(PSF404)
MODUL SESI 6
PRODUKSI (BAGIAN 4)
Dan
CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT YANG BAIK
DISUSUN OLEH
APT. MUCHAMMAD REZA GHOZALY, M.SI
PRODUKSI (BAGIAN 4)
1. Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang
menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk
memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin
menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam-proses.
2. Prosedur tertulis untuk pengawasan selama-proses hendaklah dipatuhi. Prosedur
tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan
sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa dan batas
penerimaan untuk tiap spesifikasi.
3. Di samping itu, pengawasan selama-proses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas
pada prosedur umum sebagai berikut:
a. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan
1. Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan
disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut
hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah
ulang atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu
disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.
2. Pengolahan ulang produk yang ditolak hendaklah merupakan suatu kekecualian.
Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu produk akhirnya tidak terpengaruh, bila
spesifikasinya dipenuhi dan prosesnya dikerjakan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan dan disetujui setelah dilakukan evaluasi terhadap risiko yang
mungkin timbul. Catatan pengolahan ulang hendaklah disimpan.
3. Pemulihan semua atau sebagian dari bets sebelumnya, yang memenuhi persyaratan
mutu, dengan cara penggabungan ke dalam bets lain dari produk yang sama pada
suatu tahap pembuatan obat, hendaklah diotorisasi sebelumnya. Pemulihan ini
hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan setelah
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 3 / 22
dilakukan evaluasi terhadap risiko yang mungkin terjadi, termasuk kemungkinan
pengaruh terhadap masa edar produk. Pemulihan ini hendaklah dicatat.
4. Kebutuhan pengujian tambahan hendaklah dipertimbangkan oleh kepala
Pengawasan Mutu terhadap produk hasil pengolahan ulang atau bets yang
mendapat penambahan dari produk pulihan.
5. Bets yang mengandung produk pulihan hanya boleh diluluskan setelah semua bets
asal produk pulihan yang bersangkutan telah dinilai dan dinyatakan memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan.
4. Produk kembalian
1. Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan industri
farmasi hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi label
kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa keraguan mutunya masih
memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut meliputi
pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang diperlukan, kondisi
dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran. Bilamana ada keraguan
terhadap mutu, produk tidak boleh dipertimbangkan untuk didistribusikan atau
dipakai lagi, walaupun pemrosesan ulang secara kimia untuk memperoleh kembali
bahan aktif dimungkinkan. Tiap tindakan yang diambil hendaklah dicatat dengan
baik.
2. Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan
dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk
kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi
secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 4 / 22
b. Produk kembalian yang dapat diproses ulang
c. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
3. Prosedur hendaklah mencakup:
a. Identifikasi dan catatan mutu produk kembalian
b. Penyimpanan produk kembalian dalam karantina
c. Penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian
Pengawasan Mutu
d. Evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah
produk dapat diproses ulang atau tidak
e. Pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan
ulang.
4. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur
pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah disiapkan.
Prosedur ini hendaklah mencakup Tindakan pencegahan terhadap kontaminasi
lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang.
5. Dokumentasi
8. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi
1. Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah risiko kecampurbauran atau kontaminasi serta memudahkan pemeriksaan
dan pemeliharaan.
2. Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah risiko kecampurbauran atau kontaminasi serta memudahkan pemeriksaan
dan sekelilingnya.
3. Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang sesuai.
Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan.
1. Pemisahan secara fisik atau cara lain yang tervalidasi (misalnya cara elektronis)
hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan atau produk yang ditolak,
kedaluwarsa, ditarik dari peredaran atau kembalian. Bahan atau produk, dan area
penyimpanan tersebut hendaklah diberi identitas yang tepat.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 8 / 22
2. Semua bahan awal dan bahan pengemas yang diserahkan ke area penyimpanan
hendaklah diperiksa kebenaran identitas, kondisi wadah dan tanda pelulusan oleh
bagian Pengawasan Mutu.
3. Bila identitas atau kondisi wadah bahan awal atau bahan pengemas diragukan atau
tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah tersebut
hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu
hendaklah menentukan status bahan tersebut.
4. Bahan awal dan bahan pengemas yang ditolak tidak boleh disimpan bersama-sama
dengan bahan yang sudah diluluskan, tapi dalam area khusus yang diperuntukkan
bagi bahan yang ditolak.
5. Bahan cetak hendaklah disimpan di “area penyimpanan terbatas” (restricted
storage area) dan penyerahan di bawah supervisi yang ketat.
