PENDAHULUAN
struktur, sifat dan proses biokimia. Botani juga mempelajari klasifikasi tumbuhan
dan studi penyakit tumbuhan dan interaksi dengan lingkungan. Prinsip-prinsip dan
temuan botani telah memberikan dasar untuk beberapa ilmu seperti ilmu terapan
jamur dan alga dengan mikologi dan fikologi juga masuk kedalam cabang ilmu
biologi.
sendiri. Semua jenis tumbuhan mulai dari yang berukuran kecil sampai dengan
pohon yang sangat besar mempunyai morfologi yang berbeda antara satu
tumbuhan dengan tumbuhan yang lain. Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang
tumbuhan terdiri dari organ dasar dan organ sekunder. Organ dasar pada
tumbuhan adalah akar, batang dan daun, sedangkan organ sekunder adalah bunga,
buah dan biji. Setiap tumbuhan akan mempunyai morfologi yang berbeda baik
dari berbagai jenis tanaman pangan, perkebunan, hias, buah, sayur dan obat.
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah praktikan dapat
perbedaannya.
2
BAB I
TANAMAN PANGAN
1.1. Klasifikasi
Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurachman et al. (2008) bahwa jagung
arkeologi, jagung berasal dari daerah Amerika Tengah dan telah dibudidayakan
sejak 10.000 tahun yang lalu. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiarti (2007) yang
mengatakan bahwa jagung diduga berasal dari benua Amerika bagian tengah yang
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
3
Genus : Zea
sebagai berikut :
akar serabut. Akar serabut pada jagung berfungsi menyerap air dan nutrisi yang
diperlukan bagi metabolisme sel. Akar jagung dapat tumbuh hingga kedalaman 2
m di dalam tanah untuk mencari air, namun jagung di Indonesia umumnya hanya
memiliki panjang akar 0,8 - 1,4 m dengan akar memusat kurang dari 20 cm. Hal
ini sesuai dengan pendapat Niswati et al. (2008) yang menyatakan bahwa akar
menyebar kearah horizontal lebih dari 1 m, namun pada umumnya akar jagung
terpusat pada kedalaman tanah kurang dari 20 cm. Menurut Melwita dan Kurniadi
(2014) akar jagung memiliki tiga tipe akar yaitu akar seminal yang tumbuh dari
radikula dan embrio, akar adventif yaitu akar yang berkembang dari buku pada
ujung mesokotil menjadi akar serabut tebal, dan akar udara yang tumbuh dari dua
sebagai berikut :
memiliki bentuk silindris tidak bercabang yang berbuku-buku serta memiliki ruas
diantara buku. Hal ini sesuai dengan pendapat Melwita dan Kurniadi (2014) yang
mengatakan bahwa batang jagung merupakan batang silindris tanpa cabang, dan
5
terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang
berkembang menjadi tongkol. Jumlah buku dan ruas pada batang jagung sama
dengan jumlah daun jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhsanati et al.
(2008) bahwa batang jagung tersusun atas ruas yang merentang diantara buku-
buku pada batang sebagai tempat duduknya daun sehingga jumlah buku dan ruas
yang terdapat pada batang memiliki jumlah yang sama dengan daun, ketiganya
memiliki asal mula yang sama dalam sel somatik tanaman. Tinggi jagung yang
ruas.
sebagai berikut :
bentuk daun yang memanjang dengan tulang sejajar dan keluar dari buku-buku
pada batang. Menurut Purwono dan Hartono (2006) daun jagung merupakan daun
sempurna yang terdiri atas pelepah daun, tangkai daun, dan helai daun. Pelepah
daun pada umumnya membungkus bagian batang, antara pelepah dan helai daun
terdapat tangkai daun dengan permukaan daun yang berbulu dan pada bagian
bawah daun tidak berbulu. Ditambahkan oleh pendapat Melwita dan Kurniadi
(2014) bahwa daun jagung berbentuk memanjang linear dengan tulang daun
sejajar yang berasal dari buku-buku batang, umumnya jumlah daun pada jagung
terdiri dari 8 – 48 helaian. Antara pelepah dengan helai daun terdapat ligula.
7
1.3. Bunga
sebagai berikut :
tergolong bunga sempurna karena terdapat bunga jantan dan betina dalam satu
tanaman. Bunga jantan berada pada pangkal atas tanaman dan bunga betina
berada pada ketiak daun sehingga diperlukan bantuan alam untuk melakukan
bagian pucuk paling atas yang ditandai dengan adanya tassel (rambut) sedangkan
bunga betina terletak pada ketiak daun yang akan mengeluarkan stile dan stigma.
Melwita dan Kurniadi (2014) menambahkan bahwa tassel sebagai bunga jantan
memproduksi pollen atau serbuk sari yang ditandai dengan pecahnya kantong sari
8
pada tassel, apabila bunga betina telah memiliki filamen maka penyerbukan akan
terjadi.
