Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 12

BIMBINGAN DAN KONSELING


PERKEMBANGAN GERAKAN BK DI INDONESIA

DOSEN :
Drs. Taufik, M.Pd., Kons.

OLEH :

Nama : Shania Andrisa Putri


Nim : 19006043

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
PERKEMBANGAN GERAKAN BK DI INDONESIA
A. Perkembangan Bimbingan Konseling Secara Umum
1. Sejarah Lahirnya Bimbingan Konseling
Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan
didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk
selanjutnya dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American
Education”. yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar
mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada
pada  dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi dengan
memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.(wieke octora olivia,2012).
Disinilah pertama kalinya istilah Bimbingan (Vocational Guidance) dikenal,
tepatnya pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 di Boston. Dengan
didirikannya biro yang bergerak di bidang profesi dan ketenaga kerjaan. Dengan
tujuan membantu para pemuda dalam memilih karir yang ia bidangi dan melatih para
guru untuk memberikan layanan bimbingan di sekolah.
Pada masa yang hampir bersamaan, seorang konselor di Detroit Jasse B.
Davis  mulai memberikan layanan Konseling Pendidikan dan pekerjaan di SMA
(1898). Dan pada tahun 1907 ia mencoba memasukkan program
Bimbingan (Guidance) ke dalam pengalaman pendidikan para siswa Central High
School di Detroit.
Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan sebuah komite yang diketuainya sendiri
yaitu Students Aid Committee Of The High School di New york. Dalam
pengembangan komitenya, Weaver sampai pada kesimpulan bahwa siswa butuh saran
dan konsultasi sebelum mereka masuk dunia kerja. Pada tahun 1920-an, para konselor
sekolah di Boston dan New York diharapkan dapat membantu para siswa dalam
memilih sekolah dan pekerjaan. Selama tahun 1920-an itu pula, sertifikasi konselor
sekolah mulai diterapkan pada kedua kota tersebut.(Bimo Walgito,2010:15)
Jika dilihat dari perkembangannya, Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya
dikenal sebatas pada bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance), sebagaimana peran
dari Biro yang didirikan Frank Parson di Boston. Namun sebenarnya tidak hanya
itu,di sisi lain perkembangan Bimbingan Konseling pun merambah kebidang
pendidikan (Education Guidance) yang dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang
dikenal pula adanya bimbingan dalam segi kepribadian (Personal Guidance).
Pada dasarnya, Bimbingan Konseling tidak hanya berkmbang pada bidang-bidang
tersebut, namun berkembang pula pada bidang-bidang lain yang meliputi pegertian
dan pratek bimbingan dan Konseling, seperti bimbingan dalam bidang social,
kewarganegaraan, keagamaan, dan lain-lain.
2. Faktor-faktor yang melatar belakangi berkembangnya Bimbingan Konseling
Upaya layanan bimbingan dan konseling secara profesional lahir di Amerika serikat
dan berkembang pesat abad ke-20. Banyak faktor yang mendorong pesatnya
perkembangan disiplin ilmu ini, hingga mampu menerobos institusi-institusi
pendidikan khususnya sekolah. Sedikitnya, terdapat enam faktor yang mempelopori
perkembangan bimbingan dan konseling tersebut, di antaranya yaitu:
a) Perhatian pemerintah terhadap penduduk imigran yang datang ke Amerika Serikat
dari kawasan Eropa, mereka membutuhkan pekerjaan yang layak, dari situlah
kemudian mendapat layanan dari biro-biro vokasional pemerintah, yang melalui
penyuluhan-penyuluhan untuk mengarahkan bakat dan minat mereka agar
pekerjaan yang di dapat sesuai dengan potensi mereka.
b) Pandangan Kristen yang beranggapan bahwa dunia adalah tempat pertempuran
antara kekuatan baik dan buruk, atas dasar ini maka berbagai lembaga pendidikan
di wajibkan mengajarkan moral kebaikan agar anak didiknya kelak menjadi
pemenang dalam melawan kejahatan atau keburukan tersebut.
c) Pengaruh dari disiplin ilmu kesehatan mental yang pada awalnya
memperjuangkan perlakuan manusiawi kepada orang-orang yang terkena
gangguan jiwa dan sedang di tampung di rumah sakit. Kemudian disiplin ilmu ini
melakukan gerakan antisipasi terhadap gangguan mental kepada masyarakat.
Sebab mereka berangggapan bahwa gangguan mental dapat di cegah jika mampu
dideteksi sejak dini.
d) Dampak dari gerakan testing psikologis yang semakin mengembangkan sayapnya
dalam membuat instrumen-instrumen berupa tes-tes kepribadian untuk menyeleksi
karyawan di berbagai perusahaan.
e) Subsidi dari pemerintah terhadap federal yang memungkinkan lembaga-lembaga
pendidikan untuk mengangkat beberapa konselor untuk menangani bimbingan
karier, pendidikan karier, penanggulangan kenakalan remaja, antisipasi terhadap
penggunaan obat bius, dan lain-lain
f) Pengaruh dari penyakit terapi nondirektif (client cetered therapy), yang
dikembangkan oleh Carl Rogers, dengan menggantikan pendekatan otoriter serta
paternalistic dengan pendekatan pada potensi personal kliennya.
(Jareperpus,2011).
B. Perkembangan Bimbingan Konseling Di Indonesia
Sejarah Perkembangan Bimbingan Dan Konseling Di Indonesia
Sejarah perkembangan Bimbingan Konseling di indonesia mengalami perubahan di
beberapa dekade, berikut perkembangan Bimbingan dan Koseling di tiap dekadenya:
1) Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan
Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa dididik untuk
mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan
dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa  
Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori
oleh K.H. Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya.
Dari sudut pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi
pelaksanaan bimbingan.
a) Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan
perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan
yang serba darurat mkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan
masalah besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa
pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah yang menjadi focus utama dalam
bimbingan pada saat itu.
b) Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan
masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan
pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan
dan benar benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar
dapat berprestasi.
c) Dekade 60-an
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia pada dekade ini diawali
dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan
Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini
merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24
Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang
mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :
a. Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
b. Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
c. Lahirnya kurikulum 1968
d. Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963
Keadaan di atas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan
konseling disekolah.
d) Dekade 70-an
Dalam dekade ini perkembangan bimbingan dan konseling dapat terlihat dari
rentetan point berikut:
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan
legalitas sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama
diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
1) Pemerataan kesempatan belajar,
2) Mutu,
3) Relevansi, dan
4) Efisiensi.
Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara
operasional. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa,
bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.
Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan
IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP
Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini
Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar
Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya
Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman
Bimbingan dan Penyuluhan.
Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan
Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah
pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak
adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan
dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK
Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam
lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut
ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di
sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran
awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan mereka.
e) Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama
diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional.
Dalam dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang
ditandai dengan menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
1) Penyempurnaan kurikulum
2) Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
3) Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
4) Penataan perguruan tinggi
5) Pelaksnaan wajib belajar        
6) Pembukaan universitas teruka
f) Dekade 90-an
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak
jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang
bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan
anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP
dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada
masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan
dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan
lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini
istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di
sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.
g) Ahirnya Undang – Undang pendidikan nasional
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor,
legalitas formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep
bimbingan yang berorientasi Indonesia, dsb.
2) Meyongsong era Lepas landas
Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai
dengan kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam
aspek ekonomi. Ciri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan dan
berkembang atas dasar kekuatan dan kemampuan sendiri, maka ciri manusia lepas
landas adalah manusia yang mandiri secara utuh dengan tiga kata kunci : mental,
disiplin, dan integrasi nasional yang diharapkan terwujud dalam kemampuannya
menghadapi tekanan – tekanan zaman baru yang berdasarkan peradaban komunikasi
informasi.
Semula diharapkan periode konsolidasi akan dapat mencapai hasil-hasil yang
memadai,sehingga muncul tahun 2001 profesi BK di Indonesia sudah dapat di tinggal
landas.Namun kenyataannya masih ada permasalahan yang belum terkonsolidasi yang
berkenaan dengan SDM  yaitu mengenai untrained, undertrained, dan uncomitted para
pelaksana pelayanan.Namun pada tahu-tahun selanjutnya ada perkembangan menuju
era lepa landas yaitu :
a. penggantian nama organisasi profesi dari IPBI menjadi ABKIN
b. Lahirnya undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
yang didalamnya termuat ketentuan bahwa konselor  termasuk salah satu tenaga
pendidik (bab I pasal 1 ayat
c. kerja sama pengurus besar ABKIN dengan dikti depdiknas tentang standarisasi
profesi konseling
d. Kerja sama ABKIN dengan direktorat PLP dalam merumuskan kompetensi guru
pembimbing (konselor) SMP sekaligu memberikan pelatihan bagi mereka.
Yang masih menjadi persoalan dalam penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling sampai saat ini diantaranyaadalah sebagai berikut :
1) Masih terdapat kesenjangan rasio konselor (guru pembimbing)dengan jumlah
sekolah dan jumlah peserta didik disetiap jenjang pendidikan bahwa di  SD atau
MI belum ada pengangkatan khusus seorang konselor.
2) Dampak dari kesenjangan antara jumlah konelor dengan jumlah sekolah atau
jumlah peserta didik adalah : a)disekolah-sekolah tertentu tidak ada guru
pembimbing b)disekolah-sekolah tertentu ada guru pembimbing meskipun tidak
seimbang dengan banyaknya siswa c)untuk menutup kekurangan guru
pembimbing tidak jarangkepala sekolah mengngkat guru-guru pelajaran menjadi
guru pembimbing.
3) Pengangkatan guru mata pelajaran menjdi guru pembimbing disatu sisi memberi
im[presi positif bagi penyelenggaraan program BK disekolah karena ada
kepedulian kepala sekolah terhadan layanan BK tetapi kurang profesional.
4) Mekipun BK dianggap ahli profesional namun belum ada perlindungan hukum
yang kuat.
5) BK belum begitu dikenal dikalangan masyarakat secara umum hanya
dilingkungan sekolah yang justru enaruh citra negatif terhadap BK.
6) Masih ada kepala sekolah yang belum memahami secara tepat program BK
disekolah sehingga sering menyuruh guru pelajaran untuk menjadi guru BK.
7) Citra BK semakin diperburuk dengan masih adanya guru pembimbing yang
kinerjanya tidak profesional.
8) LPTK yang menyelenggarakan pendidikan bagi calon gru pembimbing (konselor)
masih belum memiliki kurikulum yang mantap untuk melahirkan konselor-
konselor yang profesional.
3) Bimbingan berdasarkan pancasila
Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan
bangsa Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah
manusia pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36
butir bagi  bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup,
kepribadian bangsa dan idiologi nasional. Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa
Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan
dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan
dan mempunyai tanggung jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia
pancasila karena itu seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas dari
pancasila.
4) Sejarah Lahirnya Bimbingan Konseling di Indonesia
Di Indonesia sendiri, praktek  Bimbingan Konseling sebenarnya sudah lama
diperankan, seperti berdirinya organisasi pemuda Budi Utomo pada tahun 1908,
himgga pada periode selanjutnya berdirilah pergurua  Taman Siswa pada tahun 1922
yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara yang menanamkan nilai-nilai Nasionalisme
di kalangan para siswanya.
Prinsip didaktik yang dipegang oleh Perguruan Nasional Taman Siswa ini antara
lain: kemerdekaan belajar, bekerja dan menggunakan pendekatan konvergensi. Dari
pola pendidikan Taman Siswa tersebut telah nampak perhatian dan penghargaan
terhadap potensi seseorang dan kemerdekaan untuk mengembangkan potensi. Hal ini
merupakan benih dari gerakan bimbingan konseling. .(wieke octora olivia,2012).
Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 dan didiriknnya beberapa kementrian pada waktu itu (ada Kantor Penempatan
Kerja) yang salah satu kegiatannya dilakukan di Kantor Penempatan Tenaga Kerja
yang maksudnya untuk menempatkan orang-orang agar dapat bekerja sesuai dengan
kemampuannya dan ini menyerupai Vocational  Bureau yang didirikan oleh Frank
Parsons di Boston. Sekarang ini kantor Penempatan Tenaga Kerja ini tumbuh menjadi
Departemen Tenaga Kerja.
Dalam perkembangannya, bimbingan dan konseling di Indonesia memiliki alur
yang sama seperti halnya perkembangannya di Amerika, yaitu bermula dari
bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance) lalu merambah kepada
bimbingan pendidikan (Education Guidance).
5) Perkembangan Bimbingan Konseling dalam system Pendidikan di Indonesia
Di Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia
mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut
Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang.(Sarjanaku 2011).
Dengan diadakannya konferensi FKIP seluruh Indonesia yang berlangsung di
Malang sejak tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan bahwa Bimbingan dan
Konseling dimasukkan dalam kurikulum FKIP. Hal tersebut menunjukkan adanya
langkah yang lebih maju, yaitu Bimbingan dan Konseling sebagai suatu ilmu dikupas
secara ilmiah.  Dengan adanya instruksi dari pihak pemerintah ( Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan) untuk melaksakan Bimbingan dan Konseling di
sekolah-sekolah, telah membuat bimbingan dan konseling semakin maju di
lingkungan sekolah.(Bimo Walgito,2010:17).
Beberpapa tahun setelah itu, didirikanlah SMA gaya baru pada tahun 1962. Pada
jenjeng ini para siswa mulai diarahkan secara mandiri dengan bimbingan para guru
untuk menentukan kejuruan sesuai da bidang yang ia minati dan ia bidangi. Dimulai
dari sini Bimbingan Konseling membantu penjurusan di SMA atas beberapa bidang
jurusan dengan ketegasan sebagai berikut:
a) Di kelas I itu para pelajar diberi kesempatan untuk lebih mengenal bakat dan
minatnya dengan jalan menjelajahi segala jenis mata pelajaran di sekolah
dengan bantuan pembimbing, para guru dan orang tuanya.
b) Di kelas II para siswa disalurkan ke kelompok khusus; budaya, pasti,
pengetahuan alam.
c) Untuk menunjuk hal-hal tersebut di atas pengisian kartu pribadi siswa harus
dilakukan dengan seteliti-telitinya. Sejak saat itu guru-guru ditatar menjadi
pembimbing yang baik.(Catatan BK Kita,2012).
Setelah dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade
70-an. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) membawa harapan baru pada
pelaksanaan bimbingan di sekolah karena staf bimbingan memegang peranan penting
dalam sistem sekolah pembangunan. Secara formal bimbingan dan konseling
diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975 yang menyatakan
bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian integral dalam pendidikan di
sekolah. Pada tahun 1975 berdiri ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di
Malang. IPBI ini memberikan pengaruh terhadap perluasan program bimbingan di
sekolah.
Setelah melalui penataan, dalam dekade 80-an, bimbingan diupayakan agar lebih
mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk mewujudkan layanan bimbingan
yang profesional.  Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade
ini adalah penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984.
Dalam kurikulum 1984, telah dimasukkan bimbingan karier di dalmnya. Usaha
memantapkan bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No. 2/1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya pada masa yang akan
datang.
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No.
84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3
disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan
program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan
bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang
menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan
dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan
kepercayaan publik.(jareperpus,2011)
Bimbingan dan konseling di Indonesia mengalami selalu mengalami
perkembangan seiring berjalannya waktu. Hampir dalam setiap dekade perkembangan
bimbingan dan konseling di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan, hingga
sekarang bimbingan dan konseling terus diupayakan lebih maju, terbukti dengan
dibukanya berbagai jurusan dan kejuruan pada sekolah-sekolah khususnya di sekolah
menengah atas.
Bimbingan dan konseling pertama kali dikenal di Amerika dengan
didirikannya Vodational Berou yang dipelopori oleh Frank Parson pada tahun 1908.
Bertepatan dengan itu seorang konselor Jasse B. Davis  memasukkan layanan
konseling di SMA di Detroid (1907). Lalu dilanjutkan oleh tokoh-tokoh lain hingga
perkembangannya pesat hingga di Indonesia. Dilihat dari perkembangannya,
Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya dikenal sebatas pada bimbingan
pekerjaan (Vocational Guidance), sebagaimana peran dari Biro yang didirikan Frank
Parson di Boston. Namun sebenarnya tidak hanya itu,di sisi lain perkembangan
Bimbingan Konseling pun merambah kebidang pendidikan (Education
Guidance) yang dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang dikenal pula adanya
bimbingan dalam segi kepribadian (Personal Guidance).
Bimbingan dan Konseling telah terbentuk jauh sebelum era kemerdekaan, dari
bimbingan itulah siswa dipupuk untuk merealisasikan cita-cita bangsa, yaitu
kemerdekaan. Setelah kemerdekaan Bimbingan dan Konseling dalam system
pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984
semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994
berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang.
Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru
diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian
disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir
didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
BIBLIOGRAPHY

Prof.Dr.H.Prayitno,M.Sc.Ed. dan Drs. Erman Amti, 2013, Dasar-Dasar Bimbingan dan


Konseling, Jakarta: Rineka Cipta
Luddin, Abu Bakar M.N. 2010.  Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktek.
Bandung: Citapustaka Media Peirntis.
Mugiarso, Heru. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang:  Unnes Press
Prayitno, Amti Erman.2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. PT Rineka
Cipta.
Tohirin. 2013.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Walgito, Bimo. 2010.  Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai