Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RESUME SLR,LLR, DAN APLIKASINYA

Disusun oleh :
Shinta Angelina 03311940000005

Dosen :
Akbar Kurniawan,S.T.,M.T

Kelas :
Geodesi Satelit C

Departemen Teknik Geomatika


Fakultas Teknik Sipil Perencanaan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2021
1.SLR

a.Definisi

Sistem SLR ( Satellite Laser Ranging), yang mulai dikembangkan oleh NASA pada
tahun 1964 dengan peluncuran satelit Beacon Explorer B, adalah salah satu sistem penentuan
posisi absolut yang paling teliti saat ini. Sistem ini berbasiskan pada pengukuran jarak dengan
laser ke satelit yang dilengkapi dengan retro reflektor laser. Pada saat ini sistem SLR telah
banyak diaplikasikan untuk berbagai aplikasi geodesi. Pada saat ini sistem SLR telah banyak
diaplikasikan untukberbagai aplikasi geodesi, yaitu antara lain:

1. Penentuan posisi absolut titik secara teliti, baik untuk keperluan realisasi sistem
referen koordinat maupun untuk studi geodinamika dan deformasi
2. Penentuan orbit satelit yang dilengkapi reflektor laser
3. Penentuan parameter orientasi bumi, yaitu presisi, nutasi pergerakan kutub, dan rotasi
bumi
4. Studi medan gaya berat bumi
5. Studi Respon kerak bumi terhadap fenomena pasang surut lautan dan atmosfer
6. Studi variasi pusat bumi (geocenter)
7. Penentuan nilai koefisien gravitasi GM.

b.Prinsip Kerja SLR

Sistem SLR berbasiskan pada pengukuran jarak dengan menggunakan pulsa laser yang
ditembakkan dari suatu stasiun bumi ke satelit yang dilengkapi dengan sejumlah retro-
reflektor. Pulsa ini selanjutnya dipantulkan balik ke stasiun yang bersangkutan. Dalam hal in
jarak ke satelit (d) dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
d = c∆t/2
Dimana ∆t adalah waktu tempuh laser dari stasiun bumi ke satelit dan kembali lagi ke
stasiun bumi, dan c adalah kecepatan cahaya.

Gambar 1.Prinsip dan skema kerja sistem SLR

Pemancar laser modern umumnya menggunakan laser Nd : YAG (nedymium yttrium


garnet), yang dapat membangkitkan sinar laser hijau dengan panjang gelombang 532nm
dengan pulsa yang sangat pendek sleebar 30-200ps serta frekuensi 5 – 10 Hz [Montenbruck
& Gill, 2000].Secara lebih rinci geometri pengamatan SLR ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2.Geometri Pengamatan SLR

Mengacu pada gambar 2,persamaan jarak persamaan pengamatan jarak (d) pada SLR
dapat diformulasikan sebagai berikut :
d = c∆t/2 + ∆do + ∆ds + ∆db + ∆dr + ἠ
Dimana
∆t : data ukuran waktu tempuh pulsa laser
∆do : koreksi eksentrisitas di tanah
∆ds : koreksi eksentrisitas di satelit
∆db : delay sinyal di sistem tanah (groud system)
∆dr : koreksi reflaksi
ἠ : kesalahan random dan bias tersisa

Tingkat ketelitian data ukuran jarak dengan SLR, dari tahun ke tahun semakin teliti,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3 berikut. Gambar ini memperlihatkan bahwa tingkat
keteritian jarak SLR meningkat dari level beberapa meter pada tahun 1964 hingga mencapai
beberapa mm pada saat ini.

Gambar 3.Ketelitian SLR

c.Sistem SLR
Pada dasarnya suatu sistem SLR akan terdiri dari stasiun pengamat (observatory) SLR
serta satelit-satelit SLR. Bentuk suatu stasiun pengamatan SLR dicontohkan pada gambar 4.
Dari gambar ini terlihat-bahwa stasiun pengamatan SLR ini relatif cukup besar.
Gambar 4.Stasiun Pengamat SLR

Pada saat ini terdapat sekitar 40-an stasiun pengamat SLR.yang tersebar di seluruh
dunia. Berkaitan dengan satelit SLR, sampai saat ini sudah banyak satelit yang memang
khusus didedikasikan untuk misi SLR dan juga banyak sistem satelit lainnya, seperti satelit
navigasi dan satelit altimetri, yang diiengkapi dengan retro-reflektor untuk pengukuran jarak
dengan laser. ILRS (International Laser Ranging Service) punya skala prioritas dalam
penjejakan satelit-satelit SLR.
Salah satu satelit SLR yang terkenal yang banyak diaplikasikan dalam bidang Geodesi adalah
LAGEOS (Laser Geodynamics Satellite).Bentuk geometris dari satelit ini ditunjukkan pada
gambar 5.

Gambar 5.Geometri Satelit LAGEOS

Menurut [ILRS, 2000] ada beberapa misi satelit di masa mendatang yang dilengkapi
dengan retro-reflektor laser, yaitu :

 ADEOS-2
 ALOS
 ENVISAT
 ETS-VIII
 GFO-2
 Grace
Perlu dicatat di sini bahwa misi-misi satelit di atas pada dasarnya bukan didedikasikan
khusus untuk SLR. Sebagai contoh, misi utama dari satelit ADEOS-2 adalah penginderaan
jauh dan Jason adalah sistem satelit altimetri.

d.Aplikasi SLR
 Digunakan untuk penentuan posisi absoulut titik secara teliti, baik untuk keperluan
realisasi sistem referensi koordinat maupun untuk studi geodinamika dan deformasi.
Disamping itu SLR dimanfaatkan untuk penentuan parameter-parameter orientasi
bumi serta medan gaya berat bumi. SLR juga digunakan dalam penentuan orbit satelit
yang dilengkapi dengan reflektor laser. Bidang aplikasi dari SLR semakin meluas
dengan semakin meningkatnya tingkat presisi ukuran jarak yang dicapai.
 Menentukan parameter-parameter orientasi bumi. Informasi tentang orientasi dan
lokasi dari sumbu rotasi bumi ini akan sangat bermanfaat dalam mempelajari
perubahan yang terjadi dalam distribusi massa bumi serta pertukaran momentum antar
sbu-sub sistem dalam sistem bumi.
 Memantau variasi sekuluar dari pergerakan kutub yang disebabkan oleh post-glacial
rebound dan perubahan sekular dalam keseimbangan massa lempengan es. Perlu
dicatat disini bahwa dengan mempelajari variasi temporal dari komponen koordinat
vertikal dari titik, SLR juga dapat memberikan gambaran tentang respon kerak Bumi
terhadap fenomena pasang surut lautan dan atmosfer.
 Mempelajari variasi posisi dari pusat Bumi (geocenter).
 Menentukan nilai koefisien GM, yaitu perkalian konstanta gravitasi dengan massa
bumi
 Dimanfaatkan dalam studi Geodinamika dan Deformasi.

Adapun beberapa aplikasi lainnya dimana SLR berkontribusi secara langsung maupun tak
langsung adalah :

 Kalibrasi altimeter radar dari sistem satelit altimetri


 Pemantauan perubahan muka laut, dimana SLR berkontribusi dalam penentuan orbit
satelit altimetri secara teliti serta dalam penentuan perubahan ketinggian stasiun
pengamatan di kawasan pantai
 Studi variasi gaya berat akibat redistribusi massa di atmosfer, hidrosfer dan dalam
bumi
 Studi interaksi antara inti dan mantel bumi.

2.LLR

Prinsip kerja sistem LLR adalah sama dengan sistem SLR hanya saja kalau pada SLR,
retro-reflektor ditempatkan di satelit, pada LLR retro-reflektornya ditempatkan di permukaan
Bulan. Reflektor LLR di Bulan ditempatkan oleh para astronot dari misi Apollo (USA) dan
Luna (Rusia).Sistem LLR mulai diimplementasikan sejak tahun 1969. Distribusi lokasi dari
reflektor LLR yang ditempatkan di Bulan ditunjukkan pada gambar 6. berikut. Sebenarnya
sudah ada 5
kelompok reflektor yang ditempatkan di Bulan. Namun satu kelompok yang ditempatkan
oleh awak Luna 17 tidak bisa digunakan, karena tertutup debu.

Gambar 6.Distribusi lokasi reflektor di bulan.

Pada saat ini ada empat stasiun pengamatan LLR di dunia,yaitu McDonald
Obs.,Western Texas (USA), Haleakala, Hawaii (USA), Grasse (Prancis) dan Wettzell
(Jerman) . Distribusi keempat stasiun ini ditunjukkan pada gambar 7. Perlu dicatat di sini
bahwa satu-satunya stasiun yang melaksanakan pengamatan LLR secara kontinyu sejak tahun
1969 adalah McDonald Observator.

Gambar 7.Distribusi stasiun pengamatan LLR

Bentuk fisik dari stasiun pengamatan LLR dalam hal ini stasiun McDonald dan
Haleakala di Amerika Serikat ditunjukkan pada gambar 8.Dari gambar 8 terlihat bahwa
stasiun LLR cukup besar.

Gambar 8.Contoh stasiun pengamatan LLR

Geometri pengamatan LLR dapat diilustrasikan pada gambar 9.


Gambar 9.Geometri pengamatan LLR

Dari gambar 9 ini terlihat bahwa persamaan dasar berikut bisa dituliskan, yaitu:

Perlu dicatat di sini (lihat gambar 9) bahwa koordinat teleskop LLR dalarn sistem CTS
(𝑟𝑔 ) berbeda dengan sistem barisentris (𝑟0 ) , karena adanya rotasi bumi, pergerakan
kutub,presesi, dan nutasi. Disamping itu koordinat reflektor di Bulan dalam sistem barisentris
(𝑚𝑟 ) harus dikoreksi dengan memperhitungkan pergerakan Bulan, seperti librasi. Ukuran
jarak dari Bumi ke Bulan akan dipengaruhi oleh fenomena :

 Pasang surut,
 Aberasi (posisi relatif teleskop & reflektor berubah selama sinyal bergerak),
 Efek-efek relativitas, serta
 Pergerakan lempeng.

Perlu dicatat di sini bahwa ketelitian data ukuran jarak LLR meningkat dari tahun ke
tahun, yaitu sekitar 2,5 m di tahun 1970, meningkat ke sekitar l0-20 cm sejak1972, 10 cm
atau lebih baik sejak 1975, dan sekitar 3 cm di tahun 1993.

Pada prinsipnya stasiun-stasiun pengamat LLR menetapkan kerangka referensi di Bumi,


dan retro-reflektor laser menetapkan kerangka referensi di Bulan. Dengan menganalisa data
ukuran jarak dari Bumi ke Bulan, maka akan dapat ditentukan parameter-parameter rotasi
Bumi, dinamika sistem Bumi-Bulan, serta parameter relativitas. Perlu dicatat di sini bahwa
menurut [Carter & Robertson, 1985], karena koordinat kutub mempunyai korelasi yang kuat
dengan kesalahan pada ephemeris Bulan dan juga variasi dari UTl, data LLR kurang sesuai
untuk penentuan pergerakan kutub [polar motion] dibandingkan data ukuran jarak ke satelit.
Secara umum tingkat ketelitian dari beberapa parameter yang dapat ditentukan dengan
metode LLR ditunjukkan pada gambar 10.
Gambar 10.Tingkat ketelitian dari beberapa parameter yangd itentukan LLR

Secara umum beberapa pencapaian yang penting dalam aplikasi teknologi LLR diberikan
pada gambar 11 berikut.

Gambar 11.Pencapaian teknologi LLR

3.Aplikasi SLR dan LLR Studi Kasus Jurnal

a.Penentuan Perubahan Jangka Panjang dalam Medan Gravitasi Bumi dari


Pengamatan SLR

Perubahan temporal medan gravitasi bumi telah lama ditentukan menggunakan analisis
pengamatan SLR dengan 8 satelit geodesi menggunakan rentang data interval lebih dari 20
tahun.Satelit yang digunakan yakni Starlette, LAGEOS 1 dan 2, Ajisai, Etalon 1 dan 2,
Stella, and BE-C,dan juga parameter parameter geofisika yang diperhitungkan.Kemampuan
satelit untuk mengobservasi perubahan jangka panjang medan gravitasi bumi itu berdasarkan
fakta bahwa variasi massa zona menghasilkan gangguan yang dapat dideteksi pada orbit
satelit geodetik yang dilacak oleh jaringan SLR secara global.

Pada prinsipnya,satelit yang berada pada ketinggian rendah dapat merasakan perubahan
di medan gravitasi bumi.Dari pengukuran geodesi di luar angkasa,data SLR adalah data
paling akurat.Teknologi pelacakan SLR mendukung secara pasif target SLR untuk
meminimalkan efek non-gravitasi yang sangat penting dalam mempertahankan sinyal di
zonar orbit dengan akurasi tinggi.Untuk mempelajari variasi zona jangka panjang langkah
pertama adalah menentukan orbit referensi yang akurat untuk setiap satelit dengan
menyesuaikan data SLR dengan model gaya dinamis yang tersedia.

LAGEOS-1 merupakan satelit SLR yang banyak digunakan pada studi geodesi dan
geodinamika.Studi menggunakan satelit ini telah memainkan peran penting selama beberapa
dekade.Kumpulan data SLR LAGEOS-1 merupakan data utama karena rentang waktunya
yang cukup lama dan akurasi yang tinggi.Residu node LAGEOS-1 diperoleh dengan model
dinamis periode 1976-1995 ditunjukkan pada gambar 12.

Gambar 12.Residual ascending node LAGEOS-1

Studi terbaru menunjukkan bahwa anomali eksentrik LAGEOS-1 disebabkan oleh kesalahan
model dari kooefisien reflektifitas radiasi permukaan LAGEOS-1.

LAGEOS-2 diluncurkan pada Oktober 1992.Ketinggiannya 110 km lebih rendah


dibandingkan LAGEOS-1.Dibandingkan dengan LAGEOS-1,LAGEOS-2 memiliki riwayat
pengamatan yang pendek. Meskipun data SLR 3,2 tahun untuk LAGEOS 2 tidak memberikan
persamaan pengamatan yang kuat untuk menentukan laju zona, data tersebut mampu
meningkatkan gangguan pasang surut dan mengurangi varians dalam solusi kombinasi untuk
tingkat zonal. Analisis residu orbit dari 3,2 tahun busur data LAGEOS-2 menunjukkan bahwa
variasi dominan dalam eksentrisitas dan residu simpul disebabkan oleh gangguan pasang
surut pada frekuensi pasang surut.

Starlette telah dilacak secara ekstensif oleh jaringan SLR global sejak diluncurkan pada
1975. Karena sensitivitasnya yang signifikan terhadap sinyal gravitasi,bentuknya yang bulat
dengan rasio area massa yang kecil,dan sejarah pelacakan yang panjang, data Starlette SLR
set adalah sumber penting untuk mempelajari perubahan jangka panjang di medan gravitasi
bumi.
Ajisai,merupakan satelit geodetik yang berbentuk bola yang diluncurkan pada tahun
1986 oleh Badan Pengembangan Antariksa Nasional Jepang. Satelit Ajisai adalah bola
berongga dengan diameter 2,15 m dan rasio luas terhadap massa 5,34 x 103 dan 5.6 kali lebih
besar daripada LAEOS-1 dan Starlette. Meskipun memiliki kemiringan yang hampir sama
dengan Starlette, Ajisai kurang sensitif terhadap perubahan medan gravitasi bumi
dibandingkan Starlette karena ketinggiannya yang lebih tinggi.

Stella,diluncurkan pada tahun 1993. Satelit ini memiliki karakteristik fisik yang sama
dengan Starlette tetapi dengan orbit yang berbeda. Ketinggiannya lebih rendah dari Starlette
sekitar 160 km, dan hampir melingkar.

B E-C, sebagian besar satelit geodetik saat ini mengorbit pada kemiringan mulai dari 50
hingga 110 derajat. Bentuk dan sikap BE-C yang rumit menyebabkan kesulitan dalam
pemodelan gaya nongravitasi dan koreksi untuk offset retroreflektor dari pusat massa.
Meskipun satelit BE-C diluncurkan pada April 1965, kumpulan data SLR yang berguna
hanya mencakup periode dari Januari 1980 hingga Juni 1986, dan setelah 30 Juni 1986, BE-C
tidak lagi dilacak. BE-C dilacak dengan rata-rata dua atau tiga lintasan per hari oleh 10-13
stasiun selama periode ini.

Gambar 13.RMS 1 tahun orbit Starlette, Ajisai, BE-C, and Stella

Gambar 14. The node residuals dari satu tahun orbit untuk Starlette, Ajisai, and Stella
tahun 1995
Gambar 15. The inclination residuals selama 1 tahun orbit untuk Starlette, Ajisai,dan
Stella

Sensitivitas orbit satelit geodesi terhadap variasi zona dalam medan gravitasi bumi dan
observabilitas variasi zona dari analisis orbit satelit tunggal dan ganda diperiksa dengan
menggunakan analytical perturbation theory. Hasil mengkonfirmasi bahwa variasi zona
ganjil kurang dapat diamati daripada variasi zona genap dari satelit geodetik saat ini karena
kelemahan dalam geometri orbit. Komponen orbit sepanjang jalur tidak sensitif terhadap
variasi zona ganjil tetapi berisi informasi yang terkait dengan variasi zona genap. Penentuan
perubahan jangka panjang medan gravitasi bumi sebagian besar didasarkan pada data SLR
dari satelit geodetik Starlette dan LAGEOS 1, dikombinasikan dengan kumpulan data dari
Ajisai, LAGEOS 2, Etalon 1, Etalon 2, BE-C, dan Stella.

Analisis data SLR dari kombinasi multisatelit memberikan wawasan penting dan
kendala global pada model geofisika untuk interpretasi saat ini dari perubahan jangka panjang
dalam dinamika sistem Bumi. Analisis sensitivitas solusi untuk laju zona terhadap rentang
data pelacakan satelit menunjukkan bahwa pemisahan istilah derajat yang lebih tinggi dapat
diharapkan dari perluasan data pelacakan SLR multisatelit saat ini. Terakhir, penambahan
data dari satelit geodesi dalam inklinasi orbit yang berbeda akan sangat berharga.

b.Peran LLR dalam Realisasi Kerangka Referensi Terestrial,Lunar,Ephmeris

Data yang digunakan adalah semua pengamatan LLR yang tersedia dari akhir 1960
hingga akhir Juli 2019 digunakan dalam percobaan. Gambar 16 menunjukkan jumlah dan
rentang waktu pengamatan yang diproses dari setiap stasiun.
Gambar 16.Observasi LLR

Dalam membuat model dinamis (termasuk Bulan, planet, asteroid, dan objek Trans-
Neptunus, TNO), yang menjadi dasar EPM planetary-lunar ephemeris, digunakan dalam
pekerjaan ini. Bagian planet dari model terdiri dari percepatan relativistik massa titik
Matahari, planet, Bulan, asteroid, dan TNO. Gerak orbit bumi juga dipengaruhi oleh
percepatan "titik massa-angka" yang datang dari Matahari, Bulan, Venus, Mars, dan Jupiter.
Gerak orbit dan rotasi Bulan adalah dipengaruhi disipasi rotasi dan pasang surut yang
dimodelkan sebagai variasi medan gravitasi bulan dan tensor inersia.Residu RMS dari
pengamatan LLR ditunjukkan pada gambar 17.

Gambar 17.RMS dari pengamatan LLR

Hasilnya ditampilkan untuk rentang waktu Januari 2014 – Juli 2019 selama tiga
instrumen di dua observatorium. Ada 340 sesi semuanya dengan 10 atau lebih titik normal.
Belum ada sesi LLR seperti itu di Wettzell observatorium dalam rentang waktu itu. Di plot,
hanya hasil dengan kesalahan formal (1σ) di bawah 6 mas ditampilkan.

Gambar 18.Koreksi dari LLR data

LLR berguna untuk membangun seri EOP di masa lalu. LLR modern juga adalah
mampu mendeteksi ketidakakuratan dalam seri EOP modern, dengan akurasi sub-mas. LLR
mampu mendeteksi dua dari tiga parameter orientasi bulan (LOPs) dengan akurasi beberapa
mas. Namun, pada data saat ini, tidak ada penyimpangan harian LOP yang signifikan secara
statistik dari model rotasi bulan terdeteksi. Namun, penelitian model bulan harus dilanjutkan,
di area variasi jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Hasanuddin Z.2001. “Geodesi Satelit”. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Cheng,M.,Shum,C.,Tapley,B. (1997) .“ Determination of Long-term Changes in the Earth's


Gravity Field from Satellite Laser Ranging Observations”. Journal Of Geophysical,102
(10)

Pavlov,D.(2019). “Role of Lunar Laser Ranging in Realization of Terrestrial, Lunar, and


Ephemeris Reference Frames”. Journal of Geodesy,1

Anda mungkin juga menyukai