Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yuni Sutariwati

NIM : 857968512

TUGAS TUTORIAL I

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

PAUD 4104

1. Andi dan alif adalah teman akrab di sekolahnya. Mereka sama-sama berusia 5 tahun.
Andi memiliki postur tubuh yang tinggi, kedua orang tua andi memang memiliki postur
tubuh yang tinggi. Sedangkan alif memiliki tubuh yang gempal bahkan dibandingkan
dengan anak-anak sebayanya. ibu alif memang selalu membolehkan ketika alif membeli
jajanan apapun meski itu makanan yang kurang sehat seperti softdrink dan makanan
yang lainnya, dirumah pun ibunya tidak melarang ketika alif seharian bermain game
dirumah. Andi termasuk anak yang aktif disekolah ia terlihat terbiasa dengan aktifitas di
luar ruangan, ia juga sudah bisa bersepeda karena orang tuanya sering mengajaknya
melakukan aktifitas diluar seperti bersepeda setiap akhir pekan. Sedangkan alif, ketika
aktifitas diluar ruangan bisa mengikuti teman-temannya seperti berlari atau bermain bola
namun lebih lambat dan lebih cepat lelah. Dalam kegiatan dikelas seperti menggambar
baik andi dan alif mampu mengikuti dengan baik, gambarnya pun sudah menyerupai
bentuk sebenarnya
a. Jelaskanlah gambaran perkembangan fisik-motorik andi dan alif
b. Jelaskanlah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan fisik andi dan
alif
JAWABAN :

a. Dari cerita diatas dapat diketahui bahwa Andi dan Alif berada pada tahap
perkembangan usia yang sama. Yang Hal ini diketahui dari usia mereka yang sama
5 tahun. Mereka dapat melakukan kegiatan motorik kasar yang sama (berlari,
bermain bola dsb). Akan tetapi Andi lebih lincah dibandingkan dengan Alif.
Perkembangan fisik keduanya berbeda. Dapat diketahui bahwa Andi tampak lebih
tinggi Sedangkan Alif tampak lebih gemuk. Perkembangan motoric halus keduanya
sudah baik, hal ini terlihat dari keduanya yang mampu dengan baik mengikuti
kegiatan menggambar di kelas.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik andi dan Alif antara lain :
 Hereditas adalah proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang ada
pada orang tua atau dari keturunan kerabat-kerabat terdekat. Dimana sifat
bawaan ini sulit untuk dirubah kerena udah menjadi kebiasaan atau keturunan
dari sifat orang tuanya. Hal ini dapat kita lihat Andi memiliki Postur tubuh yang
tinggi karena kedua orang tua andi juga memiliki postur tubuh tinggi. Kedua
orang tua Andi mewariskan gen tubuh tinggi pada anaknya.
 Hormon. Hormone ini berkaitan dengan hereditas/ gen penurunan sifat pada
point satu. Hormone ini terdistribusi dalam darah seseorang. Nah karena Anak
merupakan gabungan dari 2 gen kedua orang tuanya maka dapat dikatan anak
tersebut membawa darah orang tua mereka. Oleh karena itu kandungan kadar
hormone dalam tubuh anak sama dengan orang tuanya. Hormone ini akan
mempengaruhi pertumbuhan fisik anak sehingga fisik anak akan mirip dengan
struktur fisik kedua orang tua mereka.
 Nutrisi. Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan
berkembang. Gizi memperlancar metabolisme tubuh, meningkatkan tumbuh-
kembang anak, meningkatkan imunitas, regenerasi sel otak, dan membantu
anak untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Asupan nutrisi ini akan
berpengaruh pada pertumbuhan fisik anak. Hal ini dapat kita lihat dari
pertumbuhan fisik alif. Alif cenderung lebih gemuk di bandingkan teman
sebayanya karena selera makan Alif lebih tinggi dibandingkan teman lainnya,
Namun karena kontrol makanan ibunya tidak bagus (membolehkan makanan
yang tidak sehat) maka perkembangan fisik Alif cenderung Obesitas/ berlebih
sehingga mengganggu kelincahan anak dalam menjalannkan aktivitasnya.

REFERENSI :

Hildayani,Rini,dkk. 2019. Materi PokokPsikologi Perkembangan Anak. Tangerang :


Universitas Terbuka. Hal 3.7-3.3.9

Sit,Masganti.2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan : PERDANA PUBLISHING.


Hal 73-75

2. Apa itu resiliensi dan faktor apa yang mempengaruhi resiliensi seorang anak !
JAWABAN:
Resiliensi adalah kemampuan seorang individu untuk bangkit kembali dari tekanan
hidup, belajar dan mencari elemen positif dari lingkungannya untuk membantu
kesuksesan proses beradaptasi dengan segala keadaan dan mengembangkan selu-ruh
kemampuannya, walau berada dalam kondisi hidup tertekan, baik secara eksternal atau
internal. Apabila dikaitkan dengan anak, maka anak yang relisiensi adalah anak yang
tetap tenang dan kompeten di bawah tantangan/ancaman atau anak yang mampu
bangkit kembali dari kejadian traumatis.
Contohnya : anak yang sedang belajar sepeda kemudian jatuh, namun si anak tersebut
mampu bangkit lagi untuk belajar naik sepeda kembali. Anak tersebut
berani melawan rasa traumatis jatuh dari sepeda sehingga nak tersebut
dapat dikatakan resiliensi.

Factor-faktor yang mempengaruhi relisiensi seorang anak antara lain :


a. Factor resiko yang meliputi karakteristik kepribadian, self-efficacy, self-esteem,
internal Locus of control, optimisme, kapasitas intelektual, konsep diri yang positif,
faktor demografi (usia, jenis kelamin, suku), harapan, ketangguhan, regulasi emosi,
dan sebagainya yang dapat menurunkan relesensi
b. Factor protektif merupakan karakteristik kepribadian, self-efficacy, self-esteem,
internal Locus of control, optimisme, kapasitas intelektual, konsep diri yang positif,
faktor demografi (usia, jenis kelamin, suku), harapan, ketangguhan, regulasi emosi,
dan sebagainya yang dapat meningkatkan relesensi

REFERENSI :

Hildayani,Rini,dkk. 2019. Materi Pokok Psikologi Perkembangan Anak. Tangerang :


Universitas Terbuka. Hal 4.23 – 4.26

Utami,Cicilia Tanti,dkk. 2017. Self-Efficacy dan Resiliensi: Sebuah Tinjauan Meta-


Analisis Buletin Psikologi 2017, Vol. 25, No. 1. Yogyakarta : UGM

3. Jelaskan tahap perubahan pemahaman diri pada anak !

JAWABAN :

Ada 3 tahapan perubahan dalam pemahaman diri pada anak, antara lain sebagai
berikut:
a. Single representation yaitu pernyataan-pernyataan yang dibuat anak merupakan
satu dimensi yang terpisah-pisah. Anak memandang dari satu dimensi dan
pikirannya masih melompat-lompat dari satu topik ke topik lain. Pada tahap ini , anak
belum bisa belum bisa melihat dua aspek sekaligus dalam satu waktu.
Contoh : “aku suka maianan sama Lala, tapi aku tidak suka kalau dia ambil
mainanku ma”.
b. Representation mapping yaitu anak mulai menghubungkan satu aspek dengan
aspek yang lain dalam dirinya. Pemahaman diri tidak sebatas cara visual tetapi
sudah mengenali dirinya dari tubuhnya, dipahami secara fisik seperti ukuran, bentuk,
dan warna.
Contoh: anak 4 tahun bilang “saya berbeda dari dia karena saya mempunyai rambut
warna coklat dan dia warna hitam” atau “saya berbeda dari dia karena saya lebih
tinggi dari dia”.
c. Representational system yaitu tahap dimana anak mulai menggabungkan sifat
yang spesifik tentang dirinya ke konsep umum dan multidimensi. Penggambaran diri
secara hitam putih menurun dan diskripsi diri menjadi lebih seimbang.
Contoh : “saya bagus dalam bermain bola, tapi jelek dalam berhitung”.

REFERENSI :

Hildayani,Rini,dkk. 2019. Materi Pokok Psikologi Perkembangan Anak. Tangerang :


Universitas Terbuka. Hal 4.32-4.33
4. Jelaskan secara singkat perkembangan moral dari masing-masing pendekatan yang
ada!

JAWABAN :

Menurut Kohlberg (gunarsa, 1985) mengemukakan perkembangan moral anak ada tiga
tingkat dengan enam tahap perkembangan, yaitu :

1. Tingkat 1: Prakonvensional

Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak
tidak melanggar aturan moral karena takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat
ini dibagi menjadi dua tahap:

(1) Tahap 1 : The Punishment and Obidience Orientation


Pada tahap ini anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ini ditentukan
oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, atau
kalau tidak, akan mendapat hukuman,

Contoh : “ saya tidak mau berbohong, karena kalau berbohong Bapak saya akan
memarahi saya”

Tahap 2 : The Instrumental-Relativist Orientation (Exchange of favour)

Pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang
berada di luar dirinya yang ditentukan orang lain yang memiliki otoritas. Anak mulai
sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi yang bergantung pada
kebutuhan (relativisme) dan kesenangan seseorang (hedonisme).

Contoh : “ kalau saya ramah pada si Jono, tentunya ia juga akan ramah kepadaku.”

2. Tingkat II: Konvensional

Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama agar diterima dalam
kelompoknya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap:

(1) Tahap 3 : The Interpersonal Concordance or “Good Boy-Nice Girl” Orientation.


Pada tahap ini anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan yang dapat dinilai
baik atau tidak baik oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dikatakan baik dan
benar apabila sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat.

Contoh : “ Kalau Ayah tahu saya telah berbohong, lain kali ayah tidak akan percaya
lagi padaku, karena itu saya tidak mau berbohong.”

(2) Tahap 4 : Authority and Social Order Maintaining Orientation.


Pada tahap ini anak menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan hanya agar
dapat diterima oleh lingkungan masyarakat di sekitarnya, tetapi juga bertujuan agar
dapat ikut mempertahankan aturan dan norma/ nilai sosial yang ada sebagai
kewajiban dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan aturan yang ada.

Contoh : “saya harus taat kepada hukum karena hal itu adalah kewajiban saya
sebagai warga negara yang baik. Hal itu akan membuat kehidupan yang
lancer dan mudah bagi semua pihak.”

3. Tingkat III: Pasca Konvensional

Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya.
Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap:

(1) Tahap 5 : The Social –Contract Legalistic Orientation


Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan
sosial dan masyarakat. Seseorang menaati aturan sebagai kewajiban dan tanggung
jawab dirinya dalam menjaga keserasian hidup masyarakat.

Contoh : “ saya taat pada peraturan atau hukum, karena suatu masyarakat tidak akan
dapatberfungsi baik kecuali bila warganya saling menghormati dan
menyesuaikan satu sama lainnya.”

(2) Tahap 6 : The Universal Ethical Principle Orientantion tahap universal.


Pada tahap ini selain ada norma pribadi yang bersifat subyektif ada juga norma
etik (baik/ buruk, benar/ salah) yang bersifat universal sebagai sumber menentukan
sesuatu perbuatan yang berhubungan dengan moralitas

Contoh : “ kekerasan, artinya menginjak-injak hak asasi orang lain. Kehidupan


manusia adalah suci dan harus didahulukan kepentingannya.”

REFERENSI :

Hildayani,Rini,dkk. 2019. Materi Pokok Psikologi Perkembangan Anak. Tangerang :


Universitas Terbuka. Hal 5.6-5.8

Maharani,Laila.2014. Perkembangan Moral Pada Anak Jurnal Bimbingan dan


Konseling (E-Journal) 01 (2); 2014. Lampung : IAIN Raden Intan
Lampung. Hal 93-98.

Anda mungkin juga menyukai