1.4.1. Buah
sebagai berikut :
berbentuk tongkol. Hal ini sesuai dengan pendapat Marvelia et al. (2006) bahwa
penyerbukan. Tongkol jagung tumbuh diantara ketiak daun yang memiliki warna
putih susu ketika pembentukan dan kuning muda saat sebelum dewasa. Setiap
batang jagung setidaknya memiliki satu tongkol jagung. Menurut Umiyasih dan
9
Wina (2008) terdapat klobot yang menyelimuti tongkol jagung untuk melindungi
jagung bagian atas tumbuh lebih besar dibanding yang terletak pada bagian
pembentukan biji lebih cepat. Setiap tongkol jagung terdiri atas 10 – 16 baris biji
1.4.2. Biji
sebagai berikut :
umumnya menempel dan tersusun rapih pada tongkol serta berwarna kekuningan,
setiap satu tongkol terdapat 200 – 400 biji jagung. Menurut Umiyasih dan Wina
(2008) biji pada jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau pericarp melebur dan
10
menyatu dengan testa (kulit biji) membentuk dinding buah. Biji jagung tersusun
dari tiga bagian yaitu pericarp, endosperm, dan embrio. Hal ini sesuai dengan
pendapat Effendi (2007) bahwa biji jagung terdiri dari tiga bagian yaitu pericarp
yang terletak pada lapisan terluar biji, endosperm merupakan lapisan setelah
pericarrp berfungsi sebagai cadangan makanan biji, dan embrio atau lembaga
yang terletak pada bagian paling dalam. Embrio merupakan miniatur tanaman
1.5. Perkembangbiakan
jagung merupakan tanaman semusim yang memiliki daur hidup kurang dari
setahun, selain itu jagung mampu manghasilkan biji dengan jumlah yang banyak
yaitu 200 hingga 400 biji pada setiap tongkol. Umunya perkembangbiakan
generatif pada jagung dilakukan dengan penyerbukan silang yang ditandai dengan
berpindahnya serbuk sari dari tassel menuji rambut-rambut pada tongkol. Hal ini
sesuai dengan pendapat Welcker et al. (2007) bahwa penyerbukan pada jagung
terjadi jika serbuk sari menyentuh rambut tongkol. Ditambahkan oleh Bello dan
Olaoye (2009) bahwa sebagian besar penyerbukan yang terjadi pada jagung
pembentukan biji mulai terjadi setelah 10 hingga 15 hari yang ditandai dengan
11
1.6. Manfaat
sehingga menghasilkan tepung dan minyak yang digunakan sebagai bahan baku
dimanfaatkan menjadi pakan ternak, hal ini sesuai dengan pendapat Umiyasih dan
Wina (2008) yang menyatakan bahwa jagung mampu diolah menjadi konsentrat
selain itu limbah jagung yang mengandung lignoselulosa dapat digunakan sebagai
pakan dengan serat dan kandungan gula yang tinggi bagi ternak. Menurut Ilmi dan
Kuswytasari (2013) Lignoselulosa yang berasal dari bongkol jagung pada limbah
termal dan fermentasi. Bagi kesehatan jagung merupakan asupan yang tepat untuk
kardiovaskular.
12
BAB II
TANAMAN PERKEBUNAN
2.1. Klasifikasi
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684 berupa biji teh
dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer dan
seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Teh dari
Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1885. Teh jenis Assam
mulai masuk ke Indonesia dari Srilangka pada tahun 1877 dan ditanam oleh R.E.
Kerkkhoven di Kebun Gambung Jawa Barat. Menurut Soraya (2008) sejak saat itu
merupakan spesies yang tumbuh baik pada daerah pegunungan tinggi berhawa
lainnya, atau dikenal sebagai Camellia assamica, merupakan spesies yang tumbuh
dengan baik pada daerah beriklim tropis dan lembab. Menurut Setyamidjaja
(2006) kualitas teh yang baik diperoleh dari pucuk teh yang belum merekah dan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Parietales
Family : Theaceae
Genus : Camellia
sebagai berikut :
akar tunggang, berwarna putih kecoklatan. Hal ini didukung oleh pendapat dari
14
Setyamidjaja (2006) yang menyatakan bahwa teh memiliki sistem perakaran yang
cukup baik, memiliki akar tunggang semu dan tidak ada pembengkakan kalus. Hal
ini diperkuat oleh pendapat dari Dewi (2008) yang menyatakan bahwa pohon teh
mempunyai akar tunggang yang panjang dan masuk kedalam lapisan tanah yang
dalam. Percabangan akarnya pun banyak, selain berfungsi sebagai penyerap air
dan hara, akar tanaman teh juga berfungsi sebagai organ penyimpan cadangan
makanan.
sebagai berikut :
memiliki batang berkayu. Batang tanaman teh berukuran ramping dan kecil, biasa
generatif sulit dan lama untuk dilakukan. Hal ini sesuai dengan Setyamidjaja
15
(2000) bahwa batang pada tanaman teh (Camellia sinensis), secara vegetatif
dianggap lebih cepat dan efektif dalam perbanyakan tanaman. Hal ini didukung
oleh pendapat Soraya (2007) bahwa batang dapat tumbuh kecil dan ramping
berkala.
sebagai berikut :
berwarna hijau gelap, bertekstur tebal dan ujungnya bergerigi membentuk oval.
