Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

Nama : Yuni Sutariwati


NIM : 857928512
Fakultas/ Prodi : FKIP / PG PAUD

1. Jelaskan tinjaun historis persepsi terhadap anak usia dini


JAWABAN :
Berdasarkan catatan sejarah, telah berlangsung beberapa abad lamanya anak-anak
dipandang sebagai miniatur orang dewasa. Anak-anak dianggap telah terbentuk sepenuhnya
sebagaimana orang dewasa pada umumnya. Diperkirakan paham ini telah merata dan
mendominasi abad pertengahan. Pandangan tersebut tercermin pada lukisan-lukisan yang dibuat
pada abad pertengahan, di mana secara umum anak-anak, bahkan anak baru lahir diilustrasikan
dengan proporsi tubuh dan karakteristik wajah sebagaimana orang dewasa. Anak-anak dan orang
dewasa dibedakan hanya pada ukuran tubuhnya saja. Fakta ini merupakan bukti bahwa anak-
anak dianggap telah mencapai bentuk sempurna. Mereka sejak awal sudah dalam cetakan orang
dewasa. Pandangan demikian juga berlaku dalam aspek sosial, di mana anak- anak diperlakukan
sebagai orang dewasa. Pada usia enam atau tujuh tahun, biasanya mereka telah memasuki
masyarakat orang dewasa, bekerja, berbaur, dan bermain dengan orang-orang dewasa.

Sebagian ahli sejarah tidak setuju terhadap pandangan tersebut yang dinilai berlebihan
karena memandang anak sebagai orang dewasa kecil. Namun demikian, paham performansi yang
memandang anak sebagai miniatur orang dewasa ini juga banyak didukung oleh banyak
kalangan.

Referensi :
Suryana, Dadan.2019.Materi Pokok Dasar-Dasar Pendidikan TK. Tangerang : Universitas
Terbuka hal 1.7-1.8

2. Jelaskan pengaruh Pendidikan TK terhadap Pendidikan Dasar!


JAWABAN :
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU. No. 20/2003).
Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan formal
pendidikan anak usia dini, didalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Peraturan
Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 7 dijelaskan:
“ Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program
pendidikan bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun”.
Pendidikan di Taman Kanak-kanak merupakan persiapan untuk memasuki pendidikan
dasar. Hasil pendidikan di Taman Kanak-kanak sangat mempengaruhi pendidikan dasar.
Pengaruh pendidikan di Taman Kanak-kanak terhadap pendidikan dasar adalah besar sekali atau
dengan kata lain sangat menentukan.Departemen Pendidikan Nasional (2005:1) menjelaskan
bahwa :
“.......perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penguasaanberbagai bidang melalui
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah,antara melalui pembinaan dan pemgembangan
bakat,minat,dan kreativitas anak.”

Pada kegiatan pembelajaran di TK terdapat tema dan kegiatan yang bertujuan sebagai
pembiasaan yaitu pendidikan yang menekankan pada beranekaragam nilai dan norma. Muatan
materi di TK memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar
pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini
tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya.

Referensi :
Suryana, Dadan.2019.Materi Pokok Dasar-Dasar Pendidikan TK. Tangerang : Universitas
Terbuka hal 2.26-2.27
Hakim,Aceng Lukman.2011. Pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini terhadap Prestasi Belajar
Siswa Kelas I Sekolah Dasar di Kabupaten dan Kota Tangerang Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011. Tangerang :
UNIS Tangerang