6. Stok tertua bahan awal dan bahan pengemas dan yang mempunyai tanggal
kedaluwarsa paling dekat hendaklah digunakan terlebih dahulu (prinsip FIFO dan
FEFO).
7. Bahan awal dan bahan pengemas hendaklah diuji ulang terhadap identitas, kekuatan,
mutu dan kemurnian, sesuai kebutuhan, misal: setelah disimpan lama, atau terpapar
ke udara, panas atau kondisi lain yang mungkin berdampak buruk terhadap mutu.
1. Produk antara dan produk ruahan hendaklah disimpan di bawah kondisi yang tepat.
2. Tiap penerimaan hendaklah diperiksa untuk memastikan bahwa bahan yang
diterima sesuai dengan dokumen pengiriman.
3. Tiap wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang diserahkan ke area
penyimpanan hendaklah diperiksa kesesuaian identitas dan kondisi wadah.
4. Bila identitas atau kondisi wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi
diragukan atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah
1. Industri farmasi atau pemilik Izin Edar hendaklah melapor kepada otoritas terkait
dalam waktu yang tepat, setiap kendala dalam kegiatan pembuatan yang dapat
mengakibatkan keterbatasan/ketergangguan pasokan. Otoritas terkait yang
dimaksud adalah Kementerian Kesehatan dan Badan POM
C. Latihan
1. Jelaskan tentang keterbatasan pasokan produk akibat kendala proses pembuatan!
2. Jelaskan tentang penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas !
D. Kunci Jawaban
1. Industri farmasi atau pemilik Izin Edar hendaklah melapor kepada otoritas terkait
dalam waktu yang tepat, setiap kendala dalam kegiatan pembuatan yang dapat
mengakibatkan keterbatasan/ketergangguan pasokan. Otoritas terkait yang
dimaksud adalah Kementerian Kesehatan dan Badan POM
2. Penjelasan
a. Pemisahan secara fisik atau cara lain yang tervalidasi (misalnya cara
elektronis) hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan atau produk
yang ditolak, kedaluwarsa, ditarik dari peredaran atau kembalian. Bahan
atau produk, dan area penyimpanan tersebut hendaklah diberi identitas yang
tepat.
b. Semua bahan awal dan bahan pengemas yang diserahkan ke area
penyimpanan hendaklah diperiksa kebenaran identitas, kondisi wadah dan
tanda pelulusan oleh bagian Pengawasan Mutu.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 10 / 22
c. Bila identitas atau kondisi wadah bahan awal atau bahan pengemas
diragukan atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya,
wadah tersebut hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak
Pengawasan Mutu hendaklah menentukan status bahan tersebut.
d. Bahan awal dan bahan pengemas yang ditolak tidak boleh disimpan
bersama-sama dengan bahan yang sudah diluluskan, tapi dalam area khusus
yang diperuntukkan bagi bahan yang ditolak.
e. Bahan cetak hendaklah disimpan di “area penyimpanan terbatas” (restricted
storage area) dan penyerahan di bawah supervisi yang ketat.
f. Stok tertua bahan awal dan bahan pengemas dan yang mempunyai tanggal
kedaluwarsa paling dekat hendaklah digunakan terlebih dahulu (prinsip
FIFO dan FEFO).
g. Bahan awal dan bahan pengemas hendaklah diuji ulang terhadap identitas,
kekuatan, mutu dan kemurnian, sesuai kebutuhan, misal: setelah disimpan
lama, atau terpapar ke udara, panas atau kondisi lain yang mungkin
berdampak buruk terhadap mutu.
1. Prinsip
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan langkah-
langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi semua yang terlibat
dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk. Dokumen ini memberikan pedoman
bagi penyimpanan dan pengiriman produk jadi dari Industri Farmasi ke distributor. Aneks ini
harus mengacu kepada Bab – Bab terkait di dalam Pedoman CPOB.
2. Umum
1. Jika gudang industri farmasi bertindak juga sebagai pusat distribusi produk ke
fasilitas distribusi, fasilitas pelayanan kefarmasian dan fasilitas pelayanan
kesehatan, hendaklah industri farmasi juga menerapkan dan memenuhi pedoman
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
3. Personalia
5. Manajemen mutu
1. Jika dilakukan transaksi secara elektronis, hendaklah tersedia sistem yang memadai
dan prosedur yang jelas untuk menjamin ketertelusuran dan kepastian mutu obat.
2. Hendaklah tersedia prosedur pelulusan obat yang disetujui untuk memastikan
bahwa obat dijual dan didistribusikan hanya kepada distributor dan/atau sarana
yang berwenang.
3. Hendaklah dibuat prosedur dan catatan tertulis untuk memastikan ketertelusuran
distribusi produk.
4. Prosedur tetap harus tersedia untuk semua pekerjaan administratif dan teknis yang
dilakukan.
1. Obat hendaklah ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk mencegah
kontaminasi, kecampurbauran dan kontaminasi silang.
2. Area penyimpanan hendaklah diberikan pencahayaan yang memadai sehingga
semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan aman.
8. Penerimaan
1. Seluruh obat hendaklah disimpan dan dikirimkan dalam wadah pengiriman yang
tidak mengakibatkan efek merugikan terhadap mutu produk, dan memberikan
perlindungan yang memadai terhadap pengaruh eksternal, termasuk kontaminasi.
2. Label wadah pengiriman tidak perlu mencantumkan deskripsi lengkap mengenai
identitas isinya (untuk menghalangi pencurian), namun hendaklah tetap
mencantumkan informasi yang memadai mengenai kondisi penanganan dan
penyimpanan serta tindakan yang diperlukan untuk menjamin penanganan yang
tepat.
3. Jika pengiriman obat di luar pengendalian sistem manajemen industri farmasi,
hendaklah diberi label yang mencantumkan nama dan alamat industri farmasi,
kondisi transportasi khusus dan ketentuan lain yang dipersyaratkan termasuk
simbol-simbol keamanan. Lihat ketentuan CDOB.
4. Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk penanganan wadah pengiriman yang
rusak dan/atau pecah. Perhatian khusus hendaklah diberikan terhadap wadah
penyimpanan yang berisi produk yang mempunyai potensi bahaya.
12. Pengiriman
13. Dokumentasi
14. Keluhan
1. Tiap kegiatan yang terkait dengan penyimpanan dan pengiriman obat yang
didelegasikan kepada orang atau sarana lain hendaklah dilaksanakan sesuai kontrak
tertulis yang disetujui oleh pemberi dan penerima kontrak tersebut.
2. Kontrak tersebut hendaklah menegaskan tanggung jawab masing-masing pihak,
termasuk ketaatan terhadap prinsip-prinsip CDOB.
3. Tiap penerima kontrak hendaklah memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
Pedoman CDOB tersebut tersebut.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 19 / 22
4. Dalam kondisi tertentu, subkontrak diperbolehkan jika ada persetujuan tertulis dari
pemberi kontrak.
5. Penerima kontrak hendaklah diaudit secara berkala.
C. Latihan
D. Kunci Jawaban
1. Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan
langkah-langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi
semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk.
Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman produk jadi
dari Industri Farmasi ke distributor. Aneks ini harus mengacu kepada Bab – Bab
terkait di dalam Pedoman CPOB.
2. Penjelasan
a. Hendaklah tersedia prosedur dan catatan tertulis yang mendokumentasikan
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penyimpanan dan pengiriman
obat, termasuk semua tanda terima dan hal terkait yang dapat diterapkan.
Nama penerima produk tersebut hendaklah tercantum dalam semua terkait.
b. Hendaklah tersedia mekanisme untuk melakukan transfer informasi, baik
informasi mengenai mutu atau regulasi antara industri farmasi dan
pelanggan maupun transfer informasi kepada Badan POM sesuai
persyaratan.
c. Catatan yang terkait dengan penyimpanan dan distribusi obat hendaklah
disimpan dan dengan mudah tersedia jika diminta oleh Badan POM sesuai
dengan CPOB.
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 20 / 22
d. Catatan permanen, baik tertulis maupun elektronis, hendaklah tersedia untuk
tiap produk yang disimpan yang mengindikasikan kondisi penyimpanan
yang direkomendasikan, semua tindakan pencegahan yang harus diamati.
Persyaratan Farmakope dan peraturan lain yang berlaku tentang label dan
kemasan/wadah pengiriman hendaklah selalu dipatuhi.
e. Apabila catatan dibuat dan disimpan secara elektronis, hendaklah tersedia
backup untuk mencegah kehilangan data
E. Daftar Pustaka
1. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2012. Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Jakarta
2. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2012 Jilid I. Jakarta
3. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2014. Petunjuk Operasional Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2012 Jilid II. Jakarta
4. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2018. Peratuan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 34 Tahun 2018, Jakarta