Anda di halaman 1dari 4

Pembuat Keributan di Kelas (Noise Maker)

Di dalam proses pembelajaran, seorang siswa memiliki kepribadiannya tersendiri antara


yang satu dengan yang lainnya dan perbedaan kepribadian antar individu tersebut mempengaruhi
cara belajar siswa dalam kelas khususnya dalam merespon guru pada saat menentukan materi
pelajaran. Pembelajaran akan menjadi efektif jika suasana kelas tenang dan nyaman. Sebaliknya,
pembelajaran akan menjadi tidak efektif jika suasana kelas gaduh dan penuh keributan. Kelas
yang ramai dan sulit diatur merupakan suasana kelas yang tidak kondusif dalam proses
pembelajaran. Jika kondisi kelas tidak nyaman dalam melaksanakan proses pembelajaran, maka
aktivitas siswa pun akan terganggu, siswa tidak dapat berkonsentrasi penuh dalam belajar.

Hal ini sering kali terjadi di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa mempunyai sikap
suka mengganggu dan membuat keributan. Biasanya factor yang menyebabkan siswa ribut di
kelas yaitu terdiri dari faktor eksogen dan faktor endogen. Faktor eksogen adalah faktor yang
berasal dari luar diri siswa yang terdiri dari faktor sosial maupun factor non social. Sedangkan
faktor endogen adalah faktor yang berasal dari diri siswa, terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis.

Dalam menangani siswa yang suka membuat keributan di kelas, tindakan yang dapat
guru lakukan adalah dengan menegur siswa tersebut dan memberikan pilihan kepada siswa, mau
belajar atau mau meribut. Kalau mau belajar jangan ribut, kalau mau ribut silahkan ribut di luar
kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (2011: 284) yang mengatakan bahwa untuk
menangani perilaku bermasalah, berilah suatu pilihan dengan menegur siswa. Solusi ini
memberikan pilihan kepada siswa terhadap konsekuensi perilakunya, dan pada gilirannya akan
melatih siswa untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap konsekuensi perilakunya. Namun,
jika dengan cara tersebut siswa masih ribut. Guru sebaiknya menghindari memarahi siswa
dengan berteriak atau membentak.
Guru harus sebisa mungkin mencari cara/alternatif lain untuk mengatasi hal tersebut.
Memarahi siswa dengan cara membentak tidak akan menyelesaikan masalah, melainkan akan
menjadikan suasana kelas menjadi tidak kondusif dan siswa secara psikologis akan menjadi
tertekan. Mc Donald (2011: 54) mengatakan bahwa memarahi siswa dengan cara membentak
akan menyebabkan siswa ketakutan dan kehilangan rasa hormatnya terhadap guru. Selain itu,
suara keras menambah situasi semakin ribut.

Untuk mengatasi siswa yang suka membuat keributan di kelas, guru dapat melakukan
pendekatan dengan siswa. Hal ini berkaitan dengan pendapat Nuraini (2012) yang mengatakan
bahwa untuk mengatasi siswa yang nakal dan suka ribut, kita sebagai guru harus melakukan
pendekatan dengannya, tujuannya yaitu mengetahui masalah apa yang mereka alami sehingga
membuat mereka sering ribut dan nakal di kelas. Caranya dapat dilakukan dengan meminta siswa
tersebut tetap berada di kelas setelah pelajaran berakhir, dan di sana kita dapat melakukan
pendekatan tersebut dengan mengobrol dengannya.

Selain itu, dalam menangani siswa yang suka meribut di kelas, ada beberapa metode
pendekatan yang dapat kita lakukan sebagai guru. Dikarenakan perilaku siswa yang suka
membuat keributan itu termasuk dalam perilaku mengganggu di kelas, Zimmerman (1995)
mengemukakan 3 pendekatan dalam mengatasi perilaku mengganggu di kelas, yaitu melalui
pendekatan behavioristik, kognitif, dan humanistik.

a. Pendekatan Behavioristik.
1) Penguatan (Reinforcement).
Reinforcement (penguatan) adalah prosedur untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku. Penguatan positif adalah pemberian stimulus respon, dan
berfungsi untuk meningkatkan atau mempertahankan respon yang diharapkan. Seorang
guru akan memberikan penghargaan pada siswa yang menunjukkan perilaku yang
diharapkan agar kemudian siswa lain mengulangi perilaku tersebut atau melakukan
perilaku yang serupa dengan perilaku yang diharapkan. Sedangkan penguatan negatif
adalah stimulus yang diberikan untuk menghilangkan suatu respon (Zimmerman, 1995:
11).
2) Hukuman (Punishment).
Pemberian hukuman bertujuan untuk menurunkan kemungkinan terulangnya perilaku
yang tidak diinginkan. Hukuman dari sekolah, skorsing, dan dimarahi guru adalah contoh
dari hukuman di sekolah (Zimmerman, 1995: 13).
3) Kontrak Perilaku (Behavior contract)
(Zimmerman, 1995: 13) menyebutkan beberapa tujuan dari kontrak perilaku,
yaitu untuk mendapatkan komitmen untuk mengubah perilaku dan untuk mendapatkan
persetujuan mengenai perubahan perilaku yang dihasilkan.
4) Peragaan (Modeling).
Peragaan perilaku didasarkan pada konsep bahwa banyak perilaku dapat dipelajari
dengan efektif modeling (peragaan) atau meniru. Bandura (Zimmerman, 1995: 14)
mengemukakan agar modeling (peragaan) dapat berhasil, maka model yang digunakan
sebaiknya teman sebaya atau orang dewasa yang mendatangkan perilaku yang
diinginkan.

b. Pendekatan Kognitif
Banyak aplikasi dari pendekatan kognitif yang berhubungan dengan perilaku
mengganggu. Misalnya saja seseorang guru menceritakan pengalamannya tentang perilaku
mengganggu pada siswa. dengan bercerita pada siswa, secara tidak langsung alam pikiran
siswa akan memproses, menggambarkan dan belajar apa yang telah diceritakan. tujuan dari
pendekatan kognitif sendiri adalah membantu siswa belajar membangun sebuah cara-cara
belajar, melatih siswa untuk mengenal apa yang harus mereka pelajari, serta meningkatkan
frekuensi dan kualitas pembelajaran (Zimmerman, 1995: 14).

c. Pendekatan Humanistik
Bagi pendidik yang menerapkan pendekatan humanistik, seorang siswa mengganggu
adalah sebuah indikasi bahwa siswa tersebut tidak senang atau mengalami pertentangan.
Guru seharusnya memperlakukan siswa tersebut dengan empati. Cara ini dapat mendorong
siswa agar mau berbicara dan berbagi tentang perasaannya. Dengan ditemukannya
pemecahan masalah siswa, perilaku mengganggu tidak akan ditunjukkan lagi (Zimmerman,
1995: 14).
DAPUS

 Wicaksono, Taufik Hendra. 2013. Perilaku Mengganggu Di Kelas. Paradigma. Vol 5 (8).
 Ulfa, Nelya; Agung Rimba Kurniawan. Cara Mengatasi Siswa Ribut di Kelas. Artikel
Ilmiah, Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran : Universitas Jambi.
 Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan Educational Psychology. Jakarta:
Salemba Humanika.
 McDonald, Emma S. 2011. Guru dan Kelas Cemerlang. Jakarta: PT Indeks.
 Nuraini, F. 2012. Cara Menghadapi Siswa yang Nakal dan "Tukang" Ribut.
(http://nurfaththree.blogspot.com/2012/10/cara-menghadapi-siswa-yang- nakal-
dan_16.html)
 Zimmerman. 1995. The Nature and Consequences of the Classroom Disruption.
Dissertation. State University of New York.
 Egok, Asep Sukenda. 2014. Studi Deskriptif Bentuk-Bentuk Kenakalan Siswa dan Cara
Guru Mengatasinya di Kelas IV SD Negeri 53 Kota Bengkulu. Skripsi : Universitas
Negeri Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai