Anda di halaman 1dari 18

Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.

0 Tahun 2021

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan & Pemuda


KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA & KEBUDAYAAN

Kegiatan Pengembangan Kewirausahaan Pemuda


di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

BAB 3
METODOLOGI KAJIAN

Metodologi diperlukan sebagai tool dan instrumen penting pada tahapan


pengolahan data sehingga bisa dijelaskan bagaimana penyusunan
Kegiatan Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri
4.0 Tahun 2021 dilaksanakan. Pada bagian ini menguraikan tentang setiap
tahapan kegiatan yang sudah dibuat ruang lingkupnya pada bab
pendahuluan..

Bab 3, hal 62
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

BAB 3
METODOLOGI KAJIAN

3.1. Lingkup Lokasi


Bandung dinobatkan sebagai kota kreatif dunia oleh UNESCO serta terpilih
menjadi pilot project kota kreatif se-Asia Pasifik yaitu menetapkan Kota Bandung
sebagai projek percontohan dalam pengembangan industri kreatif di kawasan Asia Timur
dan Asia Tenggara.
Dalam penelitian Sukriah (2014), Kota Bandung memiliki keunggulan dan daya
tarik wisata yang tinggi yang dapat menjadikan Kota Bandung sebagai destinasi para
wisatawan. Selain karena bisnis fashion yang mulai menjamur, Kota Bandung juga
dikenal sebagai kota pendidikan. Tak hanya warga desa yang berpindah ke Kota
Bandung untuk menuntut ilmu, bahkan warga dari luar pulau Jawa pun ikut
berbondong-bondong menuntun ilmu ke Kota Bandung.
Saat Ridwan Kamil menjabat sebagai walikota Kota Bandung. Kota Bandung
terlihat lebih terkendali dan terpelihara. Dan pada saat yang bersamaam pula walikota
Kota Bandung mulai memperkenalkan konsep Bandung Smart City, pada tahun 2013.
Awal mula direalisasikan Bandung Smart City adalah untuk perwujudan Bandung Juara
sebagai kota yang bermartabat.
Dari beberapa fakta-fakta menarik di atas, kegiatan Pengembangan
Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021 ini mengambil lokasi
di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat sebagai lokus penelitian.kajian.
Beberapa alasan lain kota ini ditetepkan sebagai tempat penelitian adalah:
1) Industri Kreatif Berkualitas Tinggi
Jauh sebelum perusahaan rintisan bermunculan di kota yang penuh kesempatan
bisnis ini, Bandung telah dikenal karena industri fesyennya yang inovatif dan kreatif
dan ditunjuk UNESCO sebagai bagian dari Jaringan Kota Kreatif.
Dikenal sebagai Silicon Valley Indonesia, Bandung juga merupakan salah satu
anggota aktif Pergerakan Nasional 1000 Perusahaan Rintisan Digital‘. Ini adalah
faktor yang membentuk fondasi awal dari kota Bandung yang inovatif dan kreatif,
memberikan pengusaha gigih perspektif baru. Kehadiran kuat perusahaan-
perusahaan rintisan kreatif didukung oleh basis populasi dari berbagai segi
kehidupan termasuk kaum muda dan mereka yang melek teknologi. Selain itu,

Bab 3, hal 63
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

pemerintah dan otoritas lokal juga sangat suportif, terlihat dari pertumbuhan pesat
universitas di Bandung yang menawarkan mata kuliah Teknologi Informasi
2) Banyaknya Komunitas anak muda dan Ekosistem Perusahaan Rintisan
Populasi manusia usia di bawah 40 tahun di Bandung cukup tinggi, sekitar 60 persen.
Didominasi populasi usia muda, membuat masyarakatnya gemar berkumpul. Budaya
nongkrong ini berdampak positif bagi masyarakatnya, dari berkumpul itu berdebat
menjadi hal lumrah. Sehingga menimbulkan gagasan-gagasan baru dan melahirkan
banyak komunitas di Bandung. Komunitas ini yang membantu dan ekosistem yang
ramah di Bandung yang menunjang pertumbuhan perusahaan rintisan, banyak
perusahaan dan pengusaha menganggap Bandung sebagai tempat yang nyaman
untuk memulai usaha. Komunitas yang menyediakan tempat untuk inkubasi
perusahaan rintisan baru, baik untuk coaching maupun pendanaan, termasuk
Startup Corner, Kolaborasi, Bandung Digital Valley, Startup Banding, dan Indigo
Creative Nation. Selain pendanaan dan coaching, beberapa komunitas bahkan
dilengkapi dengan ruang co-working, kantor virtual, kafeteria, fasilitas olahraga,
akses internet gratis, fasilitas cetak 3D, bantuan paten dan hukum.

3.2. Jenis Data Kajian


Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi foto, rekaman dan karya tulisan
lain yang sejenis. Berkaitan dengan data, dapat dibagi jenis data-datanya ke dalam kata-
kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu berupa :
a. Data Primer Yaitu data yang bersumber dan diperoleh dari wawancara dan hasil
observasi dengan para pihak dilapangan sesuai dengan objek penelitian.
b. Data sekunder data yang mendukung dan melengkapi data primer berupa
Dokumen resmi, Penelitian serupa, Bahan Hukum berupa peraturan dan UU terkait.
c. Narasumber untuk klarifikasi data-data, yang terdiri dari beragam posisi yang
berkaitan dengan Kajian .
Kebutuhan Data (Sekunder dan Primer) tersebut diantaranya:
a) Kumpulan program K/L tentang kewirausahaan pemuda;
b) Dokumen Rencana Strategis Dinas Pemuda dan Olah Raga Daerah;
c) Dokumen Rencana Strategis Dinas Koperasi dan UMKM Daerah;
d) Dokumen Rencana Strategis Dinas Perindustrian Daerah;
e) Rencana program pembangunan K/L sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan
program;

Bab 3, hal 64
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

f) Daftar program pembangunan daerah yang mendukung kegiatan kepemudaan,


khususnya tentang kewirausahaan pemuda;
g) Peta kondisi eksisting terkait dengan permasalahan Kepemudaan (kesempatan kerja,
jumlah usia produktif, kegiatan (wirausaha) pemuda)
h) Peta kondisi eksisting terkait dengan kewirausahaan secara umum (untuk dipetakan
secara khusus dalam keterlibatan pemuda) dan kondisi peran pemuda dalam
dukungan program;
i) Data BPS secara series.
Metoda pengumpulan data sekunder dan survey akan dilakukan dengan Metode
Interview/Wawancara
• Metode interview/wawancara adalah cara pengumpulan data dengan
melakukan wawancara terhadap dengan menggunakan alat bantu berupa
pertanyaan maupun daftar data-data yang diperlukan.
• Metode Observasi
Metode ini adalah cara pengumpulan data dengan jalan melakukan pengamatan
pemeriksanaan langsung ke lapangan. Dalam pelaksanaannya metode ini dapat
pula menggunakan alat bantu daftar pertanyaan (kuisioner) maupun format-
format standar (Check List) untuk kepentingan penyelidikan teknik
tertentu.Pada kegiatan observasi dapat pengambilan gambar (dokumentasi)
serta membandingkan kesesuaian data yang ada dengan kondisi dilapangan.

3.3. Metodelogi dan Pendekatan Kajian


3.3.1. Metode Kajian
Pada Kajian mengenai Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era
Revolusi Industri 4.0 menggunakan metode penelitian Deskriptif Kualitatif. Metode
penelitian deskriptif ditujukan untuk mengkaji permasalahan implementasi pada saat
penelitian ini dilakukan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh para ahli
bahwa: "penelitian deskriptif diarahkan untuk mengidentifikasi situasi pada waktu
penyelidikan dilakukan, melukiskan variabel (Winarno, 1980: 156; dan Best, 1981:
116). Pendekatan utama yang digunakan adalah pendekatan yuridis/acuan normatif.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, penelitian deskriptif kualitatif
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai
karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Jenis penelitian deskriptif kualitatif
menafsirkan dan menguraikan data yang ada bersamaan dengan situasi yang sedang
terjadi. Penelitian ini juga mengungkapkan sikap, pertentangan, hibungan serta
pandangan yang terjadi pada sebuah lingkup responden.

Bab 3, hal 65
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

Jenis penelitian deskriptif kualitatif menggambarkan kondisi apa adanya, tanpa


memberi perlakuan atau manipulasi pada variable yang diteliti. Jenis penelitian
deskriptif kualitatif merupakan jenis penelitian dengan proses memperoleh data bersifat
apa adanya. Penelitian ini lebih menekankan makna pada hasilnya.
Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan pelaksanaan adalah:
a) Survei/observasi (pengamatan) mendalam. Dalam metode ini untuk mendapatkan
data (informasi) tentang permasalahan kondisi lokasi dan masyarakat melalui
pengamatan secara mendalam terhadap situasi, kondisi kejadian (peristiwa) yang
ada di lokasi.
b) Wawancara tak terstruktur (indepth interview). Melalui wawancara mendalam akan
mendapatkan informasi yang akurat dari masyarakat.
c) konsultasi yaitu upaya pembantuan yang diberikan dalam menanggapi
permasalahan yang ada dengan cara memberikan jawaban, solusi dan pemecahan
masalah yang dibutuhkan

3.3.2. Pendekatan Kajian


Pemahaman mengenai kewirausahaan terus mengalami perkembangan karena
semakin meningkatnya peran penting wirausahawan, teruatama di Era sekarang
dimana semakin susahnya peluang kerja, kesempatan kerja yang terbetas, dan masa
pandemi Coviid-19 yang menyebabkan justru semakin lumpuhnya dunia usaha. Teori-
teori mengenai kewirausahaan menunjukkan prinsip-prinsip dasar yang mampu
menjelaskan arti wirausahawan ataupun kewirausahaan, Aturan yang saling
berhubungan dari berbagai elemen mendorong munculnya wirausahawan ataupun
kewirausahaan.
Menurut Hari Lubis dalam Perkembangan Konsep Kewirausahaan (2015)
Terdapat dua jenis cara pandang utama dalam pemikiran mengenai kewirausahaan,
yaitu pandangan makro dan pandangan mikro.

3.3.2.1. Pandangan Makro1


Pandangan makro terhadap kewirausahaan menunjukkan adanya sejumlah
faktor yang berkaitan dengan sukses atau gagalnya usaha yang dijalankan oleh seorang
wirausahawan. Faktor-faktor ini mencakup berbagai proses dari luar (eksternal) yang
sering kali berada di luar kendali seorang wirausahawan. Dalam pandangan bersifat
makro ini terdapat tiga pendekatan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1 Hari Lubis. 2015. Perkembangan Konsep Kewirausahaan Hal 15-16

Bab 3, hal 66
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

a. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan atau cara pandang ini terutama berkaitan dengan berbagai faktor dari
luar yang berpengaruh terhadap pola hidup seseorang sehingga menyebabkan dia
memiliki potensi ataupun tidak memiliki potensi untuk menjadi seorang
wirausahawan. Faktor-faktor ini bisa berpengaruh positif maupun negatif terhadap
munculnya keinginan untuk memulai kegiatan sebagai wirausahawan.
Faktor-faktor ini terutama berkaitan dengan keberadaan institusi, nilai-nilai
masyarakat dan adat istiadat, yang secara bersama-sama membentuk suasana
lingkungan sosial dan politis tertentu yang mampu memberikan pengaruh terhadap
pemunculan wirausaha. Atau sebaliknya, kombinasi tertentu dari keseluruhan
faktor-faktor tersebut justru menghambat munculnya kewirausahaan. Sebagai
contoh, karyawan tingkat menengah yang dalam lingkungan pekerjaannya terbiasa
mendapat kebebasan serta dukungan untuk mengembangkan gagasan dan
merealisasikannya, diizinkan mengembangkan perjanjian (kontrak) dengan pihak
luar, menciptakan dan mencoba gagasan baru, maka lingkungan kerja semacam itu
bisa mendorong munculnya keinginan untuk memulai usaha sendiri sebagai
wirausahawan. Lingkungan sosial seseorang, lingkungan pertemanan maupun
keluarga juga bisa berpengaruh terhadap munculnya keinginan seseorang untuk
memulai usaha sebagai seorang wirausahawan.
b. Pendekatan Keuangan
Pendekatan ini terutama memfokuskan perhatian pada proses penanaman dan
menumbuhkan modal atau uang. Sebagian pihak memang memandang
kewirausahaan hanya sebagai proses mengembangkan atau menggandakan uang,
sementara pandangan yang lain berpendapat bahwa proses keuangan ini hanyalah
salah satu segmen saja dari kegiatan kewirausahaan.
c. Pendekatan Perpindahan
Cara pandang ini didasarkan pada fenomena kelompok. Dikatakan bahwa suasana
yang dialami kelompok bisa mendorong ataupun menghambat munculnya faktor-
faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wirausaha. Menurut Ronstadt,
seseorang tidak akan terdorong untuk menjalankan suatu usaha atau menjadi
wirausahawan, jika mereka tidak dihambat untuk mengerjakan sesuatu ataupun
terdesak untuk meninggalkan kegiatannya semula, sehingga akhirnya mengerjakan
jenis kegiatan yang lain. Terdapat tiga jenis penyebab utama yang menyebabkan
sekelompok orang terdorong untuk berpindah kegiatan, dan ketiga jenis aspek
pendorong tersebut menggambarkan pola pemikiran yang mewarnai pendekatan ini
adalah sebagai berikut.

Bab 3, hal 67
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

1) Faktor Politik
Warna politik suatu negara yang tidak menghalalkan berkembangnya usaha
bebas milik pribadi akan menghambat munculnya kegiatan kewirausahaan.
Corak dari berbagai peraturan yang diberlakukan oleh suatu negara juga bisa
menghambat ataupun mengarahkan kegiatan masyarakat sehingga cenderung
lebih banyak menggeluti kegiatan tertentu.
2) Faktor Budaya
Kelompok-kelompok sosial tertentu, misalnya yang muncul karena latar belakang
etnis, agama, suku, jenis kelamin dan sebagainya yang menjadi golongan
minoritas di suatu negara, sering kali diasingkan dari bidang pekerjaan yang
umum dikerjakan oleh masyarakat luas. Desakan semacam ini sering kali
mengakibatkan golongan minoritas tidak tertarik memasuki bidang pekerjaan
yang umum dan cenderung mengembangkan kegiatan bersifat wirausaha.
Sebagai contoh, warga negara Indonesia keturunan Tionghoa di Indonesia
cenderung lebih banyak dijumpai mengerjakan profesi yang bebas seperti menjadi
pedagang daripada profesi pegawai negeri ataupun menjadi anggota militer.
3) Faktor Ekonomi
Perubahan kondisi perekonomian ke arah yang lebih buruk seperti resesi sering
kali menimbulkan banyak pemutusan hubungan kerja dan melahirkan banyak
penganggur. Perubahan kondisi perekonomian juga bisa menghambat ataupun
mendorong bertumbuhnya keinginan untuk menjadi wirausahan.
Ketiga jenis pendorong yang menyebabkan terjadinya perpindahan tersebut
menggambarkan faktor-faktor dari luar (eksternal) yang bisa berpengaruh terhadap
berkembangnya kewirausahaan.

3.3.2.2. Pandangan Mikro2


Pandangan mikro terutama membahas faktor-faktor yang khas dari
kewirausahaan, yaitu terutama yang muncul dari dalam diri wirausahawan sendiri.
Dalam pandangan mikro terdapat tiga jenis pendekatan, yaitu sebagai berikut.
a. Pendekatan Ciri
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan ciri-ciri umum wirausahawan
yang dianggap berhasil. Pendekatan semacam ini berusaha mempelajari ciri-ciri
umum orang-orang yang berhasil dalam mengembangkan usaha, sehingga apabila
ciri-ciri itu ditiru maka diharapkan akan dapat meningkatkan peluang para peniru
tersebut untuk juga mencapai keberhasilan dalam menjalankan usaha. Sebagai
contoh, terdapat empat faktor yang biasanya dianggap terdapat dalam diri

2 Hari Lubis. 2015. Perkembangan Konsep Kewirausahaan Hal 17-19

Bab 3, hal 68
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

wirausahawan yang sukses, yaitu mempunyai keinginan berprestasi (achievement),


kreatif, memiliki keteguhan hati (determinasi) dan memiliki pemahaman teknis yang
memadai.
Pendapat lain menyatakan bahwa latar belakang keluarga dan pola pendidikan yang
dialami juga bisa berpengaruh terhadap keberhasilan wirausahawan. Sebagian
peneliti malah beranggapan bahwa pola pendidikan tertentu malah bisa
menghambat munculnya kewirausahaan, sementara peneliti yang lain justru
mempercayai hal yang sebaliknya. Pendapat yang lain mengatakan bahwa pola
pendidikan tertentu dalam keluarga dapat mendorong ciri-ciri kewirausahaan
tumbuh pada seseorang sejak dini, dan dapat mengantarkannya menjadi
wirausahawan yang berhasil.
b. Pendekatan Peluang Usaha
Pendekatan ini memfokuskan perhatian terhadap masalah peluang dalam
tumbuhnya kewirausahaan. Menemukan gagasan usaha, selanjutnya
mengembangkan gagasan tersebut menjadi konsep usaha, dan kemudian
memanfaatkan peluang usaha merupakan bidang-bidang yang dianggap penting
dalam pendekatan ini. Oleh karena itu, pendekatan ini menganggap kreativitas serta
pemahaman pasar merupakan dua aspek dasar yang penting.
Gagasan usaha yang tepat, yang muncul pada waktu yang juga tepat, dan ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan dari pasar sasaran (target market) yang tepat pula,
merupakan kunci keberhasilan kegiatan kewirausahaan oleh pendekatan ini.
Perkembangan berikutnya dari pendekatan ini kemudian memunculkan ”prinsip
koridor”. Jalur yang dilalui ataupun peluang baru yang muncul ternyata berbeda,
sehingga wirausahawan berkembang ke arah yang berlainan. Kemampuan untuk
mencium adanya peluang saat peluang tersebut muncul dan juga kemampuan untuk
melaksanakan langkahlangkah yang dibutuhkan dalam implementasinya,
merupakan faktor kunci menurut pendekatan ini. Dalam pendekatan ini dipercayai
bahwa pihak yang memiliki persiapan memadai, bertemu dengan peluang, akan
mengalami kemujuran. Karena itu, penganut pendekatan ini percaya bahwa semakin
siap seseorang dalam berbagai segmen usaha, akan meningkatkan kemampuannya
untuk menemukan peluang usaha.
d. Pendekatan Strategis
Pendekatan ini menekankan peran penting proses perencanaan dalam
pengembangan usaha yang sukses. Ronstadt memandang perumusan strategi
sebagai pemanfaatan berbagai elemen yang bersifat unik, seperti pasar yang unik,
karyawan, produk, dan berbagai sumber, yang seluruhnya unik. Elemen-elemen yang
unik ini perlu diidentifikasikan, dan kemudian dikombinasikan sehingga menjadi
usaha yang efektif, yaitu dalam pengertian sebagai berikut.

Bab 3, hal 69
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

1) Pasar yang khas


Strategi dikembangkan melalui identifikasi segmen pasar yang utama dan
memahami celah atau ceruk yang khas yang muncul karena pengaruh segmen
pasar utama, dan memanfaatkan ceruk pasar yang khas tersebut dalam
pengembangan usaha.
2) Tenaga kerja yang khas
Usaha dikembangkan dengan memanfaatkan keterampilan atau bakat luar biasa
yang khas dari tenaga kerja yang dimiliki.
3) Produk yang khas
Usaha dikembangkan berlandaskan inovasi, sehingga produk yang dihasilkan
mampu melampaui produk yang sudah ada di pasar.
4) Sumber yang khas
Berusaha memiliki sumber-sumber yang khas dalam jangka panjang (seperti air,
tanah, bahan baku) dan memanfaatkannya sebagai tumpuan strategi.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh lalu diolah kemudian di analisis secara deskriptif kualitatif
yaitu dilakukan dengan menggambarkan data yang dihasilkan dalam bentuk uraian
kalimat atau penjelasan. Dari analisis data tersebut dilanjutkan dengan Analisis hasil
identifikasi nantinya digunakan sebagai pengembangan rumusan Isu Kebijakan yang
masing-masing rumusan sudah dilengkapi dengan pembahasan yang meliputi Asumsi
Kebijakan, Tujuan Kebijakan, Fokus Kebijakan, Strategi Kebijakan, Faktor Penentu
Keberlanjutan Kebijakan.
Untuk membangun asumsi-asumsi strategis dalam penyusunan kebijakan
digunakan metode SAST (Strategic Asumption Surfacing and Testing). Dalam
pembuatan suatu kebijakan, tidak semua variabel dapat dikontrol atau menjadi input
kebijakan, namun tetap diperhatikan dan menentukan desain kebijakannya. Variabel
yang tidak dapat dimasukkan atau diselesaikan digunakan sebagai asumsi, baik berupa
kendala, faktor penghambat, kondisi yang tidak mungkin dapat dirubah serta perihal
kesepakatan para stakeholder.
Instrumen penelitian lain yang digunakan untuk mempertajam analisis adalah
dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Sructural Modeling). ISM berguna
untuk membuat struktur sub elemen pada tiap elemen kebijakan. ISM pada intinya
membuat struktur sub elemen dari 4 macam hubungan antar sub elemen, sebagai
contoh : mendukung, didukung, saling mendukung atau sama sekali tidak terkait.
Penyusunan materi program pilihan yang akan digunakan rumusan naskah kebijakan,
dalam penyusunan materi program menggunakan SWOT.

Bab 3, hal 70
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

• DESKRIPTIF ANALISIS (ANALISIS KUALITATIF); POTENSI :


ANALISIS KONDISI EKSISTING • Analisis SAST (Strategic Asumption Surfacing and • Penggunaan Teknologi yg merambah dunia usaha;
Testing); • Akses internet yang makin mudah;
• Analisis ISM (Interpretative Sructural Modeling); • Prosepek/potensi pasar;
• Analisis SWOT • Penguasaan masyarakat terhadap teknologi yg
makin meningkat
• Kondisi kewirausahaan;
• Ketersediaan bahan baku;
• Potensi ekonomi/usaha;
• Dukungan Pihak ketiga/rekanan yg makin mudah
• Kontribusi kewirausahaan terhadap
kesempatan kerja (terutama menghadapi • Perumusan program kewirausahaan Pemuda yang
era Industri 4,0 dan di masa Pandemi; tepat, inovatif dan implementatif sehingga mampu
• Peran IT (Teknologi dan Internet) terhadap mengoptimalkan peran kepemudaan dalam
perkembangan kewirausahaan kekinian menjawab tantangan ekonomi era Revolusi
• Keterlibatan kalangan muda dalam industri 4.0; dan
perkembangan kewirausahaan berbasis • Perumusan Model kewirausahaan pemuda di era
teknologi Revolusi Industri 4.0 sebagai materi kebijakan KONSULTASI DAN ASISTENSI
• Dukungan Kebijakan

• Terdeskripsinya keterlibatan dan peran PROSPEK :


kepemudaan dalam Program Kewirausahaan • Tingkat Persaingan; Tersusunnya rekomendasi alternatif kebijakan terkait
Pemuda; • Prosepek/potensi pasar; program kewirausahaan pemuda memasuki Era
• Terdeskripsinya faktor pendorong dan • Ketertarikan kalangan muda dalam enterpreuner; Revolusi Industri 4.0, sehingga kalangan pemuda
penghambat yang dihadapi kalangan • Minat investor/dukungan insvestasi; mampu beradaptasi dengan cepat terhadap
pemuda dalam memberikan peran dan • Kesesuaian dengan kebijakan perubahan-perubahan yang terus terjadi sebagai suatu
partisipasinya pada program kewirausahaan; • Dukungan program & infrastruktur; solusi dari berbagai tantangan ekonomi yang muncul
• Terdeskripsinya gambaran tingkat • Resiko terhadap lingkungan
kemampuan beradaptasi di kalangan
pemuda dalam proses implementasi
program kewirausahaan pemuda ditinjau
dari penguasaan dan pemanfaatan
teknologi;
• Diketahuinya persepsi kalangan muda dalam
menyikapi/menghadapi masuknya era
industri 4.0, terutama dalam hal
kesempatan kerja;
• Terdeskripsinya konsep strategi yang efektif
dalam memberikan kesempatan kerja,
khususnya dalam menghadapi bonus
demografi;
• Diketahuinya konsep program dan kebijakan
yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam
mendukung kebijakan kewirausahaan
kepemudaan.

Gambar 3.1. Kerangka analisis Deksripsi

Bab 3, hal 71
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

KEBIJAKAN & INDIKASI


PROGRAM
PENILAIAN/ PENYUSUNAN/
EVALUASI KONSEP

PERUMUSAN
MASALAH

KEBERLANJUTAN
OUTCOME KEBIJAKAN & PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN & PERUMUSAN
MASALAH MASALAH
KEBIJAKAN & INDIKASI
INDIKASI PROGRAM INDIKASI PROGRAM
PROGRAM

PERUMUSAN
MASALAH

REKOMENDASI
PENGAWASAN

TINDAKAN KEBIJAKAN &


INDIKASI PROGRAM

KETERANGAN :

: Proses Kebijakan/Program

: Metode Analisis

Gambar 3.2. Kerangka Analisis Kebijakan


(SAST, ISM, SWOT Method)

3.5. Lingkungan Strategis


Dalam bagian ini akan dijelaskan tentang kecenderungan perkembangan
lingkungan strategis yang berpengaruh erat terhadap permasalahan yang dikaji (yang
menghasilkan pengaruh positif dan negatif dalam pemecahan masalah pada bab IV).

3.5.1. Global
Perkembangan teknologi saat ini yang demikian pesatnya membuat perubahan
luar biasa dalam dunia usaha. Penggunaan teknologi telah mempermudah dalam banyak
hal terkait dengan kemajuan dunia usaha, baik dalam proses produksinya maupun
dalam proses promosi dan pemasarannya.
Akan tetapi industri yang berbasis teknologi juga memaksa perubahan yang
sangat signifikan dalam keterlibatan sumber daya manusia yang mana pemanfaatan
teknologi mulai banyak menggantikan peran manusia.
Era industri 4.0 secara tidak langsung membuat banyak perusahaan mengurangi
tenaga manusia dengan teknologi dan mesin yang dijalankan secara sistematis yang
menyebabkan mulai berkurangnya penyerapan tenaga kerja, sehingga salah satu
strategi dalam perluasan kesempatan kerja untuk menyikapi era industri 4.0 adalah

Bab 3, hal 72
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

dengan mengoptimalkan kewirausahaan secara mandiri, terutama untuk kalangan


muda.
Dari permasalahan di atas dapat digarisbawahi bahwa kewirausahaan/
enterpreneur merupakan salah satu solusi untuk menghadapi perkembangan industri
yang sudah mulai menggeser tenaga manusia dengan mesin/robot. Disatu sisi,
perkembangan usaha berbasis teknologi (teknopreneur) saat ini juga sudah mulai marak
dikalangan pemuda. Perkembangan jaman dimana semua mudah diakases dalam
pemenuhan kebutuhan manusia menjadikan peluang bisnis menjadi lebih terbuka.
Ditambah pada musim pandemi Covid-19 saat ini yang memaksa aktivitas masyarakat
harus dibatasi tampaknya “Dunia Dalam Genggaman” merupakan salah satu peluang
yang harus dimanfaatkan dengan baik. Sehingga kewirausahaan ini mestinya bisa
menjadi sebuah strategi efektif dalam menghadapi masuknya industri 4.0 yang
mayoritas akan berbasis teknologi dan mesin.

3.5.2. Regional
Setiap negara yang berdaulat pasti memiliki kepentingan-kepentingan strategis
di kawasan regional demi mempertahankan eksistensinya di panggung global. Bagi
Indonesia sendiri, ASEAN menjadi salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi
kebijakan luar negerinya, yang kemudian mendorong Indonesia untuk mencoba
mempromosikan nilai-nilai nasionalnya dan juga berupaya untuk meningkatkan
kemampuan anggota-anggota regional ASEAN agar dapat membentuk kebijakan di
kawasan Asia Tenggara dengan lebih luas. Sebagai salah satu pendiri ASEAN, Indonesia
dinilai memiliki andil dan pengaruh yang besar dalam berbagai macam isu-isu yang
menjadi fokus kajiannya. Sejak awal berdirinya ASEAN, Indonesia telah
mengoptimalkan suatu bentuk kehidupan masyarakat Asia Tenggara yang menjunjung
tinggi nilai-nilai saling menghargai dan menghormati, berpegang pada prinsip non-
intervensi terhadap urusan domestik negara-negara lain, penolakan penggunaan
kekuatan yang dapat memicu kekerasan, konsultasi, serta mengutamakan konsensus
bersama dalam setiap pengambilan keputusan (Suryadinata, 1998: 85). Manfaat ASEAN
bagi Indonesia,antara lain:

• Menciptakan stabilitas, perdamaian, dan keteraturan di kawasan ASEAN


sehingga dapat melanjutkan pembangunan di segala bidang dan dapat
mendorong Indonesia menjadi negara yang lebih maju;

• Menjalin kerja sama di bidang pembangunan dan percepatan pemajuan ekonomi,


antara lain, perluasan perdagangan, investasi, kepariwisataan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta bidang pendidikan;

Bab 3, hal 73
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

• Sebagai wadah bagi Indonesia dalam memperjuangkan kepentingan nasional di


kawasan Asia Tenggara dan kepentingan bersama di forum internasional;

Selama lima dasawarsa ASEAN berdiri (1967-2017) telah banyak capaian dan
dedikasi yang diberikan oleh ASEAN kepada negara anggotanya. ASEAN berkembang
menjadi organisasi yang semakin matang dan dinamis, dibuktikan dengan ketahanannya
menghadapi berbagai tantangan di tingkat regional maupun global. ASEAN juga terbukti
berhasil menjaga keamanan, dan stabilitas di kawasan - mencegah potensi konflik
terbuka di kawasan, sehingga memungkinkannya menjadi engine of growth, daya tarik
investasi dan pembangunan ekonomi yang unik.

Hal ini tidak terlepas dari sumbangsih dan kontribusi yang telah diberikan oleh
Indonesia sebagai salah satu founding fathers ASEAN dan negara anggota ASEAN
dengan jumlah penduduk serta kondisi geografis terbesar. Indonesia memiliki
kepentingan yang tinggi untuk memastikan ASEAN menjadi organisasi yang kuat secara
internal, dan dipertimbangkan secara serius oleh dunia internasional. Sejak ASEAN
berdiri tahun 1967, Indonesia tiga kali menjabat sebagai Ketua ASEAN yakni pada tahun
1976, 2003 dan 2011.

Oleh sebab itu, sebagai salah satu kawasan yang memiliki peran atau posisi
strategis bagi Indonesia, Asia Tenggara menjadi salah satu fakor penting yang harus
selalu dipertimbangkan Indonesia dalam menjalankan kebijakan politik ekonomi luar
negerinya. Terlebih lagi Indonesia juga termasuk ke dalam kawasan regional Asia
Tenggara, sehingga secara otomatis Indonesia juga didorong oleh tanggung jawab agar
senantiasa ikut untuk menjaga stabilitas perekonomian di kawasan tersebut.

3.5.3. Nasional
Pengembangan kewirausahaan pemuda merupakan salah satu agenda penting
dalam koordinasi lintas sektor pelayanan kepemudaan, karena bersentuhan langsung
dengan kebutuhan faktual bangsa Indonesia dewasa ini yakni pentingnya penumbuhan
dan pemulihan ekonomi nasional. Jumlah pemuda usia 16-30 tahun sebesar 64,19 juta
jiwa atau 24% dari total penduduk Indonesia (tahun 2019) merupakan aset bangsa yang
harus dikembangkan agar dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Optimalisasi potensi pemuda Indonesia sejalan dengan upaya mewujudkan visi misi
Presiden terutama pada aspek peningkatan kualitas manusia Indonesia, pembangunan
yang merata dan berkeadilan serta kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian
bangsa.
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional maka
pengembangan kewirausahaan pemuda menjadi sangat penting dan strategis. Adapun

Bab 3, hal 74
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

strategi kebijakan pengembangan kewirausahaan berdasarkan RPJMN 2020-2024


diantaranya: meningkatkan kapasitas dan akses pembiayaan; meningkatkan peluang
usaha dan startup; meningkatkan nilai tambah usaha sosial.
Pemberdayaan pemuda dalam kemandirian ekonomi sebagai solusi untuk
mengatasi masalah pengangguran. Lahirnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2009
tentang Kepemudaan, dimana menjelaskan bahwa Indonesia akan melakukan suatu
gerakan pembangunan kepemudaan. Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk
terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis,
bertanggungjawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan,
kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pasal 3 UU
Nomor 40 tahun 2009.
Pentingnya pengembangan kewirausahaan pemuda. Menjawab tantangan
kepemudaan saat ini, antara lain (1) Memasuki era indutri 4.0 masih rendahya
Keterampilan Sumber Daya Manusia, khususnya pada kalangan generasi muda; (2)
tingginya tingkat pengangguran yang semakin diperparah oleh pandemi COVID-19; dan
(3) rendahnya rasio kewirausahaan Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN.
Pengembangan kewirausahaan pemuda juga sejalan dengan upaya meningkatkan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah serta meningkatkan semangat berkoperasi bagi pemuda.
Banyak pelaku UMKM adalah kalangan pemuda yang harus terus didampingi agar
mereka dapat 'naik kelas' menjadi pengusaha nasional yang mampu bersaing dengan
pengusaha negara lain.
Di era revolusi industri 4.0, sangat penting membangun karakter bisnis
atau entrepreneurship generasi muda. Agar mereka memiliki kesadaran mengubah
budaya kerja 'mencari kerja' menjadi budaya 'menciptakan kerja dan lapangan kerja'.
Spirit enterpreneur harus ada di dalam diri milenial. Maka penting, generasi muda
sebagai generasi milenial sebagai calon pemimpin bangsa harus tampil sebagai sumber
daya berkualitas, di samping memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Salah
satunya, tentu dibangun melalui karkater entreprenership dengan cara menumbuh-
kembangkan wirausaha baru kreatif yang inovatif berbasis teknologi.
3.6. Peluang dan Kendala
3.6.1. Peluang
Dampak revolusi industri 4.0 bagi usahawan adalah dapat memudahkan para
pebisnis untuk berkolaborasi dan berbagi data diantara pelanggan, produsen, pemasok,
dan pihak lain dalam rantai pasokan. Hal ini bisa meningkatkan produktivitas dan daya

Bab 3, hal 75
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

saing, memungkinkan transisi ke ekonomi digital, dan memberikan peluang untuk


mencapai pertumbuhan dan keberlanjutan ekonomi.
Terdapat peluang-peluang yang bila dimanfaatkan secara optimal oleh
pengusaha-pengusaha, akan berdampak positif., bahkan peluang tersebut bisa menjad
momen tepat untuk masyarakat (khususnya pemuda) yang akan berwirausaha, karena
dalam era dimana semua berbasis teknologi informasi termasuk dalam dulia bisnis,
pemanfaatan teknologi ini akan sangat membantu dalam segala aspek.
Berikut beberapa peluang yang akan membawa dampak positif dalam revolusi
Industri 4.0 pada bisnis :
1. DAYA SAING BISNIS
PELUANG : Kemudahan dalam berbisnis
Dalam era dimana semua berbasis teknologi informasi, kondisi dimana aktivitas
manusia dipermudah oleh teknologi digital dan sistem online, “Dunia Dalam
Genggaman” akan menjadi sebuah keniscayaan yang harus disikapi secara bijak
dan positif sekaligus harus dimanfaatkan untuk memajukan diri secara ekonomi,
termasuk dalam melakukan usaha (berwirausaha), dimana saat ini menjadi
sangat mudah, dengan berbagai kemudahan: diantaramya:
a) Kemudahan aplikasi dalam bermitra antara produsen dengan calon
pengusaha;
b) Kemudahan menjadi resseler tanpa harus mempunyai toko offline dan modal
besar:
c) Kemudahan melakukan promosi dengan biaya sangat kecil dengan jangkauan
yang sangat luas;
d) Kemudahan bertransaksi dengan banyak pelanggan dalam waktu secara
bersamaan tanpa harus bertemu;
e) Kemudahan pengelelolaan keuangan usaha tanpa dengan aplikasi berbiaya
murah; dan masih banyak kemudahan-kemudahan lain yang bila
dimanfaatkan akan berdampak positif
DAMPAK : Peningkatan Daya Saing Bisnis
Dalam revolusi Industri 4.0 akan berdampak dengan meningkatknya daya saing
global melalui kerja sama dan konfederasi perusahaan. Dalam revolusi Industri
4.0 produk tidak lagi dibuat oleh seorang pekerja melainkan oleh robot-robot yang
hanya dijalankan dengan seglitin orang sebagai programmer (operator). Dan
tidak perlu waktu yang lama dalam memproses sebuah produk barang, sehingga
dapat mempermudah perusahaan dalam mempercepat pemasaran produk, dan
untuk melakukan pemasaran.

Bab 3, hal 76
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

2. PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN


PELUANG : Proses Produksi lebih mudah, murah, cepat
Proses produksi dengan bantuan mesin, aplikasi dan sistem menyebabkan hasil
produksi akan lebih cepat, tepat, presisi, dan tentunya akan menghemat tenaga
kerja konvensional (manusia) yang memerlukan biaya tinggi.
DAMPAK : Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan
Dengan peningkatan efisiensi, penurunan biaya operasional menyebabkan
peningkatan pendapatan dan keuntungan. Ini juga mendorong peningkatan
produktivitas. Dan dampak revolusi Industri 4.0 adalah salah satu pendorong
utama peningkatan pendapatan perusahaan, mengatasi kesulitan keuangan
dalam bisnis, dan dapat meningkatkan pertumbuhan PDB negara.
3. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PELUANG : kemudahan akses teknologi informasi
Pada Revolusi Industri 4.0 memaksa semua pihak, dari pemerintah maupun
swasta harus mengembangkan teknologi informasi secara optimal. Kesiapan
infrastruktur TI ini akan berimbas dengan kemudahan-kemudahan masyarakat
dalam mengakses TI secara maksimal, termasuk dalam internet. Hal ini tentunya
akan menjadi peluang positif dimana beberapa peluang-peluang yang disebutkan
di atas memang harus tergantung dengan TI, termasuk internet.
Dengan banyak pihak yang terlibat dalam penyediaan infrastruktur TI, semakin
meluasnya jangkuan pelayanan TI, dan semakin banyaknya produsen pembuat
Perangkat Kerjas maupun Pengkat Lunak tentunya akan berdampak semakin
murah biaya dalam TI tersebut.
DAMPAK : Pengembangan Teknologi yang Dipercepat
Dampak lain dari revolusi Industri 4.0 adalah menyediakan platform untuk dasar
inovasi lebih lanjut dengan teknologi yang berkembang. Sistem dan layanan
manufaktur dapat dikembangkan lebih lanjut.
Misalnya, dengan aplikasi pembukuan akuntansi, semakin berkembangnya
teknologi pembukuan akuntansi, maka semakin dapat mempermudah para
pebisnis dalam membereskan pembukuan yang mereka milik
4. KOMUNIKASI
PELUANG : kemudahan akses komunikasi
Dengan semakin mudahnya menentukan harga jual produksi adalah keuntungan
bagi perusahaan karena bisa mengarahkan efisiensi waktu produksi. Hal ini akan
sangat berpengaruh bagi industri yang menggunakan peralatan manufaktur
mahal.

Bab 3, hal 77
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

DAMPAK : terbentuknya pasar fleksibel


Dengan mudahnya akses informasi, mudahnya berkomunikasi akan berdampak
dengan terciptanya pasar fleksibel yang berorientasi pada pelanggan.
Kemudahan komunikasi yang mudah dan baik antara pengusaha dan pelanggan
akan berpengaruh baik bagi kegiatan industri.

3.6.2. TANTANGAN
Dalam menghadapi dampak revolusi industri 4.0, terdapat beberapa tantangan
yang harus dihadapi, yaitu sebagai berikut.
a. TANTANGAN DALAM KEAMANAN, menjadi tantangan mengingat risiko
keamanan di sistem IT yang masih belum benar-benar terjamin. Integrasi secara
online akan memberi ruang untuk kebocoran dan pencurian terhadap data.
b. MODAL BESAR, adalah merupakan sebuah tantangan lain karena untuk
mengubah sistem tentu membutuhkan investasi besar dalam teknologi baru. Dan
transformasi juga harus mempertimbangkan tingkat risiko yang mungkin sangat
besar karena tidak mungkin transformasi dengan modal besar justru mengorbankan
pangsa pasar di masa depan.
c. KOMPETENSI SDM, juga menjadi pertimbangan karena perlu keterampilan
khusus dari tenaga kerja yang harus berhadapan dengan teknologi baru.
d. KETENAGAKERJAAN, salah satu tantang terbesar adalah dengan pemanfaatan
teknologi yang mayoritas kerjanya berbasis mesin dan sistem tentunya akan
menggantikan tenaga manusia dengan mesin (Robot). Hal ini bisa menjadi konflik
negatif bila tidak diantisipasi sejak dini.
e. PRIVASI, yang tidak hanya menjadi kekhawatiran produsen tapi juga bagi
pelanggan. Dalam industri, produsen perlu mengumpulkan dan menganalisa data.
Hal ini bisa saja dianggap ancaman oleh pelanggan terhadap privasinya.

3.7. Hipotesis
Sikap terhadap perilaku merupakan salah satu faktor penentu terbentuknya niat
(Ajzen, 2005). Sikap terhadap perilaku didefinisikan Ajzen (2005) sebagai derajat
penilaian positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu. Responden dalam
penelitian ini adalah kalangan muda (pemuda) baik yang sudah berbisnis (pemilik
usaha), pekerja/buruh/karyawan, mahasiswa/pelajar, ataupun calon pekerja/pencari
kerja (usia produktif). Sikap kewirausahaan diukur melalui Entrepreneurial Attitude
Orientation (EAO) model dengan empat dimensi yang meliputi keinginan untuk
berprestasi (achievement), inovasi (innovation), kontrol pribadi (personal control), dan
penghargaan diri (self-esteem).

Bab 3, hal 78
Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Era Revolusi Industri 4.0 Tahun 2021

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Solesvik et al. (2012) menunjukkan bahwa
sikap merupakan salah satu faktor yang memungkinan dalam pembentukan niat
kewirausahaan seseorang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ismail et al. (2013) dengan
menggunakan Entrepreneur Attitude Orientation (EAO) model menyatakan bahwa
kontrol pribadi, penghargaan diri, dan inovasi ditemukan memiliki hubungan yang
signifikan dan positif dengan niat wirausaha. Sedangkan prestasi ditemukan tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan niat wirausaha. Temuan ini pada prestasi
menunjukkan bahwa pemuda yang dianggap memiliki prestasi yang tinggi dalam bisnis
namun tidak berniat untuk menjadi wirausaha. Oleh karena itu, meskipun pemuda yang
dianggap memiliki prestasi yang tinggi dalam bisnis, tidak ada hubungannya dengan niat
kewirausahaan mereka. Hal ini diperkuat Ismail et al. (2013) yang menyatakan prestasi
dalam faktor bisnis dibutuhkan dalam organisasi besar yang memungkinkan mendorong
seseorang untuk menjauh dari wirausaha. Temuan untuk kontrol dan harga diri
didukung oleh Shariff dan Saud (2009) yang menyatakan kewirausahaaan dipengaruhi
oleh orang-orang yang memiliki kontrol pribadi dan harga diri. Di dalam hubungannya
dengan Entrepreneur Attitude Orientation (EAO) Model, ia mengungkapkan bahwa
pemuda yang memiliki kontrol yang kuat dan pengaruh kuat atas bisnisnya mempunyai
niat yang besar untuk menjadi wirausaha. Untuk harga diri, ditemukan bahwa pemuda
yang memiliki niat wirausaha yang tinggi adalah mereka yang memiliki tingkat rasa
percaya diri yang tinggi dan kompetensi dalam urusan bisnis (Ismail et al., 2013). Dalam
hal inovasi Ismail et al. (2013) menunjukkan bahwa pemuda yang dimaksudkan untuk
menjadi wirausaha adalah mereka yang memiliki tingkat persepsi yang tinggi dan
tindakan untuk melakukan kegiatan usaha dengan cara yang unik.
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap kewirausahaan
dengan niat kewirausahaan.
Latar belakang pendidikan seseorang seperti ekonomi maupun manajemen
dipercaya akan mempengaruhi niat dan keinginannya untuk memulai usaha baru di
masa mendatang (Widaryanti, 2013). Dalam hal ini peneliti juga mencoba melihat
apakah ada perbedaan niat kewirausahaan yang signifikan antara pemuda yang
memiliki latar belakang tertentu yang bisa mempengaruhi dalam niat berusaha, seperti
pendidikan (ekonomi/manajemen), keluarga, teman/rekan, lingkungan, dan/atau kondisi
tertentu yang menyebabkan individu tersebut melakukan usaha. Dengan kondisi
hipotesis kedua dalam penelitian yaitu:
H2 : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara niat kewirausahaan
dengan latar belakang pelaku usaha

Bab 3, hal 79

Anda mungkin juga menyukai