Taufiq
Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe
Jl. Medan Banda Aceh Km. 275, No. 1 Bukit Rata – Alue Awe, Lhokseumawe
e-mail: taufiqmahmud1979@gmail.com
Abstract: The Quran mentions the term treasure in some letters with various derevasion. The mention of the
word treasure is accompanied by the procedure of acquisition or utilization. One of them is the
prohibition of consuming treasure in a vanity way. As many as 36 times a word that means vanity is
mentioned in the Quran, including An- Nisa: 29 and At- Taubah: 34. Using a thematic
interpretation approach, explores some of the ethical messages contained in these two verses. Forbidden
treasures managed by vile. Indications of vanity include the emergence of disillusionment with the
parties and be classified as zalim.
seperti mabuk, bermain wanita, judi dan makna mal di dalam al-Quran dapat
lain-lain. Sebaliknya, orang yang mencari berarti harta yang hina (Q.S. [68]: 10-14,
harta dengan cara yang halal, biasanya Q.S. [23]: 55-56, Q.S. [26]: 88-89, dan lain-
memfungsikan hartanya untuk hal-hal lain), harta yang sangat dicintai (Q.S. [89]:
bermanfaat (Rahmat Syafi’i, 2004: 31). 20, dan lain-lain), harta yang
menyebabkan manusia berwatak jelek
STUDI LITERATUR (Q.S. [74]: 12, Q.S. [104]: 2, Q.S. [90]: 6, dll),
Harta dalam bahasa Arab disebut harta yang dimiliki tidak berguna
“”المال yang berasal dari kata maala- diakhirat (Q.S. [111]: 2, Q.S. [92]: 11, dan
yamiilu-mailan yang berarti condong, lain-lain), harta yang disesali karena tidak
cenderung, dan miring. Menurut berguna (Q.S. [69]: 28), harta yang
etimologi harta merupakan sesuatu yang berkembang (Q.S. [17]: 6, Q.S. [71]: 12, dan
di butuhkan dan diperoleh manusia, baik lain-lain), harta sebagai cobaan (Q.S. [2]:
berupa benda yang tampak seperti emas, 155), harta yang dibangga-banggakan
perak, binatang, tumbuh-tumbuhan (Q.S. [34]: 35, Q.S. [9]: 69), harta yang
maupun (yang tidak tampak), yakni membuat manusia menjauhkan diri dari
manfaat seperti kendaraan, pakaian, dan Allah (Q.S. [34] 37), harta yang tidak
tempat tinggal. diperlakukan dengan tidak benar (Q.S.
Menurut istilah fikih harta [11]: 87), dan harta yang menyesatkan
mempunyai sinonim makna dengan (Q.S. [10]: 88).
benda, yaitu segala sesuatu yang mungkin Dari jumlah dan beragam makna
dimiliki seseorang dan dapat diambil harta dalam Alquran, membuktikan
manfaatnya dengan jalan biasa (Ahmad betapa besarnya perhatian Islam terhadap
Azhar Basyir, 2009: 41). harta. Meskipun harta mempunyai sifat
Kata mal dalam Alquran disebutkan yang saling bertolak belakang. Kadang-
86 kali pada 79 ayat dalam 38 surah, dan kadang dapat menyelamatkan
ini tergolong jumlah yang cukup banyak pemiliknya, namun tak sedikit pula
menghiasi sepertiga surah-surah Alquran. mencelakakan.
Dari 86 kata mal itu terdapat 25 kata Oleh sebab itu, Islam telah mengatur
berbentuk mufrad dengan berbagai lafal, bagaimana caranya seorang muslim dapat
selanjutnya 61 kali dalam bentuk isim memanfaatkan harta yang dimilikinya itu
jama’ (amwal) dan jumlah ini belum agar berguna bagi kehidupan dunia dan
termasuk kata-kata yang semakna dengan akhirat. Belumlah lengkap jika harta itu
mal seperti rizq, mata’, qintar dan kanz hanya dinikmati untuk kepentingan
(perbendaharaan). duniawi dan sama sekali tidak
Yahya bin Jusoh (Azhari Akmal berpengaruh pada kehidupan akhirat,
Tarigan, 2012: 91), mengklasifikasikan keduanya harus mendapat porsi yang
Memakan Harta Secara Bati (Persepektif Surat An- Nisa: 29 dan At-Taubah: 34) ║247
seimbang. Islam memandang harta surah Al-Kahfi: 46 dan Ali Imran: 14.