Tipe pertulangan daun pada tanaman teh adalah menyirip dan termasuk tipe daun
yang tidak lengkap karena tidak memiliki pelepah. Tanaman teh memiliki varietas
16
yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pendapat Soraya (2007) yang
menyatakan bahwa ukuran daun teh tidak semuanya sama, perbedaan varietas
merupakan salah satu faktor utamanya. Contohnya adalah pada teh varietas
(Camellia sinensis) var. Assam dengan teh varietas (Camellia sinensis) var.
sinensis. Teh varietas assam ukuran daunnya lebih besar dan ujungnya runcing,
sedangkan teh dengan varietas sinensis memiliki daun yang kecil dan ujung yang
tumpul. Hal ini didukung oleh pendapat Elias dan Dykeman (2009) bahwa daun
tanaman teh berwarna hijau gelap dengan tepi bergerigi dan ujung meruncing,
dengan bentuk oval, sebagian banyak daun tanaman teh memiliki rambut halus
2.3. Bunga
sebagai berikut :
memiliki bunga sempurna. Bunga pada tanaman teh terdapat pada ketiak daun,
berwarna putih dan memiliki 5 mahkota bunga sebagai ciri khas dari tanaman
generatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyamidjaja (2000) bahwa bunga pada
generatif. Hal ini didukung oleh pendapat Soraya (2007) bahwa bunga tanaman
teh, muncul di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu,
berkelamin dua, dengan garis tengah selebar 3-4 cm berwarna putih dan memiliki
benang sari berwarna kuning dengan bau yang sedikit harum. Hal ini juga
didukung oleh Elias dan Dykeman (2009) bahwa bunga pada tanaman teh
memiliki 5 mahkota dengan jumlah kelompak antara 5-9, bunga tanaman teh
tergolong hermaprodit karena didalamnya terdapat dua organ jantan dan betina.
2.4.1. Buah
sebagai berikut :
18
berbentuk bulat, berwarna putih kehijauan dan berukuran kecil. Hal ini sesuai
dengan pendapat Soraya (2007) yang menyatakan bahwa buah tanaman teh
(Camellia sinensis) berbentuk bulat, berdinding tebal, dan apabila telah tua akan
pecah menurut ruangnya. Ketika masih muda buah pada tanaman teh (Camellia
sinensis) akan berwarna hijau dan akan berwarna cokelat kehitaman setelah tua.
Hal ini didukung oleh pendapat Somantri dan Tanti (2011) bahwa buah tanaman
2.4.2. Biji
sebagai berikut :
19
memiliki biji berkeping dua. Biji tanaman teh merupakan alat perkembangan
secara generatif, memiliki tekstur keras dan berwarna cokelat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Setyamidjaja (2000) yang menyatakan bahwa biji teh (Camellia
biji yang digunakan dalam perkembangbiakan secara generatif atau alami tersebut
haruslah biji yang telah mengalami perlakuan secara matang. Hal ini didukung
oleh pendapat Soraya (2007) bahwa biji teh (Camellia sinensis) memiliki tekstur
yang keras.
2.5. Perkembangbiakan
Cara generatif yaitu dengan cara menumbuhkan melalui bijinya, namun hal ini
sulit dilakukan karena masa tumbuh teh yang relatif lama. Hal ini sesuai dengan
20
dapat dikembangkan melalui bijinya. Cara vegetatif yaitu dengan cara stek,
metode sambung, dan cangkok. Hal ini sesuai dengan pendapat Mangundidjojo
(2003) bahwa stek pada tanaman teh (Camellia sinensis) juga dikenal sebagai stek
daun, karena pada pelaksanannya bagian yang dipotong adalah satu ruas batang
bersama satu daun. Hal ini didukung oleh pendapat Soraya (2007) bahwa
perbanyakan tanaman teh (Camellia sinensis) secara vegetatif tidak hanya dapat
dilakukan menggunakan metode setek tetapi juga dapat dilakukan dengan metode
2.6. Manfaat
tanaman perkebunan telah banyak diketahui di seluruh dunia. Teh adalah salah
satu dari minuman pokok selain air mineral di dunia. Hal ini sesuai dengan
merupakan salah satu minuman yang paling populer di dunia, posisi teh sendiri
berada di urutan kedua setelah air mineral. Diperkirakan setiap tahunnya berat
kering teh yang diproduksi diseluruh dunia untuk dikonsumsi mencapai 2.5 juta
ton. Teh memiliki manfaat yang sangat banyak terutama untuk kesehatan karena
zat-zat kimia baik yang terkandung didalamnya. Hal tersebut sesuai dengan apa
yang dinyatakan Somantri dan Tanti (2011) bahwa zat-zat kimia baik beserta
theophylline.
21
BAB III
TANAMAN HIAS
3.1. Klasifikasi
Bunga Soka Jawa hidup di daerah iklim tropis. Menurut Jarrett (2003)
Soka Jawa merupakan jenis tanaman yang berasal dari Asia Tenggara. Tanaman
soka jawa sering digunakan sebagai tanaman penghias tanaman dan sebagai
tanaman pagar yang dapat dibentuk. Tumbuhan ini memiliki bunga yang hampir
selalu mekar sehingga cocok untuk menghiasi taman supaya lebih berwarna.
yang cukup. Tanaman khas Jawa ini juga memerlukan kelembaban dengan kadar
suhu kamar. Menurut Halevy (2000) Soka Jawa termasuk tumbuhan yang selalu
hijau, serta tingginya dapat mencapai 1 m hingga 1.5 m. Secara taksonomi Soka
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Ixora
sebagai berikut :
berkambium. Akar dari Soka Jawa selain mempunyai ciri sistem perakaran
tunggang, juga memiliki ciri lain yaitu akar tunggang yang bewarna coklat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Setiowati dan Furqonita (2007) yang menyatakan
bahwa tanaman dikotil memiliki akar tunggang yang berkambium. Hal tersebut
juga didukung oleh pendapat Adi (2008) yang menyatakan bahwa tanaman hias
bunga Soka Jawa merupakan jenis tanaman yang memiliki sistem perakaran
sebagai berikut :
Soka Jawa merupakan tipe batang berkayu bulat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mursito dan Prihmantoro (2011) yang menyatakan bahwa Soka Jawa merupakan
tanaman perdu berkayu, dan memiliki cabang banyak. Soka Jawa merupakan jenis
tanaman hias yang memiliki sistem percabangan simpodial. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan Hidayat dan Rodame (2015) yang menyatakan bahwa Soka Jawa
termasuk kedalam jenis batang berzat kayu keras dan memiliki banyak cabang.
24
sebagai berikut :
memiliki tipe daun yang tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai daun dan
helai daun saja, serta termasuk dalam jenis daun tunggal dengan tulang daun yang
menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan. Hal ini sesuai dengan
daunnya berbentuk bulat telur sungsang sampai lonjong. Hal tersebut juga
didukung oleh pendapat Hidayat dan Rodame (2015) yang menyatakan bahwa
daun dari tumbuhan Soka Jawa merupakan daun berbentuk lebar, tunggal,
berbentuk lonjong, pangkal meruncing, tepi daun yang rata, dan ujung daun yang
runcing.
25
3.3. Bunga
sebagai berikut :
merupakan jenis bunga majemuk berkelamin dua, serta bergerombol, benang sari
berjumlah empat dan kepala sari menempel pada bagian mahkota bunga. Selain
itu, Soka Jawa memiliki bunga dengan berbagai macam warna seperti merah,
merah muda, jingga, kuning, hingga putih. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Jarrett (2003) yang menyatakan bahwa Soka Jawa memiliki bunga yang
berukuran besar, kumpulan mahkota bunga yang berbentuk bulat dan pipih, serta
berwarna merah, kuning, merah muda, putih, atau jingga. Hal tersebut juga
didukung oleh pernyataan Mursito dan Prihmantoro (2011) bahwa bunga dari
tanaman hias bunga Soka Jawa merupakan jenis bunga majemuk, yang
26
3.4.1. Buah
sebagai berikut :
Soka Jawa berwarna hijau saat masih muda, kemudian berubah menjadi berwarna
merah saat sudah matang. Hal tersebut didukung oleh Wijayakusuma (2000) yang
menyatakan bahwa tanaman hias Soka Jawa memiliki buah yang berbentuk bulat
Selain itu buah yang diproduksi dari Soka Jawa tergolong kedalam jenis buah
27
berdaging dan memiliki kulit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Halevy (2000)
3.4.2. Biji
sebagai berikut :
tanaman biji berkeping dua atau dikotil, karena mempunyai biji dengan dua daun
lembaga. Soka Jawa termasuk tanaman Angiospermae karena biji berada di dalam
buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiowati dan Furqonita (2007) yang
menyatakan bahwa tanaman dikotil memiliki biji dengan dua daun lembaga.
Tanaman hias Soka Jawa memiliki biji yang berbentuk lonjong, pipih, serta
berwarna putih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adi (2008) yang menyatakan
28
bahwa Soka Jawa memiliki biji yang berbentuk pipih, lonjong, dan berwarna
putih.
3.5. Perkembangbiakan
merupakan salah satu jenis tanaman hias yang dapat berkembangbiak secara
Angiospermae. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Firmansyah et al. (2009)
baru dengan adanya peleburan gamet betina dan jantan yang dapat terjadi pada
setek batang dan cangkok. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Lestari dan
Kencana (2015) yang menyatakan bahwa Soka Jawa dapat diperbanyak secara
3.6. Manfaat
selain sebagai tanaman hias, juga memiliki beberapa manfaat lain seperti bagian
bunganya yang dapat digunakan untuk menyembuhkan haid tidak teratur. Fakta
tersebut sesuai dengan Wijayakususma (2000) bahwa bunga dari tanamana hias
(hipertensi). Tanaman hias Soka Jawa selain memiliki bunga yang bermanfaat,
terpukul, luka terkilir, dan badan ngilu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Hidayat dan Rodame (2015) bahwa tangkai bunga dari tanaman hias Soka
memiliki khasiat sebagai obat untuk menyembuhkan luka terpukul, luka terkilir,
BAB IV
TANAMAN BUAH
4.1. Klasifikasi
buah-buahan yang berasal dari wilayah Asia. Menurut Mariana (2013) bahwa
sudah dikenal 2000 tahun yang lalu, berasal dari daerah Cina Selatan,
pemanfaatannya lebih kepada khasiatnya sebagai obat, bukan sebagai buah meja.
langsung dalam jumlah besar, buah yang memiliki rasa manis tersebut juga ada
buah kelengkeng tiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, untuk itu telah
diupayakan budidaya kelengkeng tanpa bergantung pada musim atau yang biasa
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
31
Family : Sapindaceace
Genus : Dimocarpus
sebagai berikut :
akar tunggang. Akar tunggang tanaman dewasa memiliki kedalaman lebih dari 3
m, sedangkan saat kecil biji bakal tanamannya masih terlihat melekat pada akar
yang berukuran kurang dari 5 cm ke dalam tanah dan akar lateralnya memancar
sampai batas proyeksi tajuknya dengan akar-akar penyerap hara menancap dan
32
menyebar hingga 3 cm. Akar penyerap ini berfungsi untuk menyerap air dan zat
hara mineral yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis. Hal
ini sesuai dengan pendapat Oktavianto et al. (2015) bahwa pemanjangan akar
tunggang akan terhenti apabila ujung akar telah mencapai permukaan air tanah,
mempunyai akar tunggang yang sangat dalam dan kokoh, sehingga sangat tahan
terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Setiawan (2010) bahwa akar tanaman yang berasal dari
pembiakan generatif (biji) lebih kokoh dibandingkan akar tanaman yang berasal
sebagai berikut :
kelengkeng keras karena mengandung zat kayu (kambium). Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Paramita (2015) bahwa lapisan luar sel-sel kambium baik pada
batang atas maupun batang bawah memproduksi sel parenkim yang bertaut.
batang yang bercabang, dimana percabangan dipacu oleh sel kambium yang
sebagai berikut :
termasuk daun majemuk yang setiap tangkainya terdiri dari tiga sampai enam
pasang helai daun. Bentuknya oval, ujungnya agak runcing dan berbulu, tepinya
rata dan permuka atas dan bawahnya mempunyai lapisan lilin, kuncup daunnya
berwarna kuning kehijauan, tetapi ada pula yang berwarna merah. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Yudha et al. (2013) bahwa beberapa farkor yang
unsur mineral seperti N, Mg, dan Fe sebagai pembentuk dan katalis dalam sintesis
Pertulangan daun kelengkeng adalah menyirip. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rofik (2015) bahwa tulang daun tanaman dikotil umumnya berbentuk menyirip
atau menjari.
4.3. Bunga
sebagai berikut :
35
memiliki jenis bunga sempurna, yaitu bunga yang memiliki benang sari dan putik
dalam satu bunga. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistiyono (2015) bahwa jenis
bunga berdasarkan kelengkapan alat gametnya dibagi menjadi dua, yaitu bunga
hemaprodit atau bunga sempurna dan bunga tidak sempurna atau hanya ada bunga
jantan atau bunga betina. Berdasarkan tata letaknya, jenis bunga kelengkeng
bercabang lagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilawati (2014) bahwa bunga
4.4.1. Buah
sebagai berikut :
berbentuk bulat, warna kulit buahnya yang matang biasanya berwarna agak gelap
dan yang belum matang cenderung agak cerah. Hal tersebut sesuai dengan
bulat dengan daging buah tebal dan kulit buah yang mudah dikupas. Sifat daging
buah kelengkeng agak lengket. Rasa buah cenderung manis legit, dengan aroma
harum khas buah kelengkeng. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang
Rosdianto (2015) yang menyatakan bahwa kelengkeng memiliki rasa manis dan
kekuningan.
4.4.2. Biji
sebagai berikut :
dengan rantingnya dan diselubungi oleh daging buahnya. Biji kelengkeng tidak
dapat dikonsumsi secara langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (2016)
bahwa biji Kelengkeng memiliki berat 17% dari berat buah total, dimana biji
kelengkeng tersebut biasanya dibuang sia-sia atau dijadikan bahan bakar karena
tidak dapat dikonsumsi. Biji kelengkeng biasanya merupakan limbah, karena tidak
dapat dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhtadi et al. (2014) bahwa
38
sebagian besar dari ekstrak dan fraksi-fraksi yang diperoleh dari “limbah” kulit
dan biji buah kelengkeng, rambutan, jeruk dan durian, menunjukkan aktivitas
4.5. Perkembangbiakan
menanam benih hasil dari proses fertilisasi gamet jantan dan gamet betina pada
sambung pucuk/ enten, okulasi, dan cangkok. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
yang tersedia antara lain teknologi setek, okulasi, sambung pucuk, sambung
samping, dan somatik embriogenesis. Hal ini diperkuat dengan pendapat Kusuma
(2013) yang menyatakan bahwa hal hal yang harus diperhatikan dalam proses
pencangkokan adalah memberikan naungan agar suhu stabil dan pupuk tidak
mudah menguap, memelihara hewan yang menjadi predator hama tersebut dan
kelengkeng yang masih kecil dan memilih batang atas yang tidak berdaun.
4.6. Manfaat
memperingan kerja jantung dan limpa sehingga dapat mengurangi resiko penyakit
memerangi radikal bebas dalam tubuh dan mencegah kerusakan sel sehingga
dapat mengurangi resiko penyakit beberapa jenis kanker. Buah kelengkeng dapat
mengendalikan kadar zat besi dalam tubuh sehingga bisa dimanfaatkan untuk
mencegah anemia, buah kelengkeng yang memiliki kadar lemak dan kalori yang
rendah merupakan pilihan yang baik untuk mengurangi berat badan. Buah
demam dan flu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahyu (2016) bahwa buah
glukosa, asam amino, asam malat, asam tartarat, asam oksalat, asam sitrat, asam
grevifolinan, tokofernol (vitamin E), dan asam askorbat (vitamin C). Buah
kelengkeng mengandung anti-aging sehingga sangat baik untuk kulit. Kulit buah
kelengkeng dapat mengobati luka bakar dan luka luar yang tak kunjung sembuh.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suhendi et al. (2014) bahwa kulit dan biji
kelengkeng mengandung ethanol yang dapat mensterilkan luka dari bakteri untuk
dapat meningkatkan nafsu makan, mencegah diare serta limpa lemah. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat oleh Puspitasari (2014) bahwa buah kelengkeng dapat
diolah menjadi yoghurt yang berfungsi untuk menjaga kesehatan usus. Buah
kelengkeng dapat diolah menjadi madu kelengkeng agar mudah dikonsumsi dan
mudah dibawa bepergian. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamilatussaniah et al.
(2015) bahwa madu kelengkeng yang merupakan ekstrak dari buahnya merupakan
BAB V
TANAMAN SAYUR
5.1. Klasifikasi
Kembang kol dikenal dengan nama lain kubis bunga, bunga kol atau kol
bunga. Menurut Winarto (2004) kembang kol atau Cauliflower adalah salah satu
bagian dari tanaman kubis yaitu kubis bunga. Kembang kol berasal dari kawasan
Eropa, Mediteran dan Asia Tengah. Kembang kol merupakan tanaman dataran
pertumbuhannya dan dapat ditemukan pada ketinggian lebih dari 600 mdpl.
Menurut Fitriani (2009) kembang kol termasuk dalam golongan tanaman semusim
atau tanaman berumur pendek. Tanaman kembang kol hanya dapat bereproduksi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Capparales
Family : Cruciferae
Genus : Brassica
sebagai berikut :
oleh tanaman kembang kol adalah akar serabut. Menurut Fitriani (2009) kembang
kol memiliki akar serabut yang akan tumbuh ke arah samping atau horizontal,
menyebar dan dangkal. Akar yang baru tumbuh mempunyai ukuran yang kecil
namun akar yang sudah berumur 1 – 2 bulan sistem perakarannya akan menyebar
perakaran yang dangkal, tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam
sebagai berikut :
kembang kol berwarna hijau, tebal dan lunak namun cukup kuat. Menurut
Alimuddin (2012) kembang kol termasuk tanaman yang mempunyai batang yang
tumbuh tegak dan pendek atau berkisar 30 cm. Batang tanaman ini tidak
mempunyai cabang. Batang kembang kol tidak berambut dan tidak jelas karena
tertutup oleh daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Saukani (2015) yang
menyatakan bahwa batang tanaman kembang kol halus, tidak berambut dan tidak
sebagai berikut :
pertulangan daun pada tanaman kembang kol adalah melengkung dan menyirip.
Menurut Cahyono (2005) daun kembang kol berbentuk bulat telur (oval) dengan
bagian tepi daun bergerigi, agak panjang dan membentuk celah-celah yang
menyirip agak melengkung ke dalam. Kembang kol memiliki daun yang tidak
lengkap karena tidak mempunyai pelepah. Daun kembang kol memiliki tangkai
yang agak panjang dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Menurut
Alimuddin (2012) daun-daun kembang kol yang tumbuh pada pucuk batang
45
5.3. Bunga
sebagai berikut :
kol merupakan bagian yang paling penting dari tanaman ini karena dapat
kembang kol mempunyai bakal bunga yang mengembang dan akan membentuk
masa bunga yang berbentuk kerucut terbalik. Kembang kol tersusun dari
rangkaian bunga kecil bertangkai pendek yang berwarna putih atau kekuningan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Winarto (2004) yang menyatakan bahwa kembang
46
kol tersusun dari rangkaian bunga yang kecil, mempunyai tangkai pendek, padat,
5.4.1. Buah
sebagai berikut :
kol mempunyai buah yang berbentuk seperti polong dan berukuran kecil.
Kembang kol termasuk dalam tanaman Angiospermae yang artinya biji ada di
dalam buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitriani (2009) yang menyatakan
bahwa tanaman kembang kol mempunyai buah yang di dalamnya terdapat banyak
biji. Buah ini memiliki panjang antara 3 – 5 cm. Menurut Alimuddin (2012) buah
47
kembang kol terbentuk dari hasil penyerbukan sendiri atau bisa juga karena
5.4.2. Biji
sebagai berikut :
(2012) biji tanaman kembang kol berbentuk bulat kecil dan berwarna coklat
digunakan utuk perbanyakan tanaman secara generatif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Cahyono (2005) yang menyatakan bahwa biji-biji tanaman kembang kol
5.5. Perkembangbiakan
yang secara vegetatif dengan cara in vitro atau kultur jaringan. Cara in vitro pada
tanaman ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Metwali dan Al-Maghrabi (2012)
yang menyatakan bahwa faktor kunci dalam penerapan teknik in vitro untuk
kembang kol yaitu dengan penyambungan dadih. Hal ini sesuai dengan pendapat
kol secara vegetatif yang digunakan yaitu dengan metode penyambungan dadih
yang dipilih untuk batang bawah kembang kol yang diproduksi secara khusus.
5.6. Manfaat
mempunyai banyak manfaat selain digunakan sebagai bahan sayuran, juga dapat
digunakan untuk mengatasi berbagai macam penyakit seperti sakit kepala, gelisah
atau stress dan anti kanker. Hal ini sesuai dengan pendapat Dalimartha (2006)
untuk menyembuhkan kanker, selain itu kembang kol juga digunakan untuk
49
mengatasi pusing, gelisah atau stress dan gangguan sirkulasi. Hal ini juga
didukung oleh pendapat Utami (2008) yang menyatakan bahwa kembang kol
berkhasiat untuk mengatasi kanker usus dan kanker perut, selain itu kembang kol
BAB VI
TANAMAN OBAT
6.1. Klasifikasi
Lidah buaya yang memiliki nama latin Aloe vera barbadensis merupakan
salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai obat dan kosmetika. Menurut
daerah ilat baya (Jawa), letah buaya (Sunda). Selain itu juga nama asing yang
bervariasi tergantung dari negara atau wilayah tempat tumbuh. Menurut Hutapea
(2000) nama latin, Prancis, Portugis, dan Jerman lidah buaya adalah aloe, Inggris
adalah crocodile tongues, Malaysia adalah Jadam, Cina adalah lu hui, Spanyol
adalah sa’villa, India adalah musabbar, Tibet adalah jelly leek, Indian: ailwa, Arab
adalah sabbar, Indonesia adalah lidah buaya, dan Filipina adalah natau.
berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliflorae
Family : Liliaceae
51
Genus : Aloe L.
sebagai berikut :
(Aloe vera barbadensis) memiliki bentuk akar serabut yang lunak mudah patah,
tidak terlalu panjang, dan berwarna coklat keputihan. Hal ini sesuai dengan
mempunyai sistem perakaran yang pendek dengan akar serabut yang panjangnya
bisa mencapai 30-40 cm. Hal ini juga didukung oleh pendapat Hutapea (2000)
yang menyatakan bahwa akar lidah buaya berbentuk serabut dan berwarna kuning.
52
sebagai berikut :
(Aloe vera barbadensis) berbentuk silinder pendek, lunak, dan berwarna putih
kecoklatan. Letaknya diatas akar dan di bawah pelepah daun. Hal ini sesuai
lidah buaya berserat, tidak berkayu dan umumnya sangat pendek sehingga hampir
tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun yang rapat dan sebagian terbenam
dalam tanah. Diperkuat dengan pendapat Hutapea (2000) yang menyatakan bahwa
batang lidah buaya berbentuk bulat, warna putih, dan tidak berkayu.
53
sebagai berikut :
dengan daging yang tebal, berwarna hijau keabu-abuan terdapat bintik putih dan
dilapisi oleh lilin. Hal ini sesuai dengan pendapat Furnawanthi (2007) yang
menyatakan bahwa daun lidah buaya memiliki bentuk tombak dengan helaian
sukulen, yakni mengandung air, getah dan lendir mendominasi bagian daun. Pada
bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung). Menurut
54
Hutapea (2000) yang menyatakan bahwa daun lidah buaya panjang 30 – 50 cm,
6.3. Bunga
sebagai berikut :
cerah. Bunga lidah buaya memiliki tangkai dan setiap tangkai berbunga banyak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hutapea (2000) yang menyatakan bahwa bunga
lidah buaya merupakan bunga majemuk dengan malai di ujung batang, adanya
daun pelindung dengan panjang 8 – 15 mm, memiliki enam benang sari, putik
menyembul keluar atau melekat pada pangkat kepala sari, tangkai putik berbentuk
benang, kepala putik kecil, dan ujung tajuk melebar. Pendapat ini diperkuat oleh
55
terompet atau tabung kecil dengan panjang 2 – 3 cm, memiliki warna kuning serta
– 100 cm.
6.4.1. Buah
sebagai berikut :
jenis buah basah. Buah lidah buaya (Aloe vera barbadensis) berbentuk bulat
lonjong dengan garis di tengah-tengah, berwarna hijau dan bertangkai. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hutapea (2000) yang menyatakan bahwa buah lidah
apabila buah dibelah maka di dalam buah-buahan lidah buaya tersebut akan
6.4.2. Biji
sebagai berikut :
berbentuk lonjong runcing dan kecil, berwarna hitam terdapat didalam buah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hutapea (2000) yang menyatakan bahwa biji lidah
buaya sangat kecil dan berwarna hitam. Biji lidah buaya jenis barbadensis ada di
dalam buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Adesuyi et al. (2012) yang
menyatakan bahwa lidah buaya barbadensis memiliki biji yang digunakan sebagai
perkembangbiakan generatif.
57
6.5. Perkembangbiakan
lidah buaya (Aloe vera barbadensis) dapat berkembangbiak dengan dua cara yaitu
secara generatif atau dari biji buah dan dengan cara vegetatif alami menggunakan
tunas muda yang tumbuh di sekitar lidah buaya dewasa. Tetapi yang sering
digunakan adalah secara vegetatif alami karena lebih mudah dan cepat besar,
selain itu juga biji lidah buaya sangat kecil sehingga sulit untuk
Wahjono dan Koesnandar (2007) yang menyatakan bahwa tanaman lidah buaya
berkembangbiak secara vegetatif melalui anakan karena biji dari buah pada
menambahkan bahwa anakan lidah buaya yang layak dan bagus untuk dijadikan
bibit berukuran kira-kira sebesar ibu jari dengan panjang antara 10-20 cm.
6.6. Manfaat
kecantikan dan dapat dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukowati
(2008) yang menyatakan bahwa lidah buaya (Aloe vera barbadensis) sangat
mengobati penyakit diabetes dan kanker. Namun Aloe vera barbadensis juga
bahwa lidah buaya barbadensis bermanfaat sebagai obat yang sangat penting bagi
SIMPULAN
tanaman jagung berakar serabut, batang silindris, tipe tulang daun sejajar,
memiliki bunga jantan dan betina, buah berbentuk tongkol dan biji bulat
kekuningan. Tanaman teh berakar tunggang, batang berkayu, tipe tulang daun
menyirip, memiliki bunga sempurna, buah bulat hijau kecoklatan dan biji bulat
putih sampai coklat. Tanaman soka jawa berakar tunggang, batang berkayu, daun
tidak lengkap, bunga majemuk berkelamin dua, buah berdaging dan biji pipih.
menyirip, bunga majemuk, buah berdaging dan biji bulat hitam. Tanaman
kembang kol berakar serabut, batang hijau agak tebal, tipe tulang daun
polong dan biji bulat coklat kehitaman. Tanaman lidah buaya berakar serabut,
SARAN
harus memiliki kesiapan dan juga disesuaikan dengan musim tumbuh tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Adesuyi, A.O., O.A. Awosanya, F.B. Adaramola, dan A.I. Omeonu. 2012.
Nutritional and phytochemical screening of Aloe barbadensis. Jurnal
Bioligical Science 4 (1) : 4 – 9.
Bello, O. B. dan G. Olaoye. 2009. Combining ability for maize grain yield and
other agronomic characters in a typical southern guinea savanna ecology
of nigeria. African Journal of Biotechnology. 8 (11) : 2518 – 2522.
Dewi, V.A.N. 2008. Pengaruh pemberian Polifenol teh hijau terhadap sebukan sel
mononuklear di sekitar jaringan Adenocarcinoma mammae mencit C3H.
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. (Skripsi).
Firmansyah, R., A. Mawardi H., dan M. U. Riandi. 2009. Mudah dan Aktif
Belajar Biologi 2. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
61
Hidayat, R. S., dan M. N. Rodame. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. AgriFlo. Jakarta.
Hutapea, J.R. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Bhakti Husada. Jakarta.
Muhtadi, Haryoto, dan T. A. Sujono. 2014. Pemanfaatan kulit dan biji buah
beberapa tumbuhan asli Indonesia untuk bahan obat herbal. Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Skripsi)
Mursito, B., dan H. Prihmantoro. 2011. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Penebar
Swadaya. Depok.
Paramita, P., Toekidjo, dan S. Purwanti. 2012. Kesesuaian sambungan mini tiga
kultivar durian (Durio zibethinus L. ex Murray) dengan batang bawah
berbagai umur. Jurnal Vegetalika. 1 (2) : 1 – 7.
Rofik, J. N. 2015. Studi keanekaragaman flora dan fauna di gua Kangkung desa
Pucung kecamatan Eromoko kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(Skripsi).
Setiowati, T., dan Furqonita, D. 2007. Biologi Interaktif. Azka Press. Jakarta.
Somantri, R., dan K, Tanti. 2011. Kisah dan Khasiat Teh. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Soraya, N. 2007. Sehat dan Cantik Berkat Teh Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suhendi, A., Muhtadi, A.H. Leonita, A.S. Tanti, dan Haryoto. 2014. Aktivitas
sitotoksik dari ekstrak kulit buah durian (Durio zibethuniud Murr.) dan
kelengkeng (Dimocarpus longan Mark.) terhadap sel vero dan HeLa.
64
Sukowati, R.D. 2008. Budidaya dan Prospek Lidah Buaya (Aloe vera) di Kota
Pontianak. Fakultas Pertanian, Universitas Jember. (Skripsi)
Surjushe, A., R. Vasani, D.G. Saple. 2008. Aloe vera: a short review. Indian
Journal of Dermatology. 53 (4) :163 – 66.
Umiyasih, U. dan E. Wina. 2008. Pengolahan dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman
Jagung sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal Wartazoa. 18 (3) : 127
– 136.