3. Jelaskan pemikiran para tokoh tentang pembelajaran anak usia TK (Maria Montessori)!
JAWABAN :
Menurut Montessori, pendidikan anak harus sesuai dengan tahap-tahap perkembangan
anak. Dia meyakini bahwa anak-anak mengalami kemajuan melalui serangkaian tahap
perkembangan, masing-masing tahap memerlukan jenis pembelajaran yang dirancang secara
tepat dan spesifik.
Maria Montessori memandang anak usia prasekolah / TK sebagai suatu proses yang
berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan merupakan aktivitas diri yang mengarah
pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian dan pengarahan diri. Menurut Montessori,
persepsi anak tentang dunia merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Untuk itu ia merancang
materi yang memungkinkan indera seorang anak dikembangkan. Dengan menggunakan materi
untuk mengoreksi diri, anak menjadi sadar terhadap berbagai macam rangsangan kemudian
disusun dalam pikirannya. Oleh karena itu, Maria Montessori mengembangkan alat-alat belajar
yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan.
Pandangan Maria Montessori yang paling terkenal adalah bahwa dalam perkembangan
anak terdapat masa peka, yaitu suatu masa yan ditandai dengan begitu tertariknya anak terhadap
suatu objek yang lainnya. Pada masa tersebut anak memiliki kebutuhan dalam jiwanya yang
secara spontan meminta kepuasan. Masa peka ini tidak bisa dipastikan kapan timbulnya pada diri
seorang anak karena bersifat spontan dan tanpa paksaan.
Berkaitan dengan hal tersebut maka tugas seorang guru adalah mengamati dengan teliti
perkembangan setiap anaknya yang berhubungan dengan masa pekannya. Kemudian guru bisa
memberikan stimulasi atau rangsangan yang dapat membantu berkembangnya masa peka anak
sesuai dengan fungsinya. Anak memiliki kemampuaan untuk membangun sendiri
pengetahuannya dan hal tersebut dilakukan oleh anak mulai dari awal sekali. Selanjutnya, Maria
Montessori berpendapat bahwa kemerdekaan (kebebasan) adalah hak asasi setiap anak. Merdeka
berarti sanggup membuat sesuatu dengan tenaga dan usaha sendiri tanpa bantuan atau paksaan
orang lain.

Referensi :
Suryana, Dadan.2019.Materi Pokok Dasar-Dasar Pendidikan TK. Tangerang : Universitas
Terbuka hal 3.35-3.27
Elytasari, Suvidian.2017. Esensi Metode Montessori Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini
Jurnal Ilmiah Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2017.Cilacap : Universitas
Nadhatul Ulama Imam Ghazali (UNUGHA)

