Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karuniaNya, maka buku “Pedoman Perawatan Jangka
Panjang (PJP)/Long Term Care (LTC) Berbasis Keluarga” dapat tersusun
dengan baik.
Buku Pedoman Perawatan Jangka Panjang (PJP)/Long Term Care
(LTC) Berbasis Keluarga ini bertujuan sebagai acuan bagi anggota
kelompok BKL dalam melakukan pendampingan pada lansia yang sudah
tidak dapat merawat dirinya sendiri, sehingga lansia itu tetap mampu
menjaga kualitas hidupnya dan bermartabat sampai akhir
hayatnya.Selain itu buku pedoman ini juga menjawab salah satu tupoksi
dari Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan rentan, khususnya
tentang lansia yang rentan.
Dalam penyusunan buku pedoman ini, kami mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak antara lain CAS UI, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial, Kemenko PMK, dan mitra kerja lainnya. Untuk itu
kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya atas kontribusinya dalam penyusunan pedoman ini.
Kami menyadari bahwa buku pedoman Perawatan Jangka Panjang
(PJP) yang disusun oleh tim ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
substansi maupun bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan
adanya masukan dan saran yang bermanfaat untuk penyempurnaan buku
pedoman ini di masa yang akan datang.
Dra. Widati, MM
A. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
B. TUJUAN PEDOMAN ................................................................................ 4
C. PROGRAM PENDAMPINGAN JANGKA PANJANG (PJP)/”LONG TERM
CARE/LTC)“ ............................................................................................. 7
D. KOMUNIKASI EFEKTIF ............................................................................. 13
E. KERJASAMA DALAM TIM DAN JEJARING.................................................. 15
F. PENGENALAN PENYAKIT DAN GANGGUAN PADA LANJUT USIA
(SINDROMA GERIATRI) ........................................................................... 17
G. PERAWATAN DASAR KEPERAWATAN LANSIA (ACTIVITY DAILY LIVING/ADL
& INSTRUMENTAL ACTIVITY DAILY LIVING/IADL ...................................... 32
H. PENANGGULANGAN KEGAWAT DARURATAN (PPGD) SEDERHANA .......... 41
I. PENATALAKSANAAN PEMBERIAN OBAT .................................................. 50
J. PEMENUHAN NUTRISI DAN GIZI .............................................................. 53
K. PENGENALAN DAN PENGELOLAAN KEKERASAN PADA LANSIA ................ 58
L. PENGENALAN DAN PENGELOLAAN DEMENSIA ........................................ 66
M. PENGENALAN DAN PENGELOLAAN STRESS PADA LANSIA........................ 72
N. PENGENALAN GANGGUAN GIGI DAN MULUT .......................................... 80
O. REKREASI DAN OLAH RAGA .................................................................... 85
P. PELAYANAN PALIATIF SAMPAI DENGAN KEMATIAN ............................... 88
A. PENDAHULUAN
Penduduk sebagai titik sentral dalam pembangunan dan merupakan
modal dasar pembangunan sehingga peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia sebagai syarat untuk mencapai sasaran pembangunan dalam
mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga yang
berkualitas.
Peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia diamanatkan di dalam
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, dan upaya peningkatan kualitas hidup
manusia Indonesia oleh BKKBN dilaksanakan melalui program pembangunan
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Program Pembangunan Keluarga yang diaplikasikan melalui ketahanan dan
kesejahteraan Keluarga melalui pendekatan siklus hidup dan penerapan 8
(delapan) fungsi keluarga serta 4 prinsip pembangunan keluarga (4B), yaitu
berkomunikais, berinteraksi, berbagi, dan berdaya.
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk
Indonesia memiliki umur harapan hidup mencapai 70,7 tahun dan terus akan
meningkat menjadi 71,9 tahun pada tahun 2025 serta 72,8 tahun pada tahun
2045 UN (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2045). Indonesia termasuk lima
besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni,
mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen pada 2010 dan meningkat pada tahun
2015 menjadi 21,6 juta jiwa atau 8,5 persen dari jumlah penduduk (SUPAS,
2015). Jumlah penduduk lanjut usia (60+) diperkirakan akan meningkat menjadi
29,1 juta pada tahun 2020, dan 36 juta pada tahun 2025. Sementara itu, rasio
ketergantungan Lansia di Indonesia sebesar 12,71% artinya setiap 100 orang
penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 13 orang Lansia.
1. Kompetensi Dasar
2. Indikator Keberhasilan
3. Tujuan Pedoman
Menyendiri
Sindroma
Adapun skema kerjasama melalui jejaring dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber : Ministry of Public Health, Thailand 2013
Tujuan Pengenalan penyakit dan gangguan pada lanjut usia agar lansia yang
didampingi memperoleh kesehatan optimal sesuai dengan indikasi perawatan
jangka panjang dari aspek penyakit dan sindroma geriatri yang dialami.
Adapun indikasi yang menandakan bahwa lansia tersebut memerlukan perawatan
jangka panjang antara lain:
1. Sindroma geriatri
Sindrom geriatri merupakan kumpulan tanda-tanda penuaan yang sering
sebagai tanda awal penyakit. Sindrom geriatri penting untuk diketahui oleh
pendamping atau keluarga, meliputi:
1.1. Perawatan tirah baring diatas tempat tidur dalam jangka waktu
tertentu (immobility)
1.2. Instabilitas, baik statis maupun dinamis
1.3. Incontenensia urin, ketidakmampuan menahan berkemih
1.4. Incontenensia alvi, ketidakmampuan menahan buang air besar.
1.5. Gangguan intelektual, baik intelektual dan kognitif
1.6. Gangguan penglihatan dan pendengaran
1.7. Infeksi
1.8. Kecendrungan mengurung diri (isolasi)
1.9. Malnutrisi, kekurangan gizi
1.10. Keterbatasan keuangan
1.11. Dampak dari mengkomsumsi
obat-obatan(polifarmasi)
1.12. Sulit tidur
1.13. Penurunan daya tahan tubuh
1.14.
LansiaImpotence/disfungs
i ereksi
Progam Pendampingan Jangka Panjang Bagi Lansia 17
2. Penyakit degeneratif
Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang muncul seiring
bertambahnya usia terkait dengan penurunan kapasitas fungsional secara
biologi dan pengaruh gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit degeneratif yang
sering muncul , adalah sebagai berikut:
2.1. Kencing manis (Diabetes melitus/DM )
DM adalah penyakit dimana kadar gula darah dalam tubuh meningkat
(lebih dari 200 mg/dl) dengan gejala antara lain:
1. Gejala
a. Banyak/sering kencing
b. Sering haus
c. Cepat lapar, banyak makan
d. Berat badan yang menurun tanpa sebab yang jelas
e. Cepat lelah
f. Kesemutan
g. Terdapat luka yang sulit sembuh
2. Komplikasi
Penyakit DM memerlukan kontrol ke dokter secara rutin yang
didukung dengan pemeriksaan laboratorium atas petunjuk dokter.
Penyakit ini dapat mengalami komplikasi terutama apabila tidak
terkontrol. Komplikasi yang sering muncul adalah:
a. Kelainan mata : gangguan penglihatan dan mudah terjadi
Gejala-gejala
Diabetes Melitus katarak
b. Kelainan kulit : gatal, bisul, luka yang sukar mengalami sembuh
hingga kerusakan jaringan (dapat mengakibatkan amputasi)
c. Kelainan syaraf : kesemutan, rasa baal yang dapat
menimbulkan gangrena (pembusukan akibat kematian syaraf)
1. Gejala
Adapun tanda dan gejala hipertensi yang perlu dikenali oleh
pendamping adalah sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual dan muntah
d. Sesak nafas
e. Nafas pendek (terengah-engah)
Sakit Kepala
f. Gelisah
2. Cara pencegahan
a. Hindari konsumsi makanan yang berlemak (kolesterol)
b. Tidak/berhenti merokok
c. Hindari konsumsi makanan dan minuman manis
d. Perbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan
e. Beraktivitas dan latihan fisik secara teratur
f. Periksa ke dokter secara teratur
Tulang Osteoporosis
Tulang Osteoporosis Normal
Normal
Gambar 11. Tulang Normal dan Osteoporosis
2. Cara pencegahan
a. Konsumsi makanan dan minuman yang cukup kalsium (teri
basah, ikan laut, susu, keju, sayuran hijau, tempe, dll)
b. Cukup terkena paparan sinar matahari
c. Aktivitas dan latihan fisik teratur (senam osteoporosis)
1. Agresi
2. Kemarahan
3. Kecemasan
4. Kekacauan mental
5. Penolakan
6. Ketergantungan
7. Depresi
8. Pikun
9. Mengalami rasa sakit
10. Rasa sedih dan kecewa
d. Pesimis
e. Khawatir berlebihan
Menyendiri
Mendampingi Lansia
Mengganti
Baju Sendiri
6.2 Membersihkan diri (seka, sisir, sikat gigi, dll)
Memberikan bimbingan untuk melakukan kegiatan yang sederhana,
seperti menggosok gigi sendiri, menyisir rambut, menjaga kesehatan
kulit dan kuku, mengganti pakaian, dll.
Lansia
Makan
6.6 Mobilisasi
Adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan
mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas. Adapun bantuan yang dapat diberikan antara
lain :
a. Membantu pindah tempat
b. Membantu mendapatkan alat bantu yang dibutuhkan
c. Membuatkan pegangan untuk pengaman
d. Membantu sarana transportasi
Aktivitas
sehari-hari
Lansia
3. Penderita Syok/Terkejut
1.1 Ciri-ciri lansia yang mengalami syok :
a. Wajahnya akan tampak pucat
b. Tubuhnya dingin dan berkeringat
c. Napasnya cepat. Shock / Kaget
Luka Bakar
9. Patah Tulang
Cara Penanganannya :
a. Jangan mencoba mengangkat atau memindahkan badan korban jika
belum mahir melakukannya.
b. Jika tulang belakang yang patah, korban hanya boleh diusung dengan
hati-hati dalam posisi terbaring di atas alas keras.
c. Untuk patah tulang rahang, angkatlah rahang bawah hingga gigi atas
dan bawah bersatu, lalu diikat dan dibawa ke dokter.
d. Untuk patah tulang tangan atau kaki, gunakan tongkat atau setumpuk
Koran guna menyangga, dan balutlah sebelum memperoleh
pertolongan dokter
Tujuan pemenuhan nutrisi dan gizi adalah untuk pemenuhan nutrisi dan gizi
seimbang melalui pemberian makanan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan
kondisi lansia.
Lansia memiliki kebutuhan nutrisi secara khsusu karena sistem jaringan dan
organ yang mengalami penuaan. Pemenuhan nutrisi dapat membantu
menjaga hidup yang lebih aktif dan menyenangkan, mellindungi mereka dari
penyakit, mengurangi keparahan penyakit dan mempercepat pemulihan
penyakit.
Tujuan pengenalan gangguan gigi dan mulut adalah menjaga kesehatan gigi dan
mulut yang optimal sesuai kondisinya.
Dampak negatif dari kesehatan gigi dan mulut yang buruk terhadap
kualitas hidup lansia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Banyak para lansia yang tidak lagi memperhatikan dan menjaga kesehatan
mulut dan giginya secara baik dikarenakan kesehatan fisiknya yang terganggu.
Padahal memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulut pada lansia
merupakan hal yang sangat penting karena kurangnya kemampuan menjaga
kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut dapat mengakibatkan invasi bakteri
yang dapat menyebabkan banyaknya masalah kesehatan umum termasuk
penyakit jantung dan peredaran darah. Beberapa penelitian kedokteran gigi
telah menemukan bahwa bakteri yang terdapat didalam mulut merupakan
salah satu penyebab stroke.
1. Permasalahan Gigi dan Mulut yang sering terjadi pada lansia :
1.1. Nyeri gigi atau sakit gigi
a. Pada tahap awal ditandai dengan ngilu gigi yaitu gigi yang sensitif
terhadap rangsangan suhu dingin dan panas.
b. Ngilu gigi dimulai dari adanya lubang kecil pada gigi yang jika tidak
segera diobati dapat bertambah besar dan menyebabkan rasa
ngilu semakin parah karena infeksi bakteri semakin meluas ke
akar gigi
c. Apabila kondisi ini didiamkan, akan menyebabkan kematian pada
gigi.
d. Segeralah berobat ke dokter gigi apabila terdapat rasa ngilu pada
gigi saat minum air dingin atau panas, dengan demikian
pengobatan yang dilakukan masih ringan, tidak terlalu sakit dan
tidak memakan biaya yang besar.
3.2 Berenang
Berenang sangat bermanfaat untuk persendian, terutama bagi kaum
lansia yang menderita penyakit osteoathritis.
3.3 Senam
Jenis senam dapat dilakukan oleh orang lanjut usia, namun jenis
senam jantung sangat disarankan untuk mereka. Gerakan yang ada
dalam sesi senam hendaknya disesuaikan dengan umur Lansia.
3.4 Bersepeda
Bersepeda adalah salah satu alternatif olahraga yang baik dan sangat
menyenangkan.
Perubahan psikis tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara antara lain:
1) Penyediaan waktu caregiver untuk istirahat, olahraga dan rekreasi
2) Melakukan curhat atau konsultasi dengan tetangga, pihak medis atau
dokter keluarga
3) Bersosialisasi dengan orang lain atau lingkungan sekitar
4) Mengikuti perkumpulan atau kegiatan kelompok di lingkungan setempat
5) Memanfaatkan media sosial untuk berkonsultasi atau sharing
permasalahan lansia
6) Membebaskan pikiran dan selalu berpikir positif
7) Bersikap ikhlas, berdoa dan bersabar
Tujuan sarana dan pra sarana lansia adalah untuk memberikan kebugaran
jasmani dan rohani melalui rekreasi, kegiatan rohani dan olahraga yang aman
bagi lansia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor4 tahun 2017 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan Ramah LanjutUsia, bahwa kriteria kawasan
ramah lanjut usia salah satunya adalah perumahan dan kawasan permukiman
tempattinggal dan lingkungan yang layak bagi lanjut usia yaitu lingkungan
yangsehat, aman dan nyaman serta sarana dan prasarana yang mendukung
lanjutusia baik di dalam maupun di luar rumah
12. Penyediaan alat bantu bagi lansia yang mendapatkan perawatan jangka
panjang
2.1 Tongkat untuk berjalan
2.6 Pegangan rambat (Hand Rail) untuk membantu lansia agar tidak
terjatuh, dll
Menjadi tua adalah proses seumur hidup yang tidak bisa dihindari.
Ini adalah perubahan progresif fisik, mental dan status sosial individu.
Perjalanan menuju usia tua ini dimulai bahkan sebelum individu
dilahirkan yaitu sejak pembuahan di rahim ibu. Nutrisi dan perawatan
yang diterima ibu dan bayi sebelum lahir akan menentukan kondisi
kesehatan bayi yang baru lahir di dunia. Kapasitas fungsional individu dari
sistem biologis seperti kekuatan otot, kerja jantung dan peredaran darah,
kapasitas pernafasan dan lain-lain terus tumbuh sepanjang masa kanak-
kanak dan remaja, mencapai puncaknya pada awal masa dewasa yang
kemudian konstan dan akhirnya menurun diusia tua. Perilaku dan
paparan risiko kesehatan seperti merokok, konsumsi alkohol, pola makan
yang buruk, gaya hidup atau paparan zat-zat beracun di tempat kerja
yang menetap semasa dewasa juga berpengaruh terhadap kesehatan di
usia tua. Seiring peningkatan usia maka semakin tinggi resiko terjadinya
penyakitjantung, diabetes, hipertensi, kanker dan beberapa penyakit
generative seperti osteoporosis dan osteoarthritis maupun sindroma
geriatric. Oleh karena itu dibutuhkan adanya perawatan jangka panjang
bagi lansia yang memiliki tingkat ketergantungan sedang dan tinggi.
WHO SEARO 2013. Long Term Care in South East Region. Regional
Consultant Meeting on Long Term Care. Bangkok, July 23 – 25, 2013
Almatsieer, Sunita. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan RS Dr.
Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indoensia. 2005
Turana, Yuda. Stimulasi Otak pada Lansia Menuju Otak Sehat dan Produktif,
presentasi disampaikan pada acara Peringatan Hari Lanjut usia tanggal 15 Mei 2017