Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Suami

Suami adalah orang yang paling penting bagi seorang wanita

hamil. Banyak bukti yang ditunjukan bahwa wanita yang diperhatikan

dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukan

lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah melakukan

penyesuaian diri. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama

yang ditunjukan wanita yaitu menerima bahwa ia dicintai dan dihargai

serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap anaknya

(Rukiah,2014)23

B. Peran Suami
Peran adalah peramgkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI,2008) Kamus besar
bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yang menjadi
pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yang telah menikah.
Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dan anak-anak). suami
mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga
dan suami mempunyai peran penting, dimana suami sangat dituntut
bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai
motivator dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk
merencanakan keluarga. Jadi yang dimaksud dengan peran suami
adalah perangkat tingkah yang dimiliki oleh seorang lelaki yang telah
menikah, baik dalam fungsinya dikeluarga maupun di masyarakat.
Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya
pada keluarga berencana sangat berpengaruh terhadap kesehatan.

Peran Suami Dalam...,Bagas Satrio Aji Wicaksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a. Peran Suami sebagai Motivator
Dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami
sangat diperlukan. Seperti diketauhui bahwa di Indonesia, keputusan
suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi istri
untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan
atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap
memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat
berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau
tidak menggunakan metode apa yang dipakai dalam keluarga
berencana.
Peran suami sebagai motivator merupakan bentuk dorongan atau
dukungan yang diberikan suami kepada istri untuk menggunakan alat
kontrasepsi atau metode lainnya, dukungan tersebut dapat diberikan
dengan mengizinkan atau memberi keputusan kepada istri untuk ikut
dalam keluarga berencana, memberikan kebutuhan istri saat akan
memeriksakan yang berkaitan dengan penggunaan alat kontasepsi atau
metode lainnya dan kesediaan suami untuk menggunakan metode
keluarga berencana bila istri tidak memungkinkan menggunakan.
Peran suami sebagai motivator dalam mengambil keputusan
memilih alat kontrasepsi adalah sebagai pendorong yang
menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk
melaksanakan sesuatu. Dalam melaksanakan keluarga berencana
dukungan suami sangat diperlukan, seperti diketahui bahwa di
Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman
penting bagi istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Dukungan
suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan
metode kontrasepsi yang digunakan (Suhita,2005).24
Peran suami sebagai motiator merupakan dorongan atau
dukungan yang diberikan kepada istri untuk membangkitkan.
Membangun kualitas, membentuk dan mencapai tujuan hidup yang
lebih baik. Kuatnya motivasi yang diterima dalam keluarga dapat
meningkatkan daya potensi lebih berkembang (Taslim dan
Abdullah,2015).
Sikap suami yang sabar dan memahami dapat membuat istri
merasakan adanya perhatian dan dukungan suami. Adanya motivasi
yang kuat meninbulkan keyakinan pemelihan kontrasepsi yang
dilakukan oleh istri tepat dan sesuai dengan kebutuhan
(Vandjal,2013).25
b. Peran Suami sebagai Edukator
Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan,
peran suami dalam memberikan informasi juga sangat penting bagi
istri. Peran edukator yang dapat diberikan oleh suami kepada istri
antara lain suami ikut pada saat konsultasi kepada tenaga kesehatan
dalam pemilihan metode keluarga berencana, meningkatkan istri
jadwal minum obat atau jadwal untuk control, mengingatkan istri hal
yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi dan
sebagainya akan sangat berpengaruh bagi istri. Oleh karna itu sebagai
edukator suami sangat perlu meningkatkan pengetahuannya tentang
metode keluarga berencana. Pengetahuan dapat diperoleh suami
dengan cara berkonsultasi dengan petugas kesehatan, mencari
informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik.
Pengetahuan suami yang kurang baik dalam kesehatan reproduksi
khususnya alat kontrasepsi menyebabkan kemampuan suami dalam
memberikan edukasi kepada istrinya menjadi kurang. Seringkali tidak
adanya keterlibatan suami tentang keluarga berencana mengakibatkan