4. Jelaskan karakteristik permainan!


JAWABAN :
Permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari
kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak mencapai
perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. Ciri kegiatan permainan, yaitu :
a) Dilakukan berdasarkan motivasi instrinstik, maksudnya muncul atas keinginan pribadi
serta untuk kepentingan sendiri.
b) Perasaan dari orang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi
positif.
c) Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktifitas ke aktivitas lain.
d) Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhirnya.
e) Bebas memilih, ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada
anak kecil
f) Mempunyai kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai kerangka tertentu yang
memisahkan dari kehidupan nyata sehari-hari.
Menurut Hurlock (1995: 322- 326) karakteristik permainan pada masa anak- anak adalah
sebagai berikut:
a) Bermain dipenguhi tradisi Anak kecil menirukan permainan anak yang lebih besar,
yang menirukan dari generasi anak sebelumnya. Jadi dalam setiap kebudayaan, satu
generasi menurunkan bentuk permainan yang paling memuaskan kegenerasi selanjutnya.
b) Bermain mengikuti pola yang dapat diramalkan Sejak masa bayi hingga masa
pematangan, beberapa permainan tertentu populer pada suatu tingkat usia dan tidak pada
usia lain, tanpa mempersoalkan lingkungan, bangsa, status sosial ekonomi dan jenis
kelamin. Kegiatan bermain ini sangat populer secara universal dan dapat dirmalkan
sehingga merupakan hal yang lazim untuk membagi masa tahun kanak-kanak
kedalam tahapan yang lebih spesifik. Berbagai macam permainan juga mengikuti pola
yang dapat diramalkan. Misal, permainan balok kayu dilaporkan melalui empat
tahapan. Pertama, anak lebih banyak memegang, menjelajah, membawa balok
dan menumpuknya dalam bentuk tidak teratur; kedua, membangun deretan dan
menara; ketiga, mengambangakan teknik untuk membangun rancanganyang lebih rumit;
keempat, mendramatisir dan menghasilkan bentuk yang sebenarnya.
c) Ragam kegiatan permainan menurun dengan bertambahnya usia Ragam kegiatan
permainan yang dilakukan anak-anak secara bertahap berkurang dengan bertambahnya
usia. Penurunan ini disebabkan oleh sejumlah alasan. Anak yang lebih besar kurang
memiliki waktu untuk bermain dan mereka ingin menghabiskan waktunya dengan
cara menimbulkan kesenangan terbesar. Dengan meningkatnya lingkungan
perhatian, mereka dapat memusatkan perhatiannya pada kegiatan bermain yang lebih
panjangktumbang melompat dari satu permainan kepermainan lain seperti yang
dilakukan seperti usia yang lebih muda. Anak-anak meinggalkannya dengan alasan
karena telah bosan atau menganggapnya kekanak-kanakan.
d) Bermain menjadi semakin sosial dengan meningkatnya usia Dengan bertambahnya
jumlah hubungan sosial, kualitas permaianan anak-anak menjadi lebih sosial.
Pada saat anak-anak mencapai usia sekolah, kebanyakan mainan mereka adalah sosial,
sseperti yang ada dalam kegiatan bermain kerja sama, tetapi hal ini dilakukan apabila
mereka telah memiliki kelompok dan bersamaan dengan itu, timbul kesempatan untuk
belajar berteman dengan cara social.
e) Jumlah teman bermain menurun dengan bertambahnya usia Pada fase prasekoah, anak
menganggap semua anggota kelompok sebagai teman bermain, setelah menjadi anggota
gang, semua beruabah. Mereka ingin bermain dengan kelompok kecilnya itu dimana
anggotanya memiliki perhatian yang sama dan permianannya menimbulkan
kepuasan tertentu bagi mereka.
f) Bermain semakin lebih sesuai dengan jenis kelamin Anak laki-laki tidak saja menghindari
teman bermain perempuan pada saat mereka masuk sekolah, tetapi juga menjauhkan diri
dari semua kegiatan bermain yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
g) Permainan masa kanak-kanak berubah dari tidak formal menjadi formal Permainan anak
kecil bersifat spontan dan informal. Mereka bermain kapan saja dan dengan mainan
apa saja yang mereka sukai, tanpa memperhattikan tempat dan waktu. Mereka tidak
membutuhkan peralatan atau pakaian khusus untuk bermain. Secara bertahap menjadi
semakin formal.
h) Bermain secara fisik kurang aktif dengan bertambahnya usia Perhatian anak dalam
permainan aktif mencapai titik rendahnya selama masa puber awal. Anak-anak tidak saja
menarik diri untuk bermain aktif, tetapi juga menghabiskan sedikit waktunya untuk
membaca, bermain dirumah atau menonton televisi. Kebanyakan waktunya dihabiskan
dengan melamun - suatu bentuk bermain yang tidak membutuhkan tenaga banyak.
i) Bermain dapat diramalkan dari penyesuaian anak Jenis permainan, variasi kegiatan
bermain, dan jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain secara keseluruhan
merupakan petunjuk penyesuaian pribadi dan sosial anak.
j) Terdapat variasi yang jelas dalam permainan anak. Walau semua anak melalui tahapan
bermain yang serupa dan dapat diramalkan, tidak semua anak bermaian dengan cara
yang sama pada usia yang sama. Variasi permainan anak dapat ditelusuri pada
sejumlah faktor.
Referensi :
Suryana, Dadan.2019.Materi Pokok Dasar-Dasar Pendidikan TK. Tangerang : Universitas
Terbuka hal 4.9
Musfiroh,Tadkiroatun dkk.2019.Materi Pokok Bermain dan Permainan Anak. Tangerang :
Universitas Terbuka hal 7.9
Elfiadi.2016. Bermain Dan Permainan Bagi Anak Usia Dini Jurnal Ilmiah Itqan, Vol. VII, No. 1,
Januari - Juni 2016. STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

Anda mungkin juga menyukai