 Januari 2014. Hal. 43-68.
Achmad Daengs GS, Mahjudin, 2015. Utilization of Quality Cost Report On Quality Improvement
Program in Order to Production Cost Efficeinsy at The Company, Jurnal of Economic
Sains, Universitas Ubudiyah Indonesia Aceh, Volume 1 No. Juni 2015. Page. 92-112.
Agus Ahyari, 1997. Manajemen Produksi, Edisi Empat, Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Assauri, Sofyan 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Elwood S. Buffa dan Rakesh K. Sarin. 1999. Manajemen Operasi dan Produksi Modern.
Terjemahan. Jilid Dua, Edisi Delapan. Bina Aksara. Jakarta.
Handoko, T. Hani. 1993. Dasar-dasar Management Produksi dan Operasi. Edisi Pertama.
Penerbit Fakultas Ekonomi. Gajah Mada. Yogyakarta.
Harsono. 1990. Manajemen Pabrik. Balai Aksara. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hendra Kusuma. 2009. Manajemen Produksi:Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi 4.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Johns, D. T., dan H. A. Harding.1996. Manajemen Operasi. Jakarta : PT Pustaka Binaman
Pressindo.
Mahjudin, Achmad Daengs, Retno Susanti. 2017. An Appplication of Online Branding Design
With Customisation, Culture and Communities Strategy. ADRI International Journal of
Small Business and Enterpreneurship. Vol. 1 No. 1 Surabaya, Page. 34-45.
Meithiana, Indrasari, 2017. Kepasan Kerja dan Kinerja Karyawan, Penerbit Indomedia Pustaka,
Yogyakarta. Hal. 1-71.
Rangkuti,F. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Render,B., dan J. Heizer. 2005. Manajemen Operasi. Jakarta : Salemba Empat.
Rika Ampuh Hadiguna. 2009. Manajemen Pabrik. Jakarta : Bumi Aksara.
Schroeder Roger.1995. Pengembilan Keputusan Dalam Suatu Fungsi Operasi. Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
Siagiyan. P. Sondang. 1996. Manajemen Produksi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Siswanto. 2007. Operations Research. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

10
Soekanto Reksodiprodjo. 1997. Manajemen Produksi dan Operasi. Cetakan ketiga. Penerbit
BPFE. Yogyakarta.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Kelima. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Suzan Fhelda, Achmad Daengs GS, 2017. Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Penjualan
Alat Kesehatan di UD. Putra Pertama Surabaya, Jurnal Pengabdian Masyarakat UNTAG
1945 Surabaya, Vol. 2. No. 2, Januari 2017. Hal. 14-23.
Thomas S. Kaihatu, Achmad Daengs, Agoes Tinus, 2015. Manajemen Komplain, Penerbit Andi
Offset, Yogyakarta. Hal. 1-156.
Tomy Johannes, Retno Susanti. 2017. Application of Safety Stock, Strategy Just In Time on
Distribution, Jurnal Global STIEUS Surabaya. Vol 1 No. 2. Hal. 52-62
Yamit, Julian. 1996. Manajemen Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai