BAB 3 Metodologi Kajian 4.0 Rev 22-8-2021
BAB 3 Metodologi Kajian 4.0 Rev 22-8-2021
0 Tahun 2021
BAB 3
METODOLOGI KAJIAN
Bab 3, hal 62
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
BAB 3
METODOLOGI KAJIAN
Bab 3, hal 63
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
pemerintah dan otoritas lokal juga sangat suportif, terlihat dari pertumbuhan pesat
universitas di Bandung yang menawarkan mata kuliah Teknologi Informasi
2) Banyaknya Komunitas anak muda dan Ekosistem Perusahaan Rintisan
Populasi manusia usia di bawah 40 tahun di Bandung cukup tinggi, sekitar 60 persen.
Didominasi populasi usia muda, membuat masyarakatnya gemar berkumpul. Budaya
nongkrong ini berdampak positif bagi masyarakatnya, dari berkumpul itu berdebat
menjadi hal lumrah. Sehingga menimbulkan gagasan-gagasan baru dan melahirkan
banyak komunitas di Bandung. Komunitas ini yang membantu dan ekosistem yang
ramah di Bandung yang menunjang pertumbuhan perusahaan rintisan, banyak
perusahaan dan pengusaha menganggap Bandung sebagai tempat yang nyaman
untuk memulai usaha. Komunitas yang menyediakan tempat untuk inkubasi
perusahaan rintisan baru, baik untuk coaching maupun pendanaan, termasuk
Startup Corner, Kolaborasi, Bandung Digital Valley, Startup Banding, dan Indigo
Creative Nation. Selain pendanaan dan coaching, beberapa komunitas bahkan
dilengkapi dengan ruang co-working, kantor virtual, kafeteria, fasilitas olahraga,
akses internet gratis, fasilitas cetak 3D, bantuan paten dan hukum.
Bab 3, hal 64
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Bab 3, hal 65
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Bab 3, hal 66
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
a. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan atau cara pandang ini terutama berkaitan dengan berbagai faktor dari
luar yang berpengaruh terhadap pola hidup seseorang sehingga menyebabkan dia
memiliki potensi ataupun tidak memiliki potensi untuk menjadi seorang
wirausahawan. Faktor-faktor ini bisa berpengaruh positif maupun negatif terhadap
munculnya keinginan untuk memulai kegiatan sebagai wirausahawan.
Faktor-faktor ini terutama berkaitan dengan keberadaan institusi, nilai-nilai
masyarakat dan adat istiadat, yang secara bersama-sama membentuk suasana
lingkungan sosial dan politis tertentu yang mampu memberikan pengaruh terhadap
pemunculan wirausaha. Atau sebaliknya, kombinasi tertentu dari keseluruhan
faktor-faktor tersebut justru menghambat munculnya kewirausahaan. Sebagai
contoh, karyawan tingkat menengah yang dalam lingkungan pekerjaannya terbiasa
mendapat kebebasan serta dukungan untuk mengembangkan gagasan dan
merealisasikannya, diizinkan mengembangkan perjanjian (kontrak) dengan pihak
luar, menciptakan dan mencoba gagasan baru, maka lingkungan kerja semacam itu
bisa mendorong munculnya keinginan untuk memulai usaha sendiri sebagai
wirausahawan. Lingkungan sosial seseorang, lingkungan pertemanan maupun
keluarga juga bisa berpengaruh terhadap munculnya keinginan seseorang untuk
memulai usaha sebagai seorang wirausahawan.
b. Pendekatan Keuangan
Pendekatan ini terutama memfokuskan perhatian pada proses penanaman dan
menumbuhkan modal atau uang. Sebagian pihak memang memandang
kewirausahaan hanya sebagai proses mengembangkan atau menggandakan uang,
sementara pandangan yang lain berpendapat bahwa proses keuangan ini hanyalah
salah satu segmen saja dari kegiatan kewirausahaan.
c. Pendekatan Perpindahan
Cara pandang ini didasarkan pada fenomena kelompok. Dikatakan bahwa suasana
yang dialami kelompok bisa mendorong ataupun menghambat munculnya faktor-
faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausaha. Menurut Ronstadt,
seseorang tidak akan terdorong untuk menjalankan suatu usaha atau menjadi
wirausahawan, jika mereka tidak dihambat untuk mengerjakan sesuatu ataupun
terdesak untuk meninggalkan kegiatannya semula, sehingga akhirnya mengerjakan
jenis kegiatan yang lain. Terdapat tiga jenis penyebab utama yang menyebabkan
sekelompok orang terdorong untuk berpindah kegiatan, dan ketiga jenis aspek
pendorong tersebut menggambarkan pola pemikiran yang mewarnai pendekatan ini
adalah sebagai berikut.
Bab 3, hal 67
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
1) Faktor Politik
Warna politik suatu negara yang tidak menghalalkan berkembangnya usaha
bebas milik pribadi akan menghambat munculnya kegiatan kewirausahaan.
Corak dari berbagai peraturan yang diberlakukan oleh suatu negara juga bisa
menghambat ataupun mengarahkan kegiatan masyarakat sehingga cenderung
lebih banyak menggeluti kegiatan tertentu.
2) Faktor Budaya
Kelompok-kelompok sosial tertentu, misalnya yang muncul karena latar belakang
etnis, agama, suku, jenis kelamin dan sebagainya yang menjadi golongan
minoritas di suatu negara, sering kali diasingkan dari bidang pekerjaan yang
umum dikerjakan oleh masyarakat luas. Desakan semacam ini sering kali
mengakibatkan golongan minoritas tidak tertarik memasuki bidang pekerjaan
yang umum dan cenderung mengembangkan kegiatan bersifat wirausaha.
Sebagai contoh, warga negara Indonesia keturunan Tionghoa di Indonesia
cenderung lebih banyak dijumpai mengerjakan profesi yang bebas seperti menjadi
pedagang daripada profesi pegawai negeri ataupun menjadi anggota militer.
3) Faktor Ekonomi
Perubahan kondisi perekonomian ke arah yang lebih buruk seperti resesi sering
kali menimbulkan banyak pemutusan hubungan kerja dan melahirkan banyak
penganggur. Perubahan kondisi perekonomian juga bisa menghambat ataupun
mendorong bertumbuhnya keinginan untuk menjadi wirausahan.
Ketiga jenis pendorong yang menyebabkan terjadinya perpindahan tersebut
menggambarkan faktor-faktor dari luar (eksternal) yang bisa berpengaruh terhadap
berkembangnya kewirausahaan.
Bab 3, hal 68
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Bab 3, hal 69
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Bab 3, hal 70
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Bab 3, hal 71
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
PERUMUSAN
MASALAH
KEBERLANJUTAN
OUTCOME KEBIJAKAN & PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN & PERUMUSAN
MASALAH MASALAH
KEBIJAKAN & INDIKASI
INDIKASI PROGRAM INDIKASI PROGRAM
PROGRAM
PERUMUSAN
MASALAH
REKOMENDASI
PENGAWASAN
KETERANGAN :
: Proses Kebijakan/Program
: Metode Analisis
3.5.1. Global
Perkembangan teknologi saat ini yang demikian pesatnya membuat perubahan
luar biasa dalam dunia usaha. Penggunaan teknologi telah mempermudah dalam banyak
hal terkait dengan kemajuan dunia usaha, baik dalam proses produksinya maupun
dalam proses promosi dan pemasarannya.
Akan tetapi industri yang berbasis teknologi juga memaksa perubahan yang
sangat signifikan dalam keterlibatan sumber daya manusia yang mana pemanfaatan
teknologi mulai banyak menggantikan peran manusia.
Era industri 4.0 secara tidak langsung membuat banyak perusahaan mengurangi
tenaga manusia dengan teknologi dan mesin yang dijalankan secara sistematis yang
menyebabkan mulai berkurangnya penyerapan tenaga kerja, sehingga salah satu
strategi dalam perluasan kesempatan kerja untuk menyikapi era industri 4.0 adalah
Bab 3, hal 72
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
3.5.2. Regional
Setiap negara yang berdaulat pasti memiliki kepentingan-kepentingan strategis
di kawasan regional demi mempertahankan eksistensinya di panggung global. Bagi
Indonesia sendiri, ASEAN menjadi salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi
kebijakan luar negerinya, yang kemudian mendorong Indonesia untuk mencoba
mempromosikan nilai-nilai nasionalnya dan juga berupaya untuk meningkatkan
kemampuan anggota-anggota regional ASEAN agar dapat membentuk kebijakan di
kawasan Asia Tenggara dengan lebih luas. Sebagai salah satu pendiri ASEAN, Indonesia
dinilai memiliki andil dan pengaruh yang besar dalam berbagai macam isu-isu yang
menjadi fokus kajiannya. Sejak awal berdirinya ASEAN, Indonesia telah
mengoptimalkan suatu bentuk kehidupan masyarakat Asia Tenggara yang menjunjung
tinggi nilai-nilai saling menghargai dan menghormati, berpegang pada prinsip non-
intervensi terhadap urusan domestik negara-negara lain, penolakan penggunaan
kekuatan yang dapat memicu kekerasan, konsultasi, serta mengutamakan konsensus
bersama dalam setiap pengambilan keputusan (Suryadinata, 1998: 85). Manfaat ASEAN
bagi Indonesia,antara lain:
Bab 3, hal 73
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Selama lima dasawarsa ASEAN berdiri (1967-2017) telah banyak capaian dan
dedikasi yang diberikan oleh ASEAN kepada negara anggotanya. ASEAN berkembang
menjadi organisasi yang semakin matang dan dinamis, dibuktikan dengan ketahanannya
menghadapi berbagai tantangan di tingkat regional maupun global. ASEAN juga terbukti
berhasil menjaga keamanan, dan stabilitas di kawasan - mencegah potensi konflik
terbuka di kawasan, sehingga memungkinkannya menjadi engine of growth, daya tarik
investasi dan pembangunan ekonomi yang unik.
Hal ini tidak terlepas dari sumbangsih dan kontribusi yang telah diberikan oleh
Indonesia sebagai salah satu founding fathers ASEAN dan negara anggota ASEAN
dengan jumlah penduduk serta kondisi geografis terbesar. Indonesia memiliki
kepentingan yang tinggi untuk memastikan ASEAN menjadi organisasi yang kuat secara
internal, dan dipertimbangkan secara serius oleh dunia internasional. Sejak ASEAN
berdiri tahun 1967, Indonesia tiga kali menjabat sebagai Ketua ASEAN yakni pada tahun
1976, 2003 dan 2011.
Oleh sebab itu, sebagai salah satu kawasan yang memiliki peran atau posisi
strategis bagi Indonesia, Asia Tenggara menjadi salah satu fakor penting yang harus
selalu dipertimbangkan Indonesia dalam menjalankan kebijakan politik ekonomi luar
negerinya. Terlebih lagi Indonesia juga termasuk ke dalam kawasan regional Asia
Tenggara, sehingga secara otomatis Indonesia juga didorong oleh tanggung jawab agar
senantiasa ikut untuk menjaga stabilitas perekonomian di kawasan tersebut.
3.5.3. Nasional
Pengembangan kewirausahaan pemuda merupakan salah satu agenda penting
dalam koordinasi lintas sektor pelayanan kepemudaan, karena bersentuhan langsung
dengan kebutuhan faktual bangsa Indonesia dewasa ini yakni pentingnya penumbuhan
dan pemulihan ekonomi nasional. Jumlah pemuda usia 16-30 tahun sebesar 64,19 juta
jiwa atau 24% dari total penduduk Indonesia (tahun 2019) merupakan aset bangsa yang
harus dikembangkan agar dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Optimalisasi potensi pemuda Indonesia sejalan dengan upaya mewujudkan visi misi
Presiden terutama pada aspek peningkatan kualitas manusia Indonesia, pembangunan
yang merata dan berkeadilan serta kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian
bangsa.
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional maka
pengembangan kewirausahaan pemuda menjadi sangat penting dan strategis. Adapun
Bab 3, hal 74
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Bab 3, hal 75
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Bab 3, hal 76
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Bab 3, hal 77
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
3.6.2. TANTANGAN
Dalam menghadapi dampak revolusi industri 4.0, terdapat beberapa tantangan
yang harus dihadapi, yaitu sebagai berikut.
a. TANTANGAN DALAM KEAMANAN, menjadi tantangan mengingat risiko
keamanan di sistem IT yang masih belum benar-benar terjamin. Integrasi secara
online akan memberi ruang untuk kebocoran dan pencurian terhadap data.
b. MODAL BESAR, adalah merupakan sebuah tantangan lain karena untuk
mengubah sistem tentu membutuhkan investasi besar dalam teknologi baru. Dan
transformasi juga harus mempertimbangkan tingkat risiko yang mungkin sangat
besar karena tidak mungkin transformasi dengan modal besar justru mengorbankan
pangsa pasar di masa depan.
c. KOMPETENSI SDM, juga menjadi pertimbangan karena perlu keterampilan
khusus dari tenaga kerja yang harus berhadapan dengan teknologi baru.
d. KETENAGAKERJAAN, salah satu tantang terbesar adalah dengan pemanfaatan
teknologi yang mayoritas kerjanya berbasis mesin dan sistem tentunya akan
menggantikan tenaga manusia dengan mesin (Robot). Hal ini bisa menjadi konflik
negatif bila tidak diantisipasi sejak dini.
e. PRIVASI, yang tidak hanya menjadi kekhawatiran produsen tapi juga bagi
pelanggan. Dalam industri, produsen perlu mengumpulkan dan menganalisa data.
Hal ini bisa saja dianggap ancaman oleh pelanggan terhadap privasinya.
3.7. Hipotesis
Sikap terhadap perilaku merupakan salah satu faktor penentu terbentuknya niat
(Ajzen, 2005). Sikap terhadap perilaku didefinisikan Ajzen (2005) sebagai derajat
penilaian positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu. Responden dalam
penelitian ini adalah kalangan muda (pemuda) baik yang sudah berbisnis (pemilik
usaha), pekerja/buruh/karyawan, mahasiswa/pelajar, ataupun calon pekerja/pencari
kerja (usia produktif). Sikap kewirausahaan diukur melalui Entrepreneurial Attitude
Orientation (EAO) model dengan empat dimensi yang meliputi keinginan untuk
berprestasi (achievement), inovasi (innovation), kontrol pribadi (personal control), dan
penghargaan diri (self-esteem).
Bab 3, hal 78
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Solesvik et al. (2012) menunjukkan bahwa
sikap merupakan salah satu faktor yang memungkinan dalam pembentukan niat
kewirausahaan seseorang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ismail et al. (2013) dengan
menggunakan Entrepreneur Attitude Orientation (EAO) model menyatakan bahwa
kontrol pribadi, penghargaan diri, dan inovasi ditemukan memiliki hubungan yang
signifikan dan positif dengan niat wirausaha. Sedangkan prestasi ditemukan tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan niat wirausaha. Temuan ini pada prestasi
menunjukkan bahwa pemuda yang dianggap memiliki prestasi yang tinggi dalam bisnis
namun tidak berniat untuk menjadi wirausaha. Oleh karena itu, meskipun pemuda yang
dianggap memiliki prestasi yang tinggi dalam bisnis, tidak ada hubungannya dengan niat
kewirausahaan mereka. Hal ini diperkuat Ismail et al. (2013) yang menyatakan prestasi
dalam faktor bisnis dibutuhkan dalam organisasi besar yang memungkinkan mendorong
seseorang untuk menjauh dari wirausaha. Temuan untuk kontrol dan harga diri
didukung oleh Shariff dan Saud (2009) yang menyatakan kewirausahaaan dipengaruhi
oleh orang-orang yang memiliki kontrol pribadi dan harga diri. Di dalam hubungannya
dengan Entrepreneur Attitude Orientation (EAO) Model, ia mengungkapkan bahwa
pemuda yang memiliki kontrol yang kuat dan pengaruh kuat atas bisnisnya mempunyai
niat yang besar untuk menjadi wirausaha. Untuk harga diri, ditemukan bahwa pemuda
yang memiliki niat wirausaha yang tinggi adalah mereka yang memiliki tingkat rasa
percaya diri yang tinggi dan kompetensi dalam urusan bisnis (Ismail et al., 2013). Dalam
hal inovasi Ismail et al. (2013) menunjukkan bahwa pemuda yang dimaksudkan untuk
menjadi wirausaha adalah mereka yang memiliki tingkat persepsi yang tinggi dan
tindakan untuk melakukan kegiatan usaha dengan cara yang unik.
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap kewirausahaan
dengan niat kewirausahaan.
Latar belakang pendidikan seseorang seperti ekonomi maupun manajemen
dipercaya akan mempengaruhi niat dan keinginannya untuk memulai usaha baru di
masa mendatang (Widaryanti, 2013). Dalam hal ini peneliti juga mencoba melihat
apakah ada perbedaan niat kewirausahaan yang signifikan antara pemuda yang
memiliki latar belakang tertentu yang bisa mempengaruhi dalam niat berusaha, seperti
pendidikan (ekonomi/manajemen), keluarga, teman/rekan, lingkungan, dan/atau kondisi
tertentu yang menyebabkan individu tersebut melakukan usaha. Dengan kondisi
hipotesis kedua dalam penelitian yaitu:
H2 : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara niat kewirausahaan
dengan latar belakang pelaku usaha
Bab 3, hal 79