Anda di halaman 1dari 19

PARAGRAF

DI DALAM BAHASA INDONESIA


Drs. Sumadi, M.Hum.

1. Pengertian Paragraf
Paragraf disebut juga alinea. Istilah paragraf diserap dari bahasa Inggris
paragraph yang bersumber dari bahasa Yunani, yaitu para grafein dengan makna
’sebelum menulis/menggores’. Istilah alinea diserap dari bahasa Belanda dengan
ejaan yang sama, yang bersumber dari bahasa Latin, yaitu a linea dengan makna
’mulai dari garis baru’.
Di dalam ragam tulis paragraf dapat dikenali sebagai sejumlah kalimat yang
dikelompokkan dengan tanda tertentu, misalnya, jarak/spasi antarbaris yang lebih
merenggang atau awal baris yang menjorok ke dalam. Paragraf yang ditulis dengan
merenggangkan jarak baris disebut “paragraf merenggang”, sedangkan paragraf
yang ditulis dengan menjorokkan awal baris disebut “paragraf bertakuk”.
Perhatikan contoh berikut!
(1) Tim utusan khusus RI pimpinan Ali Alatas mendapat respons yang baik
dari Pemerintah Swedia ….

Pemerintah RI akan terus mengevaluasi kebijakan pemerintah Swedia


yang terkait dengan Hasan Tiro ….

(2) Tim utusan khusus RI pimpinan Ali Alatas mendapat respons


yang baik dari Pemerintah Swedia ….
Pemerintah RI akan terus mengevaluasi kebijakan pemerintah
Swedia yang terkait dengan Hasan Tiro ….

Selain dari segi bentuk, paragraf dapat dipahami dari segi isi. Berdasarkan isi, paragraf

adalah sekumpulan informasi yang membentuk keutuhan gagasan karena adanya gagasan

utama atau gagasan pokok sebagai pengendali. Dengan kata lain, gagasan utama merupakan

ringkasan informasi paragraf. Sebagai konsekuensinya, jika di dalam paragraf terdapat

informasi yang tidak dapat dikembalikan ke gagasan utama, informasi itu harus dihilangkan.

Pada dasarnya paragraf merupakan miniatur (bentuk kecil) sebuah karangan.


Oleh sebab itu, proses penyusunan paragraf sama dengan penyusunan sebuah
karangan secara keseluruhan. Jika sebuah karangan menuntut adanya sebuah
permasalahan sebagai gagasan utama dengan sub-subbab beserta paragraf-
paragrafnya sebagai penjelas, paragraf juga menuntut adanya permasalahan sebagai
gagasan utama dengan kalimat-kalimat unsur sebagai penjelas atau pengembang.

1
Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa paragraf harus memenuhi

ciri-ciri berikut.

(a) Paragraf harus memiliki satu gagasan utama sebagai pengendali informasi. Gagasan
utama itu biasanya tertuang dalam kalimat topik.
(b) Selain gagasan utama, paragraf memiliki informasi-informasi tambahan sebagai

informasi penjelas atau pengembang. Informasi-informasi penjelas atau pengem-

bang itu tertuang ke dalam kalimat-kalimat di luar kalimat topik, yaitu kalimat

penjelas atau pengembang.

(c) Secara visual, paragraf ditandai oleh perenggangan jarak atau spasi

antarkelompok baris atau penulisan yang ditulis menjorok ke dalam.

2. Ciri Paragraf yang Baik

Paragraf yang baik harus memenuhi empat syarat, yaitu (1) kelengkapan, (2)

kesatuan, (3) kepaduan, dan (4) keruntutan.

2.1 Ciri Kelengkapan

Paragraf yang baik adalah paragraf yang lengkap. Artinya, di dalam paragraf

itu harus tercakup semua penjelasan tentang gagasan utama. Paragraf yang baik

tidak akan ”menyisai” pertanyaan kepada pembaca. Dalam hubungan itu, sesudah

membaca paragraf, pembaca tidak lagi memiliki pertanyaan yang berhubungan

dengan maksud atau isi paragraf. Dengan kata lain, pembaca telah mendapatkan

informasi yang lengkap tentang isi paragraf. Perhatikanlah contoh berikut!

(3) Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran

penyakit demam berdarah. Pertama, memberantas sarang tempat

berkembang biak nyamuk penyebar demam berdarah. Seperti kita

ketahui bahwa nyamuk penyebar demam berdarah ini biasanya

2
berkembang biak di genangan air. Benda-benda bekas yang dapat

menampung genangan air harus dikubur di dalam tanah sehingga

nyamuk-nyamuk itu tidak akan dapat berkembang biak.

(3a) Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran

penyakit demam berdarah. Satu di antara cara itu ialah memberantas

sarang tempat berkembang biak nyamuk penyebar demam berdarah.

Seperti kita ketahui bahwa nyamuk penyebar demam berdarah ini

biasanya berkembang biak di genangan air. Benda-benda bekas yang

dapat menampung genangan air harus dikubur di dalam tanah

sehingga nyamuk-nyamuk itu tidak akan dapat berkembang biak.

(3b) Satu di antara cara mencegah penyebaran penyakit demam berdarah

ialah memberantas sarang tempat berkembang biaknya nyamuk

penyebar demam berdarah. Seperti kita ketahui bahwa nyamuk

penyebar demam berdarah ini biasanya berkembang biak di genangan

air. Benda-benda bekas yang dapat menampung genangan air harus

dikubur di dalam tanah sehingga nyamuk-nyamuk itu tidak akan

dapat berkembang biak.

2.2 Kesatuan

Paragraf yang baik harus terfokus pada satu gagasan, yaitu gagasan utama.
Gagasan-gagasan lain yang terdapat dalam paragraf itu harus sekadar menjelaskan
atau mendukung gagasan utama. Gagasan utama tertuang ke dalam kalimat topik,
sedangkan gagasan penjelas atau pengembang tertuang ke dalam kalimat penjelas
atau pengembang. Perhatikanlah contoh berikut!
(4) Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. Ia tidak
tahu-menahu mengapa desanya itu dinamai Desa Kedunggalar. Ia tidak

3
tahu-menahu mengapa Sungai Sangkanurip kini mengering. Ia juga
tidak tahu mengapa nenek moyangya dahulu sampai ke situ. Meskipun
sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan. Begitu bangun pagi,
tanpa harus minum kopi dahulu, ia memanggul cangkul dan menuju ke
ladang. Ia terus mengayun cangkulnya untuk membongkar tanah liat
yang sudah mengeras karena musim kemarau yang panjang.

(4a) Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. Ia tidak
tahu-menahu mengapa desanya itu dinamai Desa Kedunggalar. Ia
tidak tahu-menahu mengapa Sungai Sangkanurip kini mengering. Ia
juga tidak tahu mengapa nenek moyangya dahulu sampai ke situ.

(4b) Meskipun sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan. Begitu
bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, ia memanggul cangkul
dan menuju ke ladang. Ia terus mengayun cangkulnya untuk
membongkar tanah liat yang sudah mengeras karena musim kemarau
yang panjang.

Jika tidak memiliki kesatuan gagasan, sebuah kumpulan kalimat tidak akan
membentuk paragraf yang baik. Perhatikan contoh berikut.

(5) *Dua pemain PSS harus berurusan dengan polisi karena tertangkap
basah ketika sedang berpesta sabu-sabu di sebuah hotel. Pertandingan
antara kedua kesebelasan itu diwarnai kerusuhan karena ulah para
sporter. Pelaksanaan Kompetisi Liga Bank Mandiri 2002 berjalan lancar
dan sesuai dengan target.

2.3 Kepaduan

Paragraf disebut padu jika informasi kalimat-kalimatnya memperlihatkan


keterkaitan yang bersifat logis. Kepaduan sebuah paragraf sangat membantu
pembaca dalam mengikuti maksud penulis secara setapak demi setapak. Dengan

4
kepaduan, paragraf terhindar dari kemungkinan terjadinya ”lompatan pemikiran” di
dalam pemahamannya.
Secara mendasar prinsip kepaduan menuntut adanya pengembangan
informasi yang bersifat tepat. Ketepatan pengembangan informasi itu ditentukan
oleh empat kriteria, yaitu pemakaian (a) kata ganti (ia, -nya, mereka, dsb.), (b) kata
tunjuk (ini, itu, tersebut, dsb.), (c) repetisi (pengulangan kata-kata pokok), dan ( d)
kata-kata transisi (di samping itu, dengan kata lain, akan tetapi, namun, dan
sebaginya).

2.3.1 Pemakaian Kata Ganti

Contoh:
(6) Setelah Bagong dewasa, Semar menyuruh Bagong untuk memilih jodohnya
yang serasi agar dapat dipersunting menjadi seorang istri. Pada mulanya ia
menolak, tetapi akibat desakan Semar yang terus-menerus akhirnya ia
memenuhi maksud baik Semar. Tidak lama kemudian Bagong menghadap
Semar dan meminta agar ayahnya itu melamar gadis yang telah dipilihnya.

2.3.2 Pemakaian Kata Tunjuk

Contoh:
(7) Kesenian pop ialah kesenian massa masyarakat Indonesia yang mudah
dinikmati dan mudah dipahami. Kesenian itu dimanfaatkan untuk
melewatkan waktu luang. Kesenian pop tidak berisi renungan mendalam
tentang kehidupan. Kesenian tersebut bukan juga kegiatan yang bersifat
intelektual.

2.3.3 Pemakaian Repetisi

Contoh:
(8) Tidak dapat disangkal bahwa masyarakat memiliki pengaruh yang besar
terhadap pendidikan remaja. Adat-istiadat, cara bergaul, dan tata

5
kehidupan masyarakat akan berpengaruh terhadap remaja yang sedang
berkembang di dalam masyarakat itu. Jika masyarakat melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif, tentulah akan berpengaruh positif pula
terhadap remaja. Sebaliknya, jika di dalam masyarakat itu dilakukan hal-
hal yang negatif, para remaja pun akan terpengaruh oleh hal-hal yang
negatif. Dengan kata lain, masyarakat merupakan faktor yang penting
dalam usaha pembinaan remaja, termasuk usaha mengatasi kenakalan
remaja.

2.3.4 Pemakaian Kata Transisi

Contoh:
(9) Pada dasawarsa terakhir ini perkembangan kajian bahasa cenderung
mengarah ke analisis wacana. Berbagai jenis wacana dalam bahasa
mulai banyak dikaji oleh para peneliti di lembaga-lembaga penelitian
bahasa. Ada kecenderungan pula bahwa wacana dijadikan objek
penelitian dalam rangka penyusunan karangan ilmiah seperti skripsi,
tesis, dan disertasi. Di samping itu, wacana semakin sering diangkat
sebagai bahan diskusi dalam pertemuan ilmiah kebahasaan.
Kecenderungan ini muncul bersamaan dengan timbulnya kesadaran
para ahli bahasa, yaitu bahwa untuk mencapai pemahaman hakikat
bahasa secara lebih utuh, selain harus memahami bunyi, morfem, kata,
dan kalimat, mereka harus juga memahami wacana.

2.4 Keruntutan

Paragraf yang baik menggunakan alur pemaparan atau pengembangan


informasi yang runtut. Jenis-jenis alur pemaparan informasi itu akan dibicarakan pada
bagian pengembangan paragraf.

3. Gagasan Utama dan Kalimat Topik


3.1 Gagasan Utama

6
Setiap paragraf haruslah memiliki gagasan utama sebagai pengendali
informasi. Pada umumnya gagasan utama dikemukakan dalam kalimat topik.
Namun, gagasan utama sebuah paragraf dapat juga tidak diungkapkan dalam
sebuah kalimat topik. Pada kasus sedemikian, paragraf lalu tidak memiliki kalimat
topik. Gejala seperti itu, kadang, ditemukan pada paragraf deskripsi. Perhatikanlah
contoh berikut!

(10) Setiap hari Ida bangun sekitar pukul 05.00 pagi. Sesudah
bersembahyang subuh, ia menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya
sendiri. Sekitar pukul 07.00 ia mandi dengan air hangat. Setelah makan
pagi, pada pukul 08.00 ia berangkat ke kantor hingga menjelang sore
baru tiba di rumah. Malam harinya dipergunakannya untuk bersantai
dengan menikmati acara TV.

Contoh (10) menunjukkan bahwa gagasan utama paragraf tidak diungkapkan dalam
kalimat topik. Dengan demikian, kalimat-kalimat pada contoh itu semuanya utama.
Hal itu berbeda dengan contoh berikut.

(11) Anisa memang gadis yang cantik. Ranbutnya panjang terurai. Hidungnya
mancung. Senyumnya memikat setiap lelaki yang memandangnya.

Contoh (11) menunjukkan adanya kalimat topik, yaitu Anisa memang gadis yang cantik.
Kalimat-kalimat yang lain merupakan kalimat penjelas.

3.2 Letak Kalimat Topik

Kalimat topik dapat terletak pada awal, tengah, akhir, atau awal dan akhir
paragraf.

3.2.1 Kalimat Topik pada Awal Paragraf

Kalimat topik dapat terletak pada awal paragraf.


Contoh:
(12) Banyak petani yang merasa puas dengan kenaikan harga jual gabah kering
giling tahun ini. Mereka mengekspresikan kegembiraannya dengan

7
mengada-kan pesta panen yang agak berlebihan. Siang hari beberapa
kelompok reog didatangkan langsung dari Ponorogo dan diarak
keliling kampung. Malam harinya wayang kulit yang menjadi
kesenian leluhur desa itu pun digelar semalam suntuk. Tanpa harus
diminta, setiap warga seolah berlomba-lomba menyumbangkan
sebagian hasil buminya untuk diolah dijadikan makanan di pesta itu.

3.2.2 Kalimat Topik pada Tengah Paragraf

Kalimat topik dapat terletak pada tengah paragraf.


Contoh:
(13) Ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya sebagai
mahasiswa pecinta alam seluruh Indonesia mendatangi kantor kami.
Mereka menduduki pintu masuk ke kantor sehingga kendaraan yang
biasanya keluar masuk kantor kami praktis terhalang. Mereka menuduh
kamilah “biang kerok” pencemaran Sungai Ciliwung. Kami tidak tahu
mengapa mereka yakin dengan tuduhan itu. Padahal, kita tahu bahwa
banyak pabrik yang menyalurkan buangan airnya ke Sungai Ciliwung.
Bagai-mana mereka yakin bahwa kamilah penyebab pencemaran
Sungai Ciliwung itu? Kami berani membuktikan bahwa buangan air
pabrik-pabrik kami telah bebas dari kandungan zat yang
membahayakan. Kami menduga ada sesuatu di balik peristiwa itu.

3.2.3 Kalimat Topik pada Akhir Paragraf

Kalimat topik dapat terletak pada akhir paragraf.


Contoh:
(14) Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Nyonya
Muharti sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter untuk berobat.
Harta pening-galan suaminya semakin menipis untuk membeli obat
dan biaya pemeriksaan, serta untuk biaya hidup sehari-hari bersama
tiga orang anaknya yang masih belajar. Anaknya yang tertua dan

8
adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan
yang nomor tiga masih duduk di bangku SMU. Sungguh berat beban
hidup Nyonya Muharti.

3.2.4 Kalimat Topik pada Awal dan Akhir Paragraf

Kalimat topik dapat terletak pada awal dan akhir paragraf.


Contoh:
(14) Jalan Malioboro sangat ramai. Pagi-pagi sudah banyak kendaraan yang
lewat. Anak-anak sekolah pun memadati jalan itu. Ada yang naik
sepeda unto, ada yang naik sepeda motor, dan ada juga yang naik bus
kota . Sesudah itu, giliran para pegawai, baik pegawai negeri maupun
swasta, melintasi jalan itu berangkat ke tempat kerja masing-masing.
Jalan Malioboro tidak pernah sepi.

4. Jenis Paragraf

Ada beberapa cara untuk mengelompokkan paragraf. Dasar yang biasa


digunakan, antara lain, ialah (a) pola penalaran dan (b) gaya atau corak penyajian.

4.1 Paragraf Berdasarkan Pola Penalaran

Berdasarkan pola penalaran, paragraf dikelompokkan menjadi (a) paragraf


deduktif, (b) paragraf induktif, (c) paragraf deduktif-induktif, dan (d) paragraf
induktif-deduktif.

4.1.1 Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang disusun dengan penalaran yang


bergerak dari hal umum ke khusus.
Contoh:
(15) Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak merupakan salah satu sebab
kenakalan remaja. Di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup,
orang tua sering harus bekerja keras. Sebagian besar dari mereka

9
berang-kat pagi dan pulang malam hari. Waktu yang seharusnya
mereka sisih-kan untuk memperhatikan anak, tidak mereka lakukan.
Akhirnya, anak remaja berperilaku nakal untuk minta perhatian.

4.1.2 Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang disusun dengan penalaran yang


bergerak dari hal khusus ke umum.
Contoh:
(16) Berkaitan dengan kenakalan remaja dapat dikemukakan sebagai
berikut. Sikap seorang remaja setidaknya ditentukan oleh tiga hal,
yaitu pendi-dikan di dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan
pendidikan di masyarakat lingkungannya. Pendidikan di sekolah lebih
mengutamakan pendidikan ilmu pengetahuan. Pendidikan
lingkungan sangat bergan-tung pada nilai-nilai yang ada di
lingkungan remaja itu. Pendidikan lingkungan ini biasanya sangat
mempengaruhi remaja untuk menjadi baik atau nakal. Pendidikan di
rumah merupakan pendidikan nilai dasar dan pemantapan
sumberdaya. Dengan demikian, dalam usaha menang-gulangi kenakalan
remaja, yang perlu diintensifkan ialah pendidikan di dalam keluarga dengan
memperhatikan pula pengaruh lingkungan remaja.

4.1.3 Paragraf Deduktif-Induktif

Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang disusun dengan penalaran


yang bergerak dari hal umum ke khusus, lalu ke umum lagi.
Contoh:
(17) Mereka tidak menduga bahwa pertengkaran kecil anatara dua pelajar SMA
Negeri 6 dan pemuda yang sering menongkrong di Gang Asem Gede itu
meng-akibatkan masalah besar. Sehari dua hari tampak bahwa
petengkaran itu sudah selesai seperti pertengkaran-pertengkaran yang

10
biasa terjadi pada antar-pelajar. Akan tetapi, pada hari kelima
(tepatnya Sabtu, tanggal 12 November 1989) tanpa disangka-sangka
sejumlah pemuda mendatangi SMA Negeri 6 dan secara bertubi-tubi
melempari gedung SMA Negeri 6 dengan batu. Belum hilang
keterkejutan para siswa dan guru SMA Negeri 6 yang ketika itu tengah
belajar di kelas, pemuda itu mulai melemparkan bom molotov yang
rupanya telah dipersiapkan secara rapi sebalumnya. Akibatnya,
sebagian besar sekolah itu, termasuk laboratorium fisika dan
perpustakaan, terbakar habis. Mereka benar-benar tidak percaya bahwa
masalah besar itu bermula dari pertengkaran kecil siswa SMA Negeri 6
dengan pemuda yang biasa menongkrong di Gang Asem Gede.

4.1.4 Paragraf Induktif-Deduktif

Paragraf induktif-deduktif atau sering disebut ineraktif adalah paragraf yang


disusun dengan penalaran yang bergerak dari hal khusus ke umum lalu ke khusus
lagi.
Contoh:
(18) Kemarin tetangga saya bercerita bahwa pada suatu hari ketika menyapu
lantai di kamar tamu, dia menemukan sebutir pil. Setelah ditanyakan kepada
orang yang mengetahui pil terlarang, ternyata pil itu pil koplo. Dia tahu betul
bahwa malam sebelumnya beberapa kawan sekolah anaknya bermain di
rumahnya sampai larut malam. Saya menyarankan agar orang tua mewaspadai
narkoba. Kejadian itu baru merupakan contoh kecil. Anak tetangga saya
mengeluh pusing-pusing. Ternyata setelah ditanyai beberapa hal oleh orang
tuanya, anak itu dipaksa kawannya untuk menelan pil koplo itu.

4.2 Paragraf Berdasarkan Gaya atau Corak

Berdasarkan gaya atau corak penyampaian informasinya, paragraf dikelom-


pokkan menjadi (a) paragraf kisahan (narasi), (b) paragraf lukisan (deskripsi), (c)
paragraf paparan (eksposisi), dan (d) paragraf bahasan (argumentasi).

11
4.2.1 Paragraf Kisahan (Narasi)
Paragraf kisahan (narasi) adalah paragraf yang digunakan untuk
menceritakan suatu peristiwa secara kronologis.
Contoh:
(19) Pukul 05.00 pagi Nurdin, anakku, sudah bangun tidur. Setelah
menggosok gigi dan mencuci muka, ia mencoba bergerak badan sebentar
kemudian mandi dengan air hangat yang sudah disediakan ibunya.
Tanpa harus me-nunggu, makan pagi pun sudah tersedia. Seperti orang
pulang berperang, dalam sekejap makan pagi itu pun tandas disikatnya.
Setelah itu, dua hal yang paling saya benci ialah minta uang jajan dan
minta diantarkan ke sekolah. Padahal, saya sendiri belum benar-benar
membuka mata.

4.2.2 Paragraf Lukisan (Deskripsi)

Paragraf lukisan (deskripsi) adalah paragraf yang digunakan untuk


melukiskan atau menggambarkan keadaan suatu hal secara terperinci.
Contoh:
(20) Yang disebut bajaj sebenarnya tidak lebih dari sebuah sepeda motor
yang beroda tiga. Satu roda di depan, dua roda di belakang. Di atas
roda bela-kang itulah dipasang tempat duduk untuk dua atau tiga
penumpang.

4.2.3 Paragraf Paparan (Eksposisi)

Paragraf paparan (eksposisi) adalah paragraf yang digunakan untuk mema-


parkan atau menguraikan suatu gagasan.
Contoh:
(21) Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis dituntut beberapa
kemam-puan, seperti kemampuan yang berhubungan dengan
kebahasaan dan kemampuan pengembangan atau penyajian. Yang
termasuk kemampuan kebahasaan adalah kemampuan menerapkan
ejaan, kosakata, diksi, dan kalimat. Yang dimaksud-kan dengan

12
kemampuan pengembangan adalah kemampuan menata paragraf dan
kemampuan membedakan pokok ba-hasan dengan subpokok
bahasan. Kemampuan membedakan pokok dan subpokok bahasan
perlu diikuti dengan penyajian yang sistematis.

4.2.4 Paragraf Bahasan (Argumentasi)


Paragraf bahasan (argumentasi) adalah paragraf yang digunakan untuk me-
nyampaikan alasan dalam rangka memperkuat atau menolak suatu pendapat atau
gagasan.
Contoh:
(22) Kedisiplinan lalu lintas masyarakat di Yogyakarta cenderung
menurun. Hal itu terbukti dengan bertambahnya jumlah pelanggaran
yang tercatat di kepolisian. Selain itu, jumlah korban yang meninggal
akibat kecelakaan pun semakin meningkat. Oleh karena itu, kesadaran
masyarakat tentang kedisiplinan berlalu lintas perlu ditingkatkan.

5. Pengembangan Paragraf

Pengembangan paragraf dilakukan untuk memerinci gagasan yang biasanya


dikemukakan dalam kalimat topik. Pengembangan paragraf dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain, sebagai berikut.

5.1 Pengembangan dengan Definisi

Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan definisi.


Contoh:
(23) Frustasi adalah perasaan seseorang akibat tidak dapat mencapai
sesuatu yang diharapkan atau diinginkan. Ketika seorang pemuda
tidak dapat merebut hati gadis yang amat dicintainya atau ketika
seorang petani yang sudah menginvestasikan sebagian besar uangnya
untuk menanam padi, tetapi ternyata panennya gagal, mereka dapat
merasa frustasi. Dengan kata lain, frustasi pada dasarnya adalah

13
perasaan kecewa seseorang karena tidak berhasil memperoleh sesuatu
yang diinginkan.

5.2 Pengembangan dengan Pembandingan

Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan pembandingan.


Contoh:
(24) Anak sulungku yang kini berusia delapan tahun, benar-benar berbeda
dengan adiknya. Wajah anak sulungku mirip ibunya, sedangkan
adiknya mirip bapaknya. Dalam hal makan, sulit sekali membujuk si
Sulung untuk makan. Ia hanya menyenangi makanan-makanan seperti
coklat atau es krim, sedangkan adinya tidak pernah menolak makanan.
Bahkan, obat-obat yang diberikan oleh dokter ketika ia sakit pun,
dianggapnya makanan. Akibat nafsu makan yang berbeda itu, tubuh si
Sulung jauh lebih kurus dibandingkan adiknya. Akan tetapi baik si
Sulung maupun adiknya mudah marah jika tidak memperoleh yang
diinginkan. Dalam hal ini, mereka lebih mirip dengan bapaknya.

5.3 Pengembangan dengan Analogi

Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan analogi.


Contoh:
(25) Sebenarnya hidup manusia ini seolah-olah bagaikan orang
yang sedang naik dan turun gunung. Pada saat muda kita akan
mendaki gunung itu. Pada saat usia kita mencapai 25—30 tahun, kita
akan mencapai puncak gunung, yakni puncak kemampuan fisik kita.
Setelah itu, tanpa kecuali, kita akan mengalami kemunduran fisik dan
mental secara perlahan-lahan, tetapi pasti, seperti orang yang sedang
menuruni gunung.

5.4 Pengembangan dengan Sebab-Akibat


Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan sebab-akibat.
Contoh:
(26) Keberadaan industri komponen di dalam negeri masih berada dalam
kondisi rapuh sehingga sulit diharapkan untuk dapat mendukung
keberadaan industri otomotif. Akibatnya, industri otomotif nasional
hingga kini masih tinggi tingkat ketergantungan-nya dengan

14
komponen impor. Tingkat ketergantungan yang masih tinggi itu
berakibat pada masih tingginya harga otomotif di tanah air.

5.5 Pengembangan dengan Klasifikasi


Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan klasifikasi.
Contoh:
(27) Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga kerja yang tersedia di
pasar Indonesia dapat dibagi atas tiga kelompok. Ketiga kelompok itu
ialah mereka yang berpendidikan dasar (SD dan SMP), yang
berpendidikan menengah, dan yang berpendidikan tinggi. Kelompok
yang berpendidikan rendah lebih banyak daripada kelompok yang
berpendidikan menengah atau tinggi.

5.6 Pengembangan dengan Contoh


Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan contoh.
Contoh:
(28) Masih berkisar tentang pencemaran lingkungan., Gubernur Jawa
Tengah memberikan contoh tentang jambu mete di Mayong, Jepara
yang diserang ulat kipat atau Cricula Trifenestrata. Ulat ini timbul akibat
berdiri-nya peternakan ayam di tengah-tengah perkebunan tersebut.
Menurut Gubernur, izin peternakan ayam di Mayong itu diberikan
untuk mening-katkan kesejahteraan masyarakat. “Kalau hal ini
memang benar, lain kali kita harus berhati-hati dalam memberikan izin
mendirikan suatu usaha”, ujar Gubernur.

5.7 Pengembangan dengan Proses


Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan proses.
Contoh:
(29) Perlawanan Putra Alam terhadap Pangeran Nuku berjalan terus. Pada tahun
1780 pasukan Putra Alam mengepung kediaman Pangeran Nuku. Akan
tetapi, usaha Putra Alam gagal. Pangeran Nuku dapat lolos dan atas bantuan
adiknya yang bernama Zainal Abidin, pada tahun 1985 Pangeran Nuku dapat
merebut kembali Tidore. Namun, dasar nasib lagi sial, Tidore dirongrong
kembali oleh Putra Gila, menantu Putra Alam, sehingga pada tahun 1790
Tidore lepas dari tangan Pangeran Nuku. Lagi-lagi berkat bantuan Zainal
Abidin akhirnya Tidore pada tahun 1795 dapat dikuasai lagi oleh Pangeran
Nuku.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiyah, Subarti dkk. 1996. Pembinaan Kemampuan Berbahasa Indonesia.


Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

15
Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Hasjim, Nafron.1998. Komposisi dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende:Nusa Indah.

------------. 1982. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

------------. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende:Nusa Indah.

------------.1991.Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia: untuk Tingkat Pendidikan

Menengah. Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan, M. 1981. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

-----------. 1993. Paragraf, Alur dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Andi Offset.

Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Surabaya: Sastra Hudaya.

Sugiyono dkk. 2001. Paragraf:Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat


Bahasa.

Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Priastu.

Tarigan, Djago. 1986. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangan-nya.


Bandung: Angkasa.

16
LAMPIRAN

Konjungsi/Penghubung Intrakalimat

1. Konjungsi Koordinatif/Korelatif (dalam Kalimat Majemuk Setara)


dan lalu
serta kemudian

17
lagi pula atau
baik ... maupun .... entah
tidak ..., tetapi .... tetapi
tidak hanya ..., tetapi juga .... sedangkan
bukan ..., melainkan .... melainkan
bukan hanya ..., melainkan juga .... apakah ... atau ....

2. Konjungsi Subordinatif (dalam Kalimat Majemuk Bertingkat)

Contoh: lihat dalam pembicaraan kalimat!

Konjungsi/Penghubung Antarkalimat

Oleh karena itu, .... Sehubungan dengan itu, ....


Oleh sebab itu, .... Berkaitan dengan itu, ....
Dengan demikian, .... Bertalian dengan itu, ....

Jadi, .... Dalam hubungan dengan itu, ....


Dengan kata lain, .... Di samping itu, ....
Pendek kata, .... Selain itu, .....
Ringkasnya, .... Namun, ....
Kemudian, .... Sebaliknya, ....
Setelah itu, .... Akan tetapi, ....
Dengan begitu, ....

Konjungsi/Penghubung Antarparagraf

Adapun ... Berpijak dari ... tersebut, ....

Pertama, .... Sehubungan dengan ... tersebut, ....


Ketiga, .... Berkaitan dengan ... tersebut, ....
Sementara itu, .... Bertalian dengan ... tersebut, ....
Berdasarkan ... tersebut, .... Dalam hubungan dengan ... tersebut, ....
Bertolak dari ... tersebut, .... Dalam kaitan dengan ... tersebut, ....

Sebagian besar penutur bahasa Makassar merupakan masyarakat yang


dwibahasawan. Selain menggunakan bahasa Makassar sebagi bahasa
ibu, mereka juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan. Hal itu….
Penguasaan dua bahasa atau dua variasi bahasa sebagai kode
tuturnya seringkali dalam suatu peristiwa tutur kedua kode atau lebih

18
itu dipakai secara bergantian oleh penuturnya dengan maksud….
(belum ada namanya, bukan paragraf bertakuk atau merenggang)

19

Anda mungkin juga menyukai