sebagai jalan yang mempermudah Quraish Shihab menjelaskan, bahwa
manusia untuk menuju kesejahteraan penamaan keduanya sebagai hiasan
(zinah) jauh lebih tepat dari dari pada
(Abdullah Fatah Idris, 1989: 6).
menamainya qimah (sesuatu yang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berharga atau bernilai). Karena
bersabda: kepemilikan harta dan kehadiran anak
tidak dapat menjadikan menjadikan
ُ:ُلَث ُْ ُ َما ِلي!ُ َما ِلي إِنَّ َما ُُلَ ُهُُ ِم:ُ ل ُ ْالعَ ْب ُد
ُ َ ن ُ َما ِل ُِه ُث ُُ يَقُو seseorang berharga atau mulia.
ُطى ُفَاُْقتَنَى َ س ُفَأ َ ْبلَى ُُأ َ ُْو ُأ َ ْع
َُ ل ُفَأ َ ْفنَى أ َ ُْو ُلَ ِب
َُ َما ُأ َ َك Kemuliaan dan penghargaan hanya
.اسُ ِ َّار ُُك ُهُُ ِللن ِ َ كُفَ ُه َُوُذَا ِهبُُ َوت َُ َو َماُ ِس َوىُذَ ِل diperoleh melalui iman dan amal saleh
(M. Quraish Shihab, 2002: 70). Bila
“Seorang hamba berkata: “Hartaku! merujuk kepada pengertian harta yang
Hartaku!” Sesungguhnya yang menjadi didefinisikan oleh kalangan Syafi’iyah,
Malikiyah dan Hanabilah, unsur qimah
(harta) miliknya tidak lain hanya tiga: (1)
menjadi syarat sesuatu dianggap sebagai
Apa yang dia makan hingga habis, (2) Apa
harta. dank arena qimah akan dijadikan
yang dipakai hingga lusuh dan (3) Apa standar bila terjadi ganti rugi.
yang dia sedekahkan maka ia disimpan
sebagai pahala untuk akhirat. Apa jua
METODE PENELITIAN
selain itu (bukanlah hartanya kerana) dia
akan pergi (mati) dan meninggalkannya Penelitian ini menggunakan metode
kepada manusia. (Muslim dalam penelitian kepustakaan (library research).
Shahihnya, hadis No: 2959). Dengan cara menelaah beberapa tafsir
Dalam surat al-Kahfi ayat 46, kata untuk memahami makna surat an-Nisa:
harta disejajarkan dengan anak-anak dan 29 dan at-Taubah: 34. Sedangkan al-Quran
dianggap sebagai perhiasan dunia. menjadi sumber utama dalam penelitian
Terbukti dalam kehidupan, manusia ini. Untuk memahami makna memakan
begitu bangga dengan harta dan
harta yang batil dalam al-Quran maka
keturunan yang dimiliki, sehingga
memberikan kehidupan serta martabat digunakan pendekatan tafsir maudhui’
yang terhormat bagi yang memilikinya. atau tematik. Penggunaan pendekatan
Alquran pun mencatat beragam kisah metode tersebut karena yang ditelaah
yang berkenaan dengan orang-orang yang dalam penelitian ini hanya fokus pada
dicoba dengan harta dan anak. tema memakan harta secara batil.
Harta sangatlah penting dalam
menopang kehidupan bahkan menjadi
terhormat dengannya, sehingga Alquran
menempatkannya demikian juga dengan
anak sebagai perhiasan atau sesuatu yang
dianggap baik dan indah (zinah) Alquran
248 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018
surah Yunus ayat 81. Dibanding bentuk ayat tersebut diturunkan. Apakah
kata lainnya, kata bathilun disebut sesudah atau sebelum pengharaman
paling banyak yaitu 24 kali dalam Al- riba. Jika turun sebelum
Quran. Bathilan disebut dua kali dan pengharaman riba maka ayat ini
mubthilun disebut lima kali berfungsi sebagai peringatan awal
(Muhammad Fuad Abdul Baqi, 1981: tentang pelarangan riba, jika turun
123-124). setelah pengharaman riba, maka
Wahbah Az-Zuhaili dalam ayat ini berfungsi sebagai penjelasan
kitabnya Tafsir al Wajiz wa Mu’jam terhadap sebagai salah satu larangan
Ma’aniy al Qur’an al ‘Aziz, menjelaskan mengambil harta manusia secara
bahwa kata bathil dalam Alquran yang batil.
berhubungan dengan memakan harta Surat an-Nisa ayat 29 tersebut
manusia secara batil ada di 4 tempat, merupakan larangan tegas mengenai
yaitu: Al-Baqarah ayat 188, an-Nisa memakan harta orang lain atau
ayat 29 dan 161, dan at-Taubah ayat 34. hartanya sendiri dengan jalan bathil.
Dalam makalah ini akan dibahas 2 ayat Memakan harta sendiri dengan jalan
dari 4 ayat yang berhubungan dengan batil adalah membelanjakan
memakan harta manusia dengan batil, hartanya pada jalan maksiat.
yaitu an-Nisa ayat 29 dan at-Taubah Memakan harta orang lain dengan
ayat 34. cara batil ada berbagai caranya,
a. Surat an-Nisa ayat 29. seperti pendapat Suddi,
memakannya dengan jalan riba, judi,
menipu, menganiaya. Termasuk juga
ُل تَأ ْ ُُكلُوا أ َ ُْم َوالَ ُُك ُْم بَ ْي َن ُُك ْمُ َ يَاأَيُّ َها الَّذِينَُ آ َمُنُوا dalam jalan yang batal ini segala jual
ُن ُت َ َراض ُْ ع
َُ ُارة َُ ن تَ ُكونَُ ِت َج ُْ َ ل أ ُ َّ ِل إ ِ َبِ ْالب
ُِ اط beli yang dilarang syara’ (Syekh. H.
َ ُل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف
Abdul Halim Hasan Binjai, 2006:
ّللاَ َُكانَُ ِب ُك ُْم َُّ ن َُّ س ُك ُْم ِإ ُ َ ِم ْن ُك ُْم َو
258).
َُر ِحيم Wahbah Az-Zuhaili (Az-
Zuhaili Wahbah, 1997: 84)
“Hai orang-orang yang beriman, menafsirkan ayat tersebut dengan
Jangan kamu memakan harta-harta kalimat janganlah kalian ambil harta
saudaramu dengan cara yang batil,
orang lain dengan cara haram dalam
kecuali harta itu diperoleh dengan
jual beli, (jangan pula) dengan riba,
jalan dagang yang ada saling
judi, merampas dan penipuan. Akan
kerelaan dari antara kamu. Dan
tetapi dibolehkan bagi kalian untuk
jangan kamu membunuh diri-diri
mengambil harta milik selainmu
kamu, karena sesungguhnya Allah
dengan cara dagang yang lahir dari
Maha Pengasih kepadamu”.
keridhaan dan keikhlasan hati antara
dua pihak dan dalam koridor syari’.
Berkenaan dengan asbabun
Tijarah adalah usaha memperoleh
nuzulnya, Sayyid Qutub (Sayyid
untung lewat jual beli. Taradhi
Qutb, 2004: 239) menyebutkan tidak
(saling rela) adalah kesepakatan
bisa dipastikan secara tegas kapan
250 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018
Praktis. Jakarta: Pranata Media. Muslim. n.d. Shahih Muslim bi Syarhi An-
Nawawi. Kairo: Dar Dakwah al-
Ibnu Katsir. 2004. Tafsir, al-Quran al-Azim
Islamiyah, Juz. XVI.
Jilid II. Mesir: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah. Qutb, Sayyid. 2004. Tafsir fidhilalil quran.
Beirut: Dar Asy-Syuruk, Juz II.
Ibnu Khaldun. 2006. Muqaddimah. Mesir:
Dar Nahdhah Mishr, Juz. II. Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah:
Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran.
Idris, Abdullah Fatah. 1989. Kedudukan
Jakarta: Lentera Hati.
Harta Menurut Pandangan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia. Syafi’i, Rahmat. 2004. Fiqh Muamalah.
Bandung: Pustaka Setia.
Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam
Analisis Fiqih dan Keuangan.. Jakarta: Tarigan, Azhari Akmal. 2012. Tafsir Ayat-
Rawali Pers, cet. VII. ayat Ekonomi: Sebuah Eksplorasi Melalui
Kata-kata dalam Al-Quran. Bandung:
Khan, Shadiq Hasan. n.d. Fathul Bayan fi
Cita Pustaka Media Perintis.
Maqashid al-Qur’an.: Darul Fikri al-
‘Arabi, Juz. I. Wahbah, Az-Zuhaili. 1997. Tafsir al Wajiz
wa Mu’jam Ma’aniy al Qur’an al ‘Aziz.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. al-
Damsyik: Dal al Fikr.
Munawwir. Surabaya: Pustaka
Progressif.