kurangnya informasi yang dimiliki seorang istri terutama alat
kontrasepsi (Nonmleni,2014).
Peran suami sebagai edukator adalah mendukung mengambil
keputusan serta memberikan informasi yang berpengaruh bagi istri.
Peran seperti ikut pada konsultasi pada tenaga kesehatan,
mengingatkan istri jadwal minum obat atau kontrol dan sebagainya
akan sangat berperan bagi istri saat akan memakai alat kontrasepsi.
Besarnya peran suami akan sangat membantunya dan suami akan
menyadari bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya urusan
wanita (istri) saja.
c. Peran Suami sebagai Fasilitator
Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang
menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan
memeriksakan masalah kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat terlihat
saat suami menyediakan waktu untuk mendampingi istri berpartisipasi
dalam program keluarga berencana, dan membantu istri menentukan
tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai.
Peran suami sebagai fasilitator adalah membantu istri dalam
memilih dan menggunakan alat kontrasepsi seperti mengingatkan istri
untuk kontrol atau mengingatkan istri untuk meminum pil, dan
mengantarkan istri kefasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol
maupun rujukan apabila dirasa kontrasepsi yang dipakai saat ini
kurang cocok (Suparyanto,2011).
Faktor yang berhubungan dengan peran suami sebagai fasilitator
adalah pekerjaan suami. Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik
berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun hasil sendiri
dengan dinilai sejumlah uang atas harga yang berlaku saat itu.
Dalam program keluarga berencana pria mempunyai partisipasi
dan peran yaitu (BKKBN,2006).26
1. Sebagai Peserta KB
Partisipasi pria dalam program KB dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung. Partisipasi pria secara langsung dalam
program KB adalah menggunakan salah cara atau metode
pencegahan kehamilan seperti:
a. Vasektomi (MOP/Kontap pria)
b. Kondom
c. Senggama terputus
d. Pantang berkala
e. Kontrasepsi lainnya yang sedang dikembangkan
Sedangkan partisipasi pria secara tidak langsung dalam
program KB yaitu menganjurkan, mendukung atau memberikan
kebebasannya kepada pasangannya (istri) untuk menggunakan
kontrasepsi27
2. Medukung istri dalam menggunakan kontrasepsi
Pria dalam menganjurkan, mendukung dan memberikan
kebebasan wanita pasangannya (istri) untuk menggunakan
kontrasepsi atau cara / metode KB diawali sejak pria tersebut
melakukan akad nikah dengan wanita pasangannya, dalam
merencanakan jumlah anak yang dimiliki. Sampai dengan akhir
masa reproduksi (menopause) istrinya.
Dukungan ini antara lain seperti:
a. Memilih kontrasepsi yang cocok yaitu kontrasepsi yang sesuai
dengan keinginan dan kondisi istrinya
b. Membantu dalam menggunakan kontrasepsi secara benar,
seperti meningatkan saat minum pil KB, mengingatkan istri
untuk kontrol dan sebagainya
c. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping
maupun komplikasi
d. Mengantarkan kefasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol
atau rujukan
e. Mencari alternative lain bila kontrasepsi yang digunakan saat
ini terbukti tidak memuaskan
f. Menggantikan pemakaian kontrasepsi bila keadaan istrinya
tidak memungkinkan
Agar rencana yang telah disusun dan diputuskan bersama dapat
berhasil dan memberikan manfaat dalam pembinaan rumah tangga,
maka peranan atau dukungan pihak pria (suami) perlu dilakukan
terus menerus.
3. Memberi Pelayanan KB
Partisipasi pria dalam program KB disamping mendukung
istrinya untuk menggunakan kontrasepsi dan sebagai peserta KB,
diharapkan juga memberikan pelayanan KB pada masyarakat baik
sebagai motivator maupun mitra
4. Merencanakan jumlah anak bersama istri
Merencanakan jumlah anak dalam keluarga perlu dibicarakan
antara suami dan istri dengan mempertimbangkan berbagai aspek
antara lain kesehatan dan kemampuan untuk memberikan
pendidikan dan kehidupan layak.28
Perencanaan keluarga menuju keluarga berkualitas perlu
memperhatikan usia reproduksi istri yaitu sebagai berikut:
a. Masa menunda kehamilan anak pertama bagi pasangan istrinya
yang berumur dibawah 20 tahun
Pada masa ini diperlukan menggunakan kontrasepsi yang
bertujuan untuk menunda kehamilan sehingga pasangan dapat
memperpanjang bulan madunya sampai istri berusia lebih dari
20 tahun, serta siap mental dan fisik untuk mempunyai anak
b. Masa mengatur jarak kelahiran untuk usia istri 20 sampai 30
tahun
Dalam menggunakan kontrasepsi bertujuan untuk mengatur
jarak kelahiran anak berikutnya, diperhatikan kontrasepsi yang
mempunyai ciri, efektifitas tinggi karena peserta KB masih
mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai selama 3 sampai
4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan yang telah
direncanakan, tidak mengambat air susu ibu (ASI) karena ASI
adalah makanan yang terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun
Kontrasepsi yang disarankan adalah kondom, IUD, pil KB,
suntikan KB, implant, dan cara alamiah.
c. Fase mengakhiri atau mengentikan untuk usia istri diatas 30
tahun.
C. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses komunikasi dan partisipasi
yang terus menerus yang merupakan pernyataan yang disetujui antar
alternative atau antar prosedur untuk dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan (Suryadi, 2002). Proses pengambilan keputusan adalah
bentuk pemilihan dari berbagai alternative tindakan yang mungkin
dipilih melalui proses mekanisme tertentu, dengan harapan akan
menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik. Prosedur pengambilan
keputusan meliputi identifikasi masalah yaitu proses menentukan
masalah yang sebenarnya sedang dihadapi, mengklasifikasikan tujuan-
tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memilih
sesuatu yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.
Setiap alternative yang dipilih membawa konsekuensi yang berbeda
baik dengan kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan.29
(Suryadi,2002) mengajukan tiga fase dari proses pengambilan
keputusan:
1. Intelegence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pengedentifikasian
masalah. Data diperoleh , diproses, dan diuji untuk mengetahui
masalah yang ada. Data yang diperoleh merupakan data yang dapat
digunakan untuk membant proses pengambilan keputusan.
2. Design
Tahap ini merupakan tahap dimana proses pemilihan metode
atau alat kontrasepsi dilakukan berdasarkan kriteria yang ada. Kriteria
tersebut nantinya akan diberikan bobot untuk menjadi patokan
pemilihan metode atau alat kontrasepsi. Kriteria yang tersedia adalah
umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, dan sikap keberhasilan alat
dan kondisi kesehatan.
3. Tahap Pemilihan (choice)
Pada tahap ini analisis dari kriteria pemilihan metode atau alat
kontrasepsi. Hasil dari analisis ini adalah metode atau alat kontrasepsi
yang sesuai dengan pilihan kriteria pengguna.30
4. Tahap Implementasi (implementation)
Tahap ini merupakan tahap penerapan dari ketiga fase yang
telah dirancang. Pengguna menggunakan fase ini untuk memilih
metode atau alat kontrasepsi.
Pembuatan keputusan merujuk pada proses pencapaian
persetujuan dan komitmen anggota keluarga melakukan serangkaian
tindakan atau menjaga status quo. Dengan kata lain pembuatan
keputusan merupakan alat untuk menyelesaikan segala sesuatu
menurut (Friedman 2005). Kenyataanya, pasangan berkuasaan atau
dominan adalah hasil dari proses pembuatan keputusan. Pembuatan
keputusan keluarga merujuk pada tekhnik interaksi di mana anggota
keluarga menggunakan upaya-upaya mereka untuk meningkatkan
control dalam negoisasi atau proses pengambilan keputusan
(Friedman, 2005)
Keputusan untuk bekeluarga berencana merupakan keputusan
bersama suami istri, yang tertuang dalam ICPD (International
Conference Population and Development). Yaitu pasangan suami istri
mempunyai hak dan kewajiban serta kedudukan yang sederajat dalam
menentukan cara pengaturan dan jarak kelahiran anak. Pelayanan
keluarga berencana perlu ditingkatkan untuk menunjang hak dan
kewajiban pasangan dan pribadi berdasarkan usia, paritas, prefensi
besarnya keluarga serta suami istri mendapatkan informasi dan akses
terhadap pelayanan kb yang aman, efektif dalam melakukan pemilihan
yang bebas dan tepat.
Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan
seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan
keputusan untuk menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita tidak
mengubah siklus normalnya, karena takut bahwa perdarahan yang
lama dapat mengubah pola hubungan seksual dan dapat mendorong
suami berhubungan seks dengan wanita lain. Oleh karna itu, pendapat
suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan
penggunaan metode Kb oleh istri. Karena wanita mempunyai
semacam kendali apabila mereka bertanggung jawab dalam
penggunaan kontrasepsi.31
Dalam domain keluarga, wanita sesungguhnya memiliki
kekuasaan yang terabaikan. Kekuasaan meraka limpah, apabila
kekuasaan mereka didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengasuh,
mendidik menentukan kepribadian, nilai dan keyakinan dari setiap
umat manusia dalam masyarakat (Marilyn Friedman,2005).
Kehidupan wanita jauh lebih berperan dalam kehidupan rumah tangga
daripada pria. Wanita akan merasa bahwa mereka dapat mengontrol
seksualitas dan kesehatan reproduksinya secara umum jika di bantu
dalam menentukan kebutuhan kontrasepsi dan mendapatkan informan
tentang kontrasepsi yang tepat sesuai denhan kebutuhan akseptor KB
(Glasier et al,2006).

D. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah suatu program sosial dasar yang
sangat penting artinya bagi kemajuan suatu daerah. Program ini
memberikan konstribusi yang besar bagi Pembangunan Sumber Daya
Masyarakat (SDM) di masa kini dan yang akan datang. Dalam desa
“Kauman, Karanganyar Kabupaten Kebumen ini telah banyak usaha
yang dilakukan untuk dapat menselaraskan antara program keluarga
berencana dengan kesehatan reproduksi sesuai dengan tuntunan
masyarakat dan perkembangan zaman. Pelaksanaan pelayanan
keluarga berencana yang berkualitas dilandasi oleh Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera. Sejalan dengan itu kebijakan
pelayanan KB tidak hanya berorentiasi pada angka kelahiran namun
berfokus pula pada upaya-upaya pemenuhan permintaan kualitas
pelayanan
Tujuan dari program keluarga berencana ini sendiri adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan di dalam keluarga, yaitu sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing–masing dalam
mengantisipasi setiap pengaruh negative yang mengancam keutuhan
keluarga sebagai unit terkecil yang paling utama dari masyarakat.
(Hanafi Hartanto,2004).32

E. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti melawan dan
“konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur
dan sperma. Jadi kontrasepsi berarti “mencegah bertemunya sperma
dengan ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan
kehamilan”(Irianto,2014).
Penggunaan kontrasepsi telah menyelamatkan jiwa lebih dari
250.000 wanita dinegara berkembang setiap tahun. Jumlah kehamilan
yang tidak diinginkan dan kebutuhan kontrasepsi yang belum
terpenuhi masih tinggi di banyak Negara berkembang dan penggunaan
kontrasepsi adalah “strategi pencegahan mutlak dan utama untuk
mengurangi kematian ibu dinegara berkembang”.
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi
semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan
kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum
persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:
a. Aman
b. Berdaya guna
c. Dapat diterima
d. Terjangkau harganya oleh masyarakat
e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera
kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap
Kesehatan reproduksi sangat berkaitan dengan metode
kontrasepsi, yang mana metode kontrasepsi, yang mana metode
kontrasepsi tersebut mencakup beberapa hal yaitu:
1. Metode sederhana
Metode sederhana merupakan suatu cara yang dapat
dikerjakan sendiri tanpa adanya pemeriksaan medis terlebih
dahulu. Metode ini bisa dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu cara
kontrasepsi biasa tanpa obat dan cara kontrasepsi sederhana dengan
alat atau obat. Cara kontrasepsi sederhana dengan obat dapat
dilakukan dengan senggama terputus dan pantang berkala ( tidak
melakukan masa senggama pada masa subur ). Sedangan cara
kontrasepsi sederhana menggunakan alat atau obat dapat dilakukan
dengan menggunakan kondom, tisu KB, pil KB, suntikan KB,
susuk KB, IUD (alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam Rahim)
2. Metode mantap dengan cara operasi
Metode ini biasanya dilakukan melalui Tubektomi yaitu
kontrasepsi permanen untuk perempuan yang dilakukan dengan
tindakan operasi kecil yang mengikat atau memotong saluran telur,
dan Vasektomi yang merupakan kontrasepsi untuk laki – laki yang
dilakukan dengan operasi kecil yaitu menutup saluran sperma pada
kanan dan kiri kantong zakar (Zohra , 1999:84)33

Tiga fase dalam pencapaian sasaran tujuan pelayanan kontrasepsi


adalah:

1. Fase menunda perkawinan atau kesuburan


Fase ini bagi pasangan usia subur /PUS dengan usia istri
kurang dari 20 tahun, karena pada usia bkan kehamilan
beresiko tinggi bagi istri)
2. Fase menjarangkan kehamilan
Pada fase ini usia istri antara 20-30/35) tahun yang merupakan
periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah 2 anak
orang dan jarak kelahiran antara 2-4 tahun
3. Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan / usia subur
Periode umur istri diatas 30 tahun dan terutama usia diatas 35
tahun sebaiknya mengakhiri kesuburannya setelah mempunyai 2
anak karena pada usia ini kehamilan akan beresiko tinggi pada ibu
dan anak.
Pelayanan Kb yang dapat diberikan adalah pelayanan
kontrasepsi, pemeriksaan ulang kontrasepsi dan penyuluhan
terhadap program KB (Hartanto, 2004)34
1. Kontrasepsi Non Hormonal
1) Kontrasepsi tanpa menggunakan alat / obat
a. Sanggama terputus
Sanggama terputus adalah penarikan penis dari vagia
sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan
bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh
sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-
kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Efektifitas cara ini
umumnya dianggap kurang berhasil, sungguhpun penyelidikan
yang dilakukan di Amerika dan Inggris membuktikan bahwa
angka kehamilan dengan cara ini hanya sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan cara yang mempergunakan ontrasepsi
mekanis atau kimiawi.
b. Pembilasan Pascasanggama
Pembilasan vagina dengan air biasa atau tanpa larutan obat
segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama
skeali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah
untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina.
c. Perpanjang Masa Menyusui Anak
Memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untk
mencegah kehamilan. Efektifitas menyusi anaka dapat
mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea post partum.
Akan teteapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi sebagai
perempuan tersebut masih dalam keadaan amenorea.35
d. Pantang Berkala
Metode pantang berkala sering disebut sebagai metode
Ognio Knaus yaitu mencatat waktu ovulasi dari data haid yang
dicatat selama 6-12 bulan terkahir. Problem terbesar dengan
metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang
mempunyai siklus haid teratur setiap 28hari (Hartanto,2004)
2) Kontrasepsi sederhana untuk laki-laki
a. Kondom
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus
genetalia interna wanita. Prinsip kerja kondom ialah sebagai
perisai dari penis sewaktu melakukan koitu sewaktu.
Keuntungan kondom., selain untuk memberi perlindungan
terhdap penyakit kelamin, juga dapat digunan untuk
kontrasepsi. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang
menggunakannya merasakan ada selaput karet tersebut sebagai
penghalang kenikmatan dalam melakukan koitus. Efek
samping kondom tidak ada, kecuali tidak ada alergi terhadap
kondom itu sendiri.
3) Kontrasepsi Sederhana
a. Diafragma vaginal
Terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan
per elastis pada pinggirnya. Keuntungan dari cara ini ialah, (a)
hamper tidak ada efek samping, (b) dengan motivasi yang baik
dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan, (c)
dapat dipakai sebagai pengganti pil. Kelemahannya ialah, (a)
diperlakukannya motivasi yang cukup kuat, (b) umumnya
hanya cocok untuk perempuan, (c) pemakaian yang teratur
dapat menimbulkan kegagalan.
b. Kontrasepsi dengan obat-obat Spermatisida
Obat spermatisida yang dioakai untuk kontrasepsi terdiri
dari atas 2 komponen, yaitu zat kimiawi yang non aktif
danyang diperlukan untuk membuat tablet atau cream/jelly.
Oleh sebab itu, obat yang paling baik adalah yang dapat
membuat busa setelah dimasukan ke dalam vagina sehingga
kelak busanya dapat menggelilingi serviks uteri dan menutup
ostium uteri eksternum36
4) Kontrasepsi Hormonal
1. Pil Kontrasepsi
2. Pil Kontrasepsi Kombinasi
Pil kontrasepsi terdiri atas komponen esterogen dan
komponen progesterone, atau oleh salah satu komponen
hormone itu. Yang jelas bahwa hormone steroid sintetik dalam
metabolismenya sangat berbeda denga hormonsteroid yang
dikeluarkan oleh ovarium. Umumnya dapat dikatakan bahwa
komponen esterogen dalam pil menekan sekresu FSH
menghalangi maturasi folikel dalam ovarium.
Kelebihan pil kombinasi:
a) Efektivitasnya dapat dipercaya
b) Frekuensi koitus tidak perlu diatur
c) Siklus haid jadi teratur
d) Keluhan dismenore mejadi berkurang
Kekurangan:
a) Pil harus diminum tiap hari
b) Motivasi harus kuat
c) Adanya efeksamping
d) Kadang- kadang setelah berhenti minum timbul amenorea
perissten
5) Kontrasepsi Suntikan (Depo Provera)
1. Suntukan setiap tiga bulan
Digunakan untuk tujuan kontrasepsi parental, mempunyai
efek progesterone yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi
parental
Keuntungannya:
a) Efektivitas tinggi
b) Pemakaianya sederhana
c) Menyenangkan bagi akseptor ( injeksi hanya 4x
setahun) Kekurangan :
a) Menimbulkan perdarahan yang tidak teratur
b) Amenorea
c) Suntikan setiap Bulan
Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya ovum dari
ovarium (ovulasi). Efektivitasnya tergantung saat kembalinya
untuk mendapatkan suntikan.37
2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD)
Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui
dengan pasti. Kini pendapat yang tebanyak ilaah bahwa IUD
dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium
yang disertai dengan sebukan leokosit yang daoat mengahncurkan
blastokista atau sperma.
Jenis Jenis IUD yang termasuk dalam golongan bentuj terbuka
dan linear antara lain :
a) Lippes loop
b) Saf-T-coil
c) Dalkon Shield
d) Cu-7
e) Cu-T
f) Spring coil
g) Margulies spiral
Adapun yang termasuk dalam bentuk dasar cincin adalah:
a) Ota ring
b) Antigon F
c) Ragab Ring
d) Cincin Gravenberg
e) Cincin Hal Stone
f) Brimberg
Bow Keuntungan
IUD :
a) Hanya memerlukan satu kali pemasangan
b) Tidak menimbulkan efek sistemik
c) Alat ekonomis
d) Efektifitas cukup
tinggi Komplikasi pada
IUD
a) Infeksi
b) Perforasi
c) Kehamilan
Waktu Pemasangan IUD
a) Sewaktu haid sedang berlangsung
b) Sewaktu postpartum
c) Sewaktu postabortum
d) Sewaktu melakukan sectio sesar38
F. Kerangka Teori

Niat dan keinginan


(behavior intention)

Pemilihan
Peran penting suami
metode
Pengambilan Keputusan Keluarga Akseptor KB
(personal Autonomy) Berencan
a

Informasi Metode / Program


Keluarga Berencana

(accesbility of information)

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber: (Notoadmojo 2010)
G. Kerangka Konsep

Peran Suami Pemilihan Metode


ProsesPengambilan Keputusan KB/ alat kontrasepsi:
Intelegence
Design  Kontrasepsi
Peran Suami Edukator
Pemilihan (choice) Non
Impelementasi Hormonal
 Kontrasepsi
Hormonal
Peran  Alat
Suami Kontrasepsi
Fasilitato dalam
r Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Sumber : (Notoadmojo 2010)


39
H. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaiamana peran suami sebagai motivator dalam
pengambilan keputusan keluarga berencana ?
2. Bagaimana peran suami sebagai edukator dalam
pengambilan keputusan keluarga berencana
3. Bagaimana peran suami sebagai fasilitator dalam
pengambilan keputusan keluarga berencana ?
40

Anda mungkin juga menyukai