POWER
M. Achmad
7.1 Pendahuluan
Power merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab
dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang
lain baik secara individu maupun kelompok, sehingga individu ataupun kelompok
tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh si pemimpin, atau
dengan kata lain dengan powernya pemimpin memperoleh alat untuk
mempengaruhi perilaku para pengikutnya.
Dalam teori manajemen power lebih banyak memiliki keterkaitan dengan
aspek leadership daripada aspek-aspek manajerial. Dalam sejarah kehadirannya,
bisa dikatakan power adalah yang tak terduga kemunculannya oleh berbagai
pelopor manajemen, termasuk pencetus birokrasi Max Weber. Tetapi dalam
perjalanannya kehadiran power terkandung lebih mengemuka, karena sering
mengalahkan otoritas, sebuah elemen penting konsep manajemen (Achmad,
2000).
86
“Tertanam dalam posisi, sehingga otoritas hanya muncul karena posisi dan
bukan karakteristik individu. Dimana oleh bawahan secara sukarela
(legitimate) bukan karena keterpaksaan.”
87
7.5 Sifat Power
Power sifatnya intangible (tidak terlihat, tetapi pengaruhnya terasakan).
Untuk bisa dirasakan. Power perlu digunakan, tetapi cukup ditampilkan
potensinya. Sumber power bermacam-macam, bisa posisi formal, akses terhadap
kekuasaan, penguasaan sumber dan sebagainya. Sumber ini bisa memunculkan
power dengan kadar yang berbeda (Ahmad, 2000).
Hasil kajian Laboratorium Politik dan Tata Pemerintahan mengemukakan
bahwa authority identik dengan legitimate power. Dimana seorang yang
menduduki suatu jabatan dapat dipastikan ia memiliki authority. Pemegang
authority dapat mempergunakannya untuk memaksa kepatuhan kepada orang
lain. Penampilan authority dapat dilakukan lewat “reward and punishment”.
88
e. Assertiveness (mempertahankan hak)
f. Higher Authority (otoritas atasan)
g. Suctions (sanksi-sanksi)
7.6 Kesimpulan
Peran power sangat penting, terutama berhubungan dengan keinginan
membangun kepemimpinan yang efektif, yang biasanya diukur melalui
peningkatan performansi kerja. Power yang sifatnya intangible dapat berubah
menjadi sebuah tools yang berbahaya bagi organisasi, bila pemakaiannya
berlebihan dan melebihi takaran kebutuhan organisasi. Penggunaan power yang
berlebihan akan menyebabkan prosedur dan sisi-sisi manajerial organisasi porak
poranda.
Dalam kaitan dengan keberhasilan kepemimpinan, pemakaian power
tidak sepenuhnya dilakukan. Hanya kepemimpinan dalam situasi tertentu saja
memerlukan power dari sejumlah sumber power yang tersedia. Dan setiap
situasi kepemimpinan akan membutuhkan kadar dan sumber power tersebut
yang akan berbeda satu sama lain. Pemilihan sumber power yang tepat akan
membawa seorang pemimpin berhasil dalam kepemimpinannya.
Sumber : Hasil Kajian Politik dan Tata Pemerintah, FIA – UB, 2012 dari Sumber
Hasil Kajian LPTP FIA – UB. Malang
89
BAB VIII
HUMAN RELATIONS
Tim LPTP FIA - UB
8.1 Pengertian :
Human Relations adalah suatu syarat seseorang yang berhasil dalam
berkomunikasi. Secara definitive pengertian Human Relations adalah interaksi
antara seorang dengan orang lain yang menghasilkan kepuasan.
90
Human Relations dalam arti luas, yang dimaksud adalah bagaimana
setiap interaksi antara manusia terdapat suatu proses yang saling
memuaskan. Agar seseorang memiliki Human Relations yang baik maka ia
harus memperhatikan :
a. Waktu interaksi
1. Menghormati kepentingan orang lain
2. Menghargai pendapat orang lain
3. Menghormati ambisi orang lain
4. Menggunakan segala kemampuan untuk kepentingan kelompok/
team
5. Berusaha untuk mengikut sertakan/ kompromi dengan orang lain
6. Memperhatikan sikap positif pada saat perkenalan, memperkenalkan
diri dan memperkenalkan orang lain
7. Ucapan selamat pada saat setiap bertemu
8. Tidak terlalu banyak menceritakan masalah pribadi
9. Loyalitas
10. Pandai menyimpan rahasia
b. Berpikir sehat
1. Mampu menyesuaikan diri dengan kenyataan
2. Puas dengan orang yang diperoleh
3. Lebih suka memberi daripada menerima
4. Bebas dari rasa tegang dan cemas
5. Tolong menolong
6. Pemaaf
c. Mengenal kelebihan yang dimiliki
Misalnya rupa, karunia, bakat, karakter, keahlian.
d. Menghadapi atasan
• Peka terhadap keinginan atasan
• Menarik perhatian
• Tugas sebagai tantangan bukan beban
e. Menyakinkan orang
• Memancing / menggiring
• Menyentuh perasaan
91
f. Sikap yang perlu dihindari
• Membuat klik
• Mengumpat
• Menjilat
• Jawaban mengambang
• Menunda jawaban
Sumber : Hasil Kajian Politik dan Tata Pemerintahan FIA – UB, 2012 dalam John
Robert Power. Human Resource Development.
92
93
BAB IX
PUBLIC RELATIONS
Tim LPTP FIA - UB
9.1 Pengertian :
Publik relations adalah :
“Meliputi usaha-usaha organisasi. Memelihara hubungan dengan
masyarakat sekitarnya agar kerjasama dalam organisasi tersebut
memperoleh dukungan masyarakat sekitarnya.”
“Seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat
memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang/ organisasi/
badan.”
“Suatu fungsi manajemen yang menilai sikap publik menunjukkan
kebijaksanaan dan prosedur dari individu/ organisasi atas dasar
kepentingan publik dan pengertian dan pengakuan dari publik”
94
Press relation
Konferensi
Briefing
Publikasi
Film
Radio, TV
Rapat
Seminar
Symposium
Lokakarya
Sarasehan
Sumber : Hasil Kajian Politik dan Tata Pemerintahan FIA – UB, 2012 dalam John
Robert Power. Human Resource Development.
95
BAB X
KOMUNIKASI
Tim LPTP FIA - UB
10.1 Pengertian :
Proses penyampaian informasi dari seseorang melalui suatu media
kepada orang lain dengan mendapatkan umpan balik yang positif.
96
Komunikasi sebagai alat untuk mempengaruhi melalui cara sebagai
berikut:
1. Corsive (paksaan)
Teror
Ancaman
Boikot
Menunjukkan kekuasaan
2. Persuasif : ajakan
Komunikasi yang efektif sangat tergantung pada :
1. Tujuan komunikasi
Pengarahan
Instruksi
Penghargaan
Ketidakpuasan
Usul/ kerjasama
Membujuk
Menerangkan
Menginformasikan
Menciptakan antusiasme
Penolakan
Menakut-nakuti
Memperingatkan
Penerimaan
Menyesatkan
Menyembunyikan dan seterusnya
10.5 Teknik Komunikasi
1. Metode partisipasi
2. Metode assosiasi
3. Icing device
4. Pay of idea
5. Empathy
6. Fear arousing
7. Red sheering
97
8. Acceptance device
9. Rejection device
10. Testimonial device
11. Benwagon device
Sumber : Hasil Kajian Politik dan Tata Pemerintahan FIA – UB, 2012 dalam John
Robert Power. Human Resource Development.
98
99
BAB XI
TEKNIK MERAIH SIMPATIK PENDAPAT UMUM
DIDALAM MASYARAKAT
Tim LPTP FIA - UB
11.1 Pendahuluan :
Citra diri adalah sesuatu yang terpancar dari dalam diri secara wajar, yang
merupakan perpaduan dari pribadi dan tampilan fisik seseorang.
Seseorang yang sukses dalam perjalanan kariernya akan semakin
tertuntut untuk memiliki citra diri yang dapat diteladani.
Citra seseorang akan diwarnai oleh :
100
• Sikap tubuh kita
2. Kedalam Pengetahuan :
Kedalaman pengetahuan menyangkut pengetahuan dan keahlian kita
dibidang kerja yang menjadi tanggungjawab kita. Pengetahuan kita yang
mendalam dan keahlian kita dibidang kerja kita membawa efek pada
penampilan kita dan penerimaan orang atas diri kita.
3. Keluasan Pengetahuan :
Keluasan pengetahuan menyangkut ilmu, informasi dan kecakapan kita untuk
berbicara dan berdiskusi dengan orang lain tentang hal-hal di luar keahlian
dan bidang kerja kita. Hal ini menyangkut peristiwa lokal, nasional,
internasional, dan mondial dan hal-hal dalam berbagai bidang kehidupan
seperti politik, ekonomi, kebudayaan, moral, keagamaan, dan lain-lainnya.
Pokoknya kita siap untuk berbicara tentang hal-hal yang menarik perhatian
orang dan mereka nikmati.
4. Keluwesan :
Keluwesan adalah kesediaan dan kecakapan kita untuk menyesuaikan
perilaku kita, sehingga dapat berhubungan dengan bergaul dengan orang lain
sebaik mungkin. Keluwesan adalah tindakan untuk mau keluar dari “daerah
aman” kita untuk berkomunikasi dan berinteraksi sesefektif mungkin dengan
orang lain sesuai dengan keadaan dan kemampuan mereka.
5. Kegairahan :
Kegairahan menular seperti penyakit. Jika kita menunjukkan bagaimana,
orang-orang disekitar juga akan ikut bergairah. Ciptakan suasana yang
dialogis melalui senyum yang ramah, ingat nama beberapa orang yang kita
hadapi, bicarakan hal-hal yang positif dan respek terhadap idenya.
6. Ketulusan :
Tulus berarti bahwa kita tidak dapat dan tidak mau main sandiwara dan
bertopeng. Ketulusan kita akan ditangkap oleh orang-orang yang ada
disekitar kita dan menjadi ciri penampilan kita. Sesungguhnya ketulusan
merupakan pengikat dari unsur-unsur :
Kesan pertama, kedalam dan keluasan pengetahuan, keluwesan kegairahan.
Sedangkan tanpa ketulusan kesemua unsur itu tidak memiliki bobot yang
wajar. Jadi tulus dalam hubungan pribadi dan relasi kerja dengan orang lain,
terutama orang-orang yang kita hadapi, merupakan hal yang membuat
101
penampilan kita secara keseluruhan tampak dapat diandalkan dan mudah
diterima.
102
Sumber : Hasil Kajian Politik dan Tata Pemerintahan FIA – UB, 2012 dalam John
Robert Power. Human Resource Development.
103
BAB XII
GAYA KEPEMIMPINAN
R.R. Blake dan J.S. Mounton
12.1 Pengertian
Gaya kepemimpinan adalah bagaimana anda berperilaku bila anda
mencoba mempengaruhi prestasi orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan
kombinasi perilaku direktif dan suportif.
1. Perilaku Direktif
Meliputi : mengatakan secara jelas kepada seseorang apa yang harus
dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dimana melakukannya, dan bila
mengerjakannya, dan kemudian mengawasi dengan ketat pelaksanaanya.
2. Perilaku Suportif
Meliputi : mendengarkan orang lain, memberikan dukungan dan
semangat atas usaha mereka, dan kemudian membantu keterlibatan mereka
dalam pemecahan persoalan pengambilan keputusan.
104
3. Mendukung (Supporting)
Pemimpin memberikan fasilitas dan mendukung usaha bawahan ke arah
penyelesaian tugas dan membagi tanggung jawab untuk membuat keputusan
dengan mereka.
4. Mendelegasikan (Delegating)
Pemimpin menyerahkan tanggungjawab untuk pengambilan keputusan dan
memecahkan masalah kepada bawahan.
MELATIH
MENDUKUNG
105
“Saya membayangkan bahwa orang dapat mempunyai berbagai
kombinasi dari kompetensi dan keikatan, begitukan?” tanya sang wiraswasta.
“Tepat sekali,” kata Lisa, “Memang, empat kombinasi antara kompetensi
dengan keikatan membentuk apa yang kami namakan ‘tingkat pengembangan’,”
Lisa membuat sketsa suatu rangkaian di atas selembar kertas.
P4 P3 P2 P1
P1 G1
Kompetensi Rendah MENGARAHKAN
Keikatan Tinggi Struktur, Pengendalian, dan Supervisi
P2 G1
Kompetensi Sedang MELATIH
Keikatan Rendah Mengarahkan dan Mendukung
G3
P3
MENDUKUNG
Kompetensi Tinggi
Memuji, Mendengarkan, dan
Keikatan Variabel
Memberi Kemudahan
G4
P4
MENDELEGASIKAN
Kompetensi Tinggi
Melimpahkan tanggungjawab untuk
Keikatan Tinggi
pengembalian keputusan sehari-hari
106
Perilaku Kontinum Pemimpin
Deretan Perilaku
107
Managerial Grind
9 1.9 Manajemen yang penuh perhatian 9.9 Pencapaian kerja dalam manajemen
terhadap kebutuhan orang, dan adalah dari kepercayaan pada kemerdekaan
pemimpinnya ke suasana organisasi yang orang-orang lewat penggunaan standar umum
8 bersahabat, menyenangkan dan kecepatan dalam organisasi yang berupa tujuan
kerja yang rileks organisasi, dan dengan berdasarkan atas
kepercayaan dan respek
7
6
Orang-
orang 5
5.5 Pelaksanaan kerja manajemen secara
memadai lewat keseimbangan kerja yang
4 diharuskan tercapai dan peningkatan
semangat kerja orang-orang yang
memuaskan
3
2
61.1 Usaha manajemen yang paling rendah 9.1 Efisiensi hasil dari manajemen ini
(minim terhadap pekerjaan yang harus dicapai dari usaha menata kerja dalam cara
1 dikerjakan da semangat kerja orang-orang tertentu dengan sedikit perhatiannya pada
yang bekerja unsur manusianya.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
108
Tiga Dimensi Kepemimpinan
Pencipta Eksekutif
pengembangan
Gaya Dasar
Berhubungan Terpadu
Terpisah Pengabdian
109
Model Tiga Dimensi Keluwesan Pemimpin
Kontak 2 Kontak 2
Tinggi Hubungan Tinggi Tugas dan
dan Rendah Tugas Tinggi Hubungan
Kotak 4 Kotak1
Rendah tugas dan Tinggi tugas dan
Rendah Hubungan Rendah Hubungan
Gaya Dasar
Kontak 3 Kontak 2
Tinggi Hubungan Tinggi Tugas dan
dan Rendah Tugas Tinggi Hubungan
Kotak 4 Kotak 1
Rendah Tugas dan Tinggi Tugas dan
Rendah Hubungan Rendah Hubungan
Kontak 3 Kontak 2
Tinggi Hubungan Tinggi Tugas dan
dan Rendah Tugas Tinggi Hubungan
Kotak 4 Kontak 1
Rendah Tugas dan Tinggi Tugas dan
Rendah Hubungan Rendah Hubungan
110
Kepemimpinan Situasional II
Empat Gaya Kepemimpinan
111
Gaya Pemimpin
Sumber : Hasil Kajian LPTP – FIA – UB dalam R.R. Blake dan J.S Mounton, The
Managerial Grid Houston, Texas : Gulf Publishing Company, 1964 h.10
• R.R. Blake dan J.S Mounton, The Managerial Grid Houston, Texas : Gulf
Publishing Company, 1964 h.10
112